You are on page 1of 51

Penjaminan

Hukum Perdata - 2005

Penjaminan
Ps. 1131 KUH Perdata, segala kebendaan
seorang, baik yg bergerak maupun yg tidak
bergerak, baik yg sudah ada maupun yg baru
akan ada di kemudian hari menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya
perseorangan
UU
PERORANGAN
JAMINAN
Perjanjian

KEBENDAAN

HAK GADAI (Pandrecht)

Pengaturan : Buku II titel 20, Ps. 1150 s/d 1160 KUHPerdata


Pengertian : (Ps. 1150 KUHPerdata)
GADAI adalah suatu hak yg diperoleh seorang berpiutang atas
suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orangorang berpiutang lainnya ; dengan kekecualian biaya untuk
melelang barang tsb dan biaya yg telah dikeluarkan utk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, harus
didahulukan.

HAK GADAI (Pandrecht)


hak kebendaan (zakelijk recht) atas barang bergerak kepunyaan
orang lain, yang untuk itu secara nyata dikuasai oleh pemegang
gadai dengan maksud untuk membayar suatu utang dengan hak
utama dari hasil penjualannya.

Barang bergerak tersebut bukan milik Kreditur (pemegang gadai/


penerima gadai), melainkan milik Debitur (pemberi gadai)

Hal-hal Penting Mengenai


Hak
Gadai
: tergantung dari lahir dan hapusnya
Lahir dan
hapusnya gadai

perjanjian pokoknya.

Adanya gadai dengan maksud sebagai jaminan bagi kreditur, jika


nantinya ternyata debitur lalai berprestasi, barang bergerak yang
menjadi jaminan tersebut dipakai sebagai pelunasannya.

Selama utang-piutang berjalan, pemegang gadai berstatus sebagai


penguasa atas barang jaminan. Kekuasaan hanya terbatas pada
menguasai saja, tidak berhak memakai, menikmati atau memungut
hasilnya.

Apabila debitur telah membayar utangnya tetapi baru sebagian, hal


ini tidaklanh menghapuskan gadai. Gadai baru hapus apabila
seluruh utangnya telah dilunasi (gadai tidak dapat dibagi-bagi).

Hal-hal Penting Mengenai


Hak Gadai :

Yang terpenting dari hak gadai adalah benda yang dipakai sebagai
jaminan, berada di dalam kekuasaan pemegang gadai. Tanpa itu
maka tidak akan ada hak gadai, juga bila benda itu dikembalikan
oleh pemegang gadai kepada pemberi gadai, gadai menjadi hapus.

Dengan adanya penyerahan kekuasaan atas bendanya kepada


pemegang gadai, maka saat itulah lahirnya gadai. Jadi penyerahan
kekuasaan merupakan syarat mutlak untuk terjadinya gadai.
Pengecualian berdasarkan UU, benda gadai dapat ditaruh dibawah
kekuasaan pihak ketiga atas persetujuan baik debitur maupun
kreditur (diperjanjikan sebelumnya).

SIFAT-SIFAT HAK GADAI :

Hak Gadai bersifat accessoir, artinya sebagai pelengkap dari


perjanjian pokok yaitu utang-piutang.
perjanjian gadai tergantung dari perjanjian pokoknya.
Hak Gadai bersifat jaminan hutang, dgn mana benda jaminan
harus dikuasai dan disimpan o/ Kreditur (ps. 1159 ayat 1)
hak menguasai tidak meliputi hak utk memakai hak utk
memakai, menikmati dan memungut hasil barang yg dipakai sbg
jaminan. Juga tdk boleh utk menggadai ulang.
Hak Gadai mempunyai hak langsung (langsung menguasai) atas
barang yang digadaikan.
Hak Gadai memberikan kepada pemegang hak gadai utk dpt
menuntut kembali barang yg digadaikan, apabila ia kehilangan
penguasaannya atas barang itu.
Hak Gadai bersifat tidak dpt dibagi-bagi, artinya sebagian gadai
tdk hapus dgn pembayaran sebagian hutang debitur (Ps. 1160 ayat
1 KUH Perdata).
Hak Gadai memberikan kepada pemegang hak gadai utk menjual
barang yg digadaikan tanpa perlu suatu keputusan hakim.

