Professional Documents
Culture Documents
S e l a t S u n d a - Te l u k To m i n i - Te l u k S a l e h - Te l u k E k a s
Daya Dukung
Kelautan dan Perikanan
Tim Proyek Carrying Capacity Badan Riset Kelautan dan Perikanan
ISBN 979-97572-8-2
BRKP
S e l a t S u n d a - Te l u k To m i n i - Te l u k S a l e h - Te l u k E k a s
Daya Dukung
Kelautan dan Perikanan
Tim Proyek Carrying Capacity Badan Riset Kelautan dan Perikanan
ISBN 979-97572-8-2
SARI
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003, dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara ilmiah daya dukung
perairan guna menunjang kegiatan pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia. Untuk memahami kondisi
ekosistem dimana aktifitas penangkapan dan budidaya perikanan berlangsung, diperlukan suatu pendekatan yang dapat
menggambarkan keseluruhan komponen dalam ekositem tersebut. Hal ini berarti diperlukan suatu metodologi yang
dapat menampilkan kondisi hidro-oseanografi, alur perpindahan biomasa dari setiap komponen yang terdapat dalam
ekosistem tersebut, dan melakukan diagnosa terhadap kinerja tiap komponen variabel abiotik, biotik, sosial dan
ekonomi.yang berlangsung dalam suatu daerah perikanan. Untuk itu, pendekatan yang diterapkan adalah Model
Hidrodinamika, Ecopath dan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries).
Kegiatan dilakukan di empat perairan yang berbeda karakter yaitu Selat Sunda, Teluk Tomini, Teluk Saleh dan Teluk
Ekas. Ruang lingkup dari kegiatan ini dapat dibagi atas tiga bagian yaitu hidro-oseanografi di empat lokasi, potret transfer
biomassa yang berasal dari organisme yang hidup di dalam perairan di tiga lokasi (Selat Sunda, Teluk Saleh dan Teluk
Ekas), serta pengukuran indikator kinerja perikanan untuk komponen sosial ekonomi wilayah di dua lokasi yaitu Selat
Sunda dan Teluk Tomini. Secara garis besar, hasil penelitian dengan menerapkan metode Model Hidrodinamika,
Ecopath dan Rapfish secara simultan di beberapa perairan Indonesia menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.
Kata kunci : Daya dukung, Sumberdaya, Perikanan, Indonesia, Hidrodinamika, Ecopath, Rapfish.
ABSTRACT
This research was conducted in 2003, aiming to describe the marine carrying capacity in different ecosystems in
Indonesia. The main objective of this study was to provide the policy makers at each location the information required
to support the development of marine and fisheries sectors. To understand the ecosystem condition where fishing and
aquaculture activities take place, a specific approach is required to describe the ecosystem as a whole. Such approach
consist of a series of methodologies that can reflect various aspects of the ecosystem, which include the hydro
oceanographic components, transfer of biomass, and the performance analysis of biotic, abiotic and economic
components. The corresponding methods that have been used in this study were the Hydrodynamic models,
Ecopath, and Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries).
This study took place in four locations, the Sunda Strait, Tomini Bay, Saleh Bay, and Ekas Bay. Each of the locations
differs in their oceanographic and social-economy characteristics. The results of this study consists of three
components, namely the hydro-oceanography aspects at all four locations, transfer of biomass aspects at three
locations (Sunda Strait, Saleh Bay, and Ekas Bay), and Rapfish approach as a measure of social-economic performance
at two locations, Sunda Strait, and Tomini Bay. In general, by applying all three methods simultaneously the results
revealed beneficial outputs for the advancement in marine and fisheries sectors.
Key words : Marine Carrying Capacity, Fisheries Indonesia, Hydrodynamics, Ecopath, Rapfish
Editor
Agus Supangat
Tonny Wagey
Safri Burhanuddin
Penulis
Hidro-Oseanografi
Irsan S. Brodjonegoro
Widodo Setiyo Pranowo
Semeidi Husrin
Rita Tisiana
Bagus Hendrajana
Erish Widjanarko
Hariyanto Triwibowo
Dirhansyah Conbul
Ecopath
Tukul Rameyo Adi
Ichwan M. Nasution
Dini Purbani
Gunardi Kusumah
Ahmad
Utami R. Kadarwati
Hari Prihatno
Rapfish
Agus Heri Purnomo
Taryono
Zahri Nasution
Tjahyjo Tri Hartono
Nugroho Aji
A. Azizi
Tata Letak
Bagus Hendrajana
Daftar Isi
Sari
Prakata
Pendahuluan
Metodologi
Selat Sunda
Hidro-Oseanografi
Ecopath
Rapfish
Teluk Tomini
Hidro-Oseanografi
Rapfish
Teluk Saleh
Hidro-Oseanografi
Ecopath
Teluk Ekas
3
8
10
16
24
24
33
39
68
68
76
90
90
97
Hidro-Oseanografi
Ecopath
108
108
110
Kesimpulan
Daftar Pustaka
119
120
Prakata
Pendahuluan
10
tertentu
t : waktu
K: Carrying capacity
t
11
Gambar atas:
Berbagai macam ikan yang berhasil diperoleh nelayan di Teluk Saleh.
Hasil ini tidak sebanyak yang biasanya mereka dapatkan. Hal yang
biasa terjadi pada saat musim Barat.
12
Gambar bawah:
Tampak tiga personil Pusris Wilnon-BRKP sedang mempersiapkan
pemasangan alat pemantau pasang surut (Tide Gauge) dari
atas perahu karet di Teluk Saleh. Alat ini mempunyai fungsi utama
untuk mengetahui ketinggian laut saat pasang surut secara berkala
dalam interval waktu yang telah ditentukansebelumnya.
13
Gambar atas:
Tampak pekerja sedang membersihkan jaring yang terdapat pada
Keramba Jaring Apung (KJA) di daerah Gorontalo.
14
Metodologi
Metode
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
a. Deskriptif, yakni menjabarkan kondisi lingkungan di wilayah
tempat penelitian berlangsung. Disamping itu, juga dapat
menampilkan kondisi perikanan dan kelautan yang
berlangsung di wilayah tersebut
b. Analitik, yakni dengan menggunakan data yang telah
terkumpul dan dilakukan analisis dengan menggunakan
metode-metode ilmiah yang lazim digunakan dalam
bidang oseanografi, kelautan dan perikanan
c. Modelling, yang dapat merupakan representasi kondisi
wilayah penelitian sesuai dengan tujuan yang disampaikan
diatas. Pemodelan yang dilakukan ada 3 yaitu:
! Pemodelan hidrodinamika, sebagai representasi
kondisI fisik oseanografi, dengan menggunakan
Software 3DD Suite Model (ASR Ltd, 2001).
! Pemodelan ekosistem, sebagai representasi daya
dukung ekosistem perairan, dengan menggunakan
Software Ecopath with Ecosim version 5 (Puly &
Christensen, 1992). Data pendukung tentang
biologi, fisiologi dan ekologi ikan diperoleh dari
Software Fishbase (FAO, 1998).
! Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries), suatu tehnik
yang memungkinkan proses cepat untuk
menampilkan kondisi perikanan ditinjau dari berbagai
aspek atau dimensi (Pitcher & Preikshot, 2001).
Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan untuk analisa dan pemodelan dalam
penelitian ini adalah :
1. Data hasil survei
Pengambilan data survei dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan pengukuran/perekaman langsung di
lapangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan input
model Ecopath dan verifikasi terhadap hasil model
hidrodinamika.
16
2. Data sekunder
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka analisa
selanjutnya adalah dengan mengolah informasi tersebut
sehingga bermanfaat.
3. Wawancara
Wawancara terhadap para ahli, pengambil kebijakan lokal,
dan pelaku usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
data analisa RAPFISH.
Pemodelan Hidrodinamika
Pemodelan Hidrodinamika disini mengambil peran yang
sangat penting terutama untuk merepresentasikan kondisi fisik
odeanografi seprti yang telah diuraikan sebelumnya.
Selanjutnya model yang dihasilkan akan digunakan sebagai
parameter tambahan untuk mengetahui kondisi perairan,
tentunya setelah digabung dengan data hasil survey. Dengan
demikian diharapkan akan diperoleh gambaran yang lebih
akurat.
Persamaan pembangun model hidrodinamika yang
menyatakan gerak horisontal suatu fluida inkompresibel yang
berada di permukaan bumi yang berotasi dalam koordinat
kartesian (arah atas menunjukkan positif) adalah:
u
u
+
u
+
v
+
w
fv =
g
P +
AH
+
+
NZ
x
x
z
z
x2
y2
2
2
v
v
v
1
v
v
v
v
u +
v +
w +
fv =
g
AH
+
P +
NZ
+
+
t
x
y
z
y
y
z
z
x
y2
w=
udz
vdz
x
y
dimana:
t
= waktu
u, v
= kecepatan horisontal
w
= kecepatan vertikal
h
= kedalaman
g
= percepatan gravitasi
Parameter
Nilai
Satuan
S. Sunda
m
m
detik
detik
detik
Roughness Length
Effective Depth
Drying Height
Initial Sea Level
95
68
2775
2775
12
1
216000
m
m
m
set by model
corriolis
neglected
m2/detik
%
Latitude
Orientation
Horizontal Eddy Viscosity
Eddy Viscosity Mult Factor
Number Of Steps To Apply
Diffusion Percentage Slip
T. Tomini
132
85
100
100
0.5
1
2592000
T. Saleh
T. Ekas
90
90
100
100
0.3
1
10713600
97
118
15
15
0.25
1
5184000
0.003-0.03
0
0.01
0.3
0.05
99
0.1
0.3
0.05
99
0.001
0.3
0.05
99
0
10
-
0
1
1
1
95
0
0.1
1
1
95
0
1
1
1
95
No.
Lembar No.
Skala
Tahun Koreksi
1.
Selat Sunda
71
1:200.000
2002
2.
Teluk Tomini
Pulau Sumbawa, Nusa
Tenggara. (untuk Teluk Saleh)
Pulau Lombok, Nusa
Tenggara (untuk Teluk Ekas)
140
1:500.000
2003
294
1:200.000
2003
293
1:200.000
2003
3.
4.
18
dibawah.
Nilai Awal dan Syarat Batas
Syarat batas yang diberikan adalah syarat batas terbuka dan
syarat batas tertutup. Syarat batas yang diterapkan pada
model di batas terbuka adalah elevasi hasil interpolasi
peramalan pasang surut
. Kecepatan yang datang
tegak lurus pada garis pantai yang merupakan syarat batas
tertutup ditentukan sama dengan nol
dan
.
Dengan kata lain garis pantai dianggap merupakan tembok
vertikal yang tidak memungkinkan massa air melewatinya.
Pada daerah domain model diasumsikan ketika dimulai
simulasi dalam keadaan tenang, yang secara matematis
diformulasikan sebagai:
j ( B j (Q / B ) j DC ji )
r,
dap
at ditulis :
Dimana Bi and Bj adalah biomassa dari kelompok i dan j.
19
Gambar samping:
Proses penghitungan dan klasifikasi
jenis tangkapan yang dilakukan
pada saat survei di Selat Sunda
Gambar bawah:
Perahu nelayan yang biasanya
digunakan untuk menangkap ikan
di perairan dangkal sekitar Labuan
Kabupaten Pandeglang
20
21
Gambar samping:
Salah satu bagan milik nelayan disekitar Selat Sunda (Pandeglang)
yang sedang diperbaiki. Bagan ini merupakan bagan permanen
yang ditempatkan ditengah laut. Dari bagan ini biasanya diperoleh
ikan pelagis kecil seperti Teri.
22
Selat Sunda
Hidro-Oseanografi
Temperatur
Sebaran Temperatur Horizontal
Pada bulan Oktober-November sebaran temperatur horizontal
pada seluruh permukaan Selat Sunda berkisar antara 28,5-29,5oC.
Temperatur yang lebih hangat tercatat di mulut selat dan
temperatur dingin berada dibagian selatan selat. Pada kedalaman
21 m, variasi temperatur masih identik seperti yang tergambar di
permukaan, hanya saja temperatur dingin yang berasal dari
Samudera Hindia mulai terlihat memasuki perairan selat.
Selanjutnya di kedalaman 31 m, temperatur dingin hampir
memenuhi perairan selat dan sebaran ini terpantau hingga di
kedalaman 81 m. Jadi dapat dikatakan bahwa massa air yang
berasal dari Samudera Hindia yang dicirikan dengan temperatur
dingin mulai memasuki perairan selat pada kedalaman 21 m.
Pada bulan Juli (musim timur), temperatur permukaan antara
29,25-29,3oC. Temperatur dingin tercatat di depan Teluk
Lampung sedangkan temperatur yang lebih hangat terpantau di
depan Teluk Semangka. Di kedalaman 5 m, sebaran temperatur
24
Gambar samping:
Suasana jual-beli yang terjadi setiap hari di Tempat
Pelelangan Ikan desa Panimbang Kabupaten Pandeglang.
Di sekitar Selat Sunda (bagian Kabupaten Pandeglang)
terdapat sekitar 9 TPI.
Gambar atas:
Foto Pulau Sebesi diambil oleh Astronot Amerika Serikat dari pesawat
ulang alik dengan nomor misi ISS002E9175 pada tanggal 12 Juli 2001.
Dari salah satu sudut pulau ini, pada malam hari tampak semburan
warna merah yang berasal dari perut Anak Krakatau.
26
Gambar samping:
Pemasangan (deployment) alat pengukur
Salinitas, Temperatur dan Kedalaman - CTD.
CTD merupakan salah satu instrumen kelautan
yang paling banyak dipakai dalam survei.
Gambar bawah:
Pemasangan (deployment) alat pengukur
pasang surut, yang biasa disebut Tide Gauge
27
kedalaman 150 m.
Salinitas
Sebaran Horizontal Salinitas
Pada bulan Oktober-November sebaran horizontal salinitas
berkisar antara 32,8-33,4 psu. Di kedalaman 21 m, salinitas
tinggi tercatat di perairan pesisir Banten dan salinitas rendah
tercatat di depan Teluk Semangka dengan isohalin 33,075
28
Gambar atas:
Suasana pantai pada saat air laut sedang surut di daerah Anyer.
