Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Merokok bukan lagi hal yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
Selain jarang diakui sebagai suatu kebiasaan yang buruk, kebiasaan merokok juga
sangat sulit dihilangkan. Begitu tinggi toleransi kepada perokok yang diberikan
oleh masyarakat, walaupun berbagai penelitian telah menunjukan bahwa merokok
adalah salah satu faktor resiko penting penyebab kematian.1 World Health
Organization (WHO) pada tahun 2008 menyatakan, jumlah perokok di dunia
mencapai 19,4% atau sekitar 1,3 miliar jiwa.2 Tingginya populasi dan konsumsi
rokok di dunia, menempatkan Indonesia pada urutan ke-5 dalam hal konsumsi
rokok setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang pada tahun 2007,
sedangkan pada tahun 2008, berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah
negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia, setelah China dan India.3
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2010 menyatakan sebanyak 30,8% penduduk DKI Jakarta yang mempunyai
kebiasaan merokok, berusia lebih dari 15 tahun,4 dimana salah satu kalangan yang
tergolong pada usia remaja akhir tersebut adalah mahasiswa. Penelitian Min-Yan
Han, et al, menyatakan bahwa khususnya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi tentang merokok, perilaku anti
merokok yang lebih kuat, dan mempunyai prevalensi untuk merokok yang lebih
rendah daripada mahasiswa yang bukan Fakultas Kedokteran.5 Namun, faktanya
masih ada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki kebiasaan buruk yaitu
kebiasaan merokok.
Selain merupakan faktor resiko penyebab kematian, penelitian menyatakan
bahwa perokok sering mengeluhkan adanya masalah pada tidur. Masalah tersebut
diduga disebabkan oleh pengaruh nikotin dari rokok yang dihisap. 6 Berdasarkan
penelitian Hu Lizhen, et al, pria yang merokok 21-40 batang per hari mempunyai
angka kejadian yang tinggi mengenai kualitas tidur yang buruk, walaupun kualitas
tidur mereka bukan hanya dipengaruhi oleh rokok yang mereka konsumsi. 7
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu usia, banyaknya
aktivitas fisik seseorang, suatu penyakit yang diderita, stres emosional,
lingkungan, gaya hidup, diet dan konsumsi obat-obatan, alkohol serta zat-zat
kimia lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan bukan perokok,
perokok mengaku dua kali lebih sering mengantuk sepanjang harinya dan
mengaku kesulitan untuk tidur.8
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.
Tidur yang baik berkaitan erat dengan kuantitas tidur yaitu banyaknya waktu yang
dibutuhkan untuk tidur dan kualitas tidur, yaitu kemampuan individu untuk
menjaga tidurnya.9 Penelitian yang dilakukan oleh International Network for the
Demographic Evaluation of Populations and Their Health (INDEPTH) and the
World Health Organization (WHO) Study on Global Ageing and Adult Health
(SAGE) di delapan Negara kawasan Asia-Afrika menyatakan angka kejadian
tentang buruknya kualitas tidur di Indonesia, mempunyai angka terendah yaitu
8,5% (3,9% pada pria dan 4,6% pada wanita), hal ini disebabkan karena negaranegara berkembang cenderung mengabaikan pentingnya kualitas tidur, padahal
tanpa tidur yang adekuat dan kualitas tidur baik akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan fisiologi dan psikologi.10
Kualitas tidur yang buruk juga sering diungkapkan oleh kelompok
mahasiswa. Tanpa waktu tidur yang cukup, kemampuan mahasiswa untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan
menurun, dimana hal-hal tersebut penting dalam menunjang pendidikannya. 11
Selain itu kualitas tidur yang buruk, dapat mengakibatkan antara lain menurunnya
motivasi, menurunnya ingatan, rasa lelah saat melakukan kegiatan di siang hari,
perubahan mood, penurunan imunitas tubuh, dan lain-lain.12
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis ingin mengetahui
gambaran mengenai kebiasaan merokok dan kualitas tidur pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dan melakukan penelitian yang berjudul
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran.
1.2
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
yaitu, Adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti?, dengan pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Adakah hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan kualitas
2.
3.
4.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kualitas tidur,
sehingga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dapat
terhindar dari berbagai penyakit dan mampu menjadi mahasiswa yang
aktif dan produktif di segala bidang akademis maupun non akademis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti.
2. Mengetahui gambaran kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti.
3. Mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan
kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti.
4. Mengetahui hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kualitas
tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
5. Mengetahui hubungan antara lama merokok dengan kualitas tidur pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
6. Mengetahui hubungan antara derajat berat merokok dengan kualitas
tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
1.4
Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Definisi rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
Rustica dan species lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang
bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat,
oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan.13
atas, di dalam setiap batang tembakau, terdapat zat-zat racun yang bersifat
karsinogenik, antara lain:
1. Kadmium
Kadmium adalah zat yang dapat merusak jaringan tubuh terutama ginjal.
2. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)
Senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki cincin dideskripsikan sebagai
Fused Ring System atau PAH. Beberapa PAH yang terdapat dalam asap
tembakau antara lain Benzo (a) Pyrene, Dibenz (a,h) anthracene, dan
Benz(a)anthracene. Senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang
cenderung membentuk epoksida yang metabolitnya bersifat genotoksik.
Senyawa tersebut merupakan zat yang bersifat karsinogenik.
Zat-zat lain yang dapat menimbulkan karsinogenik, yaitu toluidine,
urethane, dibenhacridine, polonium-210, napthylamine, pyrene, dan vinyl
chloride.14
2.1.3 Jenis rokok
Jenis-jenis rokok ini dibedakan berdasarkan bahan pembungkus rokok dan
bahan baku atau isi rokok. Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi
menjadi empat, yaitu: rokok klobot (rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun jagung), rokok kawung (rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
aren), rokok sigaret (rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas) dan rokok
cerutu (rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau). Berdasarkan
bahan yang digunakan terdapat rokok sigaret terbuat dari daun tembakau, dan
rokok kretek dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan
rasa cengkeh. Rokok putih, yaitu rokok tanpa campuran dan aroma rasa cengkeh.
Sedangkan rokok klobot dari daun jagung kering yang diisi dengan daun
tembakau murni dan cengkeh. Namun pada umumnya, rokok yang sering
dikonsumsi masyarakat terbagi menjadi 2 kelompok yaitu rokok putih (rokok
filter) dan rokok kretek (rokok non-filter). Rokok putih mempunyai kandungan
14-15 mg tar dan 2-3 mg nikotin, dimana kandungan tar dan nikotin tersebut lebih
rendah dibanding rokok kretek, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini justru
menjadi nilai jual bagi mereka, berkaitan dengan isu kesehatan. Rokok kretek
memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih besar kandungan tar dan
nikotinnya dari rokok putih.14
2.1.4 Kategori perokok
Perokok tebagi atas empat kategori,yaitu:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
1.
2.
3.
Perokok ringan, adalah perokok yang memiliki lama merokok kurang dari
10 tahun.
Perokok sedang, adalah perokok yang memiliki lama merokok sekitar 10
sampai 20 tahun.
Perokok berat, adalah perokok yang memiliki lama merokok lebih dari 20
tahun.20
10
11
oleh sel-sel yang terdapat pada locus coeruleus. Pada keadaan tidur paradoksal
atau REM, kadar norepinefrin sangat sedikit bahkan norepinefrin berhenti
dihasilkan, namun kadarnya akan meningkat tajam saat terbangun atau terjaga.