OBYEK YANG DAPAT DIBEBANI


HAK GADAI :

Yang menjadi obyek gadai menurut Ps. 1150 KUHPerdata adalah


benda-benda bergerak, yang meliputi :
1. Benda Berwujud atau yang karena sifatnya diterangkan dalam
Ps. 509 KUHPerdata, yaitu : kebendaan yang dapat berpindah
atau dipindahkan, seperti kapal, perahu, sepeda, dll
2.

Benda Tidak Berwujud atau yang karena ditentukan UU,


sebagaimana diterangkan dalam Ps. 511 KUHPerdata, yaitu :
tuntutan-tuntutan mengenai benda-benda bergerak, sero-sero
atau andil-andil dalam persekutuan perdagangan uang,
obligasi, dll.
Misalnya berupa hak untuk mendapatkan pembayaran uang,
yaitu berwujud surat-surat piutang atas nama, atas bawa, atas
tunjuk.

CARA MENGADAKAN GADAI


:

TERHADAP BENDA BERGERAK BERWUJUD


syarat :
adanya perjanjian pokok (baik lisan/ tertulis)
Adanya benda bergerak sbg jaminan utang (yg dilepaskan/
berada di luar kekuasaan pemberi gadai, diberikan kepada
penerima gadai) syarat inbezitstelling

CARA MENGADAKAN GADAI


:

TERHADAP BENDA BERGERAK TIDAK BERWUJUD


Piutang atas nama
syarat :
harus ada perjanjian gadai
harus ada pemberitahuan kpd Debitur dari piutang yg
digadaikan hak utk mendapat penagihan dari piutang tsb ditarik
dari kekuasaan pemberi gadai dan saat itu Debitur berkewajiban
utk membayar utangnya kpd pemegang gadai.
Piutang atas tunjuk
syarat :
harus ada perjanjian gadai

harus ada endosemen dan kemudian surat piutang itu lalu


diserahkan.

HAK PEMEGANG GADAI :

Pemegang gadai berhak untuk menahan benda jaminan sampai


utangnya dilunasi, baik mengenai jumlah pokok maupun bunga serta
biaya-biaya (Ps. 1159 : 1 KUH Perdata)
Pemegang gadai berhak mengambil pelunasan dari pendapatan
penjualan benda jaminan apabila debitur tidak membayar utangnya.
Penjualan benda tersebut dapat dilakukan sendiri oleh penerima
gadai atau dapat pula dengan perantaraan hakim.
Pemegang gadai mempunyai hak minta ganti rugi, biaya-biaya yang
telah dikeluarkannya untuk memelihara benda yang digadaikan itu.
Pemegang gadai berhak menggadaikan lagi benda jaminan, apabila
hak itu sudah menjadi kebiasaan, spt halnya dgn penggadaian suratsurat saham atau obligasi (ps. 1153 KUH Perdata)
Dalam melaksanakan hak gadai secara menjual benda yang
digadaikan, penerima gadai berhak untuk didahulukan menerima
pembayaran piutangnya sebelum piutang-piutang lainnya, kecuali
biaya-biaya lelang, pemeliharaan atau menjaga supaya benda jangan
sampai rusak (musnah).

KEWAJIBAN PEMEGANG
GADAI :

Pemegang gadai bertanggung jawab atas kehilangan barang yg


digadaikan serta atas penurunan harganya, sepanjang
penurunan harga itu disalahkan kpdnya (ps. 1117 : 1 KUH
Perdata)
Pemegang gadai harus memberitahukan kpd pemberi gadai
apabila barang yg digadaikan terjual (ps. 1156 : 2 KUH Perdata)
Pemegang gadai berkewajiban mempertanggungjawabkan hasil
penjualan barang yg digadaikan dan mengembalikan uang
kelebihannya kpd pemberi gadai
Pemegang gadai berkewajiban mengembalikan barang ( yg
digadaikan) kpd pemberi gadai apabila pemberi gadai sudah
membayar utang pokoknya ditambah dgn bunga dan ongkos.

