You are on page 1of 33

Pengujian No.

Pelanggan
Alamat
Kegiatan dimulai tanggal
Kegiatan selesai tanggal

: 02.BGJ.14.LAP
:
:
: 16 Agustus 2014
: 26 Agustus 2014

LAPORAN FAKTUAL
PENGUJIAN PENDUGAAN GEOFISIKA (GPR) RUNWAY
BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU
SUMATERA BARAT

AGUSTUS 2014

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEKERJAAN UMUM
Jl. AH. Nasution (Raya Timur) 264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. 7802726 Bandung 40294 e-mail: info@pusjatan.pu.go.id

SURAT PENGANTAR
Yang bertanda tangan dibawah ini melaporkan bahwa Pengujian Pendugaan Geofisika (GPR)
Runway Bandara Internasional Minang Kabau Sumatera Barat telah dilakukan oleh Laboratorium
Pengujian Balai Geoteknik Jalan. Hasil pengujian faktual ini disajikan secara lengkap pada
Laporan Faktual Pengujian Pendugaan Geofisika (GPR) Runway Bandara Internasional
Minang Kabau Sumatera Barat. yang disampaikan bersama surat ini.
Demikian surat ini, atas perhatiannya diucapkan terima kasih

Bandung, Agustus 2014


Manajer Puncak/
Kepala Balai Geoteknik Jalan

Ir. Rudy Febrijanto, MT


NIP. 19710203 199703 1 004

LAPORAN HASIL PENGUJIAN


Yang bertanda tangan dibawah ini melaporkan hasil pengujian dari Laboratorium Pengujian Balai
Geoteknik Jalan, yaitu :
1. Pendahuluan
a. Proyek/Pekerjaan

: Pengujian Pendugaan Geofisika (GPR)


Bandara Internasional Minang Kabau
Sumatera Barat

b. Nama dan Alamat Pelanggan

c. Lokasi

: Bandara Internasional Minang Kabau

2. Kegiatan Pengujian
a. Mobilisasi alat ke lokasi uji

: 16 Agustus 2014

b. Pengujian mulai tanggal

: 20 Agustus 2014

c. Pengujian selesai tanggal

: 20 Agustus 2014

d. Mobilisasi alat selesai uji tanggal

: 22 Agustus 2014

e. Jenis pengujian

: Pendugaan Geofisika Georadar (GPR)

f. Jumlah dan jenis yang diuji

: Georadar 11 Spot panjang 800 meter

g. Hasil Pengujian terlampir

: Terlampir

Bandung, Agustus 2014


Manajer Puncak/
Kepala Balai Geoteknik Jalan

Ir. Rudy Febrijanto, MT


NIP. 19710203 199703 1 004

DAFTAR ISI
1. Ruang Lingkup .......................................................................................................... ..

2. Pelaksanaan Pekerjaan.................................................................................................

3. Hasil Pengujian ..................................................................................... ..

4. Penutup ........................................................................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pengujian Lapangan ..................................................................................... ..

Tabel 1.1. Standar Pengujian Lapangan ........................................................................ ..

LAMPIRAN
Lampiran 1 Layout Bandara Internasional Minang Kabau
Lampiran 2 Sketsa Pengujian Lapangan
Lampiran 3 Hasil Intepretasi Data

1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengujian lapangan seperti tercantum pada Kerangka Acuan Kerja
diperlihatkan pada Tabel 1-1. Standar pengujian lapangan yang dilaksanakan ditampilkan
pada Tabel 1-2.
Tabel 1-1. Pengujian Lapangan
No
1

Uraian
Pengujian Georadar

Satuan

Volume

Meter

800

Tabel 1-2. Standar Pengujian Lapangan


No
1

Jenis Pengujian

Metode Standar

Pengujian Geodar

Manual IDS

2. Pelaksanaan pekerjaan
Pekerjaan yang sudah dilakukan adalah Pendugaan Geofisika (GPR) Runway
Bandara Internasional Minang Kabau Sumatera Barat sepanjang 800 meter.
3. Hasil Pengujian
Resume hasil pengujian pendugaan georadar adalah sebagai berikut:
No
1

Spot
Spot 1

Uraian
Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman
0 meter sampai dengan 6,5 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 6,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang

yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


2

Spot 2

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 7,0 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman

7,0

meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah

dasar yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan


gelombang yang amplitudonya hampir seragam dan adanya utilitas
yang diduga kabel lampu runway.
3

Spot 3

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 8,5 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 8,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


4

Spot 4

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 8,0 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 8,0 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

diduga kabel lampu runway.

adanya utilitas yang

Spot 5

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 8,5 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 8,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


6

Spot 6

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 7,5 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 7,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


7

Spot 7 dan Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman
Spot 8

0 meter sampai dengan 8,5 meter diperkirakan merupakan tanah


dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 8,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


8

Spot 9

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 8,5 meter diperkirakan merupakan tanah

dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 8,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


9

Spot 10

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 8,0 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 8,0 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


10

Spot 11

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman


0 meter sampai dengan 7,5 meter diperkirakan merupakan tanah
dasar yang mempunyai kerapatan

kurang, adanya rongga udara

dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)


yang tidak beraturan dan amplitude tidak tetap, sedangkan pada
kedalaman 7,5 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar
yang cukup baik kerapatannya diindikasikan dengan gelombang
yang amplitudonya

hampir seragam dan

adanya utilitas yang

diduga kabel lampu runway.


11

Arah

Berdasarkan hasil visualisasi dapat dilihat bahwa pada kedalaman

Memanjang 0 meter sampai dengan 3,0 meter diperkirakan merupakan tanah


Tengah

timbunan dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel

Runway

(menerus) yang tidak beraturan dengan amplitude tidak tetap,

sedangkan pada kedalaman 3,0 meter ke bawah diperkirakan


merupakan tanah dasar yang cukup baik kerapatannya dan adanya
utilitas yang diduga kabel lampu runway dimana hal ini
diindikasikan dengan garis parabola.
12

Arah

Berdasarkan hasil visualisasi data scanning pengujian geoaradar

Melintang

dapat dilihat bahwa pada bahu jalan kedalaman 0 meter sampai

Bahu
Runway

ke dengan 7,0 meter diperkirakan merupakan tanah timbunan yang


mempunyai kerapatan kurang dimana hal ini diindikasikan dengan
adanya garis paralel (menerus) yang tidak beraturan dan amplitude
yang tidak tetap, sedangkan pada kedalaman 7,0 meter ke bawah
diperkirakan merupakan tanah dasar yang cukup baik kerapatannya.
Lebar bahu jalan 4 meter. Scanning pada runway kedalaman 0 meter
sampai dengan 3,0 meter diperkirakan merupakan tanah timbunan
dimana hal ini diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus)
yang tidak beraturan, sedangkan pada kedalaman 3,0 meter ke
bawah diperkirakan merupakan tanah dasar yang cukup baik
kerapatannya. Lebar Runway 40 meter.

4. Penutup
Demikian laporan Faktual lapangan ini dibuat dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Hasil uji lapangan ini hanya berkaitan dengan lingkup pengujian yang telah
tercantum pada butir 1.

Bandung, Agustus 2014


Manajer Teknik

Yudi Hardiana, ST, MT


NIP. 19740926 200312 1 003

LAMPIRAN 1.
LAYOUT BANDARA MINANG KABAU

Gambar 1. Layout Bandara Internasional Minang Kabau


9

LAMPIRAN 2.
SKETSA PENGUJIAN GEORADAR

Spot 2

Spot 5

Spot 7

Spot 8

Spot 10
Bahu
Runway

Spot 1

Spot 4

Spot 6

Memanjang

Melintang

Runway

Runway

Runway
Bahu
Runway

Spot 3

Taxi

Spot 9

way

APPRON

Gambar 2. Sketsa Pengujian Georadar

Spot 11

LAMPIRAN 3
HASIL INTEPRETASI DATA
1) Interpretasi Arah Memanjang di Bahu Jalan
a. Spot 1
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 3. Pada spot 1 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
6,5 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 1 pada jarak 30 meter horizontal terbentuk gelombang
dengan amplitudo lebih besar dari sekitarnya itu menandakan

