Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR........................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan..........................................................................................................
12
15
BAB 4 Kesimpulan...........................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
26
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
hidayah-Nya telah menganugrahkan nikmat dan karunianya kepada penyusun, sehingga dapat
menyelesaikan referat yang berjudul Trauma Kimia pada Mata. Referat ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Arjawinangun.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan referat ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Atas segala bantuan dan dorongan tersebut, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. dr. Surtiningsih, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
RSUD Arjawinangun, atas semua bantuan yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini.
2. Rekan-rekan kepaniteraan klinik IlmuPenyakit Mata RSUD Arjawinangun yang telah
memberikan bantuan baik secara material maupun spiritual bagi penyusun.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan semua
pihak yang memerlukan.
BAB 1
2
PENDAHULUAN
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga
sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Di sini, kita akan membahas tentang trauma
kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat basa dan asam pada mata.
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena
dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan.
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.Trauma
kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang dapat
menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis,
volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme
cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan
yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan
pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah
tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena
trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera dilakukan.
Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta
orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral
akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi
trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi
dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Pada referat ini juga, kita akan membahas tentang
anatomi mata yang penting kaitannya dengan trauma kimia pada mata ini.
BAB 2
3
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroosterior sekitar
24,2 mm. Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi sklera,
konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus, serta humor vitreus
yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.
a. Konjuntiva
Konjuntiva adalah membran mukosa yang transparan
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar, yang hampir selurhnya
trediri atas kolagen. Jaringan ini padat berwarna putih serta berbatasan dengan kornea
disebelah anterior dan duramater nervus optikus pada bagian posterior. Permkaan luar
sklera anterior dibungkus oleh lapisan jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung
banyak pembulu darah yang memperdarahi sklera.
c. Kornea
Struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan
bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Kornea mempunyai lima lapisan
yang berbeda.
Lapisan epitel mempunyai lima atau enam laisan sel. Lapisan bowman merupakan
lapisan jernih aselular, yang merupakan bagian stroma yang berubah. Stroma kornea
merupakan penysun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun atas jalinan
lamella serat-serat kolagen. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea, dan
karena ukuran dan kerapatannya menjadi jernih secara optis. Membran Descement yang
merupakan lamina basalis endotel kornea, memiliki tamilan homogen dengan mikroskop
cahaya tetapi tamak berapis dengan mikroskop elektron. Endotel hanya terdiri dari satu
lapis, tetapi lapisan ini berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma
kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-selnya dengan
proses penaan.
d. Traktus Uvealis
-
Iris
Iris merpakan peranjangan dari corpus ciliaris ke anterior. Berupa permukaan iih
dengan apertura bulat yang terletak ditengah, pupil. Iris terletak bersambungan
dengan permukaan anterior lensa, memisahakan bilik mata depan dan bilik mata
belakang, yang masing-masing berisi aquos humor. Didalam stroma iris terdapat
sfingter dan otot-otot dilator.
Corpus ciliaris
Copus ciliaris yang secara kasar berbentk segitiga pada potongan melintang,
membentang kedepan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Korpus ciliaris
6
teridir dari zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata da zona posterior yang
datar, pars plana.
-
Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Koroid tressn atas
tiga lapis pembulu darah koroid. Besar, sedang, kecil. Semakin dalam pembulu darah
di koroid maka semakin besar lumennya. Kumpulan pembulu darah koroid
memperdarahi luar retina yang menyokongnnya.
e. Lensa
Lensa adalah suatu strktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transpartan
sempurna. Tebalnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm. Lensa tergantung pada zonula
dibelakang iris, zonula menghubngkannya dengan corpus ciliare. Disebelah anterior lensa
terdapat aquos humor dan disebalah belakannya terdapat vitros. Kapsul lensa merupakan
suatu membran semipermeabel yang akan meperbolehkan air dan lektrolit masuk.