Sedangkan serotonin dihasilkan di nucleus raphe. Kadar serotonin akan
meningkat dalam keadaan terjaga, menurun selama fase tidur gelombang lambat
atau NREM stadium 3 dan 4 dan berhenti dihasilkan saat tidur paradoksal atau
REM dan perlahan-lahan meningkat kembali setelah tidur REM.22 Melantonin
juga berperan pada regulasi siklus tidur normal. Hormon ini diproduksi oleh
glandula pineal. Melantonin diproduksi saat keadaan gelap, maka dari itu kadar
tertinggi melantonin adalah saat tidur. Melantonin dihasilkan sebagai respon
terhadap perubahan cahaya dan menghambat neurotransmitter yang berhubungan
dengan keadaan terjaga, seperti norepinefrin, dopamin dan serotonin. Maka,
melantonin dihubungkan sebagai hormon yang menginduksi rasa kantuk.27 Tidur
gelombang lambat atau NREM diinisiasi oleh sinyal yang berasal dari
ventrolateral preoptic area. Pada daerah ini dihasilkan GABA, yang akan
memproyeksikan sinyal inhibisi kepada serotonin, norepinefrin dan dopamine
yang berfungsi menjaga kesadaran, sehingga akan mengakibatkan tidur.
Selanjutnya neurotransmitter tersebut akan melakukan umpan balik yang
berakibat menurunnya aktivasi GABA. Proses inilah yang mendasari siklus tidurbangun.28
2.2.3 Tahapan Tidur
Terdapat dua fase tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang berbeda dan
perilaku yang berlainan, yaitu tidur gelombang lambat atau Non Rapid Eye
Movement (NREM) dan tidur paradoksal atau Rapid Eye Movement (REM).29
Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat stadium, yaitu tidur stadium satu,
tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat; yang masingmasing memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitudo
lebih besar (Lihat Tabel 2.1). 22
Pada fase awal tidur, seseorang akan berada dalam tidur stadium satu dan
mencapai tidur dalam stadium empat dalam waktu 30 sampai 45 menit, kemudian
12
dapat kembali melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang
sama. Pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang lambat terdapat episode
tidur paradoksal selama 10 sampai 15 menit. Pola EEG pada fase ini, mendadak
berubah seperti dalam keadaan terjaga, meskipun seseorang tersebut masih
tertidur lelap. Setelah fase tidur paradoksal tersebut, stadium-stadium tidur
gelombang lambat kembali berulang.
Sepanjang malam, seseorang secara siklis bergantian mengalami kedua fase
tidur tersebut, sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Lihat Tabel 2.2). 22 Pada siklus
pertama dan kedua, tidur gelombang lambat akan mendominasi dan diikuti oleh
tidur paradoksal yang singkat, namun pada dua atau tiga siklus terakhir, tidur
paradoksal akan mendominasi bahkan hingga 30-40 menit diikuti oleh tidur
gelombang lambat.30 Dalam siklus tidur normal, seseorang selalu melewati fase
tidur gelombang lambat sebelum masuk pada fase tidur paradoksal.
Stadium 2 NREM
Stadium 3 NREM
Karakteristik
Tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur.
Ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis
yang dimulai dengan menutupnya mata,
pergerakan lambat, otot berelaksasi serta
penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan
metabolisme, menurunnya denyut nadi.
Seseorang mudah terbangun pada tahap ini.
Tahap ini berakhir selama 5 hingga10 menit.
Tahap tidur ringan
Denyut jantung mulai melambat, menurunnya suhu
tubuh, dan berhentinya pergerakan mata.
Masih relatif mudah untuk terbangun.
Tahap ini dan akan berakhir 10 hingga 20 menit.
Tahap awal dari tidur yang dalam .
Laju pernapasan dan denyut jantung terus
melambat karena sistem saraf parasimpatik
semakin mendominasi, otot skeletal semakin
berelaksasi,
terbatasnya
pergerakan
dan
13
Stadium 4 NREM
Stadium REM
14
Waktu 80%
tetapi cenderung
terbangun dengan
sendirinya
20%
seseorang
terhadap
tidur,
sehingga
seseorang
tersebut
tidak
15
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk.
Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk
hidup seseorang.34 Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk, dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi
meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, proses penyembuhan
lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.
Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak dapat
berkonsentrasi.35
Aspek-aspek kualitas tidur dirumuskan berdasarkan pendapat ahli-ahli
psikologi modern berpandangan bahwa tidur yang baik ditandai oleh rasa lelap
selama tidur, waktu tidur yang cukup, tidak bermimpi buruk, dan merasa segar
saat terbangun.36 Selain itu, Busyee et al, melakukan penelitian tentang
pengukuran kualitas dan pola tidur dengan menggunakan The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI)37, PSQI dapat membedakan antara kualitas tidur yang baik
dan kualitas tidur yang buruk.
Tabel 2.3 Komponen The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
7 Komponen
The Pittsburgh Sleep Quality Index
1. Kualitas tidur subjektif
2. Tidur laten
3. Lama tidur
4. Efisiensi tidur
5. Gangguan saat tidur
6. Pemakaian obat tidur
7. Disfungsi saat siang hari
16
17
18
terganggunya tidur dan bangun lebih awal. Sedangkan, kelebihan berat badan
akan meningkatkan waktu tidur total.41
2.2.5.8 Obat-obatan dan Zat-zat kimia
Efek samping dari beberapa obat-obatan, mempengaruhi tidur orang.
Sedativa atau obat tidur dapat menganggu tidur NREM tahap 3 dan 4 serta dapat
menekan tidur REM. Beta-blockers dapat menyebabkan insomnia dan mimpi
buruk. Narkotik seperti morfin, dapat menekan tidur REM dan dapat
meningkatkan frekuensi bangun dari tidur dan mengantuk. Orang yang minum
alkohol dalam jumlah banyak sering mengalami gangguan tidur. Alkohol yang
berlebihan dapat menganggu tidur REM dan orang yang mengkonsumsi alkohol
sering mengalami mimpi buruk.10 Perokok juga sering mengeluhkan adanya
masalah dalam tidur, kemungkinan penyebab dari masalah ini adalah
ketergantungan nikotin.6
19
20
terlihat pada awal periode tidur atau saat perokok akan memulai tidur. Hal ini juga
dibuktikan dengan pola EEG perokok dan bukan perokok, yang menunjukkan
efek patofisiologis nikotin saat tidur yang bersifat stimulan dan berperan penting
pada fase awal tidur seorang perokok.46 (Lihat tabel 2.4)
21
No
1.
2.
Peneliti
Lokasi
penelitian
Aubin HJ,
Luthringer R,
Demazieres A,
Dupont C,
Lagrue G.
(2005)
Roufach,
France
Zhang L, Samet
J, Caffo B,
Punjabi NM.
Sleep
Heart
health
Studi
desain
Subjek studi
Variabel yang
diteliti
Potong
silang
20
orang
responden
yang terdiri
dari 9 wanita
dan 11 pria
yang
merokok
kurang lebih
20 batang per
hari.
2.916
responden
tidak pernah
Variabel bebas:
efek dari paparan
nikotin selama 24
jam dan 16 jam.
Kohort
Variabel
tergantung:
keinginan
merokok dan
tidur
Variabel bebas:
merokok
Lama
waktu
studi
2005
19941999
Hasil
Rekaman
polisomnografik
menyatakan gelombang lambat saat
tidur meningkat pada responden
yang terpapar nikotin selama 24 jam
dibanding 16 jam. Disimpulkan
paparan nikotin selama 24 jam,
menimbulkan rangsangan ingin
merokok yang lebih besar saat pagi
hari.
Dibandingkan responden yang bukan
perokok, perokok menghabiskan
waktu yang lebih lama untuk
22
3.
4.
(2006)
Study
(United
States)
Lizhen HU,
Michikazu
Sekine,
Alexandru
Gaina,
Sadanobu
Kagamimori
(2007)
Japan
A,Charlote,
Schoenborn,
Adams,P.
