You are on page 1of 17

Katzung

Depresi mayor merupakan salah satu gangguan psikologik paling sering


dijumpai. Setiap saat, sekitar 3-5% populasi mengalami depresi
(prevalensi setiap waktu), dan diperkirakan sekitar 10% populasi akan
mengalami depresi sepanjang hidupnya (prevalensi seumur hidup).
Gejala-gejala depresi sering sekali tidak terlalu nyata dan tidak diketahui
baik oleh pasien maupun oleh dokter. Pasien yang memiliki keluhan
tidak jelas dan menolak penjelasan keluhan tersebut sebagai
manifestasi gangguan somatik serta yang sering disebut neurotik
harus dicurigai sebagai penderita depresi.
Depresi

adalah

diklasifikasikan

gangguang
menurut

heterogen

berbagai

yang

cara.

digolongkan

Menurut

edisi

dan

keempat

Diagnostik and Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) yang


telah dimodifikasi oleh American Psychiatric Association (2000), dapat
dipikirkan beberapa diagnostik untuk gangguan afektif. Depresi mayor
(Major Depression) dan distimia (depresi minor) adalah sindrom depresi
murni,

sedangkan

menunjukkan

gangguan

depresi

yang

bipolar

dan

berhubungan

gangguan

dengan

siklotimik

mania.

Suatu

klasifikasi sederhana yang dibuat berdasarkan perkiraan pencetus


depresi adalah sebagai berikut: (1) depresi reaktif atau sekunder singkat
(paling banyak), terjadi sebagai respons terhadap rangsangan yang
nyata, seperti kesedihan, penyakit, dll.;

(2) depresi

melankolik

berulang, yaitu suatu gangguan biokimiawi berdasarkan genetik yang


ditandai dengan ketidak mampuan seseorang menikmati hidup atau
masalah sehari-hari; (3) depresi yang berkaitan dengan gangguan
afektif

bipolar

(manik-depresif).

Karena

sekarang

telah

tersedia

antidepresan yang aman, hamper setiap orang yang menunjukan gejala


depresi selama beberapa minggu menjadi calon penerima terapi
farmakologik. Upaya intensif untuk mengesahkan panduan terapi
depresi telah dilakukan selama lebih dari satu decade dan membuahkan

berbagai panduan dari American Psychiatric Assosiation, the Agency for


Health Care Policy and research, dan the World Federation of Societies
of Biological Psyikiatry. Penggunaan terapi farmakologik saat ini lebih
ditekankan, walaupun terapi elektrokonvulsif masih digunakan pada
depresi berat atau delusional yang mengancam jiwa.
ANTI-DEPRESAN TRISIKLIK/POLISIKLIK
Anti-depresan
norepinefrin

dan

trisiklik

serotonin

dan
ke

polisiklik
neuron.

menghambat

Tetapi

jangka

ambilan
panjang

kemungkinan menyebabkan perubahan dalam reseptor-reseptor SPP


tertentu.

Obat

penting

amitriptiline,clomipramine,
protriptiline

dan

dalam

grup

ini

tianeptine,

doksepine.

Amoxapine

adalah

imipramine,

desipramine,

nortriptiline,

dan

maprolitine

disebut

generasi kedua untuk membedakannya dengan antidepresan trisiklik


yang lama. Obat anti-depresan generasi kedua ini memiliki efek kerja
yang

sama

dengan

farmakokinetik

imipramine,

yang berbeda. Semua

meskipun

memperlihatkan

anti-depresan trisiklik

efek

terapinya sama dan pilihan tergantung toleransi efek samping yang


lama. Pasien yang responsive dengan salah satu anti-depresan trisiklik
dapat mengambil manfaat dengan obat lain dalam grup ini.
A. Cara Kerja
1. Menghambat ambilan neurotransmiter:
Anti-depresan trisiklik menghambat

ambilan

norepinefrin

dan

serotonin neuron masuk ke terminal saraf prasinaptik. Dengan


menghambat

jalan

depresan trisiklik

utama

pengeluaran

neurotransmiter,

anti-

akan meningkatakan konsentrasi monoamine

dalam celah sinaptik, menimbulkan efek antidepresan. Teori ini


dibantah karena beberapa pengamatan, umpamanya anti-depresan
trisiklik mengeluarkan beberapa waktu setelah pengobatan terusmenerus.