adanya suatu

ketidakhomogenan yang terdeteksi di lapisan sekitarnya, namun jika kita perhatikan garis
gelombang tiba-tiba terputus dan seolah-olah kosong, yang mungkin saja terdapat rongga
mencapai permukaan sehingga konfigurasi reflektor yang dihasilkan sangat kecil sekali
hampir terlihat seragam. Kemudian dari interval 0 -10 meter banyak sekali muncul
gelombang dengan amplitudo tidak tetap menandakan inhomogen yang banyak dibawah
permukaan dimana amplitudo-amplitudo gelombang yang muncul tersebut membentuk
hiperbola-hiperbola (tomogram) yang bisa saja hiperbola itu menunjukkan adanya suatu
utilitas dibawah permukaan. Begitupun untuk hiperbola-hiperbola yang muncul direntan
interval lainnya. Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut
mengenai lokasi penyelidikan ataupun mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa
berupa data bor lapangan) sebagai data pembanding.

11

Sedangkan mulai dari kedalaman 6,5 meter kebawah pada interval 2 meter pada
jarak horisontal gelombang yang muncul cenderung lebih seragam dan keseragaman ini
semakin meningkat hingga mencapai kedalaman 4,5 meter pada interval 45 meter
horisontal sampai mencapai 100 meter horisontal. Keseragaman ini menyatakan bahwa
hanya sedikit gelombang reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini
cenderung lebih homogen. Namun jika kita perhatikan lebih seksama tetap masih terdapat
beberapa riak gelombang yang muncul diantara amplitudo gelombang yang relatif sama ini,
hal tersebut diperkirakan merupakan adanya suatu inhomogen yang terdapat diantara
lapisan homogen, namun secara garis besar lapisan ini masih bisa kita katakan sebagai
lapisan yang homogen. Adanya riak gelombang/amplitudo gelombang yang lebih besar
dibanding daerah sekitarnya ini diperkirakan adanya suatu objek lain yang tidak sama
dengan lingkungan mayoritasnya (bisa saja berupa utilitas). Untuk memastikan hal tersebut
diperlukan adanya pengujian lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah
ada sebelumnya sebagai acuan untuk pembanding. Pengujian ini dilakukan sepanjang 90
meter.

utilitas

utilitas

Gambar 3. Scanning Memanjang Spot 1

12

b. Spot 2
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 4. Pada spot 2 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
7,0 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 2 pada jarak 30 meter horizontal terbentuk gelombang
dengan amplitudo lebih besar dari sekitarnya itu menandakan

adanya suatu

ketidakhomogenan yang terdeteksi di lapisan sekitarnya, namun jika kita perhatikan garis
gelombang tiba-tiba terputus dan seolah-olah kosong, yang mungkin saja terdapat rongga
mencapai permukaan sehingga konfigurasi reflektor yang dihasilkan sangat kecil sekali
hampir terlihat seragam. Kemudian dari interval 0 -10 meter banyak sekali muncul
gelombang dengan amplitudo tidak tetap menandakan inhomogen yang banyak dibawah
permukaan dimana amplitudo-amplitudo gelombang yang muncul tersebut membentuk
hiperbola-hiperbola (tomogram) yang bisa saja hiperbola itu menunjukkan adanya suatu
utilitas dibawah permukaan. Begitupun untuk hiperbola-hiperbola yang muncul direntan
interval lainnya. Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut
mengenai lokasi penyelidikan ataupun mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa
berupa data bor lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 7,0 meter kebawah pada interval 2 meter pada
jarak horisontal gelombang yang muncul cenderung lebih seragam dan keseragaman ini
semakin meningkat hingga mencapai kedalaman 7,0 meter pada interval 45 meter
horisontal sampai mencapai 100 meter horisontal. Keseragaman ini menyatakan bahwa

13

hanya sedikit gelombang reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini
cenderung lebih homogen. Namun jika kita perhatikan lebih seksama tetap masih terdapat
beberapa riak gelombang yang muncul diantara amplitudo gelombang yang relatif sama ini,
hal tersebut diperkirakan merupakan adanya suatu inhomogen yang terdapat diantara
lapisan homogen, namun secara garis besar lapisan ini masih bisa kita katakan sebagai
lapisan yang homogen. Adanya riak gelombang/amplitudo gelombang yang lebih besar
dibanding daerah sekitarnya ini diperkirakan adanya suatu objek lain yang tidak sama
dengan lingkungan mayoritasnya (bisa saja berupa utilitas). Untuk memastikan hal tersebut
diperlukan adanya pengujian lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah
ada sebelumnya sebagai acuan untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya
memprediksikan sesuatu berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat
diperlukan data-data lain sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil
penyelidikan. Pengujian ini dilakukan sepanjang 90 meter.