(2008)
United
States
Potong
silang
Potong
silang
merokok,
2.705
reponden
pernah
merokok, dan
799
responden
yang sedang
merokok.
1.439
responden
tentara
Jepang
Variabel
tergantung:
pola tidur
nokturnal
2000
responden
yang
dikategorikan
menjadi
2
kelompok,
yaitu usia 1844 tahun, 4564 tahun dan
lebih dari 65
Variabel bebas:
merokok,
konsumsi alkohol,
aktivitas saat
waktu senggang
dan obesitas.
Variabel bebas:
merokok
2007
Variabel
tergantung:
kualitas tidur
Variabel
tergantung:
kualitas tidur
20042006
23
tahun.
5.
6.
Lin Zhang,
Jinathan Samet,
Brian Caffo,
Isac Bankman,
Naresh
M.Punjabi
(2008)
Sleep
Heart
health
Study
(United
States)
Kohort
Mesquita,G.,
Ferreira,S.,
Soares, E.A.,
Reimao,R.
(2011)
Federal
Potong
University silang
of Alfenas,
state of
Minas
Gerais,
Brazil.
40
pasang
responden
yang
merokok dan
tidak
merokok.
Variabel bebas:
perokok
Variabel
tergantung:
gelombang EEG
selama tidur
710
orang Variabel bebas:
mahasiswa/i, efek rokok dan
yang berumur konsumsi alkohol
17-25 tahun
Variabel
tergantung:
kualitas tidur
2007
24
7.
Stefan Cohrs,
Andea
Rodenbeck,
Dieter Riemann,
Betram Szagun,
Andreas Jaehne,
Jurgen
Brinkmeyer, et
al.
(2012)
German
Kasus
Multicente kontrol
r Study
1.071
Variabel bebas:
perokok dan perokok
1.234 bukan
perokok
Variabel
tergantung:
kualitas tidur dan
lama tidur
2012
8.
Choi, Seung
Hee
(2012)
Michigan
2008
Potong
silang
Variabel
tergantung:
kualitas hidup
25
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Teori
Kebiasaan merokok
Faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur:
Usia
Aktivitas Fisik
Penyakit
Stres emosional
Lingkungan
Gaya hidup
Indeks Massa Tubuh
Obat-obatan dan zat kimia
Lama merokok
Tidur
Kualitas
tidur
Kuantitas
tidur
26
3.2
Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini, berdasarkan tujuan penelitian dan
Kebiasaan merokok
Variabel bebas:
Jumlah rokok
yang dihisap
Jenis rokok
yang dihisap
Variabel tergantung:
Lama
merokok
Derajat berat
merokok
Kualitas tidur
Gambar 3.2 Kerangka konsep
27
No
Variabel
Definisi
Alat ukur
Cara pengukuran
Hasil pengukuran
Skala
pengukuran
Referensi
Variabel bebas
1.
Jumlah
rokok yang
dihisap
Jumlah batang
rokok yang
dihisap atau
dikonsumsi
responden per
hari.
Kuisioner
Mengukur
variabel jumlah
rokok yang
dihisap dengan
memberikan
pertanyaan yang
berkaitan dengan
kebiasaan
merokok.
1. Perokok ringan:
Ordinal
mengonsumsi
rokok antara 110 batang perhari;
2. Perokok sedang:
mengonsumsi
rokok antara 1120 batang perhari;
3. Perokok berat:
mengonsumsi
rokok lebih dari
20 batang perhari.
Schuster R, Hertel
AW, Mermelstein
R.
Cigar,
Cigarillo
and
Little Cigar Use
Among Current
CigaretteSmoking
Adolscents.
Nicotine Tob Res
2013;15(5):92531.
28
2.
Jenis rokok
yang
dihisap
3.
Lama
merokok
4.
Derajat
berat
merokok
Macammacam rokok
yang
dikonsumsi
responden
dibedakan
berdasarkan
bahan baku
maupun isi
rokok.
Lama waktu
yang dihitung
sejak pertama
kali responden
menjadi
perokok.
Kuisioner
Mengukur
variabel jenis
rokok yang
dihisap dengan
memberikan
pertanyaan yang
berkaitan dengan
kebiasaan
merokok.
1. Rokok filter
2. Rokok non-filter
Nominal
Kuisioner
Mengukur
variabel lama
merokok dengan
memberikan
pertanyaan yang
berkaitan dengan
waktu perokok
mengonsumsi
rokok.
Perkalian
jumlah ratarata batang
rokok yang
dihisap sehari
Kuisioner
Mengukur
variabel derajat
berat perokok
yang dengan
memberikan
World
Health
Organization.
Tobacco: deadly
in any form or
disguise. World
no tobacco day
2006. p.18-25.
Tana L, Mihardja
L,
Rifai
L.
Merokok dan usia
sebagai
faktor
resiko
katarak
pada
pekerja
berusia > 30
tahun di bidang
pertanian.
Universa
Medicina
2007;26(3):120-8.
Brinkman
GL,
Voates Jr EO. The
prevalence
of
chronic bronchitis
in an industrial
29
dikalikan
dengan lama
merokok
dalam satuan
tahun.
pertanyaan yang
berkaitan dengan
kebiasaan
merokok dan
mengitung
berdasarkan
Indeks Brinkman.
Brinkman
200600.
3. Derajat
berat:
hasil
Indeks
Brinkman lebih
dari 600.
population. Am
Rev Respir Div
1962;47-54.
Variabel tergantung
1.
Kualitas
tidur
Kemampuan
responden
untuk tetap
tertidur dan
mendapatkan
jumlah tidur
REM dan
NREM yang
tepat.
Kuisioner;
The
Pittsburgh
Sleep
Quality
Index
(PSQI)
Mengukur
variabel pola tidur
dengan
memberikan
pertanyaan yang
berkaitan dengan
kualitas tidur.
1. Kualitas tidur
buruk: jika hasil
5
2. Kualitas tidur
baik: jika hasil
5
Nominal
Buysee DJ,
Reynolds III CF,
Monk TH,
Berman SR,
Kupfer DJ. The
Pittsburgh sleep
quality index: a
new instrument
for psychiatric
practice and
research.
Psychiatry
Research
1988;28:193-213.
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain
penelitian potong silang. Jenis dan desain penelitian tersebut digunakan untuk
menjawab permasalahan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Pada desain
potong silang, peneliti melakukan pengumpulan data baik variabel bebas, yaitu
kebiasaan merokok dan kualitas tidur sebagai variabel tergantung secara
bersamaan.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kampus B, Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti, Jl. Kyai Tapa, Grogol-Jakarta Barat. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan September 2013-Januari 2014, yang diawali dengan pembuatan proposal
penelitian, dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan hasil dan penulisan
laporan penelitian.
4.3
31
Populasi infinit:
No = (Z2 x p x q)
d2
Populasi finit:
n=
N
(1 +
Keterangan:
No
= prevalensi kualitas tidur buruk di Indonesia menurut INDEPTH WHOSAGE,9 sebesar 8,5%.
119,51
(1+
= 105,7 sampel
= n + 10%
= 105,7 + 10,5 = 116,2 sampel, untuk mempermudah penghitungan hasil
penelitian, dibulatkan menjadi 120 sampel.