Disebelah dean terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras dari
korteksnya. Seiring dengan bertmbahnya usia, serat-serat lamela subepitel terus
diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi besar dan kurang elastis.
f. Retina
Retina adalah lembaran jaringan sarf berlais yang tipis dan semitransaran yang melapisi
bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Lapisan- laisan retina mulai dari
sisi dalamnya (1) membran limitans interna (2) lapisan serta saraf yang mengandung
akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus optikus (3) laisan sel ganglion (4)
lapisan pleksiform dalam, yang mengandng sambungan sel ganglion dengan sel amakrin
dan sel bipolar (5) laisan inti dalam badan-badan sel biolar, amakrin dan horisontal (6)
lapisan peksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel horizontal
dengan fotoreseptor (7) leisan inti luar sel fotoreseptor (8) membran limitans eksterna (9)
lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut (10) epitel pigmen retina.
g. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan
darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan
keluar melalui mata bagian belakang.
Fotoreseptor Mata.
Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang dan sel-sel
kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel batang
untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya dengan
10
intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari atau tempattempat gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel
batang tidak mampu mendeteksi warna. Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea. Di
dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu).
Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau
menyerap cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada
cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.
Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh lebih cepat
ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin menghilang, sel-sel kerucutlah yang
digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit untuk
membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat
langsung melihat dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap.
Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan
perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di
tempat-tempat terang.
Sel-sel kerucut menghasilka penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel kerucut
hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif iodopsin.
Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap panjang gelombang
cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka terhadap warna merah, biru dan hijau.
Karena itu maka sel-sel kerucut mampu mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang
dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan
11
sel kerucut merah. Nama-nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel
kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan
melihat warna putih.
adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion
fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan
bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang
ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi
saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride
memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,
gastrointestinal, dan neurologik.
Patofisiologi dan Gejala Trauma Asam Pada Mata
Bahan kimia asam
Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut
13
Gambar menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma asam, dan
menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan cenderung untuk masuk ke
bilik depan mata dan bisa menimbulkan katarak.
Gambar menunjukkan mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis dan pupil yang
melebar karena peningkatan tekanan intraokular.
14
15
Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin
lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah
tangga, soda kuat.
Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan
presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari selsel epitelial yang berasal dari stem cell limbus
Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel
penetrasi lebih lanjut
Edema terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai masuknya
pemb.darah (Neovaskularisasi)
Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam
17
Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4
Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang
muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan
kornea dan keparahan iskemik limbus.
Menurut klasifikasi Hughes :
Ringan
Prognosis baik
18
Prognosis buruk
Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat
Konjungtiva dan sklera pucat
19
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.
Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba. Nyeri,
lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya
benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat
ledakan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah
terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topikal atau lokal
sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan
pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk
memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular,
konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang
menetap dan berulang.
Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola
mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH
normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui
lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat
pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular.
20
Penatalaksanaan.
Tatalaksana Emergensi.
1.Irigasi
Merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan
kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera
mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata
selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya
dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik.Jika
perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.
2. Double eversi pada kelopak mata
Dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu
tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra,
konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
3. Debridemen
Pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi
pada kornea.Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan
seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada
trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu
regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.
4. Medikamentosa
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian steroid
dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat
migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 710 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila
diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
21
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED
atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan
luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat
10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan
mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox)
500 mg.
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk
menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
Pembedahan.
Pembedahan Segera:
mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut
dapat digunakan untuk pembedahan:
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor
(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan simblefaron.
22
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk
memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil
dari graft konvensional sangat buruk.
Komplikasi.
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis
trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara
lain:
1. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea
dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pHcairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahanlahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak
traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup
6. Entropion dan phthisis bulbi
23
Simblefaron.
Ptisis Bulbi.
Prognosis.
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma
tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu
indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada
pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat
pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah
yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.
24
Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan
simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli
anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.
BAB 3
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan
bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih
berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan
lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata
depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein
permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih
dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan
nyari yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan
anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera
sampai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,
multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada
pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu
pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2008.
Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.
American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints. Diunduh
tanggal 30 Mei 2015 dari http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface burns, 85: 13791383,
British
Journal
of
Ophthalmology.
Diakses
30
Mei
2015,
dari
26