Hal

ini

menunjukan

ambilan

neurotransmiter

yang

menurun hanyalah suatu peristiwa awal yang tidak ada hubungannya

dengan efek antidepresan. Diperkirakan bahwa densitas reseptor


monoamine

dalam

otak

dapat

berubah

setelah

2-4

minggu

penggunaan obat dan mungkin penting dalam mulainya kerja obat.


2. Menghambat reseptor
Anti-depresan trisiklik juga menghambat reseptor serotonik, adrenergik, histamine, muskarinik. Tidak tahu yang mana yang ada
berperan dalam terapi.
B. Kerja
Anti-depresan trisiklik meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan
mental, meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi angka kesakitan
depresi utama sampai 50-70% pasien. Peningkatan perbaikan alam
pikiran lambat, memerlukan waktu 2 minggu atau leih. Obat-obat ini
tidak menyebabkan stimulus SSP atau peningkatan pikiran pada orang
normal. Toleransi terhadap sifat antikolinergik anti-depresan trisiklik
berkembang dalam waktu singkat. Beberapa toleransi terhadap efek
autonom anti-depresan trisiklik juga terjadi. Ketergantungan fisik dan
psikologik

telah

dilaporkan.

Obat

dapat

digunakan

untuk

memperpanjang pengobatan depresi tanpa kehilangan efektivitas.


C. Penggunaan dalam Terapi
Anti-depresan trisiklik efektif mengobati depresi mayor. Beberapa
gangguan

panic

juga

responsive

dengan

anti-depresan

trisiklik.

Imipramine relah digunakan untuk mengontrol ngompol pada anakanak yang usianya lebih tau dari 6 tahun karena obat menyebabkan
kontraksi springter interna kandung kemih. Penggunaan obat ini harus
digunakan secara hati-hati kerena dapat menyebabkan aritmia jantung
dan masalah kardiovascular lainnya yang berbahaya.
D. Farmakokinetik
Anti-depresan trisiklik mudah diabsobsi peroral dan Karena bersifat
lipolitik, tersebar luas dan masuk ke SSP. Palarutan lipid ini juga
menyebabkan
misalnya

4-17

obat
jam

mempunyai
untuk

waktu

imipramine.

paruh
Akibat

terhadap
berbagai

jantung,
vasiari

metabolism first pass pada hati, anti-depresan trisiklik mempunyai


ketersediaan hayati yang tendah dan tidak tetap. Karena itu, respons

pasien digunakan untuk menerapkan dosis. Periode pengobatan awal


biasanya 4-8 minggu. Dosis dapat dikurangi perlahan kecuali bila terjadi
relaps.
Nasib obat-obat ini dimetabolisme oleh system mikrosomal hati dan
dikonjugasi dengan asam glukuronat, yang akhirnya anti-depresan
trisiklik akan dikeluarkan sebagai metabolit non-aktif melalui ginjal.
E. Efek Samping Obat
1. Efek antimuskarinik
Penghambatan reseptor asetilkoline menyebabkan penglihatan
kabur, xerostomi (mulut kering), retensi urine, konstipasi dan
memperberat glaukoma dan epilepsy.
2. Efek kardiovascular
Peningkatan aktivitas katekolamine menyebabkan stimulasi jantung
berlebihan

yang

dapat

membahayakan

bila

dosis

berlebihan.