utilitas

utilitas

Gambar 4. Scanning Memanjang Spot 2


14

c. Spot 3
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 5. Pada spot 3 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
8,5 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 3 pada jarak 30-100 meter horizontal

terbentuk

gelombang dengan amplitudo lebih besar dari sekitarnya itu menandakan adanya suatu
ketidakhomogenan yang terdeteksi di lapisan sekitarnya, gelombang dengan amplitudo
yang tidak tetap itu berbentuk hiperbola-hiperbola (tomogram) dimana hiperbola yang
terbentuk sangat banyak yang menandakan inhomogen dibawah permukaan sangat besar
dan dapat menunjukkan bahwa hiperbola yang terbentuk dibawah permukaan tersebut bisa
merupakan utilitas yang terdapat dibawah permukaan. Begitupun untuk hiperbola-hiperbola
yang muncul direntan interval lainnya. Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan
pengujian lebih lanjut mengenai lokasi penyelidikan ataupun mempelajari data
penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 8,5 meter kebawah pada interval 2 meter pada
jarak horisontal gelombang yang muncul cenderung lebih seragam dan keseragaman ini
semakin meningkat hingga mencapai kedalaman 6 meter pada interval 10 kemudian
kembali muncul daerah hiperbola dan daerah seragam dengan tidak berarturan pada interval
selanjutnya . Keseragaman ini menyatakan bahwa hanya sedikit gelombang reflektor yang
dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini cenderung lebih homogen. Namun jika
kita perhatikan daerah seragam dan daerah dengan amplitudo tidak seragam ini muncul

15

tidak beraturan, hal tersebut diperkirakan merupakan adanya suatu inhomogen dan daerah
homogen yang terdapat saling tumpang/tindih atau tidak teratur akibat sesuatu hal yang
mungkin saja akibat faktor lain (dapat akibat faktor tanah timbunan yang tidak baik
menerima faktor cuaca Untuk memastikan hal tersebut diperlukan adanya pengujian lebih
lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah ada sebelumnya sebagai acuan
untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya memprediksikan sesuatu
berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat diperlukan data-data lain
sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil penyelidikan. Pengujian
ini dilakukan sepanjang 100 meter.

utilitas

utilitas

utilitas
utilitas

Gambar 5. Scanning Memanjang Spot 3

16

d. Spot 4
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 6. Pada spot 4 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
8.0 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 4 pada jarak interval 0-17 meter pada kedalaman 3-3,5
meter horizontal terbentuk layer gelombang dengan amplitudo cenderung lurus dengan
jarak antar layer cukup besar yang diperkirakan adanya rongga dipermukaan. Pada interval
kedalaman 4-5,5 meter sampai mencapai daerah batas lapisan gelombang dengan amplitudo
yang tidak seragam dengan daerah dengan amplitudo yang relatif seragam banyak
terbentuk gelombang dengan amplitudo tidak tetap, dimana hal itu menandakan adanya
suatu ketidakhomogenan yang terdeteksi di daerah batas lapisan,jika kita perhatikan
hiperbola-hiperbola yang muncul menandakan adanya sesuatu yang tidak homogen pada
daerah tersebut dan bisa saja merupakan adanya suatu utilitas di bawah permukaan.
Begitupun untuk hiperbola-hiperbola yang muncul direntan interval lainnya. Untuk
memastikan hal tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi
penyelidikan ataupun mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor
lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 8,0 meter kebawah gelombang yang muncul
cenderung lebih seragam. Keseragaman ini menyatakan bahwa hanya sedikit gelombang
reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini cenderung lebih homogen.
Namun jika kita perhatikan lebih seksama tetap masih terdapat beberapa riak gelombang