HAPUSNYA HAK GADAI, jika


:

perjanjian pokok yg mengakibatkan adanya gadai


hapus, hak gadai juga mjd hapus.
hak gadai dilepas o/penerima gadai
barang yg digadaikan musnah
penerima gadai menjadi pemilik benda jaminan krn
suatu alas hak tertentu (ps. 1152 : 3 KUH Perdata)
atau barang yg digadaikan tdk lagi dikuasai o/
pemegang gadai
barang yg digadaikan disalahgunakan o/ pemegang
gadai

FIDUSIA
Fiduciare Eigendoms
Jaminan hak milik berdasarkan
kepercayaan
Overdracht
(FEO)

Bentuk jaminan atas benda bergerak disamping gadai, yang lahir


dari yurisprudensi.

Bierbrouwerij Arrest (25 Januari 1929) Belanda


Bataafsche Petroleum Maatschapij Arrest (18 Agustus 1932)
Indonesia

Pengaturan : UU No.42/1999 tentang Jaminan Fidusia

FIDUSIA
Fiduciare Eigendoms
Overdracht
(FEO)
Pengertian : (Ps. 1 ayat 1 UU
No. 42/1999)
FIDUSIA adalah pengalihan kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dilahirkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Ps. 1 ayat 2 UU No. 42/1999
JAMINAN FIDUSIA adalah hak atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak dapat
dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungang, tetap berada dalam
penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan hutang
tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia
terhadap kreditur lainnya.
Subyek Fidusia : orang perorangan dan badan usaha/ badan hukum

FIDUSIA
Fiduciare Eigendoms
Obyek
Fidusia
Overdracht
(FEO)
-

Benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud


Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan

Pengecualian (Ps. 3 UU No. 42/1999)


a.
Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan
sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan
jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftar.
Namun demikian bangunan di atas tanah milik orang lain yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan dapat dijadikan objek jaminan Fidusia
b.
Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 M
atau lebih
c.
Hipotek atas pesawat terbang dan helikopter
d.
Gadai

FIDUSIA
Fiduciare Eigendoms
Pasal 11 UU No. 42/1999
Overdracht
(FEO)

Benda yang dibebani fidusia wajib didaftarkan ke kantor


pendaftaran fidusia yang berada dalam lingkup tugas departemen
kehakiman.

Pasal 29 & 30 UU No. 42/1999


tentang eksekusi jaminan fidusia ~ parate eksekusi (= Ps. 1155
KUHPerdata dalam Gadai)

HIPOTIK

Pengaturan : Ps. 1162s/d Ps. 1232 KUHPerdata

DEFINISI :
Hipotik adalah hak kebendaan atas barang tidak bergerak tertentu
kepunyaan orang lain, yang khusus dibebani agar dari hasil
penjualannya dapat dibayar hutang kepada kreditur dengan hak lebih
dahulu.

Ps.1162 KUHPerdata :
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak,
untuk mengambil daripadanya pelunasan suatu perikatan.
PERBEDAANNYA :
- tidak hanya barang tidak bergerak yang dapat dibebani dengan
hipotik, tetapi juga (hak) benda yang tidak bergerak seperti HGB
dan HGU.
- barang yang dibebani harus kepunyaan orang lain (debitur)
- hak hipotik harus membebani barang tersebut dengan tegas
- penggunaan hasil penjualan barang yang dibebeni hipotik
dilakukan dengan hak lebih dahulu oleh pemegang hipotik

SIFAT-SIFAT HIPOTIK

Hipotik bersifat accessoir/ asesor artinya suatu hak tambahan berupa


jaminan kebendaan yang terikat pada suatu perjanjian lain, umumnya
dalam bentuk perjanjian utang-piutang perjanjian pokok

Hipotik bersifat tidak dapat dibagi-bagi artinya sebagian hipotik tidak


dapat hapus dengan pembayaran sebagian utang debitur. Hipotik
melekat atas seluruh obyek bendanya (Ps. 1163 ayat 1 KUHPerdata)

Hipotik bersifat mengikuti bendanya (droit de suite), tetap melekat di


tangan siapapun benda itu berada (ps. 1163 ayat 2 KUHPerdata)

Hipotik bersifat droit de preference artinya hak hipotik akan


didahulukan pelunasannya daripada piutang-piutang lain (Ps. 1134
ayat 2 KUHPerdata)

Hipotik bersifat jaminan untuk pelunasan utang tertentu namun tidak


memberikan hak untuk menguasai dan memiliki benda jaminan.