perlambatan konduksi atrioventricular diantara pesien tua yang


depresi perlu mendapat perhatian.
3. Efek hipotensi ortostatik
Anti-depresan trisiklik menghambat reseptor -andrenergik sehingga
terjadi hipotensi ortostatik dan takikardia yang refleks. Pada praktek
klinik, masalah ini sangat penting terutama untuk orang tua atau
usia lanjut.
4. Efek Sedasi
Sedasi dapat menonjol, terutama selama beberapa minggu pertama
pemberian pengobatan
5. Efek perhatian
Anti-depresan trisiklik harus digunakan hati-hati pada pasien mania
depresi, karena dapat menutupi tingkah manik. Anti-depresan trisiklik
memiliki indeks terapi yang sempit; misalnya 5-6 kali dosis maksimal
harian imipramine dapat letal. Pasien depresi yang ingin bunuh diri
harus diberikan obat secara terbatas dan perlu monitoring.

ANTI-DEPRESAN GOLONGAN SELECTIVE SEROTONIN RE-UPTAKE INHIBITOR


(SSRI)

Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) merupakan golongan


Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor

Selective serotonin Re-uptake inhibitor (SSRI) merupakan golongan kimia


antidepresan baru yang khas, hanya menghambat ambilan serotonin
secara

spesifik.

Berbeda

dengan

anti

depresan

trisiklik

yang

menghambat tanpa seleksi ambilan-ambilan norepinefrin, serotonin,


reseptor muskarinik, H1-histaminik dan 1-adrenergik. Dibilang dengan
antidepresan trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil
dan kardiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian, inhibitor ambilan
kembali serotonin (SSRI) yang baru harus digunakan secara seksama
sampai nanti setelah efek jangka panjang diketahui.
A. Fluoksetin
- Efek
Fluoksetin merupakan contoh antidepresan yang selektif menghambat
ambilan serotonin. Fluoksetin sama manfaatnya degan antidepresan
trisiklik dalam pengobatan depresi major. Obat ini bebas dari efek
samping

antidepresan

trisiklik,

termasuk

efek

antikolinergik,

hipotensi ortostatik dan peningkatan berat badan. Dokter umum


yang banyak menlis resep antodepresan lebih menyukai fluoksetin
dibanding

antidepresan

trisiklik.

Dengan

demikian,

fluoksetin

sekarang paling banyak diresepkan di Amerika Serikat sebagai


antdepresan.
- Penggunaan dalam terapi
Inkikasi utama fluoksetin, yang lebih unggul dari pada antidepresan
trisiklik adalah depresi. Digunakan pula digunakan untuk mengobati
bulimia nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai
indikasi lain, termasuk anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri
-

neurotic diabetic dan sindrom premenstruasi.


Farmakokinetik

Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai campuran R dan enantiomer S


yang lebih aktif. Kedua senyawa mengalami demetilasi menjadi
metabolit

aktif,

norfluoksetin.

Fluoksetin

dan

norfluoksetin

dikeluarkan secara lamabat dari tubuh dengan paruh 1 sampai 10


hari untuk senyawa asli dan 3-30 hari untuk metabolit aktif. Dosis
terapi fluoksetin diberikan oral dan konsentrasi plasma yang mantap
merupakan inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom P-450 hati yang
berfungsi untk eliminasi obat antidepresan trisiklik, obat neuroletika
dan beberapa obat antiaritmia dan antagonis -adrenergik. Kira-kira
7% orang kulit putih tidak memiliki enzim P-450 dan karenanya
metabolism fluoksetin sangat lambat.
- Efek samping
Efek samping yang sering diakibatkan fluoksetin adalah hilangnya
libido,