Tampak morfologi pantai berkarang yang mendominasi sebagian
besar pantai di daerah ini
d
Eelevasi muka air untuk keseluruhan Perairan Selat Sunda saat kondisi purnama pada:
(A) Menjelang Pasang, (B) Pasang, (C) Menjelang Surut, (D) Surut
d
Pola arus pasut untuk keseluruhan Perairan Selat Sunda saat kondisi purnama pada:
(A) Menjelang Pasang, (B) Pasang, (C) Menjelang Surut, (D) Surut
31
d
Elevasi muka air untuk keseluruhan Perairan Selat Sunda saat kondisi perbani pada:
(A) Pasang, (B) Menjelang Surut, (C) Surut, (D) Menjelang Pasang
d
Pola arus pasut untuk keseluruhan Perairan Selat Sunda saat kondisi perbani pada:
(A) Pasang, (B) Menjelang Surut, (C) Surut, (D) Menjelang Pasang
32
Ecopath
Berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh
dilapangan, ekosistem di Selat Sunda dapat di kelompokkan
dalam 16 (enam belas) termasuk kelompok detritus. Adapun
data ke-16 kelompok fungsional ini dapat dilihat pada Tabel
disamping;
Input Model dan Balancing Model
Produsen Utama (Primary Producers)
Dalam model ini produsen utama di bagi menjadi empat
kelompok fungsional yaitu fitoplankton; lamun dan mangrove
33
Tabel Ecopath
No
1
2
Kelompok Fungsional
Fitoplankton
Lamun
3
4
5
6
Mangrove
Terumbu karang
Zooplankton
LBS
Pelagis kecil
Pelagis sedang
Ikan Demersal
10
11
12
13
14
15
Makrozoobenthos
Udang & Kepiting
Kelompok Molluska
Cumi-cumi
Ikan Hiu
Burung Laut
Komponen Kelompok
Bacteriastrum;Ceratium;Chaetozeros;Rhizosolenia;
Hemiacilus.
Enhalus acoroides; Cymodocea rotundata;
Syringodium isoetifolium; Thalassia hemprinchii
Avicennia marina
Hard Coral Acropora; Hard Coral non Acropora
Calamida;Bikopleura;Cycloprida;Lucifer; Chaetognatha
Soft coral; Sponge; Zoanthids
Rastrelliger brachysoma;Anodontostoma chacunda;
Selaroides leptolepis;Dussumieria elopsoides
Alectis indicus;Tric hiurus haumela;Pelate quadrilineatus
Apogon quadrifasciatus; Leiognathus equulus
Pentaprion longimanus; Sphyraena sp;
Thryssa hamiltonii; Stolephorus indicus
Fistularia petimba; Scomberomorus guttatus;
Euthynnus sp
Trachyrampus bicoarctatus; Areichthys tomentosus
Scatophagus argus; Ephinephelus sexfasciatus
Upeneussulphureus;Psettodeserumei;Nemipterus hexodon
Nemipterus japonicus; Nemipterus nematophorus
Sufflamenfraenatus;Leiognathuselongates;Secutorruconius
Caranx sp
Crassostrea spp ; Holothuroidea
Portunus spp; Panaeus merguensis; Penaeid post Larvae
Meretrix spp; Anadara spp
Loligo spp
Carcharhinidae
Haliaetus leucogaster
Gambar atas:
Salah satu komoditi perikanan tangkap (Tongkol) yang
dijual di Pasar Tradisional desa Panimbang. Di pasar yang
bersebelahan dengan TPI tersebut kebanyakan menjual
ikan segar dan ikan olahan seperti ikan asin, cumi rebus
dan lain-lain.
Gambar samping:
Tampak seorang peneliti dari Pusris Wilnon yang sedang
melakukan analisa vegetasi Mangrove. Hutan Mangrove
dikawasan sekitar Teluk Miskam - Selat Sunda didominasi
oleh genus Avicenia.
34
Gambar atas:
Ikan Pari yang dijajakan di pasar tradisional merupakan
salah satu dari berbagai macam hasil tangkapan nelayan.
Terumbu Karang
Biomassa dan P/B terumbu karang mengacu pada Sorokin,
(1981), yaitu biomassa coral polyp the Great Barrier Reef
sebesar 500 g.ww.m`.
Zooplankton
Biomassa untuk kelompok zooplankton dari hasil survei,
35
Hiu
Untuk Hiu, nilai Biomassa, rasio P/B dan Q/B Selat Sunda
diambil dari hasil penelitian di Teluk Saleh. Nilai Biomassa Hiu
Pelagis Kecil
Nilai biomassa ikan pelagis kecil sebesar 0.687 tonkm-2,
Burung laut
Karena tidak tersedianya data Biomassa, rasio P/B dan Q/B
Pelagis sedang
Nilai biomassa ikan pelagis sedang sebesar 0.236 tonkm-2,
Ikan Demersal
Nilai biomassa ikan demersal 0.0204 tonkm-2, sedangkan
-1
Makrozoobenthos
Nilai biomassa makrozoobenthos sebesar 2.69 tonkm-2
1999); sedangkan nilai rasio P/B dan Q/B diambil dari hasil
penelitian makrobenthos di Teluk Monterey (Olivieri et al,
1993).
Udang dan Kepiting
Nilai biomassa uadang dan kepiting sebesar 0.0029 tonkm-2
diambil dari hasil penelitian di Laut Jawa (Torres et al. 1996);
sedangkan nilai rasio P/B dan Q/B dari hasil model pantai
Brunei (Silvestre et al.,1993).
Molluska
Nilai biomassa molluska diambil dari hasil penelitian Benthik
al, 1993).
Cumi-cumi
Nilai biomassa, nilai rasio P/B, Q/B cumi-cumi dari hasil
penelitian di Bolinao reef Philippines (Alino, PM et al, 1993).
36
Dari Tabel diatas dapat dilihat nilai Ecotrophic Efisiensi (EE), yaitu jumlah tersedianya makanan pada suatu ekosistem yang dimakan oleh suatu kelompok
dalam tingkatan trophic ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatan group dalam trophic level, nilai EE-nya makin kecil. Dari
Tabel dapat dilihat nilai EE untuk kelompok fitoplankton sebesar 0,99 lebih besar dari nilai EE ikan Hiu yang hanya sebesar 0.