17

yang muncul diantara amplitudo gelombang yang relatif sama ini, hal tersebut diperkirakan
merupakan adanya suatu inhomogen yang terdapat diantara lapisan homogen, namun secara
garis besar lapisan ini masih bisa kita katakan sebagai lapisan yang homogen. Adanya riak
gelombang/amplitudo gelombang yang lebih besar dibanding daerah sekitarnya ini
diperkirakan adanya suatu objek lain yang tidak sama dengan lingkungan mayoritasnya
(bisa saja berupa utilitas). Untuk memastikan hal tersebut diperlukan adanya pengujian
lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah ada sebelumnya sebagai acuan
untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya memprediksikan sesuatu
berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat diperlukan data-data lain
sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil penyelidikan. Pengujian
ini dilakukan sepanjang 22 meter.

utilitas

utilitas

Gambar 6. Scanning Memanjang Spot 4

18

e. Spot 5
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing
spotdapat dilihat pada Gambar 7. Pada spot 5 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
8,5 meter mulai dari jarak 0-100 meter horisontal konfigurasi reflektor/bentuk gelombang
yang dihasilkan oleh scan georadar cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali
muncul riak-riak gelombang yang muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang
tidak seragam. Ada yang di satu titik cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan
bentuk riak gelombang yang mucul ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah
permukaan. Berdasarkan prinsip kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu
inhomogen dibawah permukaan daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang
dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan dibawah permukaan cenderung homogen maka
gelombang yang dipantulkan kembali akan cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan
gelombang reflektor akan relatif kecil dan seragam). Dari hasil scan pada spot 5 pada jarak
28 meter horizontal sampai 100 meter banyak terbentuk gelombang dengan amplitudo lebih
besar dari sekitarnya dimana banyak terbentuk hiperbola-hiperbola (tomogram) pada posisi
dan kedalaman yang berbeda. Hal itu menandakan adanya suatu ketidakhomogenan yang
terdeteksi di lapisan tersebut, dimana ketidakhomogenan tersebut mungkin juga disebabkan
oleh adanya utilitas yang terdeteksi dibawah permukaan. Namun jika kita perhatikan pada
jarak horisontsal 4-17 meter pada kedalaman 3 meter terbentuk layer gelombang yang lebar
cenderung lurus yang mungkin saja mengindikasikan adanya rongga di permukaan
sehingga konfigurasi reflektor yang dihasilkan sangat kecil sekali hampir terlihat seragam.
Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi
penyelidikan ataupun mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor
lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 8,5 meter kebawah mulai dari interval 2 meter
pada jarak horisontal gelombang yang muncul cenderung lebih seragam dan keseragaman
ini semakin meningkat, namun keseragaraman ini tidak tetap ada dibeberapa titik ada
daerah seragam sampai mencapai kedalaman 7 meter. Adanya ketidakseragaman
munculnya daerah dengan amplitudo yang relatif sama ini akibat besarnya tingkat

19

inhomogen lapisan diatasnya. Adanya keseragaman amplitudo yang muncul menyatakan


bahwa hanya sedikit gelombang reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa
lapisan ini cenderung lebih homogen. Namun jika kita perhatikan lebih seksama tetap
masih terdapat beberapa riak gelombang yang muncul diantara amplitudo gelombang yang
relatif sama ini, hal tersebut diperkirakan merupakan adanya suatu inhomogen yang
terdapat diantara lapisan homogen, namun secara garis besar lapisan ini masih bisa kita
katakan sebagai lapisan yang homogen. Adanya riak gelombang/amplitudo gelombang
yang lebih besar dibanding daerah sekitarnya ini diperkirakan adanya suatu objek lain yang
tidak sama dengan lingkungan mayoritasnya (bisa saja berupa utilitas). Untuk memastikan
hal tersebut diperlukan adanya pengujian lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data
yang telah ada sebelumnya sebagai acuan untuk pembanding. Karna pada dasarnya
georadar hanya memprediksikan sesuatu berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan
sehingga sangat diperlukan data-data lain sebagai penunjang dan pembanding untuk
memvalidasikan hasil penyelidikan. Pengujian ini dilakukan sepanjang 90 meter.