ejakulasi

terlambat

dan

anorgasme

berangkali

sedikit

dilaporkan sebagai efek samping yang sering ditemukan dokter, dan


tidak ditonjolkan dalam daftar standar efek samping. Dosis sesuai
anjuran fluoksetin tida menyebabkan aritmia jantung tetapi dapat
menimbulkan kejang. Misalnya, laporan pasien yang meminum
overdosis fluosetin (sampai 1200 mg dibandingkan dengan 20
mg/hari sebagai dosis terapi) kira-kira separuh diantaranya tidak
memperlihatkan gejala.
B. Inhibitor ambilan serotonin selektif lain
Antidepresan lain yang mempengaruhi ambilan serotonin adalah trazodon,
fluvoksamin, nefazodon, paroksetin, sertralin dan venlafaksin. Obat-obat
SSRI ini berbeda dengan fluoksetin dalam efek relatif pada ambilan
serotonin dan norepinefrin. Obat-obat ini tidak lebih efektif dari
fluoksetin tetapi bentuk efek samping agak berbeda. Eliminasi obat
antara pasien berbeda. Kegagalan dalam toleransi dalah satu obat tidak
perlu mengalangi percobaan SSRI lain.

Penyekat Monoamin Oksidase

Monoamine oksidase (MAO) adalah enzim motokondria yang ditemukan dalam


jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO
berfungsi sebagai katup penyelamat, memberikan deaminasi oksidatif dan
meng-nonaktifkan setiap molekul neurotransmitter (norepinefrin, dopamine
dan serotonin) yang berlebihan dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika
neuron istirahat. Inhibitor MAO dapat mengnon-aktifkan enzim secara
irreversibel atau reversibel, sehingga molekul neurotransmitter tidak
mengalami degradasi dan karenanya keduanya menumpuk dalam neuron
presinaptik dan masuk ke ruang sinaptik. Hal ini menyebabkan aktivasi
reseptor norepinefrin dan serotonin.
a. Cara kerja
Senagian besar inhibitor MAO, seperti isokarboksazid membentuk
senyawa kompleks yang stabil dengan enzim, menyebabkan inaktivasi
yang ireversibel. Ini mengakibatkan pepningkatan dopat norepinefrin,
serotonin dan dopamine dalam neuron dan difusi selanjutnya sebagai
neurotransmitter yang berlebih kedalam ruangan sinaptik. Obat ini
menghambat bukan hanya MAO dalam otot, tetapi oksidase yang
menghatalisis deaminasi oksidatif obat dan substansi yang mungkin
toksik seperti tiramin yang ditemukan pada makanan tertentu. Karena
itu, inhibitor MAO banyak berinteraksi dengan obat ataupun obatmakanan.
b. Kerja
Meskipun MAO dihambat setelah beberapa hari pengobatan, kerja
antidepresan MAO inhibitor seperti antidepresan trisiklik terlambat
beberapa minggu. Fenelzin dan tranilsipromin mempunyai efek
stimulant ringan seperti amfetamin.
c. Penggunaan dalam terapi
MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi
dengan antidepresan trisiklik atau yang menderita ansietas hebat.
Pasien dengan aktivita prikomotor lemah dapat memperoleh
keuntungan dari sifat stimulasi MAOI ini. Obat ini juga digunakan dalam
pengobatan fobia. Demikian pula subkategori depresi yang disebut