4.4
32
Data pada penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu
kuesioner. Kuesioner ini memuat pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian
pertama merupakan karakteristik demografi responden yaitu inisial responden,
umur, dan jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Bagian kedua merupakan
pertanyaan terkait dengan variabel bebas, yaitu kebiasaan merokok. Bagian ketiga
merupakan pertanyaan terkait dengan variabel tergantung, yaitu kualitas tidur
yang diukur dengan menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
PSQI terdiri dari 7 komponen, yaitu latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur,
efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan
fungsi tubuh di siang hari. Penilaian kuesioner ini adalah jika total nilai PSQI 5
maka kualitas tidur baik dan sebaliknya, jika total PSQI >5 menunjukan bahwa
kualitas tidur buruk dengan tingkat sensitifitas sebesar 89.6% dan spesifisitas
sebesar 86.5% untuk membedakannya kedua kualitas tidur tersebut.
4.5 Analisis data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, menggunakan program
software SPSS 22.0.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masingmasing variabel yang diteliti. Analisis univariat menggambarkan frekuensi
dari seluruh variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden (usia dan
jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan), kebiasaan merokok (jumlah
rokok yang dihisap per hari, jenis rokok yang dihisap, lama merokok,
derajat berat perokok) dan kualitas tidur. Peneliti akan mengolah data
tersebut menjadi bentuk proporsi atau persentase dan tabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung. Dalam penelitian ini yang akan di
analisis adalah hubungan jumlah rokok yang dihisap perhari, jenis rokok
yang dihisap, lama merokok dan derajat berat perokok dengan kualitas
33
Analisis Data
Hasil
Etika penelitian
34
berhak
untuk
memutuskan
secara
sukarela
keinginan
untuk
Penjadwalan penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2013-Januari 2014
35
Kegiatan
Juni
17-30
Juli
1-29
Agst
25-31
Sept
1-30
Waktu
Okt
1-31
Nov
1-30
Des
1-31
Jan
1-31
Feb
1-5
Penyusunan
dan
penyelesaian
proposal
penelitian
Perijinan dan
persiapan
penelitian
Pemberian
informed
consent dan
kuisioner
Pengembalian
kuisioner
Penyusunan
dan
penyelesaian
BAB IV
(hasil)
Penyusunan
dan
penyelesaian
BAB V
(pembahasan)
Penyusunan
dan
penyelesaian
BAB VI
(kesimpulan
dan saran)
Persiapan
ujian skripsi
Penyusunan
manuskrip
publikasi Ejurnal
Ujian skripsi
BAB V
36
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang terdiri dari analisis
univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan
tabel yang akan diberikan interpretasi pada masing-masing variabel yang diteliti.
5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat akan mendeskripsikan karakteristik masing - masing
variabel yang diteliti, yaitu karakteristik responden (jenis kelamin, usia, indeks
massa tubuh), kebiasaan merokok dan kualitas tidur.
5.1.1 Karateristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, dan Indeks Massa
Tubuh (IMT).
Tabel 5.1 Karakteristik responden pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
Karakteristik
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia (tahun)
19
20
21
22
Indeks Massa Tubuh
Kurus
Normal
Berlebih
Obesitas kelas 1
Obesitas kelas 2
Frekuensi
Jumlah (n)
Persen (%)
78
42
65,0
35,0
35
44
28
13
29,2
36,7
23,3
10,8
14
70
20
12
4
11,7
58,3
16,7
10,0
3,3
Tabel 5.1 menunjukkan 120 orang responden (100,0%) terdiri dari 78 orang
(65%) laki-laki dan 42 orang (35,0%) perempuan. Rata-rata usia responden adalah
37
21,5 1,5 tahun dengan hampir sebagian responden yaitu 44 orang (36,7%)
berusia 20 tahun, 35 orang (29,2%) berusia 19 tahun, 28 orang (23,3%) berusia 21
tahun dan 13 orang (10,8%) berusia 22 tahun. Rata-rata Indeks Massa Tubuh
(IMT) responden yaitu 21,67 kg/m2. Sebagian besar responden (58,3%) memiliki
status gizi normal, 17 orang (11,7%) status gizi kurang, dan 36 orang memiliki
status gizi lebih dengan 20 orang (16,7%) berberat badan lebih, 12 orang (10,0%)
termasuk dalam obesitas kelas I dan 4 orang (3,3%) termasuk dalam obesitas kelas
II.
5.1.2 Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan merokok. Kebiasaan
merokok tersebut juga meliputi jumlah rokok yang dihisap per hari, jenis rokok
yang dihisap, lama merokok dan derajat berat merokok.
Tabel 5.2 Distribusi responden menurut kebiasaan merokok mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti
Variabel
Kebiasaan Merokok
Ya
Tidak
Jumlah rokok yang dihisap per hari
< 10 batang
10 20 batang
> 20 batang
Jenis rokok yang dihisap
Rokok filter
Rokok non-filter
Lama merokok
< 10 tahun
10 20 tahun
Derajat berat perokok
Ringan
Sedang
Frekuensi
Jumlah (n)
Persen (%)
76
44
63,3
36,7
17
41
18
22,4
53,9
23,7
52
24
68,4
31,6
67
9
88,2
11,8
62
14
81,6
18,4
38
Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua
variabel yaitu variabel bebas kebiasaan merokok yang meliputi jumlah rokok yang
dihisap per hari, jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan derajat berat
merokok dengan variabel tergantung kualitas tidur.
Tabel 5.3 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kualitas tidur mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Variabel
Kualitas tidur
Total
P value
OR
39
n
Kebiasaan merokok
Ya
35
Tidak
23
Baik
%
29,2
19,2
Buruk
n
%
CI 95%
41
21
34,2
17,5
76
44
63,3
36,7
0,021
0,779
(0,3701,640)
32,9
21,1
58
18
76,3
23,7
0,001
10,560
(2,22150,209)
22
19
28,9
25,0
52
24
68,4
31,6
0,003
5,182
(1,67716,014)
Lama merokok
< 10 tahun
10 20 tahun
34
1
44,7
1,3
33
8
43,4
10,5
67
9
88,2
11,8
0,033
8,242
(0,97669,589)
43,4
2,6
29
12
38,2
15,8
62
14
81,6
18,4
0,008
6,828
(1,40933,078)
40
(76.3%) responden yang merokok kurang dari 20 batang per hari memiliki
kualitas tidur yang baik. Sedangkan hanya 2 orang (2,6%) dari 18 orang (23,7%)
responden yang merokok lebih dari 20 batang per hari memiliki kualitas tidur
yang baik. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,001 yang berarti p < 0,05
maka dapat disimpulkan ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari
dengan kualitas tidur. Didapatkan juga perokok yang mengonsumsi rokok dengan
jumlah lebih dari 20 batang per hari memiliki resiko sepuluh kali lebih tinggi
untuk
mendapatkan
kualitas
tidur
buruk
dibandingkan
perokok
yang
mengonsumsi rokok dengan jumlah kurang dari 20 batang per hari (OR = 10,560;
CI 95%: 2,221-50,209).
5.2.2 Hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kualitas tidur
Berdasarkan hasil analisis antara jenis rokok yang dihisap dengan kualitas
tidur diperoleh bahwa hanya ada sebanyak 30 orang (39,5%) dari 52 orang
(68,4%) responden yang mengonsumsi rokok filter memiliki kualitas tidur baik
sedangkan sebanyak 22 orang (28,9%) memiliki kualitas tidur buruk. Pada
responden yang mengonsumsi rokok non-filter, hanya sebanyak 5 orang (6,6%)
dari 24 orang (31,6%) responden memiliki kualitas tidur baik, sedangkan sisanya
yaitu 19 orang (25,0%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil uji Chi-square
diperoleh nilai p = 0,015 yang berarti p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kualitas tidur. Didapatkan dari
hasil analisis, perokok yang mengonsumsi rokok filter memiliki resiko lima kali
lebih tinggi untuk mendapatkan kualitas tidur yang buruk dibandingkan perokok
yang mengonsumsi rokok non-filter (OR = 5,182; CI 95%: 1,67710,014).