ASAS-ASAS HIPOTIK

Asas Publisitas
Setiap orang berhak untuk mengetahui adanya ikatan hipotik atas
barang tidak bergerak tertentu, sebagai tanggungan suatu hutang.
Pemenuhan asas publisitas ini, bahwa hipotik didaftarkan ke bagian
pendaftaran tanah di Kantor Agraria setempat. (akta hipotik
sebagai bukti/catatan adanya pembebanan hak, khusus hipotik
tanah dibuat oleh PPAT setelah UUPA)

Asas Spesialitas
Hak hipotik yang mengharuskan hipotik itu diletakkan di atas benda
tidak bergerak yang ditunjuk secara khusus ( mengenai apa, berapa
luas/ besarnya, jumlah ukuran, di mana letak dan batas-batasnya).
Hipotik diletakkan di atas benda yang tidak bergerak sebagai satu
kesatuan.

Benda-Benda Yang Dapat DiBenda yang tidak bergerak


yang dapat diperdagangkan termasuk hak
hipotik-kan
:
atas benda tidak bergerak (HGB, HGU) dan dimiliki oleh orang lain

(debitur) pembatasan Ps. 1164 KUHPerdata

Hipotik mencakup juga segala perbaikan yang dilakukan dikemudian


hari atas benda yang dibebani, termasuk segala sesuatu yang
menyatu dengan barang itu, baik karena pertambahan atau
pembangunan

Benda milik bersama yang bebas bila dibagi bendanya maka hipotik
tetap melekat, bila dibagi dalam bentuk uang, maka hipotik hapus. Bila
terjadi hal seperti ini, Kreditur dapat menuntut berdasarkan Actio
Pauliana (aksi kreditur untuk menuntut agar semua aksi debitur yang
tidak diharuskan dan menyebabkan kreditur dirugikan dinyatakan
batal)

Benda milik bersama yang terikat bisa menjadi objek hipotik


sepanjang semua pemilik bersama menyetujuinya
Terhadap benda yang belum ada, tetapi akan dimiliki tidak mungkin di
hipotik kan (Ps.1175 KUHPerdata) ingat asas spesialitas

Subjek Hipotik

Ps. 1168 KUHPerdata


hanya mereka yang dapat memindah-tangankan benda yang hendak dibebani
hipotik, dapat memberi hipotik atas benda itu.

Ps. 1169 KUHPerdata


mereka yg mempunyai hak atas benda tidak bergerak yang terikat dengan
syarat (syarat batal/ syarat penundaan) hanya dapat memasang hipotik dengan
syarat yang sama.

Ps. 1170 KUHPerdata


tentang pembatasan untuk memberikan hipotik, pasal ini menunjuk pada harta
tetap yang pemindahannya terikat pada syarat tertentu.
Misalnya :
- Ps. 309 KUHPerdata
Pemindahan harta
kekuasaan orang tua thp barang milik anaknya
Hanya diperbolehkan dengan
- Ps. 393 KUHPerdata
Izin dan penetapan pengadilan,
wali terhadap barang milik anak walinya
Sehingga bila memberi hipotik
Juga harus dengan izin dan
- Ps. 452 KUHPerdata
penetapan pengadilan
kurator terhadap barang milik kurandus

AKIBAT HIPOTIK

Hipotik tidak merintangi tindakan pemilik terhadap barangnya yang


dibebani, umpamanya untuk menjual atau secara lain
memindahtangankannya, membebankannya lagi dengan hipotik
kedua dst, tanpa mengurangi syarat yang telah disetujui oleh pihakpihak.

Sehingga dalam akta hipotik akan memuat janji-janji :


- untuk tidak menjual benda jaminan atas kekuasaan sendiri
- pembatasan hak sewa
- untuk tidak dibersihkan
- tentang asuransi

HAPUSNYA HIPOTIK

Menurut ketentuan Ps. 1209 KUHPerdata :


perjanjian utang-piutang (pokok) hapus atau telah dilunasi,
sehingga dapat dilakukan ROYA HIPOTIK atau pencoretan
hipotik yaitu suatu ikhtiar (daya upaya) untuk mencatat dalam
daftar umum hipotik bahwa hipotik telah hapus.
pelepasan hipotik oleh kreditur
penetapan tingkat oleh hakim berdasarkan putusan hakim

Menurut ketentuan di luar KUHPerdata :


pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum
pemilik hanya mempunyai hak bersyarat atas tanah dan hak
bersyarat ini berhenti
hapusnya hak atas tanah yang dibebani hipotik dan tanahnya
kembali dalam kekuasaan negara. Hapusnya hak atas tanah
yang dibebani hipotik tidak mengakibatkan hapusnya utang
ybs.