depresi atipikal. Depresi atipikal ditandai dengan pikiran yang labil,


menolak kebenaran dan ganggan makan
d. Farmakokinetik
Obat-obat ini mudah diabsorbsi pada pemberian oral tetapi efek
antidepresan memerlukan 2-4 minggu pengobatan. Regenerasi enzim
jika dinonaktifkan secara irreversibel, berbeda tatapi biasanya terjadi
beberapa minggu setelah penghentian pengobatan. Dengan demikian
jika merubah obat antidepresan, mesti disediakan waktu minimum 2
minggu setalah pengehentian terapi MAOI. Obat ini dimetabolisme dan
diekskresikan dengan cepat dalam urine.
e. Efek samping
Efek samping yang hebat dan sering tidak diramalkan membatasi
penggunaan MAOI. Misalnya, tiramin, terdapat pada makanan tertentu,
seperti keju tua, hati ayam, bir dan anggur merah biasanya diinaktif
oleh MAO dalam usus. Orang-orang yang menerima MAOI tidak dapat
menguraikan tiramin yang diperoleh dalam makanan ini. Tiramin
menyebabkan lepasnya katekolamin dalam jumlah besar, yang
tersimpan dalam ujung terminal saraf, sehingga terjadi sakit kepala,
takikardi, mual, hipertensi, aritmia jantung dan stroke. Karena itu,
pasien harus diberitahu menghindari makanan yang mengandung
tiramin. Fentolamin atau prazosin berguna dalam pengobatan hipertensi
akibat tiramin. MAOI dan SSRI jangan diberikan bersamaan karena
bahaya sindrom serotonin yang dapat mematikan. Kedua obat
memerlukan waktu pencucian 6 minggu sebelum memberikan yang
lain.

www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEKMra041867.
Desember 2013

Diakses

tanggal

18

sindrom serotonin adalah reaksi obat yang merugikan yang berpotensi


mengancam nyawa yang dihasilkan dari penggunaan terapi obat, keracunan,
atau interaksi antara obat yang tidak disengaja. Sindrom serotonin sering
digambarkan sebagai trias klini yaitu perubahan status mental, hiperaktivitas
otonon, dan kelinan neuromuskular. Tetapi, tidak semua temuan ina ada pada
semua pasien dengan gangguan tersebut. Tanda-tanda kelainan serotonin
terdiri dari tremor, dan diare pada kasus-kasus ringan sampai delirium,
kekakuan neuromuskuler, dan hipertermia pada kasus-kasus yang
mengancam nyawa. Kesulitan untuk dokter adalah bahwa gejala ringan dapat
dengan mudah diabaikan, dan peningkatan sengaja dalam dosis agen
penyebab atau penambahan obat denga efek proserotonergik dapat memicu
perubahan klinis yang drastis.
Isidensi dari sindrom serotonin diduga mencerminkan peningkatannya jumlah
agen proserotonergik yang digunakan dalam praktek klinis. Tahun 2002, Toxic
Exposure Surveillance System, yang menerima deskripsi dari beberapa
instansi melaporkan 26.733 insidens paparan selective re-uptake inhibitor
(SSRI) yang menyebabkan efek toksik yang signifikan pada 7349 orang dan
mengakibatkan 93 kematian. Penilaian dari sindrom serotonin dalam dosis
obat terapeutik telah mengandalkan pada studi pasca-pemasaran
pengawasan, salah satunya mengindentifikasi kejadian 0.4 kasus per 1.000
pasien/bulan untuk pasien yang memakai nefazodone. Melakukan penilaian
epidemiologi secara ketat dari sindrom serotonin, bagaimanapun adalah hal
yang sulit karena lebih dari 85 persen dari dokter tidak menyadari sindrom
serotonin sebagai diagnosis klinis. Sindrom inin terjadi sekitar 14 sampai 16
persen dari orang-orang yang oberdosis obat SSRI.
Manifestasi klinis
Sindrom serotonin mencakup berbagai temuan klinis. Pasien dengan kasus
ringan mungkin demam tetapi memiliki takikardia, dengan pemeriksaan fisik
yang penting untuk temuan otonon seperti menggigil, diaphoresis, atau

midriasis. Pemeriksaan neurogolis dapat mengungkapkan tremor intermiten


atau mioklonus serta hyperrefleks.
Sebagai contoh dari kasus moderat sindrom serotonin melibatkan seperti
kelainan penting yaitu tanda takikardi, hipertensi dan hipertermia. Suhu inti
hingga mencapai 40