5.2.3 Hubungan antara lama merokok dengan kualitas tidur
Hasil analisis antara lama merokok responden dengan kualitas tidur
diperoleh bahwa sebanyak 34 orang (44,7%) dari 67 orang (88,2%) responden
yang merokok kurang dari 10 tahun memiliki kualitas tidur baik dan 33 orang
(43,4%) sisanya memiliki kualitas tidur yang buruk. Sedangkan hanya ada satu
orang (1,3%) dari 9 orang responden (11,8%) yang merokok antara 10 20 tahun
41
memiliki kualitas tidur baik dan 8 orang (10,5%) sisanya memiliki kualitas tidur
yan buruk. Dengan uji Fishers Exact diperoleh nilai p = 0,003 yang berarti p <
0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara lama merokok dengan kualitas
tidur. Perokok yang memiliki lama merokok antara 10 hingga 20 tahun memiliki
resiko delapan kali lebih tinggi untuk mendapatkan kualitas tidur buruk
dibandingkan dengan perokok yang memiliki lama merokok kurang dari 10 tahun.
(OR = 8,242; CI 95%: 0,976 - 69,589).
5.2.4 Hubungan antara derajat berat merokok dengan kualitas tidur
Hasil analisis antara derajat berat perokok dengan kualitas tidur diperoleh
bahwa ada sebanyak 33 orang (43,4%) dari 62 orang (81,6%) responden yang
dikategorikan dalam derajat perokok ringan memiliki kualitas tidur baik dan 29
orang (38,2%) sisanya memiliki kualitas tidur buruk. Sedangkan hanya 2 orang
(2,6%) dari 14 orang (18,4%) responden yang dikategorikan derajat perokok
sedang memiliki kualtas tidur yang baik dan 12 orang (15,8%) sisanya memiliki
kualitas tidur yang buruk. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,003 yang
berarti p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara derajat berat
merokok dengan kualitas tidur. Perokok yang dikategorikan dalam derajat
perokok sedang memiliki resiko enam kali lebih tinggi untuk mendapatkan
kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan perokok yang dikategorikan dalam
derajat perokok ringan (OR = 6,828; CI 95%: 1,409-33,078).
BAB VI
PEMBAHASAN
42
Karakteristik responden
43
akan peran yang harus dilakukan. Di sisi lain, status tersebut memberikan
keuntungan karena memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai bagi dirinya. Selain itu, masa remaja juga merupakan masa
pencarian identitas diri. Identitas diri yang dicari adalah usaha untuk menjelaskan
diri dan peranannya dalam masyarakat. Salah satu cara memunculkan identitas
diri yang cukup sering digunakan adalah merokok. Usaha untuk memunculkan
identitas di masa remaja awal inilah yang kemudian menjadi kebiasaan di masa
dewasa mudanya.47
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2010 menyatakan sebanyak 30,8% penduduk DKI Jakarta yang mempunyai
kebiasaan merokok, berusia lebih dari 15 tahun. 4 Tercatat juga secara keseluruhan
pada tahun 2004-2006, sekitar 21% dari penduduk di Amerika yaitu dewasa muda
adalah perokok.45 Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya
kebebasan, kemandirian dan keluar dari norma-norma yang ada, dimanfaatkan
industri rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah diingat.
Berdasarkan survei GYTS di Indonesia tahun 2006, sebanyak 92,9% remaja
terpapar dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8% terpapar iklan
yang berada di majalah dan koran.2
6.1.3 Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dianjurkan
WHO untuk menilai status gizi usia di atas 18 tahun. Dari hasil analisis univariat,
dapat disimpulkan keadaan gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti dalam keadaan cukup, karena sebagian besar responden (58,3%) yaitu 70
orang dari 120 orang responden memiliki berat badan normal. Diet tinggi kalori,
konsumsi kafein dan alkohol sebelum tidur, menyebabkan kesulitan tidur karena
zat-zat tersebut mempunyai efek produksi insomnia sehingga mengurangi atau
menghindari zat tersebut sebelum tidur adalah hal yang baik untuk meningkatkan
waktu kualitas tidur. Kehilangan berat badan juga berkaitan dengan penurunan
waktu tidur total, terganggunya tidur dan terbangun lebih awal. Sedangkan,
44
kelebihan berat badan akan meningkatkan waktu tidur total. 41 Keadaan status gizi
yang cukup pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dicapai
karena kesadaran dan pengetahuan yang diperoleh oleh masing-masing responden
tentang gizi seimbang dari makanan yang dikonsumsi dan status perekonomian
responden yang memudahkan lebih dari sebagian responden mempunyai indeks
massa tubuh yang normal.
6.2
Kualitas tidur
Hasil analisis univariat menyatakan bahwa sebagian responden memiliki
kualitas tidur buruk yaitu 62 orang (51,7%), sedangkan sisanya yaitu 58 orang
(48,3%) memiliki kualitas tidur baik. Hal-hal yang berkaitan dengan kualitas tidur
terkandung dalam kuisioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang diisi
oleh responden saat penelitian. Dari 62 orang responden yang memiliki kualitas
tidur buruk, terdiri dari 44 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Pada
penelitian ini, jumlah responden laki-laki dan perempuan tidak seimbang, namun
jika dihitung proporsinya, terlihat kualitas tidur pada responden perempuan lebih
tinggi dibandingkan responden laki-laki.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nashori F
dan Diana R tentang kualitas tidur pada 319 mahasiswa di Universitas Islam
Indonesia menyatakan bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur mahasiswa
perempuan dengan mahasiswa laki-laki (p = 0,001).48 Penelitian yang dilakukan
tersebut menggunakan instrumen yang berbeda untuk mengukur kualitas tidur,
namun skala kualitas tidur yang digunakan sudah lolos uji validasi dengan
koefisien korelasi setiap pertanyaan antara 0,2914 hingga 0,5661. Hasil
penelitiannya melaporkan kualitas tidur mahasiswa perempuan lebih tinggi
dibanding mahasiswa laki-laki. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan
adalah kebiasaan hidup antara laki-laki dan perempuan dalam mengisi waktu
malam hari. Toleransi terhadap aktivitas di larut malam pada laki- laki ini secara
keseluruhan akan menyebabkan perbedaan pengelolaan tidur laki-laki dengan
pengelolaan tidur perempuan. Penjelasan ini sesuai dengan temuan berdasarkan
wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tersebut.48
45
Jika dilihat dari usia responden, lama tidur yang dibutuhkan usia dewasa
muda untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik adalah 7-9 jam. 9 Pada
penelitian ini, responden yang diteliti memiliki rata-rata lama tidur 6,5 jam. Hasil
yang serupa juga dinyatakan oleh penelitian yang dilakukan Schoenborn, et al
tahun 2008 pada 2000 responden yang dikategorikan menurut usia menyatakan
bahwa penduduk dewasa yang berumur 18-44 tahun memiliki lama tidur antara
kurang dari 6 sampai 8 jam per hari. Angka tertinggi yaitu 31% mereka yang
memiliki lama tidur kurang dari 6 jam per hari dan 38% dari mereka adalah
perokok. Sedangkan yang memiliki lama tidur 7 sampai 8 jam per hari, tercatat
sebanyak 21% dari mereka adalah perokok dan sisanya 26% memiliki waktu tidur
lebih dari 8 jam per hari.45
Penelitian lain tentang kualitas tidur yang menggunakan The Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI) dilakukan oleh Mesquita G, et al. pada 710 orang
mahasiswa/i yang berumur 17-25 tahun, menyatakan bahwa 35,3% mahasiswi dan
17,7% mahasiswa memiliki kualitas tidur baik, sedangkan 64,7% mahasiswi dan
76,4% mahasiswa memiliki kualitas tidur buruk. Mahasiswa yang merokok
memiliki nilai rata-rata tidur yaitu 8,1 (p = 0.008); 70,5% dikelompokkan sebagai
kelompok responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk dan 14,7%
dikelompokkan sebagai responden yang memiliki lama tidur kurang dari 5 jam
per hari. Sedangkan mahasiswa yang bukan perokok memiliki nilai rata-rata tidur
sebesar 6,4; 59,7% dikelompokkan sebagai kelompok responden yang memiliki
kualitas tidur yang buruk dan 29,9% dikelompokkan sebagai responden yang
memiliki lama tidur kurang dari 5 jam per hari.11
Hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara
kebiasaan merokok dan kualitas tidur (p = 0,021), didukung oleh penelitian yang
dilakukan Cohrs S, menyatakan perokok juga lebih sering mengeluhkan adanya
gangguan pada kualitas tidur secara menyeluruh dibanding bukan perokok (p
<0,0001). Setelah menyingkirkan berbagai faktor perancu pada penelitiannya,
skor yang diperoleh dari komponen tidur laten, lama tidur dan kualitas tidur
keseluruhan lebih sering menimbulkan gangguan pada perokok dibanding bukan
perokok.6
46
6.3
Kebiasaan Merokok
Lebih dari sebagian responden yaitu 76 orang (63,3%) dari 120 orang
47
48
jumlah yang lebih sedikit, (OR = 1,54; CI 95%: 1,012,36) begitu juga jika
dibandingkan dengan mantan perokok.7
Penelitian lain dilakukan Zhang L, et al. tahun 2006 pada lebih dari 5000
responden yang membandingkan antara responden yang bukan perokok dan
perokok, perokok yaitu seseorang yang pernah mengonsumsi minimal 100 batang
rokok dalam hidupnya, menghabiskan waktu yang lebih lama untuk memulai tidur
dan memiliki lama jumlah tidur yang lebih sedikit. 43 Penelitian tersebut mereka
kembangkan tahun 2008 pada 40 pasang responden yang merokok dan tidak
merokok yang menyatakan perbedaan dari gelombang EEG antara perokok dan
tidak perokok terlihat jelas meningkat pada fase awal tidur dan menurun pada fase
akhir tidur. Keluhan subjektif tentang jarangnya tidur nyenyak sering diungkapkan
oleh perokok dibanding bukan perokok (p <0,002) yang dibuktikan dengan
adanya perbedaan pada gelombang EEG. Hasil penelitian menyatakan merokok
berkaitan dengan gangguan pada pola tidur, yaitu awal tidur dan berbagai stadium
tidur.46
Hal ini berkaitan dengan zat-zat kimia beracun yang terkandung dalam
rokok, terutama nikotin yang paling berpengaruh terhadap kualitas tidur. Efek dari
nikotin tersebut antara lain: pertama, nikotin dari asap rokok dapat merangsang
pelepasan beberapa neurotransmiter penting yang secara kolektif berpartisipasi
dalam mengatur siklus tidur. Kedua, perokok akan sering mengalami ketagihan
asupan nikotin selama tidur.43 Selain itu, konsumsi nikotin dapat mempengaruhi
pola tidur normal seseorang. Penggunaan nikotin akan memberi efek peningkatan
kewaspadaan, perubahan pada fase tidur gelombang lambat dan fase tidur
paradoksal juga terhadap lama tidur seseorang. Efek ini timbul karena nikotin
merangsang susunan saraf pusat untuk melepaskan dopamin, norepinefrin,
serotonin dan asetilkolin, yang berperan penting sebagai regulator keterjagaan
seseorang. Kadar zat-zat kimia dalam rokok secara langsung ditentukan dari
jumlah rokok yang dikonsumsi seseorang setiap harinya. Hasil penelitian ini
menyatakan perokok yang mengonsumsi rokok dengan jumlah lebih dari 20
batang per hari memiliki resiko sepuluh kali lebih tinggi untuk mendapatkan
kualitas tidur buruk dibandingkan perokok yang mengonsumsi rokok dengan
49
jumlah kurang dari 20 batang per hari (OR = 10,560; CI 95%: 2,221-50,209).
Dengan kata lain, semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi,
semakin besar resiko seseorang untuk mendapatkan kualitas tidur yang buruk.7
6.3.2 Hubungan antara jenis rokok yang dihisap per hari dengan kualitas tidur
Sebagian besar responden yaitu 56 orang (73,7%) menghisap rokok berjenis
rokok filter sedangkan 20 orang (26,3%) menghisap rokok berjenis rokok nonfilter. Hasil penelitian ini juga dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, yang
menyatakan persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja menunjukkan
70,73% perokok menghisap rokok putih (filter), 15,44% menghisap rokok
kombinasi (putih+kretek), 13,0% menghisap rokok kretek (rokok non-filter) dan
0,81% menghisap cerutu. Namun berbeda dengan penelitian Rochadi K tahun
2004, yang menyatakan 48,8% remaja di lima wilayah Jakarta menghisap rokok
kretek (rokok non-filter), 35,3% kombinasi dan 15,9% rokok putih (rokok filter).
Peneliti tersebut juga menyatakan, ketertarikan responden terhadap rokok filter
dikarenakan harga rokok filter lebih murah dan rokok filter juga menawarkan rasa
yang lebih bervariasi dan promosinya juga lebih menarik.47
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara jenis rokok yang
dihisap dengan kualitas tidur (p = 0,003). Rokok filter mempunyai kandungan 1415 mg tar dan 2-3 mg nikotin, dimana kandungan tar dan nikotin tersebut lebih
rendah dibanding rokok non-filter. Rokok non-filter atau rokok kretek memiliki
sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin.14 Kandungan nikotin yang terdapat dalam
rokok non-filter lebih besar dari rokok filter, hal itu disebabkan rokok non-filter
tidak dilengkapi dengan filter yang berfungsi mengurangi asap keluar dari rokok
seperti yang terdapat pada jenis rokok filter.51 Pada penelitian ini lebih banyak
(71,1%) ditemukan responden yang mengonsumsi rokok berjenis rokok filter,
salah hal yang dapat dijadikan alasan adalah sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran yang mempunyai kebiasaan merokok, sebagian dari responden sudah
memiliki pengetahuan tentang zat-zat yang terkandung dalam rokok. Hasil
analisis bivariat menyatakan perokok yang mengonsumsi rokok filter memiliki
resiko lima kali lebih tinggi untuk mendapatkan kualitas tidur yang buruk
50
51
52
dalam satuan tahun.21 Hasil analisis univariat menyatakan dari 76 orang responden
(100,0%), 62 orang (81,6%) termasuk derajat ringan. Derajat ringan adalah
perokok yang mempunyai hasil indeks Brinkman 0-200. Sedangkan 14 orang
(18,4%) dikategorikan dalam derajat sedang. Derajat sedang adalah perokok yang
mempunyai hasil indeks Brinkman 200-600. Semakin tinggi skor yang diperoleh
responden, maka semakin tinggi intensitas perilaku merokoknya dan sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh responden maka semakin rendah juga
intensitas perilaku merokoknya. Intensitas perilaku merokok seseorang berkaitan
dengan banyak rokok yang dikonsumsi per hari dan lama waktu seseorang
merokok.58
Hasil penelitian ini menyatakan lebih dari tigaperempat responden memiliki
intensitas merokok dalam kategori ringan, hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh responden. Namun, berbeda dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kusumawardhani A, yang menyatakan tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang
merokok dengan derajat berat merokok. Penelitian yang dilakukan menyatakan
terdapat korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan derajat berat merokok
dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.165 dan nilai signifikansi 0.208
menunjukkan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan lemah yang tidak
signifikan. Begitu juga antara tingkat pengetahuan dengan derajat berat merokok
juga berkorelasi negatif yang memiliki signifikansi 0.589 dan koefisien
korelasinya 0.071.59
Namun, dari intensitas perilaku merokok yang ringan tidak menutup
kemungkinan untuk timbulnya berbagai dampak. Zat yang terkandung dalam
rokok terutama nikotin berefek pada konsekuensi medis yang terkait dengan
perokok, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronis, yang dapat mengganggu
kontinuitas tidur dan memiliki dampak negatif pada siklus tidur.44 Hasil analisis
bivariat pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara derajat berat
merokok dengan kualitas tidur (p = 0,008) dilaporkan hanya 2 orang (2,6%) dari
14 orang (18,4%) responden yang dikategorikan derajat perokok sedang memiliki
kualtas tidur yang baik. Hal ini didukung dengan penelitian yang menyatakan
toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya paparan dan lamanya paparan. 51
53
Begitulah bila diumpamakan sebuah rokok yang mengandung berbagai zat yang
beracun mempengaruhi kualitas tidur ditentukan oleh besarnya paparan (jumlah
rokok yang dikonsumsi per hari) dan lamanya paparan (lama merokok) yang
dapat dihitung dengan indeks Brinkman seperti yang digunakan pada penelitian
ini.