37
38
Trophic L evel
Lamun
Mangrove
Makrozoobeenthos
Sm all Pelagics
Coral
Molluska
Burung Laut
Detritus
Cumi -cumi
Diagram skematik kelompok fungsional penyusun ekosistem Selat Sunda yang digunakan dalam pemodelan Ecopath and Ecosim
Phytoplankton
Zooplankton
LBS
Med. Pellagics
Demersal Fish
Shark
39
41
Gambar bawah:
Suasana pasar tradisional yang setiap harinya bisa dijumpai di desa
Panimbang
42
Gambar bawah:
Tampak suasana Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Pandeglang
43
44
Gambar samping:
Industrialisasi yang terjadi di Cilegon ternyata berdampak
terhadap kehidupan di sekitar Selat Sunda. Hal ini tampak
sangat kontras dengan kehidupan nelayan tradisional
(gambar bawah)
45
Gambar atas:
Pintu masuk menuju ke Kawasan Wisata Terpadu Tanjung Lesung
yang dikelola oleh Pemda Kabupaten Pandeglang
Analisis RAPFISH
Analisis Monte Carlo
Untuk melihat tingkat kestabilan hasil analisis ordinasi,
dilakukan dengan simulasi Monte-Carlo untuk melihat tingkat
gangguan (perturbation) terhadap nilai ordinasi (Spence and
Young, 1978 dengan 25 kali iterasi. Dari indikator kestabilan
ini, kita dapat melihat seberapa jauh hasil analisis kita dapat
dipercaya. Gambar dibawah merupakan scatter-plot hasil
simulasi Monte-Carlo, masing-masing untuk dimensi Ekologi,
Ekonomi, Sosial, Teknologi, Etika dan Kebaharian.
Berdasarkan pada keenam gambar tersebut tampak bahwa
hasil analisis ordinasi untuk seluruh dimensi cukup stabil. Hal
47
Alat Tangkap
Nelayan
Lokasi
Andon
Jaring Arad
Lokal
Payang
Lokal
Andon
Lokal
Bagan
Lokal
Ekologi
50
40
Ekonomi
Sosial
Teknologi
30
Etika
20
Kebaharian
10
0
Purse Seine,
Panimbang
Arad,
Karangantu
Payang,
Pasauran
Mini Purse
Seine,
Lempasing
Purse Seine,
Lempasing
Bagan,
Tarahan
48
49
60
Kebaharian
Ekonomi
30
Purse Seine Andon,
Panimbang
Mini Purse Seine, Lokal,
Lempasing
Sosial
Teknologi
Ekologi
Ekonomi
Sosial
Teknologi
Etika
Kebaharian
65
60
59
46
46
46
57
56
51
39
44
40
49
47
47
59
57
57
Dimensi
Alat
Purse Seine Andon, Panimbang
Mini Purse Seine Lokal, Lempasing
Purse Seine Andon, Lempasing
di Panimbang.
Dari 10 atribut yang dikaji, hasil skoring yang didasarkan atas
Analisis Leverage
52
Gambar samping:
Keadaan sosial-ekonomi pedesaan dan kehidupan yang terasa
semakin berat bagi sebagian masyarakat, tampaknya tidak
mempengaruhi keceriaan anak-anak nelayan di desa Panimbang ini.
53
Gambar bawah:
Kehidupan sehari-hari seorang nelayan adalah sebuah kehidupan
yang sederhana untuk mencari nafkah dengan mencari ikan.
Biasanya mereka berangkat pada malam atau pagi hari dan kembali
lagi pada keesokannya. Semua ini dilakukan demi sesuap nasi bagi
keluarga dirumah.
54
Gambar atas:
Keadaan TPI di desa Panimbangjaya sehari-harinya tampak dipenuhi oleh
pembeli baik yang akan dipakai sendiri ataupun pembeli dalam partai
besar untuk kemudian dijual kembali. Beberapa kendaraan pick-up
tampak telah siap mengangkut hasil perikanan dari TPI ini.
55
Gambar atas:
Dengan garis pantai Pandeglang menghadap Selat Sunda sepanjang
182.80km, maka keadaanTPI desa Panimbangjaya selalu
disibukkan oleh celoteh pembeli dan penjual. TPI ini merupakan salah
satu TPI kelas B di Kabupaten Pandeglang yang dikelola oleh KUD.
56
57
Alat
Purse Seine,
Panimbang
Arad, Karangantu
Payang, Pasauran
Ekologi
Ekonomi
Sosial
Teknologi
Etika
Kebaharian
65
46
58
39
49
59
67
59
50
57
41
53
39
49
25
50
51
55
60
Kebaharian
Ekonomi
30
Purse Seine Panimbang
Arad, Karangantu
Payang, Pasauran
Etika
Sosial
Teknologi
Gambar samping:
Peneliti BRKP sedang melakukan penelitian dan pengumpulan
contoh daun Mangrove untuk kemudian dibawa ke Jakarta dan
dilakukan analisa dan klasifikasi yang lebih mendalam
Gambar bawah:
Nelayan sedang memasang jaring pukat
Gambar atas:
Sekelompok bagan (tipe tancap) tradisional milik nelayan yang hanya
ditempatkan pada perairan dangkal tepi pantai.
Bagan juga menunjukkan keunggulan pada dimensi ekonomi karena
skala ordinansi 53 yang diperoleh lebih tinggi dari perikanan purse
seine andon dan purse seine lokal
61
Alat
Ekologi
Ekonomi
Sosial
Teknologi
Etika
Kebaharian
60
48
56
44
47
57
59
70
48
53
52
53
40
52
47
47
57
66
60
Kebaharian
Ekonomi
30
Mini Purse Seine Lempasing
Purse Seine, Lempasing
Bagan, Tarahan
Etika
Sosial
Teknologi
62
Gambar atas:
Peneliti dari BRKP sedang mendapatkan keterangan dari
petugas TPI desa Panimbang Kabupaten Pandeglang
63
bagan, ada ketidakjelasan pada peraturan mengenai batasbatas penempatan bagan. Dalam hal ketergantungan, adalah
suatu kenyataan bahwa terutama untuk perikanan purse
seine, ketergantungan terhadap perikanan sedemikian tinggi.
Perbaikan pada hal-hal tersebut akan meningkatkan kinerja
dimensi etik secara keseluruhan untuk perikanan Lampung di
Selat Sunda.
Resume
Dari pemaparan hasil dan pembahasan berdasarkan hidrooseanografi, ecopath dan rapfish maka dapat diresume
sebagai berikut :
1)
Gambar bawah:
Suasana perkampungan nelayan di desa Panimbang dengan
berbagai macam perahu yang sedang ditambatkan.
64
3)
4)
5)
65
7)
9)
66
Teluk Tomini
Hidro-oseanografi
Temperatur
Temperatur rata-rata permukaan laut perairan Teluk Tomini
sepanjang tahun-nya secara umum mempunyai kisaran 27 30C (BRKP, 2003). Sedangkan hasil simulasi model
hidrodinamika 3 dimensi Ningsih, dkk., (2003)
memperlihatkan sebaran perubahan temperatur permukaan
laut di perairan Teluk Tomini pada bulan Agustus (musim
timur) berkisar lebih dari 1C hingga 3C.
Perubahan temperatur permukaan laut yang besar
merupakan indikasi terjadinya fenomena upwelling.
Fenomena upwelling adalah gerakan massa air secara vertikal
dari lapisan dalam (50 200 meter) ke permukaan laut
akibat adanya divergensi (kekosongan massa) di permukaan.
Daerah upwelling merupakan daerah yang subur karena
gerakan massa air dari lapisan dalam banyak membawa zatzat hara yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton
yang pada gilirannya merupakan makanan zooplankton, yang
berpotensi habitat bagi populasi ikan.