utilitas

Gambar 7. Hasil Scanning Spot 5

20

utilitas

f. Spot 6
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 8. Pada spot 6 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
7,5 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 6 pada jarak 15 dan 75 meter horizontal terbentuk
gelombang dengan amplitudo lebih besar (hiperbola) dari sekitarnya itu menandakan
adanya suatu utilitas yang terdeteksi di lapisan tersebut. Sedangkan pada interval
kedalaman 3,5 terbentuk layer gelombang yang lebar serta amplitudo yang relatif kecil
menunjukkan adanya rongga yang mencapai ke permukaan. Untuk memastikan hal tersebut
maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi penyelidikan ataupun mempelajari
data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 7,5 meter kebawah pada interval 2 meter pada
jarak horisontal gelombang yang muncul cenderung lebih seragam, namun dibeberapa titik
muncul hiperbola-hiperbola gelombang hingga interval kedalaman 7,5 meter dari jarak 5266 meter jarak horisontal. Keseragaman ini menyatakan bahwa hanya sedikit gelombang
reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini cenderung lebih homogen.
Namun jika kita perhatikan daerah seragam dan daerah dengan amplitudo tidak seragam ini
muncul tidak beraturan, hal tersebut diperkirakan merupakan adanya suatu inhomogen dan
daerah homogen yang terdapat saling tumpang/tindih atau tidak teratur akibat sesuatu hal
yang mungkin saja akibat faktor lain (dapat akibat faktor tanah timbunan yang tidak baik
menerima faktor cuaca Untuk memastikan hal tersebut diperlukan adanya pengujian lebih

21

lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah ada sebelumnya sebagai acuan
untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya memprediksikan sesuatu
berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat diperlukan data-data lain
sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil penyelidikan. Pengujian
ini dilakukan sepanjang 80 dan 100 meter.

utilitas

utilitas

utilitas

utilitas

Gambar 8. Scanning Memanjang Spot 6

22

g. Spot 7 dan Spot 8


Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 9. Pada spot 7 dan 8 hasil analisis scan pada interval kedalaman
0 8,5 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 7 dan 8 pada jarak 2 meter horizontal sampai jarak 140
meter horisontal banyak terbentuk gelombang dengan amplitudo yang lebih besar
(hiperbola) dari sekitarnya itu menandakan ketidakhomogenan lapisan di daerah tersebut
dan adanya suatu utilitas yang terdeteksi di lapisan tersebut. Sedangkan pada interval
kedalaman 3,5 terbentuk layer gelombang yang lebar serta amplitudo yang relatif kecil
menunjukkan adanya rongga yang mencapai ke permukaan. Untuk memastikan hal tersebut
maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi penyelidikan ataupun mempelajari
data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor lapangan) sebagai data pembanding.
Pengujian ini dilakukan sepanjang 150 meter.

utilitas

utilitas

Gambar 9. Scanning Memanjang Spot 7 dan Spot 8

23

h. Spot 9
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 10. Pada spot 9 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
8.5 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 9 pada jarak 0 dan 60 meter jarak horizontal terbentuk
gelombang dengan amplitudo yang lebih besar (hiperbola) dari sekitarnya itu menandakan
ketidakhomogenan lapisan di daerah tersebut dan adanya suatu utilitas yang terdeteksi di
lapisan tersebut. Sedangkan pada interval kedalaman 4 meter pada jarak 10 sampai 30
meter horisontal terbentuk layer gelombang yang lebar serta amplitudo yang relatif kecil
namun dengan arah diagonal lapisan menunjukkan adanya rongga yang mencapai ke
permukaan akibat adanya suatu pergerakan lapisan yang disebabkan oleh suatu faktor.
Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi
penyelidikan ataupun mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor
lapangan) sebagai data pembanding. Pengujian ini dilakukan sepanjang 120 meter.