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menyatakan perokok yang
dikategorikan dalam derajat perokok sedang memiliki resiko enam kali lebih
tinggi untuk mendapatkan kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan
perokok yang dikategorikan dalam derajat perokok ringan (OR = 6,828; CI 95%:
1,409-33,078). Penelitian yang dilakukan Karyono F, tahun 2010 pada 72
responden yang memenuhi kriteria, yaitu 24 perokok ringan, 24 perokok sedang,
dan 24 perokok berat menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara beratnya kebiasaan merokok dengan keluhan-keluhan saat tidur
berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Anova didapatkan nilai sebesar
32,785 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 (p <0,01). Namun tidak
didapatkan perbedaan keluhan-keluhan saat tidur pada perokok sedang dan
perokok berat.60 Penelitian lain menyatakan gangguan tidur pada merokok erat
kaitannya dengan nikotin yang merupakan salah satu kandungan dalam rokok
tersebut. Awalnya nikotin berhubungan dengan HPA (Hipotalamus-hipofisisadrenal) dan kortisol. Kortisol mempunyai fungsi memodulasi dan mengatur
aktivitas sistem saraf pusat selama stres dan produksi kortisol berhubungan
dengan kemampuan tubuh mengatasi stres, namun berjalannya waktu dalam siklus
tidurnya, seorang perokok akan merasa kesulitan untuk memulai tidur akibat efek
stimulasi dari nikotin.42
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
54
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan peneliti yang dimiliki dalam
55
kebiasaan
merokok,
DAFTAR PUSTAKA
1. Lindenberg A, Binkmeyer J, Dahmen N, Gallinat J, Millas W, Mobascher
A, et al. The German multi-centre study on smoking-related behaviordescription on a population-based case-control study. Addiction Biology
2011;16(4):638-53.
2. World Health Organization. Country Profile Indonesia: Prevalence of
tobacco use. WHO report on the global tobacco epidemic. Geneva:
Switzerland: 2011. Available at: http://www.who.int/tobacco/surveillance/
policy/country_profile/ idn.pdf. Accessed on June 16, 2013.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Departemen Kesehatan RI 2010: 399-403.
4. Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi kesehatan Provinsi
DKI Jakarta. Departemen Kesehatan RI 2012:2-7.
5. Han Min-Yan, Che Wei-Qing, Wen Xiao-Zhong, Liang Cai-Hua, Ling
Wen-Hua. Differences of Smoking Knowledge, Attitudes, and Behaviors
56
57
58
59
60
Lampiran 1
HASIL PENELITIAN
NAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
JENIS
KELAMIN
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
2
2
USIA
19
20
20
19
20
20
19
20
20
19
20
20
20
20
21
21
20
20
21
21
19
21
KEBIASAAN
MEROKOK
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
JUMLAH
ROKOK
JENIS
ROKOK
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
LAMA
MEROKOK
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DERAJAT
BERAT
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
KUALITAS
TIDUR
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
20
20
19
21
20
19
19
19
19
20
21
21
20
20
19
19
20
20
19
19
19
19
19
20
22
20
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
21
19
21
19
19
19
22
22
20
21
20
19
19
21
19
20
21
21
22
21
20
20
21
21
20
21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
20
19
19
22
22
20
19
20
20
19
19
20
21
20
21
22
22
22
22
22
20
20
19
22
19
22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
19
21
20
20
19
21
19
21
20
21
21
19
21
21
20
20
21
20
20
20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
Lampiran 2
HASIL ANALISIS UNIVARIAT
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Frequency
78
42
120
Cumulative
Percent
Valid Percent
Percent
65.0
65.0
65.0
35.0
35.0
100.0
100.0
100.0
Usia
Valid
19
20
21
22
Total
Frequency
35
44
28
13
120
Percent
29.2
36.7
23.3
10.8
100.0
Valid Percent
29.2
36.7
23.3
10.8
100.0
Cumulative
Percent
29.2
65.8
89.2
100.0
IMT
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Kurus
14
11.7
11.7
11.7
Normal
70
58.3
58.3
70.0
Berlebih
20
16.7
16.7
86.7
Obese kelas 1
12
10.0
10.0
96.7
Obese kelas 2
3.3
3.3
100.0
120
100.0
100.0
Total
Kebiasaan Merokok
Valid
Ya
Tidak
Total
Frequency
76
44
120
Percent
63.3
36.7
100.0
Valid Percent
63.3
36.7
100.0
Cumulative
Percent
63.3
100.0
Valid
Valid
Jumlah
rokok
yang
dihisap
per hari
Jenis
rokok
yang
dihisap
Cumulative
Frequency Percent
Valid
Cumulative
Frequency Percent ValidPercent
Percent
Percent
Percent
<
20
batang
58
76.3
76.3
76.3
rokok filter
52
68.4
68.4
68.4
> 20 batang
1824
23.7
23.7
100.0
rokok
non filter
31.6
31.6
100.0
Total
7676 100.0
100.0
Total
100.0
100.0
Lama merokok
Valid
< 10 tahun
10 - 20 tahun
Total
Frequency
67
9
76
Cumulative
Percent Valid Percent Percent
88.2
88.2
88.2
11.8
11.8
100.0
100.0
100.0
Valid
derajat ringan
derajat sedang
Total
Frequency
62
14
76
Percent
81.6
18.4
100.0
Valid
Cumulative
Percent
Percent
81.6
81.6
18.4
100.0
100.0
Kualitas Tidur
Valid
baik
buruk
Total
Frequency
58
62
120
Percent
48.3
51.7
100.0
Valid Percent
48.3
51.7
100.0
Cumulative
Percent
48.3
100.0
Lampiran 3
HASIL ANALISIS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
Total
Percent
Kebiasaan Merokok
* Kualitas Tidur
Jumlah rokok per
hari * Kualitas Tidur
Jenis rokok yang
dihisap * Kualitas
Tidur
Lama merokok *
Kualitas Tidur
Derajat Berat
Merokok * Kualitas
Tidur
120
100.0%
0.0%
120
100.0%
76
63.3%
0.0%
76
100.0%
76
63.3%
0.0%
76
100.0%
76
63.3%
0.0%
76
100.0%
76
63.3%
0.0%
76
100.0%
Kebiasaan Merokok Ya
Tidak
Total
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Kualitas Tidur
baik
buruk
35
41
36.7
39.3
29.2%
34.2%
23
21
21.3
22.7
19.2%
17.5%
58
62
58.0
62.0
48.3%
51.7%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2Value
df
(2-sided)
sided)
5.355a
1
.021
Total
76
76.0
63.3%
44
44.0
36.7%
120
120.0
100.0%
Pearson Chi-Square
Continuity
4.513
1
.034
Correctionb
Likelihood Ratio
5.386
1
.020
Fisher's Exact Test
.024
.017
Linear-by-Linear
5.310
1
.021
Association
N of Valid Cases