68
Gambar atas:
Pemrograman CTD (Conductivity, Temperature and Depth) tipe
portable oleh bagian instrumen Pusris Wilnon BRKP. Disaksikan
penduduk lokal dan beberapa mahasiswa Universitas Hang Tuah
Surabaya yang sedang melakukan kerja praktek lapangan.
Salinitas
Salinitas rata-rata permukaan laut perairan Teluk Tomini
sepanjang tahun-nya secara umum mempunyai kisaran 32
34 psu (BRKP, 2002). Dimana nilai salinitas di perairan sekitar
mulut teluk lebih tinggi daripada perairan bagian dalam teluk.
Sedangkan berdasarkan pengukuran in situ vertikal oleh
Gelombang
Berdasarkan hasil analisis ketinggian gelombang laut dari data
TOPEX/ERS-2 tahun 2002, gelombang di perairan Teluk
Tomini secara umum tingginya berkisar 1 2 meter (BRKP,
2002). Dimana selama Musim Barat (Desember-Februari),
Musim Peralihan Barat ke Timur (Maret-Mei), dan Musim
69
Elevasi
+250 cm
-264 cm
Tunggang Maksimum
514 cm
dalamnya.
Pola Arus Pasut Perbani
Pola arus pasut hasil simulasi model pada kondisi pasut
perbani (Neap Tide Condition) adalah sebagai berikut:
Saat air surut memperlihatkan bahwa secara umum arus
bergerak lemah (maksimum 0.07 m/det) masuk dari arah
Laut Maluku menuju perairan dalam teluk. Elevasi minimum
terjadi di sekitar Kepulauan Togean (0.886 m) dan elevasi
maksimum (0.898 m) tersebar di sebelah timur dari perairan
71
Gambar bawah:
Tuna adalah salah satu potensi perikanan Teluk Tomini yang
menggiurkan dengan hasil 106.000 ton per tahun, disamping ikan
pelagis kecil menghasilkan sebanyak 379.440 ton/tahun dan ikan
demersal (83.840 ton/tahun).
Ekosistem
Pada tahap awal ini, model yang dihasilkan masih berbentuk
struktur utama (kerangka model) yang akan disimulasikan
untuk pencarian opsi kebijakan dengan memperhatikan
beberapa hal.
Pertama, dari pembagian kelompok fungsional, terlihat pada
tabel di halaman belakang bahwa beberapa kepentingan
utama rencana pengembangan Teluk Tomini telah terkandung
di dalam model EwE. Aspek Perikanan tangkap, khususnya
untuk jenis-jenis Cakalang dan Tuna Ekor Kuning, yang
merupakan komoditi utama Teluk Tomini, sudah dimasukkan
dalam kelompok fungsional. Dari perhitungan sementara
dapat dihitung biomassa ikan Cakalang dan Tuna di perairan
Teluk Tomini sebesar 0.252 tonkm-2.
Aspek lain dari kedua species komersial ini adalah ditengarai
72
Gambar Pola arus dan elevasi muka air untuk keseluruhan Perairan Teluk Tomini saat kondisi perbani pada:
(A) Surut, (B) Menjelang Pasang, (C) Pasang, (D) Menjelang Surut
Pola arus dan elevasi muka air keseluruhan Perairan Teluk Tomini saat kondisi purnama pada:
(A) Surut, (B) Menjelang Pasang, (C) Pasang, (D) Menjelang Surut
73
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
74
75
T r o p h i c L ev el
1
Phytoplankton
Zooplankton
Cumi -cumi
Cakalang
Small Demersal
RA
Rumput Laut
Detritus
Ubur-ubur
Teripang
Small Pelagics
Large Pelagics
Med. Demersal RA
Terumbu Karang
Spons
Small Demersal
NRA
Lrg Demersal RA
Lamun
Crustacea
Tiram Mutiara
Yellowfin Tuna
Penyu Laut
Burung Laut
Benthic Epifauna
Med.
Demersal
NRA
Hiu dan
Pari
Gambar bawah:
Ikan asin yang sedang dijemur merupakan salah satu hasil "sampingan"
nelayan di Gorontalo untuk konsumsi lokal selain ikan segar yang
biasanya untuk keperluan ekspor.
seluruh aspek.
Kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya ekses negatif
dari proses pembangunan yang timpang semakin perlu
dicermati sehubungan dengan adanya isu-isu penting yang
berkembang di provinsi-provinsi ini. Salah satunya adalah
yang terkait dengan program pengembangan perikanan yang
dikemas dalam Etalase Perikanan, yang apabila tidak dikelola
secara baik sejak awal, dapat berkembang menjadi rancangan
yang kontraproduktif. Misalnya, sangat dimungkinkan bahwa
ekspose potensi perikanan dapat berakibat pada eksploitasi
berlebih, dominasi investor/pengusaha asing, dan distribusi
manfaat sumberdaya yang kurang adil antara pelaku lokal dan
luar negeri, yang pada gilirannya akan berdampak negatif
pada aspek sosial: misalnya timbulnya kecemburuan sosial.
Peluang terjadinya gambaran suram seperti itu tidak kecil
karena berdasarkan pengamatan di lapangan, gejala dari ekses
negatif seperti digambarkan di atas telah terjadi bahkan
sebelum adanya ekspose intensif potensi sumberdaya
perikanan Teluk Tomini; meningkatnya dominasi kapal-kapal
penangkap asing dan masalah 'transhipment' pada beberapa
perikanan telah berkembang dengan laju cukup
mengkhawatirkan.
Kebaharian
Ekologi
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Etika
Sosial
Teknologi
Etika
Ekonomi
Ekonomi
Sosial
Teknologi
Kebaharian
60.00
50.00
Ekonomi
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Gorontalo Handline
Gorontalo Mini Purse seine
Gorontalo Bagan Perahu
Gorontalo Gillnet Dasar
Etika
Sosial
Teknologi
78
79
EKOLOGI
Exploitation Status
Recruitment Variability
Change in Trophic Level
Migratory Range
Range Collapse
Size of Fish Caught
Catch before Maturity
Discarded by Catch
Species Caught
Primary Production
EKONOMI
Subsidy
Sector Employment
Profitability
Ownership transfer
Other Income
Marketable Right
Market Destination
Limited Entry
Fisheries in GDP
Average Wage
SOSIAL
Socialization of Fishing
New Entrants into the Fishery
Kin Participation
Fishing Sector
Fishing Income
Fisher Influence
Environmental Knowledge
Education Level
Conflict Status
TEKNOLOGI
Vessel Size
Trip Length
Selective Gear
Pre-sale Processing
Landing Sites
Gear Side Effects
Gear
FADS
Catching Power
ETIKA
Mitigation of Habitat Destruction
Mitigation of Ecosystem Depletion
Law Enforcement
Just Management
Influences in Ethical Formation
Illegal Fishing
Equity in Entry
Discards & wastes
Conflict of Regulation
Alternatives
Adjacency & Reliance
KEBAHARIAN
Appreciation to marine esthetics
Satisfaction to marine related jobs
Supporting regulation
Public participation
Appreciation to maritime
Existence of Connflicting Regulations
Appreciation to fisheries products
1.50
4.90
2.28
6.21
3.28
3.20
3.10
2.89
2.56
2.05
1.53
3.98
0.95
3.58
3.34
4.52
2.00
1.98
1.51
2.64
1.53
2.53
2.21
3.94
3.18
2.98
2.69
4.66
4.21
3.25
1.20
4.22
2.04
2.28
2.28
5.50
5.06
3.32
3.50
3.90
4.05
3.78
3.50
5.07
3.79
4.82
4.32
4.32
4.17
4.84
5.11
2.72
7.43
2.54
1.70
4.29
Gambar atas:
Gorontalo merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi gizi
rendah untuk anak kelompok lima tahun ke bawah. Walaupun pada
tahun 2002 terjadi peningkatan angka harapan hidup laki-laki 3%
dan perempuan 5%. Konflik antar nelayan yang berkepanjangan
akan semakin menyuramkan masa depan anak-anak ini.