C adalah umum pada intokasikasi moderat. Gambaran

umum pemeriksaan fisik pupil midriasis, suara peristaltik usus meningkat,


diaphoresis dan warna kulit tetap normal. Menariknya, hyperrefleks dan
klonus terlihat dalam kasus moderat mungkin jauh lebih besar di ekstremitas
bawah dari pada di ekstremitas atas, refleks patella sering menunjukan sedikit
peningkatan. Pasien mungkin menunjukka klonus okular horizontal. Perubahan
status mental termasuk agitasi ringan atau hypervigilansi.
Sebaliknya, pasien dengan kasus yang parah dari sindrom serotonin mungkin
terjadi hipertensi berat dan takikardi yang mungkin tiba-tiba membutuk
menjadi syok. Pasien tersebut mungkin telah gelisah, delirium, serta kekauan
otot dan hypertonisitas. Sekali lagi, peningkatan tonus otot jauh lebih besar di
ekstremitas bawah. Hypereaktivitas otot dapat menghasilkan suhu inti lebih
dari 41.1 oC dalam kasus-kasu yang mengancam nyawa. Laboratorium
kelainan yang terjadi pada kasus berat termasuk asidosis metabolik,
thamdomyolysis, peningkatan kadar aminotrnsferase serum kreatinin, kejang,
gagal ginjal, dan disebarluaskan koagulopati intravascular.
Patofisiologi dan mekanisme molekuler
Serotonin diproduksi oleh dekarboksilasi dan hidroksilasi L-trypthopan.
Kuantitas dan tindakannya yang diatur secara ketat oleh kombinasi dari
mekanisme re-uptake, umpan balik dan metabolisme enzim. Reseptor seronin
dibagi menjadi tujuh. 5-hidroksitriptamin (5-HT) keluarga (5-HT7), beberapa
diantaranya memiliki beberapa anggota (misalnya, 5-HT1A, 5-HT1B, 5-HT1C, 5HT1D, 5-HT1E, dan 5-HT1F).

Neuron serotonergik di SSP ditemukan terutama dalam inti raphe garis


tengah, yang terletak di batang otak dari otak tengah ke medulla. Ujung
rostral dari sistem ini membantu dalam regulasi terjaga, perilaku afektif,
asupan makanan, termoregulasi, migraine, emesis dan perilaku seksual.
Neuron dari raphe di pons bawah dan medulla berpartisipasi dalam regulasi
nosisepsi. Di bagian samping, sistem serotonin membantu dalam regulasi
tonus pembuluh darah dan motilitas gastrointestinal.
Tidak ada satu reseptor tampaknya yang bertanggung jawab untuk
pengembangan sindrom serotonin, meskipun beberapa bukti terkumpul
untuk menunjukan bahwa agonis 5-HT

2A

reseptor berkontribusi besar dalam

keadaan ini. Subtipe tambahan reseptor serotonin, seperti 5-HT

1A

, dapat

berkontribusi melalui interaksi farmakodinamik dimana peningkatan


konsentrasi sinaptik serotonin agonis jenuh semua subtype reseptor.
Noradrenergik SSP hiperaktif mungkin memaikan peranan penting, karena
sejauh mana konsentrasi norepinefrin SSP meningkat pada sindrom serotonin
dapat berkorelasi dengan hasil klinis. Neurotransmitter lainy, termasuk Nmethyl-D-aspartate (NMDA) reseptor antagonis dan -aminobutyric acid
(GABA), dapat mempengaruhi perkembangan sindrom, tetapi peranan agen
ini kurang jelas. Reseptor dopaminergik telah terlibat, tapi hubungan ini
mungkin timbul dari interaksi farmakodinamik, interaksi langsung antara
serotonin dan reseptor dopamine, mekanisme lain, atau misdiagnosi sindrom
serotonin sebagai sindrom neuroleptik maligna.