HAK TANGGUNGAN
( UU No. 4 Tahun 1996 UUHT )

Merealisasikan Ps. 57 UUPA No. 5/1960

Definisi : (Ps.1 angka 1 UUHT)


Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.

HT merupakan hak jaminan untuk pelunasan hutang


(kredit)

HAK TANGGUNGAN

HT dapat dibebankan pada hak atas tanah, dengan atau


tanpa benda diatasnya azas horizontal terpisah
(hukum adat)

apabila obyek HT adalah hak atas tanah beserta benda-benda


lain yang ada di atas tanah, maka hal ini harus dinyatakan
secara tegas dalam APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan)
apabila benda yang ada di atas tanah tersebut milik orang lain,
maka pemilik benda tersebut atau kuasanya harus menyetujui
atau menyatakan secara tegas dalam APHT nya.

HT menimbulkan kedudukan didahulukan dari krediturkreditur lain (droit de preference)

CIRI CIRI HAK TANGGUNGAN :

Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemegangnya


(droit de preference) atau kepada krediturnya. (Ps. 1 angka 1
& Ps. 20 ayat 1 UUHT)

Selalu mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek HT itu


berada (droit de suite) (Ps. 7 UUHT)

Memenuhi Asas Spesialitas (Ps. 11 UUHT) dan Asas Publisitas


(Ps. 13 UUHT)

Obyek HT tidak termasuk dalam boedel kepailitan pemberi HT


sebelum kreditur pemegang HT mengambil pelunasan dari hasil
penjualan obyek HT (Ps. 21 UUHT)

CIRI CIRI HAK TANGGUNGAN :

Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya, yaitu dengan cara :

menjual obyek HT atas kekuasaan sendiri melalui


pelelangan umum dan mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan tersebut. (Ps. 6 UUHT)

penjualan obyek HT secara dibawah tangan, jika dgn cara


tersebut akan diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan semua pihak (Ps. 20 ayat 2 UUHT)

memberikan kemungkinan penggunaan acara Parate


Eksekusi seperti yang diatur dalam Ps. 224 HIR dan 258
Rbg (Ps. 26 jo Ps. 14 UUHTin per pro per )

Kesemua ini yang menyebabkan HT merupakan jaminan


yang kuat, sehingga menguntungkan Kreditur.

SIFAT SIFAT HAK TANGGUNGAN :

Tidak dapat dibagi-bagi (Ps.2 UUHT)


dapat disimpangi dengan dilakukannya Roya Parsial
yaitu pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan
cara mengangsur, yang besarnya sama dengan nilai masingmasing satuan yang merupakan bagian dari HT.
--- harus diperjanjikan dengan tegas.

Bersifat accesoir (merupakan tambahan) pada perjanjian pokok,


yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum
misalnya : utang piutang.

OBYEK HAK TANGGUNGAN:


Pada dasarnya benda-benda (tanah) yang akan dijadikan
jaminan atas suatu utang dengan dibebani HT harus
memenuhi syarat-syarat sbb :

dapat dinilai dengan uang, karena utang yang


dijaminkan biasanya berupa uang ;

termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum,


karena harus memenuhi syarat publisitas ;

mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena


apabila debitur wanprestasi, benda yang dijadikan
jaminan akan dapat dijual dimuka umum ; dan

memerlukan penunjukkan dengan UU.

OBYEK HAK TANGGUNGAN:


Ps. 4 UUHT telah menentukan hak atas tanah yang dapat dijadikan
Objek Hak Tanggungan, yaitu :

Hak atas tanah yang dapat dibebani HT adalah :


Hak Milik
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan

Selain hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1), Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan
yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat
dipindahtangankan dapat juga dibebani HT.

HT dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut


bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau
akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut, dan merupakan milik pemegang hak atas tanah
yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam
APHT ybs.