Gambar atas:
Sektor budidaya laut dikembangkan dengan beberapa komoditas
unggulan yang kebanyakan menggunakan keramba jaring apung
seperti kakap, kerapu, beronang, kerang-kerangan maupun
rumput laut.
81
sumberdaya.
b. Dimensi Sosial
Untuk perikanan Teluk Tomini, atribut yang menonjol pada
82
Gambar bawah:
Tampak salah satu peluang yang tengah ditawarkan dalam
bidang Kelautan dan Perikanan di provinsi Gorontalo yaitu
budidaya kerang mutiara. Di provinsi ini, budidaya kerang
mutiara mencakup areal seluas 3000 Ha.
83
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
4.55
4.95
4.64
6.00
60
Co-management
Community-based Management
3.73
3.82
3.65
3.74
4.07
Pengawasan tangkapan
4.78
Pemeliharaan sumberdaya
4.79
e. Dimensi Etik
Untuk dimensi etik, atribut yang paling perlu untuk
diperhatikan berdasarkan analisis leverage adalah pengaruh
norma/nilai lokal terhadap baik buruknya pengelolaan
84
Gambar atas:
Dengan sistem armada semut, nelayan tetap di tengah laut dan
segala kebutuhan mereka seperti makanan, BBM dicukupi melalui
Kapal Pamo yang berkekuatan 3 hingga 5 gross ton. Bila satu kapal
yang bertugas mengambil ikan hasil tangkapan nelayan membawa
ikan hasil tangkapan ke tempat Pelelangan Ikan satu kapal lain
mengantar kebutuhan nelayan.
85
Gambar samping:
Pemandangan sehari-hari di pantai di Teluk Tomini dengan kandungan
kekayaan laut yang luar biasa. Statistik Dinas Perikanan Teluk Tomini
memperlihatkan bahwa daerah ini memiliki potensi perikanan tangkap
sebesar 587.670 ton.
Gambar bawah:
Salah satu TPI di Kabupaten Boalemo yang menjadi sektor unggulan
perekonomian bidang perikanan dan kelautan. Dengan berbagai jenis
ikan bernilai ekonomis tinggi serta kondisi geografisnya maka tak salah
jika daerah ini dipilih sebagai lokasi utama untuk etalase perikanan.
86
87
RESUME
Dari pemaparan hasil dan pembahasan berdasarkan hidrooseanografi, ecopath dan rapfish maka dapat diresume
sebagai berikut :
1.
2.
4.
5.
6.
88
Teluk Saleh
Hidro-oseanografi
Pemantauan sifat fisik dan kimia air laut di Teluk Saleh secara
detail pernah dilakukan dengan menggunakan kapal
penelitian K/R Baruna Jaya VII (Edward, M. Djen Marasabessy
dan I. Pellupassy, 2001). Parameter kualitas air yang terdiri
dari suhu, salinitas, pH, kecerahan, benda padat terapung,
lapisan minyak, dan bau. Suhu, salinitas, pH, dan kecerahan
langsung diukur dilokasi penelitian (insitu) dengan
menggunakan termometer, salinimeter, kertas pH universal,
sechi disk, sedangkan benda terapung, lapisan minyak secara
visual dan bau secara organoleptik. Adapun hasil dari
penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel dibalik halaman
ini.
Pada tabel tersebut diketahui suhu berkisar antara 27.0 C
sampai 29.05 C, dengan rerata 27.78 C. Sedang salinitas
di perairan Teluk Saleh rata-rata 32.77. Nilai pH sebesar
8.0, dan pH ini relatif sama untuk setiap stasiun pengamatan.
Tingkat kecerahan air laut berkisar antara 6.0 8.0 meter
dengan rata-rata 13.40 meter. Kecerahan ini relatif tinggi,
artinya bahwa tingkat sedimentasi di perairan ini relatif
rendah dan perairan relatif jernih dan sangat mendukung
untuk kehidupan terumbu karang
Hasil pengamatan terhadap benda padat terapung, lapisan
minyak dan bau adalah nihil, artinya bahwa perairan ini relatif
bersih dari sampah-sampah padat terapung seperti kayu,
plastik, karet dan sebagainya.
90
No
Suhu (oC)
Salinitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Rerata
28,0
28,0
27,9
27,5
28,0
28,0
27,0
27,5
27,5
27,9
28,0
27,0
28,0
28,0
27,0
27,0
28,0
29,0
28,0
28,0
28,0
28,0
27.78
33,0
32,0
32,0
32,0
32,0
32,0
32,9
32,8
32,5
32,0
32,9
32,1
32.0
32,0
32,0
32,0
32,0
32,5
32,5
32,0
32,0
32,0
32.77
o/oo
pH
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8,0
8.0
Kecerahan
( meter )
18
17
10
12
11
12
8
13
14
11
14
18
15
14
10
15
14
18
18
6
13.4
Benda
Terapung
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Lapisan
Minyak
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Bau
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Hidrodinamika
Hasil Simulasi arus pasut secara umum menunjukkan bahwa
elevation - m
Pasang Surut
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil prediksi pasang surut
menggunakan Oritide Global Tide Model untuk bulan Oktober
2003 dan peta distribusi tipe pasut Se-Asia Tenggara dari
Wrytki (1961) diperoleh bahwa tipe pasut di perairan Teluk
Saleh adalah campuran cenderung harian ganda (Mixed Semi
Diurnal), lihat gambar disamping. Prediksi tersebut
menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2003 tinggi ratarata air pasang tertinggi adalah +74,56 cm, air surut
terendah 69,12 cm, dengan tunggang maksimum sekitar
143,68 cm (Tabel pada halaman samping).
1.5
1
0.5
0
0
100
200
300
400
500
600
time - h
arus yang memasuki Teluk Saleh berasal dari Laut Flores yang
91
700
Tunggang Maksimum
Gambar bawah:
Alat ADP (Acoustic Doppler Profiler) yang merupakan salah satu
instrumen kelautan yang secara berkala memancarkan gelombang
suara ke kolom air dan kemudian dipantulkan kembali sehingga bisa
didapatkan data tentang kecepatan arus air pada kolom tersebut.
Tampak alat tersebut sedang diamati untuk melihat apakah terjadi
kerusakan setelah sempat hilang tersapu badai selama 3 hari.