Diagnosis
Tidak ada tes laboratorium yang mengkomfirmasi diagnosis sindrom
serotonin. Sebaliknya, kehadiran tremor, klonus, atau akhatisia tanpa tandatanda ekstrapiramidal tambahan harus dipertimbangkan untuk diagnosis,
yang harus disumpulkan dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Ketika
memperoleh riwayat pasien, dokter harus menanyakan tentan resep dan

penggunaan obat-obatan, narkoba dan suplemen dien, karena semua agen ini
telah terlibat dalam pengembangan sindrom serotonin. Evolusi gelaja dan laju
perubahan juga harus ditinjau ulang. Pemeriksaan fisik harus mencangkup
penilaian terhadap refleks patella, klonus, dan kekakuan otot. Selain evaluasi
ukuran dan reaktivasi pupil, kekeringan mukosa mulut, intensitas bising usus,
warna kulit dan ada atau tidak adanya diaphoresis.
Diagnosis banding meliputi keracunan antikolinergik, hipertermia maligna dan
sindrom neuroleptik maligna, yang masing-masing dapat dengan mudah
dibedakan dari sindrom serotonin atas dasar klinis dan berdasarkan riwayat
pengobatan. Pasien dengan sindrom antikolinergik memiliki refleks normal
dan menunjukan toxidrom dari midriasis, gelisah, delirium, mukosa mulut
kering, panas, kering, kulit eritematosa, retensi urin, dan tidak adanya bising
usus. Suara peristaltik usus hiperaktif dan dengan kelainan neuromukuler,
diaphoresis dan warna kulit normal.
Hipertermia maligna adalah gangguna farmakodinamik ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi karbon dioksida, hipertonisitas dan asidosis
metabolic. kelainan ini terjadi dalam beberapa menit setelah terpapar agen
anestesi inhalasi. Pada pemeriksaan fisik, kulit sering berbintik-bintik dengan
daerah sianosis dan bercak kemerahan terang. Kekakuan otot dan hiporefleks
yang terlihat pada hipertermia maligna adalah kondisi yang membedakan
secara jelas dengan klinis sindrom serotonin.
Serotonin neuroleptik maligna adalah reaksi idiopatik antagonis dopamine.
Suatu kondisi yang didefinisikan oleh onset lambat, bradikinesia atau akinesia,
kekakuan otot, hipertermia, kesadaran yang berfluktuasi dan ketidakstabilan
otonom. Tanda dan gejala dari neuroleptik maligna sindrom biasanya
berkembang selama beberapa hari, berbeda dengan onset cepat dan
hiperkinesia sindrom serotonin. Pengetahuan tentang pencetus juga
membantu dalam membedakan antara sindrom ini. Antagonis dopamine

menghasilkan bradikinesia, sedangkan serotonin agonis menghasilkan


hiperkinesia.

www.medsafe.govt.nz/profs/PUArticles/SerotoninSyndromeToxicityReminder.ht
m

Sindrom serotonin, lebih tepat disebut toksisitas serotonin adalah satu set
diprediksi tipe A dosis efek samping tergantung disebabkan oleh peningkatan
serotonin intra-synaptik/ekstraseluller.
(Gillman PK 2006. A review of serotonin toxicity data: implications for the
mechanisms of antidepressant drug action. Boil Psychiatry 59: 1046-1051)
Kriteria diagnostik telah banyak diusulkan untuk sindrom serotonin namun
yang paling sering digunakan adalah Sternbach s1 (berdasarkan penelaahan
dari 38 laporan kasus) kriteria Hunter (berdasar dari data toksikologi
Australis).2 Kriteria hunter umumnya dianggap lebih baik karena didasarkan
pada ukuran sampel yang lebih besar (2.222 kasus) dan telah terbukti lebih
sederhana, lebih sensitive dan lebih spesifik.3
Kriteria Hunter dapat dikelompokkan menjadi tiga serangkai gambaran klinis:
Efek Neuromuskular
Hyperrefleks
Klonus (spontan atau