OBYEK HAK TANGGUNGAN:


Obyek HT yang boleh dibuatkan APHT, yaitu :
Obyek HT yang sudah terdaftar atas nama pemberi HT ;
Obyek HT yang sudah terdaftar, tetapi belum atas nama
pemberi HT, sedangkan obyek HT tersebut sudah
diperoleh pemberi HT karena peralihan hak melalui
pewarisan atau pemindahan hak.
objek yang diperoleh dari hibah wasiat tidak dapat
dijadikan jaminan HT.
Obyek HT yang berupa sebagian atau hasil pemecahan
dari hak atas tanah induk yang sudah terdaftar tidak atas
nama pemberi HT yang diperoleh pemberi HT melalui
pemindahan hak.
Obyek HT yang berupa hak atas tanah bekas hak milik
adat yang belum terdaftar.

TATA CARA PEMBEBANAN HT :


I.

Tahap pemberian HT, dibuat APHT yang dilakukan


dihadapan PPAT, yang didahului dengan perjanjian
utang piutang yang dijamin (di dalamnya sudah
harus dituangkan janji akan memberikan HT sebagai
jaminan pelunasan utangnya).
untuk memenuhi asas spesialitas

II.

Tahap pendaftaran yang dilakukan di kantor


Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.
untuk memenuhi asas publisitas

ASAS SPESIALITAS (Ps. 11 ayat 1 UUHT)


Adalah asas yang di dalam pembuatan perjanjian pokok + perjanjian
jaminan harus disebutkan secara terperinci/ secara tegas antara lain :

nama dan identitas pemberi dan penerima HT ;

domisili pihak-pihak pemberi dan penerima HT, dan apabila


diantara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia,
baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di
Indonesia, dan dalam hal domisili pilihan itu tidak dicantumkan
di Indonesia, kantor PPAT tempat pembuatan APHT dianggap
sebagai domisili yang dipilih ;

penunjukkan secara jelas utang atau utang-utang yang


dijaminkan ;

nilai tanggungan ;

uraian secara jelas mengenai obyek HT.

Jika tidak dicantumkan secara lengkap maka APHT ybs menjadi


batal demi hukum.

ASAS PUBLISITAS (Ps. 13 UUHT) :

Adalah asas yang di dalam pembuatan perjanjian pokok +


perjanjian jaminan harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan
setempat.
Yang melaksanakan pendaftaran adalah pemegang HT atau jika
tidak maka PPAT (pegawainya/ melalui pos tercatat)
Yang dikirimkan adalah APHT dan warkah (data penunjang) lainnya.
Pengiriman harus dilakukan selambat-lambatnya 7 hari kerja
setelah ditandatangani APHT ybs.
Setelah didaftarkan akan dibuat buku tanah HT yang didaftar dan
dicatat adanya HT tsb dalam buku tanah dan sertifikat hak atas
tanah ybs.
diterbitkan sertifikat HT yang memuat irah-irah DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

Pendaftaran (pada hari tanggal dibuatnya buku tanah)


menentukan saat lahirnya HT ybs.
Menyebabkan kreditur mempunyai kedudukan istimewa ( droit de
preference)

HAPUSNYA HAK TANGGUNGAN :


Dalam Pasal 18 UUHT ditentukan hal-hal yang menyebabkan
hapusnya HT, antara lain :

hapusnya utang yang dijaminkan dengan HT ;

dilepaskannya HT oleh pemegang HT ;

pembersihan HT berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua


Pengadilan Negeri ; dan

hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.

Terhadap sertifikat hak atas tanah dan buku-buku tanahnya harus


dicoret/diroya.

Penanggungan Hutang
(Borgtocht/ guaranty)
Definisi :
(Ps. 1820 KUH Perdata)
Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri utk
memenuhi perikatannya si berhutang, manakala orang itu sendiri
tdk memenuhinya.

Penanggungan Hutang
(Borgtocht/ guaranty)

Penanggungan merupakan perjanjian accesoir, yaitu bahwa


eksistensi atau adanya penanggungan itu tergantung dari
adanya suatu perjanjian pokok.
Perjanjian pokok adalah perjanjian yg pemenuhannya
ditanggung atau dijamin dgn perjanjian penanggungan.