utilitas
utilitas
Arah bidang
longsor

Gambar 10. Scanning Memanjang Spot 9

24

i. Spot 10
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 11. Pada spot 10 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
8.0 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 10 pada jarak 20 dan 60 meter horizontal terbentuk
gelombang dengan amplitudo lebih besar (hiperbola) dari sekitarnya itu menandakan
adanya suatu utilitas yang terdeteksi di lapisan tersebut. Sedangkan pada interval
kedalaman 2-2,5 meter terbentuk layer gelombang yang lebar serta amplitudo yang relatif
kecil menunjukkan adanya rongga yang mencapai ke permukaan. Untuk memastikan hal
tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi penyelidikan ataupun
mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor lapangan) sebagai data
pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 8.0 meter kebawah pada interval 2 meter pada
jarak horisontal gelombang yang muncul cenderung lebih seragam, namun dibeberapa titik
muncul hiperbola-hiperbola gelombang hingga interval kedalaman 8,5 meter dari jarak 20
dan 34 meter jarak horisontal. Keseragaman ini menyatakan bahwa hanya sedikit
gelombang reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini cenderung
lebih homogen. Namun jika kita perhatikan daerah seragam dan daerah dengan amplitudo
tidak seragam ini muncul tidak beraturan, hal tersebut diperkirakan merupakan adanya
suatu inhomogen dan daerah homogen yang terdapat saling tumpang/tindih atau tidak
teratur akibat sesuatu hal yang mungkin saja akibat faktor lain (dapat akibat faktor tanah

25

timbunan yang tidak baik menerima faktor cuaca Untuk memastikan hal tersebut
diperlukan adanya pengujian lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah
ada sebelumnya sebagai acuan untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya
memprediksikan sesuatu berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat
diperlukan data-data lain sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil
penyelidikan. Pengujian ini dilakukan sepanjang 100 meter.

utilitas

utilitas

utilitas
utilitas

Gambar 11. Scanning Memanjang Spot 10

26

j. Spot 11
Secara garis besar scan georadar dilakukan pada 2 line pada masing-masing spot
dapat dilihat pada Gambar 12. Pada spot 4 hasil analisis scan pada interval kedalaman 0
7,5 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan georadar
cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak gelombang yang
muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada yang di satu titik
cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak gelombang yang mucul
ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan. Berdasarkan prinsip
kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen dibawah permukaan
daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan. Sebalikanya jika lapisan
dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang dipantulkan kembali akan
cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang reflektor akan relatif kecil dan
seragam). Dari hasil scan pada spot 11 pada jarak interval 0, 8, 6 dan 36 meter terbentuk
gelombang dengan amplitudo yang lebih besar dari sekitarnya yang diperkirakan hiperbola
tersebut merupakan utilitas. Dan pada kedalaman 2-2,5 meter horizontal terbentuk layer
gelombang dengan amplitudo cenderung lurus dengan jarak antar layer cukup besar yang
diperkirakan adanya rongga dipermukaan. Untuk memastikan hal tersebut maka diperlukan
pengujian lebih lanjut mengenai lokasi penyelidikan ataupun mempelajari data
penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 7,5 meter kebawah gelombang yang muncul
cenderung lebih seragam. Keseragaman ini menyatakan bahwa hanya sedikit gelombang
reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini cenderung lebih homogen.
Namun jika kita perhatikan lebih seksama tetap masih terdapat beberapa riak gelombang
yang muncul diantara amplitudo gelombang yang relatif sama ini, hal tersebut diperkirakan
merupakan adanya suatu inhomogen yang terdapat diantara lapisan homogen, namun secara
garis besar lapisan ini masih bisa kita katakan sebagai lapisan yang homogen. Adanya riak
gelombang/amplitudo gelombang yang lebih besar dibanding daerah sekitarnya ini
diperkirakan adanya suatu objek lain yang tidak sama dengan lingkungan mayoritasnya
(bisa saja berupa utilitas). Untuk memastikan hal tersebut diperlukan adanya pengujian

27

lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah ada sebelumnya sebagai acuan
untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya memprediksikan sesuatu
berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat diperlukan data-data lain
sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil penyelidikan. Pengujian
ini dilakukan sepanjang 40 meter.

utilitas

utilitas

utilitas

utilitas

Gambar 12. Scanning Memanjang Spot 11

28

2) Interpretasi Arah Memanjang di Tengah Runway


Secara garis besar scan georadar dilakukan memanjang di tengah runway dapat
dilihat pada Gambar 13, hasil analisis scan memanjang di tengah runway pada interval
kedalaman 0 3 m konfigurasi reflektor/bentuk gelombang yang dihasilkan oleh scan
georadar cenderung tidak seragam, dapat kita lihat banyak sekali muncul riak-riak
gelombang yang muncul ditandai dengan amplitudo gelombang yang tidak seragam. Ada
yang di satu titik cenderung tinggi namun disisi lain rendah. Perbedaan bentuk riak
gelombang yang mucul ini akibat adanya ketidakhomogenan lapisan dibawah permukaan.
Berdasarkan prinsip kerja georadar kita ketahui bahwa jika terdapat suatu inhomogen
dibawah permukaan daerah yang di scan, maka akan ada gelombang yang dipantulkan.
Sebalikanya jika lapisan dibawah permukaan cenderung homogen maka gelombang yang
dipantulkan kembali akan cenderung sedikit (amplitudo yang dihasilkan gelombang
reflektor akan relatif kecil dan seragam). Dari hasil scan pada tengah runway pada jarak 56
meter horizontal terbentuk gelombang dengan amplitudo lebih besar dari sekitarnya itu
menandakan