Efek Otonom
Takikardi
Hiertermia (ringan

Perubahan Kondisi Mental


Agitasi
Hypomania

diinduksi)
Myoclonus
Menggigil
Hypertonia / kekakuan

<8.5oC, berat 38.5oC


Diaphoresis
Pembilasan

Kegelisahan
Kebingungan

Zat Serotoninergik

Serotonin Re-Uptake Inhibitor


SSRI
Fluoxetine
Paroxetine
Sertraline
Fluvoxamine
Citalopram
Antidepresan Trisiklik

Escitalopram
Clomipramine

SNRIs

Imipramine
Velafaxine
Sibutramine

Analgesik Opioid

Dulexetine
Petidin
Tramadol
Dekstropoksifen
Fentanyl
Metadon

Dextrometorpan
Monamine Oksidase Inhibitor
Yang tidak diubah
Phenelzine
Reversibel

Tranylcypromine
Selegilene

Antibioti

Moclobemide
Linezolid

Isoniazid
Lainnya
Methylthioninium klorida
Serotonin Pelepas Agen
Fenfluramine
amfetamin

1. Sternbach H 1991. The serotonin syndrome Am. J. Psychiatry 148:


705-713
2. Isbister GK, Buckley NA dan Whyte IM. Serotonin Toxicity: a practical
approach to diagnosis and treatment. Med J Aus. 187: 361-365.

3. Dunkley EJC, Isbister GK, SIbbritt D et al.2003.The Hunter Serotonin


Toxicity Criteria: aimple and accurate diagnostic decision rules for
serotonin toxicity. Q J Med 96: 635-642.

Atropin Toxic Syndrom


Emedicine.medscape.com/article/ di unduh pada tanggal 22 Desember
2013
Latar belakang
Antidepresan trisiklik adalah salah satu penyebab paling penting dari
kematian akibat keracunan sampai 1993 dan masih terus menjadi
penyebab utama kematian akibat keracunan. Meskipun Selective
Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI) telah mengalahkan antidepresan
trisiklik untuk menjadi terapi lini pertama untuk depresi, antidepresan
trisiklik tetap banyak diresepkan untuk depresi dan peningkatan jumlah
indikasi lain termasuk gangguan kecemasan, gangguan perhatian
(ADHD), enuresis anak, dan sindrom nyeri kronis. Pada tahun 2010, over
dosis antidepresan trisiklik terlibat dalam 3% dari semua kematian yang
dilaporkan ke pusat acun AS.
Menurut American Association of Poison Control Centers terjadi sekitar
5.830 kasus. Dari jumlah yang tersebut 1.483 adalah overdosis disengaja,
1.936 (33%) dirawat di fasilitas kesehatan, 203 (3.5%) menghasilkan
toksisitas utama, dan 6 (0.1%) menyebabkan kematian.
Pada keadaan intoksikasi trisiklik dapat timbul Atropin Toxic Syndrome
yang ditandai dengan gejala: aksitasi susunan saraf putas, hipertensi,
hiperpireksia konvulsi, toxic confusional state (confusion, delirium, dan
disorientasi)
Tindakan untuk keadaan tersebut adalah:
-

Gastric Lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat


trisiklik bersifat protein binding. Forced diuresis juga tidak

bermanfaat oleh karena renal excretion of free drug rendah.


Diazepam 10 mg/im untuk mengatasi konvulsi

Prostigmine 0.5-1.0 mg/im untuk mengatasi efek anti-kolinergik

(dapat diulangi setiap 30-45 sampai gejala mereda)


Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung

Kematian dapat terjadi oleh karena Cardiac Arrest. Lethal Dose trisiklik
sama dengan sekitar 10 kali terapeutik dose, maka itu tidak
memberikan obat dalam jumlah besar kepada penderita depresi (tidak
lebih dari dosis seminggu), dimana pasien seringkali sudah ada pikiran
untuk bunuh diri. Obat antidepresan golongan SSRI relative paling aman
pada overdosis.

You might also like