120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.90.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.779
.370
1.640
.881
.607
1.279
1.130
.779
1.641
120
< 20 batang
> 20 batang
Total
Kualitas Tidur
baik
buruk
Total
33
25
58
26.7
31.3
58.0
43.4% 32.9% 76.3%
2
16
18
8.3
9.7
18.0
2.6% 21.1% 23.7%
35
41
76
35.0
41.0
76.0
46.1% 53.9% 100.0%
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value
df
(2-sided)
a
11.591
1
.001
Exact Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
9.821
1
.002
Correctionb
Likelihood Ratio
13.028
1
.000
Fisher's Exact Test
.001
.001
Linear-by-Linear
11.438
1
.001
Association
N of Valid Cases
76
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for
Jumlah rokok yang
dihisap per hari (< 20
batang / > 20 batang)
For cohort Kualitas
Tidur = baik
10.560
2.221
50.209
5.121
1.360
19.279
.485
.346
.680
76
rokok filter
Total
Value
8.980a
Kualitas Tidur
baik buruk Total
30
22
52
23.9 28.1
52.0
39.5% 28.9% 68.4%
5
19
24
11.1 12.9
24.0
6.6% 25.0% 31.6%
35
41
76
35.0 41.0
76.0
46.1% 53.9% 100.0%
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
df
(2-sided)
1
.003
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
7.557
1
.006
Correctionb
Likelihood Ratio
9.469
1
.002
Fisher's Exact Test
.003
.003
Linear-by-Linear
8.862
1
.003
Association
N of Valid Cases
76
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Jenis
rokok yang dihisap
(rokok filter / rokok
non filter)
For cohort Kualitas
Tidur = baik
For cohort Kualitas
Tidur = buruk
N of Valid Cases
5.182
1.677
16.014
2.769
1.227
6.249
.534
.366
.780
76
Lama merokok
< 10 tahun
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
10 - 20 tahun
Total
Value
5.017a
Kualitas Tidur
baik
buruk
Total
34
33
67
30.9
36.1
67.0
44.7% 43.4% 88.2%
1
8
9
4.1
4.9
9.0
1.3% 10.5%
11.8%
35
41
76
35.0
41.0
76.0
46.1% 53.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
df
(2-sided)
1
.025
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
3.548
1
.060
Correctionb
Likelihood Ratio
5.738
1
.017
Fisher's Exact Test
.033
.026
Linear-by-Linear
4.951
1
.026
Association
N of Valid Cases
76
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Lama
merokok (< 10 tahun
/ 10 - 20 tahun)
For cohort Kualitas
Tidur = baik
For cohort Kualitas
Tidur = buruk
N of Valid Cases
8.242
.976
69.589
4.567
.709
29.423
.554
.396
.775
76
Derajat Berat
merokok
derajat ringan
Count
Expected Count
% of Total
Kualitas Tidur
baik buruk
33
29
28.6 33.4
43.4% 38.2%
Total
62
62.0
81.6%
derajat sedang
Total
Value
6.971a
Count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
2
12
14
6.4
7.6
14.0
2.6% 15.8% 18.4%
35
41
76
35.0 41.0
76.0
46.1% 53.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2df
(2-sided)
sided)
1
.008
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity
5.491
1
.019
Correctionb
Likelihood Ratio
7.709
1
.005
Fisher's Exact Test
.015
.008
Linear-by-Linear
6.879
1
.009
Association
N of Valid Cases
76
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.45.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for
Derajat Berat
merokok (derajat
ringan / derajat
sedang)
For cohort Kualitas
Tidur = baik
For cohort Kualitas
Tidur = buruk
N of Valid Cases
6.828
1.409
33.078
3.726
1.011
13.728
.546
.388
.767
76
Lampiran 4
KAJI ETIK PENELITIAN
Lampiran 5
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN
Salam sejahtera Saudara/i,
Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya
pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam
penelitian ini.
Nama peserta penelitian
Tanda tangan
Tanggal
Lampiran 7
KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN
MEROKOK DENGAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A1.
A2.
A3.
A4.
A5.
A6.
A7.
A8.
A9.
B. KEBIASAAN MEROKOK
B1. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan C1)
B2. Berapa jumlah batang rokok yang anda konsumsi per hari?
a. kurang dari 10 batang
b. 10 20 batang
c. lebih dari 20 batang
B3. Apa jenis rokok yang paling sering anda konsumsi?
a. Rokok filter
b. Rokok non-filter
B4. Berapa lama anda sudah rokok?
a. kurang dari 10 tahun
b. 10-20 tahun
c. lebih dari 20 tahun
B5. Derajat berat merokok (diisi oleh peneliti)
Koding (diisi
oleh peneliti)
[ ][ ][ ]
[
[
]
]
PETUNJUK:
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berkaitan dengan sifat-sifat tidur anda
selama sebulan terakhir ini saja.
C.
KUALITAS TIDUR
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
1. Jam berapa biasanya anda berangkat untuk tidur?
2. Berapa menit anda butuhkan untuk jatuh tertidur?
3. Jam berapa biasanya anda bangkit dari tempat tidur?
4. Berapa menit anda terjaga sebelum bangkit dari tempat tidur?
Tidak Kurang dari Sekali atau Tiga kali
pernah
sekali
dua kali
atau lebih
Seberapa sering anda terjaga karena
dalam
dalam
dalam
seminggu
seminggu seminggu
5a. Tidak bisa tidur dalam 30 menit
5b. Terbangun di tengah malam
5c. Terbangun karena harus ke kamar
mandi
5d. Terganggu pernafasan
5e. Batuk atau mendengkur terlalu
keras
5f. Merasa kedinginan
5g. Merasa kepanasan
5h. Bermimpi buruk
5i. Merasa kesakitan
5j. Alasan lain: _________
5k. Berapa sering anda meminum
obat (bebas atau resep) untuk
membantu anda tidur?
6. Berapa sering anda tidak bisa
menahan kantuk ketika bekerja,
makan atau aktivitas lainnya?
7. Berapa sering anda tidur siang
ketika istirahat kerja?
8. Berapa sering anda mengalami
kesulitan berkonsentrasi ke
pekerjaan?
9.
Menurut anda sendiri, bagaimana kualitas tidur anda sebulan ini?
Baik sekali
Baik
Buruk
Buruk sekali
Lampiran 8
PERHITUNGAN NILAI PSQI
Tidak pernah
Kurang dari sekali dalam seminggu
Sekali atau dua kali dalam seminggu
Tiga kali atau lebih dalam seminggu
KOMPONEN 1:
Kualitas tidur subyektif
KOMPONEN 2:
Tidur laten
15 menit
0
15 30 menit 1
30 60 menit 2
60 menit
3
KOMPONEN 3:
Lama tidur
7 jam
0
6-7 jam
1
5-6 jam
2
< 5 jam
3
KOMPONEN 4:
Efisiensi tidur
85%
0
75% - 84%
1
66% - 74%
2
65%
3
KOMPONEN 5:
Gangguan tidur
0
0
19
1
10 18
2
19 27
3
KOMPONEN 6:
Pemakaian obat tidur
KOMPONEN 7:
Disfungsi diang hari
0
0
12
1
34
2
56
3
0
1
2
3
Baik sekali
Baik
Buruk
Buruk sekali
0
1
2
3
s
s