Tiada penanggungan, jika tidak ada suatu perikatan pokok yg


sah. (ps. 1821 : 1 KUH Perdata).

Penanggungan hutang tidak dipersangkakan, ttp harus diadakan


dgn pernyataan tegas (baik secara lisan maupun tertulis).

Penanggungan Hutang
(Borgtocht/ guaranty)

Syarat-syarat menjadi seorang penanggung :


mempunyai kecakapan menurut hukum utk mengikatkan dirinya ;
mempunyai kemampuan utk memenuhi perikatannya ; dan
berdomisili di wilayah Indonesia.

Seorang dapat mengajukan diri sbg penanggung, dgn tdk telah


diminta untuk itu oleh org untuk siapa ia mengikatkan dirinya,
bahkan diluar pengetahuan orang itu. (Ps. 1823 KUH Perdata)

Jadi diperbolehkan juga utk menjadi penanggung (disebut juga


sub-borg / sub-guarantor) tidak saja utk si berhutang utama, ttp
juga utk seorang penanggungnya debitur.

Penanggungan Hutang
(Borgtocht/ guaranty)

Menurut Ps. 1821 : 2 KUH Perdata, seseorg dpt mengajukan diri


sbg penanggung utk suatu perikatan, biarpun perikatan itu dpt
dibatalkan dgn suatu tangkisan (hanya mengenai dirinya pribadi
si berhutang), misalnya dlm halnya kebelumdewasaan.

Seorg penanggung (disebut juga borg / guarantor) tidak dpt


mengikatkan diri utk lebih, maupun dgn syarat-syarat yg lebih
berat daripada perikatannya si berhutang.

Namun penanggungan boleh diadakan utk hanya sebagian saja


dari hutangnya, atau dgn syarat-syarat yg kurang. (Ps. 1822
KUH Perdata).

Penanggungan Hutang
(Borgtocht/ guaranty)
Kewajiban si penanggung tidak boleh diperluas hingga melebihi apa yg
menjadi kesanggupannya, namun secara maksimal yg menjadi
tanggungan si penanggung meliputi :
pembayaran seluruh jumlah hutangnya debitur, termasuk pasiva
dari debitur yg meninggal ;
bila terjadi perkara, ditambah biaya perkara ;
biaya peringatan si tertanggung ; dan
biaya-biaya lain sampai saat si tertanggung memenuhi
kewajibannya.

Penanggungan Hutang
(Borgtocht/ guaranty)

Perikatan-perikatan para penanggung berpindah kepada para


ahli waris mereka (Ps. 1826 KUH Perdata).

Apabila si penanggung yg telah diterima o/ Kreditur secara


sukarela atau atas putusan hakim, kemudian tidak mampu (jatuh
pailit sebelum penagihan/penuntutan kewajibannya), maka
haruslah ditunjuk seorg penanggung baru.

Seorang Debitur yg oleh UU atau putusan Hakim yang BHT,


diwajibkan memberikan penanggung ttp tidak berhasil
mendapatkannya, maka ia diperbolehkan utk memberikan
jaminan pengganti berupa gadai atau hipotik. (Ps. 1830 KUH
Perdata).

AKIBAT-AKIBAT PENANGGUNGAN
ANTARA KREDITUR &
PENANGGUNG

Apabila seorang penanggung dituntut utk membayar hutangnya


Debitur (yg ditanggung olehnya), penanggung berhak utk menuntut
(hak istimewa) supaya dilakukan lelang sita lebih dahulu thd
kekayaan Debitur.

Hak istimewa tersebut, dpt dimintakan oleh penanggung pada


waktu pertama kali dituntut di muka pengadilan, pd wkt juru sita dtg
utk menyita barangnya atau pada waktu mengajukan jawaban atas
surat gugatan.

AKIBAT-AKIBAT PENANGGUNGAN
ANTARA KREDITUR &
PENANGGUNG

Penanggung berkewajiban utk menunjukkan harta benda si


berhutang yg dpt disita, kecuali terhadap :
benda-benda yg sdg menjadi buah persengketaan di muka hakim
benda-benda yg sudah dijadikan tanggungan utk hutang ybs ;
benda-benda yg sudah tdk ada ditangan Debitur ;
benda-benda yg berada di luar wilayah Indonesia.