Selat Batahai
Teluk Sanggar
9090000
P. Sumbawa
9080000
9070000
Selat Saleh
P. Dangar Besar
P. Liang Maya
9060000
TELUK SALEH
P. Ngali
9050000
P. Rakiet
P. Sumbawa
9040000
9030000
560000
570000
580000
100
590000
200
300
600000
400
610000
500
600
700
620000
800
630000
640000
900
93
Gambar Pola arus dan elevasi muka air untuk keseluruhan Perairan Teluk Saleh saat kondisi perbani pada:
(A) Menjelang surut, (B) Surut, (C) Menjelang pasang, (D) Pasang
Pola arus dan elevasi muka air keseluruhan Perairan Teluk Saleh saat kondisi purnama pada:
(A) Menjelang surut, (B) Surut, (C) Menjelang pasang, (D) Pasang
94
perairan.
Gambar bawah:
Keadaan Tide Gauge dan 'pelampung'nya setelah didera
badai selama hampir satu minggu.
Gambar atas:
Rombongan peneliti dari BRKP sedang berdiskusi dengan Kepala
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa di kantor.
eddy melemah.
96
tahun-1.
Tabel Ecopath
No
Fitoplankton
Lamun
Natural Seaweed
Mangrove
5
6
7
8
Farmed Seaweed
Terumbu Karang
Zooplankton
LBS (Living Bottom Struktur)
Benthic Infauna
10
Pelagis Kecil
11
Lemuru
12
Pelagis Sedang
13
Ikan Demersal
14
15
16
17
18
Cakalang
Hiu
Lumba-lumba
Burung Laut
Detritus
Ecopath
Input Model dan Balancing Model Ecopath
Berdasarkan data primer dan sekunder yang di dapat di
lapangan, ekosistem di Teluk Saleh dapat di kelompokkan
dalam 16 (enam belas) termasuk detritus. Adapun data ke-16
Kelompok Fungsional
Komponen Kelompok
Enhalus acoroides; Halodule uninervis;
Cymodocea serrulata; Halophila ovalis
Algae Halimeda;Algae coralline; Algae macro; Algae Tuff.
Rhizophora apiculata; Sonneratia casiolaris
Rhizophora stylosa; Rhizophora mucronata;
Avicennia marina; Aegiceras corniculatum;
Ceriops tagal; Bruguiera gymnorrhiza
Euchema Cottoni
Hard Coral Acropora; Hard Coral non Acropora
Soft coral; Sponge; Zoanthids;
Isognomon ephipum; Strombus canarium; Cerithium
Zonatum; Tellina staurella
Morula fusca; Tectus niloticus; Trohcus niloticus Sea
cucumbar (teripang); Lobster; Crabs; Sea Star (Bintang Laut)
Parupeneus cyclostamus; Selaroides leptolepis; Stolophorus
commersonii; Atule mate; Channa Striata
Sardinella lemuru; S.gibbosa; Sardinella sp;
Sardinella devisi
Rastrelliger kanagurta; Rastrelliger sp;
Sardinella fimbriata; Scomberomorus lysan; Decapterus sp;
Mugil cephlus;
Chanos chanos
Siganus canaliculatus; Casio cuning;
Lutjanus bohar;Epinephelus tauvina;
Epinephelus areolatus; E.sexfasciatus
Cromileptes altivelis; Plectropomus sp
Auxis rochei
Carcharhinus albimarginatus
Stenella longirostris
Haliaetus leucogaster
Terdiri dari partikel dan larutan organik
97
Mangrove
Penelitian yang pernah dilakukan oleh LIPI pada tahun 2001
tentang mangrove di Teluk Saleh hanya menghasilkan masingmasing jenis pohon mangrove per Ha lahan, sedangkan data
tentang produksi seresah mangrove tidak ada. Sehingga
dicoba mengambil data tentang produksi seresah mangrove
yang dilakukan oleh Kusmana, 1993 dan Komiyama et al,
Gambar atas:
Hutan Mangrove merupakan breeding ground yang penting bagi
berbagai satwa seperti ikan, udang dan bahkan burung. Di Sumbawa,
karena keterlibatan masyarakat pesisir untuk melestarikannya hutan
Mangrove seperti diatas pernah mendapatkan bantuan dari GEF
(Small Grants Programme), pada tahun 1997/1998.
.
Terumbu Karang
Dari hasil olahan citra luas daerah karang di Teluk Saleh
sekitar 0.244 km. Penelitian LIPI menyebutkan bahwa
persen penutupan karang untuk jenis Hard Coral Non
Acropora sebesar 32.12% dan jenis karang Hard Coral
Acropora sebesar 11.33%. Dari hasil estimasi lewat olahan
Citra Satelit Landsat diperoleh produktivitas primer untuk
karang 0.2499 g c/m/jam. Dari hasil ini estimasi nilai
biomassa untuk karang sebesar 2.9988 tonkm-2.
Zooplankton
Total biomassa dari hasil survei di Laut Cina Selatan oleh
Pauly et al.(1996) yang dilakukan dari bulan November 1974
sampai dengan Juli 1976 diperoleh rata-rata biomassa
98
Lemuru
Untuk kelompok lemuru nilai Biomassa, rasio P/B dan Q/B
didapatkan dengan melakukan survey di Teluk Saleh, dan data
yang di dapatkan digabungkan dengan hasil survey LIPI tahun
2000, Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Sumbawa,
serta hasil wawancara dengan nelayan lokal dan Fishbase
tahun-1.
Benthik Infauna
Biomassa untuk kelompok ini diperoleh dari rata-rata
biomassa hasil penelitian LON-LIPI 1977 - 1979 di laut Jawa
dan survey di Laut Cina Selatan sampai Laut Jawa November
1974 Juli 1976 (Pauly et al.1996) dengan nilai biomassa
18.94 tonkm-2. Dan nilai rasio P/B dan Q/B masing-masing
3.00 tahun-1 dan 12.50 tahun-1, diperoleh dari Model Pantai
Brunei (Silvestre et al. 1993).
Pelagik Kecil
Untuk kelompok pelagik kecil, nilai Biomassa, P/B rasio dan
Q/B rasio didapatkan dengan melakukan survey di Teluk
Saleh, dan data yang di dapatkan digabungkan dengan hasil
100
Gambar atas:
Salah satu produksi nelayan di Teluk saleh selain ikan segar, abon
ikan laut dan dendeng ikan adalah rumput laut. Teluk Saleh memiliki
101
0.05 tahun-1, sedangkan nilai rasio Q/B meminjam dari ratarata nilai Q/B 4 spesies burung dengan estimasi
menggunakan formula empiris (Nilsson and Nilsson., 1976)
sebesar 67.67 tahun-1.
Detritus
Biomassa detritus sebesar 10.50 tonkm-2, diperoleh dari
estimasi menggunakan formula empiris oleh Pauly et al
(1993) dengan PP = 300 gC/m/tahun dan E = 50 m.
103
RESUME
Dari pemaparan hasil dan pembahasan berdasarkan hidrooseanografi dan ecopath maka dapat diresumekan sebagai
berikut :
1.
104
3.
4.
105
6.
7.
9.