adanya suatu ketidakhomogenan yang terdeteksi di lapisan sekitarnya,

gelombang dengan amplitudo yang tidak tetap itu berbentuk hiperbola-hiperbola


(tomogram) dimana hiperbola yang terbentuk sangat banyak yang menandakan inhomogen
dibawah permukaan sangat besar dan dapat menunjukkan bahwa hiperbola yang terbentuk
dibawah permukaan tersebut bisa merupakan utilitas yang terdapat dibawah permukaan.
Begitupun untuk hiperbola-hiperbola yang muncul direntan interval lainnya. Untuk
memastikan hal tersebut maka diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai lokasi
penyelidikan ataupun mempelajari data penyelidikan sebelumnya (bisa berupa data bor
lapangan) sebagai data pembanding.
Sedangkan mulai dari kedalaman 3 meter kebawah

gelombang yang muncul

cenderung lebih seragam. Keseragaman ini menyatakan bahwa hanya sedikit gelombang
reflektor yang dipantulkan kembali, ini berarti bahwa lapisan ini cenderung lebih homogen.
Namun jika kita perhatikan lebih seksama tetap masih terdapat beberapa riak gelombang
yang muncul diantara amplitudo gelombang yang relatif sama ini, hal tersebut diperkirakan
merupakan adanya suatu inhomogen yang terdapat diantara lapisan homogen, namun secara

29

garis besar lapisan ini masih bisa kita katakan sebagai lapisan yang homogen. Adanya riak
gelombang/amplitudo gelombang yang lebih besar dibanding daerah sekitarnya ini
diperkirakan adanya suatu objek lain yang tidak sama dengan lingkungan mayoritasnya
(bisa saja berupa utilitas). Untuk memastikan hal tersebut diperlukan adanya pengujian
lebih lanjut atau dengan mempelajari dengan data yang telah ada sebelumnya sebagai acuan
untuk pembanding. Karna pada dasarnya georadar hanya memprediksikan sesuatu
berdasarkan konfigurasi reflektor yang dihasilkan sehingga sangat diperlukan data-data lain
sebagai penunjang dan pembanding untuk memvalidasikan hasil penyelidikan. Pengujian
ini dilakukan sepanjang 100 meter

utilitas

Gambar 13. Scanning Memanjang Tengah Runway

30

3) Interpretasi Arah Melintang dari Bahu Jalan ke Runway


Scanning Georadar dilakukan 1 line pada Arah Melintang ini. Berdasarkan hasil
visualisasi data scanning pengujian geoaradar Arah melintang Runway pada Gambar 14
dapat dilihat bahwa pada bahu jalan kedalaman 0 meter sampai dengan 7,0 meter
diperkirakan merupakan tanah timbunan yang mempunyai kerapatan kurang dimana hal ini
diindikasikan dengan adanya garis paralel (menerus) yang tidak beraturan, sedangkan pada
kedalaman 7,0 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar yang cukup baik
kerapatannya. Lebar bahu jalan 4 meter. Scanning pada runway kedalaman 0 meter sampai
dengan 3,0 meter diperkirakan merupakan tanah timbunan dimana hal ini diindikasikan
dengan adanya garis paralel (menerus) yang tidak beraturan, sedangkan pada kedalaman
3,0 meter ke bawah diperkirakan merupakan tanah dasar yang cukup baik kerapatannya.
Lebar Runway 40 meter. Total lebar pengujian ini dilakukan sepanjang 50 meter

Bahu
Jalan

Bahu
Runway

Gambar 14. Scanning Melintang Dari Bahu ke Runway

31

Jalan

DOKUMENTASI

32

You might also like