Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
macam yaitu endogen dan eksogen (Depkes, 2005).
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal;
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar (Depkes,
2005).
Penyebab kematian neonatal di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2007 adalah :
gangguan/kelainan pernapasan (35,9%), prematuritas (32,4%), sepsis (12%),
hipotermi (6,3%), kelainan darah/ikterus (5,6%), postmatur (2,8%), dan kelainan
kongenital (1,4%).
10
A. Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (Rahajoe, 2008).
1. Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7-10.
11
Denyut jantung janin lebih dari 100x/mnt atau kurang dari l00x/menit
4. Diagnosis Asfiksia
a. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum.
b. Pemeriksaan fisik
12
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil
asidosis pada darah tali pusat jika:
5. Penatalaksanaan
Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan
asfiksia, antara lain:
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
1. Bayi dibungkus dengan kain hangat
2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung
kemudian mulut
3. Bersihkan badan dan tali pusat.
4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke
dalam inkubator.
b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
1. Bersihkan jalan napas.
2. Berikan oksigen 2 liter per menit.
3. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum
ada reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
13
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan(< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
1. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
14
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 10001500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
2. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
a. Faktor Ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
15
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Masalah pada BBLR
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR
16
yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf
pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal, ginjal, termoregulasi.
4. Penatalaksanaan BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan
bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR
beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang
pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan
tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan
penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
17
teratur.
Ruang
perawatan
bayi
juga
harus
dijaga
kebersihannya.
3. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh
18
19
20
21
22
Selain peran kesehatan ibu ketika hamil, perawatan yang tidak adekuat dan
tidak tepat selama hamil, bersalin, dan beberapa jam setelah melahirkan juga
mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya kematian bayi barun lahir. Untuk
menurunkan angka kematian neonatal, kunci utama terletak pada kualitas
perawatan neonatal emergensi.
Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian neonatal, seperti
status social-ekonomi ibu yang rendah, status gizi ibu dan fertilitas yang
tinggi. Data menunjukan bahwa ada korelasi antara tingkat tingkat pendidikan
ibu dan angka kematian bayi. Agama, budaya, pengalaman yang lalu dan
pendidikan mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut mewarnai dengan
kuat kepercayaan
23
24
Pelayanan
kesehatan
promotif,
preventif
dan
kuratif/penanganan
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi penuh pengguna jasa
dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai
kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan,
melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat,
dengan asuhan antenatal yang adekuat, dengan gizi serta persiapan menyusui
yang baik.
Tujuan Khusus
1. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIA kepada ibu hamil
termasuk KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan
pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir.
25
cakupan pelayanan
kebidanan
26
Sasaran pelayanan KIA adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan
keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas serta yang
berkunjung ke Puskesmas.
Mitra Pelayanan KIA di Puskesmas
1. Petugas Medis dan Paramedis
2. Kader kesehatan dan kader dasawisma
3. Lintas sektor terkait misalnya Pemda dan Sekolah.
4. Sarana pelayanan kesehatan misalnya Polindes, RS Bersalin, Rumah Sakit.
5. Tokoh masyarakat misalnya tokoh agama, tokoh pemuda, dan sebagainya.
6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Kegiatan
Pelayanan KIA meliputi penyelenggaraan:
1. Pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA di wilayah kerja Puskesmas.
2. Pelayanan antenatal.
3. Persalinan/pendampingan persalinan.
4. Pelayanan masa nifas pasca persalinan dan bayi baru lahir.
5. Pelayanan ibu menyusui.
6. Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal.
7. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang bayi.
8. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak balita.
9. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra
sekolah di taman kanak- kanak.
Posyandu
27
28