106
Teluk Ekas
Hidro-oseanografi
Kondisi berikut ini merupakan hasil survey Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan tahun 2002 dan 2003.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, temperatur di
perairan Teluk Ekas berkisar 25,8 -27,6C, salinitas berkisar
34,4-34, 8 , sedang nilai pH adalah 7.5-8.
Pasang Surut
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil prediksi pasang surut
menggunakan Oritide Global Tide Model untuk bulan Januari
2004 dan peta distribusi tipe pasut Se-Asia Tenggara dari
Wrytki (1961) diperoleh bahwa tipe pasut di perairan Teluk
Ekas adalah campuran cenderung harian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal). Hasil prediksi tersebut menunjukkan
108
+128,67
-130,96
Tunggang Maksimum
258,63
109
South Boundary
3
2.5
Elevation (m)
1.5
0.5
0
0
50
100
150
200
250
300
350
Time (s)
Gambar bawah:
Teluk Ekas mempunyai keunikan tersendiri yaitu berhadapan
langsung dengan Samudera Indonesia tetapi relatif terlindung
terhadap gelombang karena letaknya menjorok ke dalam.
Namun pada Musim Barat, gelombang yang cukup besar bisa
dengan mudah datang secara tiba-tiba.
Tabel Ecopath
No.
Kelompok Fungsional
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Detritus
Phytoplankton
Benthic Producer
Rumput laut hasil budidaya
Mangrove
Terumbu Karang
Zooplankton
Benthic fauna
Udang Penaid
Chepalopoda
11
12
13
14
15
16
17
Dolphin
Burung Laut
Komponen Kelompok
Seagrass, Seaweed
Euchema cotomii
Soneratia alba, Avicennia marina
Ecopath
Input Model dan Balancing Model Ecopath
Data dan informasi yang digunakan untuk membangun model
ekosistem ini diambil dari beberapa sumber baik dari hasil
110
111
Gambar 6.2 Pola arus dan elevasi muka air untuk keseluruhan Perairan Teluk Ekas saat kondisi perbani pada:
(A) Surut, (B) Menjelang pasang, (C) Pasang, (D) Menjelang surut
Gambar Pola arus dan elevasi muka air keseluruhan Perairan Teluk Ekas saat kondisi purnama pada:
(A) Surut, (B) Menjelang pasang, (C) Pasang, (D) Menjelang surut
112
Gambar samping:
Rumput laut yang dibudidayakan jenis Eucheuma cottonii yang
merupakan sumber utama Carrageenan. Lombok Timur memproduksi
2.140 ton per tahun.Carrageenan adalah jelly/gum terbuat dari
rumput laut yang mempunyai kegunaan antara lain; gelling agent dan
stabiliser.
Gambar bawah:
Lumba-lumba yang sering tampak di Teluk Ekas sama sekali tidak
dirasakan sebagai pengganggu oleh para nelayan. Bahkan banyak
dilaporkan, nelayan yang kecemplung di laut ditolong lumba-lumba.
luas 70.478 m2
Detritus
Parameter input yang diperlukan dalam detritus adalah
biomasa, dimana nilai biomasa yang digunakan diambil dari
model Selat Bali sebesar 10,50 tonkm-2 tahun-1 (Buchary,
et.al., 2002).
Fitoplankton
Biomasa fitoplankton dari hasil penelitian DKP et.al., (2000)
di Teluk Ekas yaitu 3,798 tonkm-2, dimana fitoplankton
didominasi oleh diatom dan dinoflagelata. Nilai untuk P/B
sebesar 135 tahun-1 merupakan hasil estimasi perbandingan
Terumbu Karang
Berdasarkan hasil penelitian DKP, et.al (2000) pada umumnya
terumbu karang dalam kondisi yang kurang bagus dengan
tutupan karang batu kurang dari 25% berupa koloni karang
foliose Montipora sp dan Porites sp, dijumpai pula karang
masih Galaxea, Pavona, Acropora dan Millepora.
Benthic Fauna
Total biomasa dari kelompok chepalopoda adalah 0.09
tonkm-2 dari model Selat Bali (Buchary et.al., 2002) dan P/B
dari the P/B of meiobenthos di Monteray Bay; 9.0 tahun-1 dan
nilai Q/B adalah 30.0 tahun-1 (Olivieri, et al., 1993).
Udang Penaid
Biomasa P/B dan Q/B dari Penaid shrimp didapatkan dari
model Laut Jawa sebesar 0.556 tonkm-2dan 13 tahun-1dan
70.0 tahun-1 (Buchary, 1999)
114
115
Chepalopoda
Parameter input B dan P/B didapat dari model Laut Jawa
-1
-1
Burung Laut
Total biomasa burung laut adalah 0.005 tonkm-2 dari model
Kelompok Ikan
Jenis-jenis ikan yang ada di perairaan Teluk Ekas
dikelompokkan ke dalam 4 kelompok berdasarkan ukuran,
habitat dan tipe makan/pemangsaan dan parameter input B,
P/B dan Q/B. Ikan dengan panjang badan rata-rata lebih kecil
dari 30 cm dikategorikan dalam kelompok small (kecil) dan
yang lebih besar dari 30 cm masuk kategori besar (large).
Sementara itu dolphin mempunyai functional group tersendiri
besar nilai-nilai ini berasal dari studi tingkah laku makan secara
RESUME
Dari pemaparan hasil dan pembahasan berdasarkan hidro-
1.
Suhu berkisar 25,8-27,6 C, salinitas berkisar 34,434, 8 , . Nilai pH sebesar 8.0, dan sedang nilai
pH adalah 7.5-8.
2.
7.
kecil).
8.
5.
9.
118
6.
7.
8.
9.
10.
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
119
Daftar Pustaka
Alino, P.M., L.T. Mcmanus, J.W. Mcmanus, C.L. Nanola, JR.
M.D. Fortes, G.C. Trono, JR and G.S. Jacinto. 1993. Initial
parameter estimations of a coral reef flat ecosystem in Bolinao,
Pangasinan, Northwestern Philiphines, p.252-258. In V.
Christensen and D. Pauly (eds). Trophic Models of Aquatic
Ecosystem. ICLARM Conf. Proc. 26, 390 p.
Anonymous, 2003. Statistik perikanan tangkap Propinsi
Banten, 2000-2003. Dinas Kelautan dan perikanan Propinsi
Banten. Serang.
Anonymous, 2003. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Lampung tahun 2002. Dinas Kelautan dan
perikanan Propinsi Lampung. Bandar Lampung.
Anonymous, 2002. Profil Usaha Rumah Tangga Perikanan
Tangkap di Laut Propoinsi Lampung tahun 2002. Kerja sama
BPS Propinsi Lampung dengan Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Lampung. Bandar Lampung.
Anonymous, 2002. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten
Pandeglang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pandeglang.
Anonymous, 2002. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten
Serang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang.
Anonymous, 2002. Banten Dalam Angka 2001. Badan Pusat
Statistik Propinsi Banten.
Black, K.P., 2001. Model 3DD Descriptions and User's Guide.
ASR Ltd. Hamilton - New Zealand.
Berlianty, D., 2002. Studi Dinamika Pasang Surut di Selat
120
121
122