Apabila penanggung sudah menunjukkan benda-benda


kepunyaan Debitur dan sudah pula memberikan persekot biaya
yg diperlukan utk melakukan penyitaan dan pelelangan
(seharusnya tanggungan Kreditur), maka penanggung
dibebaskan dari tanggungan ttg ketidakmampuan Debitur yg
terjadi sesudah itu.

AKIBAT-AKIBAT PENANGGUNGAN
ANTARA KREDITUR &
PENANGGUNG

Namun penanggung tdk dpt menuntut supaya harta benda si


berhutang lebih dahulu disita dan dilelang utk melunasi
hutangnya, apabila :
ia telah melepaskan hak istimewa utk menuntut dilakukannya
lelang sita lebih dahulu atas harta benda milik Debitur ;
ia (sebagai penanggung solider) telah mengikatkan dirinya
bersama-sama dengan Debitur secara tanggung menanggung ;
dlm hal ini akibat-akibat perikatannya diatur menurut asas-asas
yg ditetapkan utk hutang tanggung-menanggung ;
Debitur dpt mengajukan suatu tangkisan yg hanya mengenai
dirinya sendiri secara pribadi ;
Debitur berada dlm keadaan pailit ; dan
dlm hal penanggungan yg diperintahkan o/ hakim.

AKIBAT-AKIBAT PENANGGUNGAN
ANTARA KREDITUR &
PENANGGUNG

Apabila ada beberapa orang penanggung, bertindak selaku


para penanggung utk seorang Debitur dgn hutang yg sama,
maka masing-masing terikat untuk seluruh hutang itu.

Para penanggung mempunyai hak istimewa utk dilakukan


pemecahan hutangnya sampai seberapa besar bagian yg
menjadi tanggungannya, pada waktu pertama kali ia digugat di
muka hakim.

Namun jika diantara para penanggung sudah dilakukan secara


sukarela utk membagi-bagi tuntutannya maka tdk boleh ia
menarik kembali pemecahan hutang itu. (ps. 1838 KUH
Perdata).

AKIBAT-AKIBAT PENANGGUNGAN
ANTARA DEBITUR & PENANGGUNG

Penanggung yg telah membayar, berhak menuntut kembali dari


Debitur, mengenai :
utang pokoknya ;
bunga dan rugi ; serta
biaya-biaya yang telah ia keluarkan dan telah diberitahukan
sebelumnya kpd Debitur ttg adanya penuntutan yg ditujukan
kpdnya. Baik penanggungan itu telah diadakan dgn maupun
tanpa sepengetahuan Debitur. (Ps. 1839 KUH Perdata)

Penanggung yg telah membayar, berhak menggantikan demi


hukum segala hak Kreditur terhadap Debitur (Ps. 1840)
termasuk segala jaminan yg telah dibebankan o/ Debitur kpd
Kreditur menjadi kreditur kongkuren.
= SUBROGASI (menurut Ps. 1402 : 3 KUH Perdata)

AKIBAT-AKIBAT PENANGGUNGAN
ANTARA DEBITUR & PENANGGUNG

Penanggung berhak menuntut kembali apa yg telah dibayarkan


dlm hal yg ditanggung adalah beberapa orang Debitur yg
bersama-sama memikul satu hutang secara tanggung
menanggung.
Artinya, ia dpt menuntut masing-masing utk mengembalikan
seluruh jumlah yg telah dibayarkannya

Penanggung setiap kali melakukan pembayaran kepada Kreditur


diwajibkan memberitahukan kepada Debitur, apabila tdk maka ia
tdk dpt menagih kelebihan pembayarannya tsb kpd Debitur tp
tetap dpt menuntut pengembalian kepada Kreditur.

Hapusnya Penanggungan
Hutang

Perikatan yg diterbitkan dari penanggungan hapus krn sebabsebab yg sama, sebagaimana yg menyebabkan berakhirnya
perikatan-perikatan yg lainnya. (Ps. 1845 KUH Perdata), karena :
pembayaran ;
penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan dan
penitipan ;
pembaharuan hutang ;
perjumpaan utang atau kompensasi ;
percampuran utang ;
pembebasan utangnya ;
musnahnya barang yg terutang ;
kebatalan atau pembatalan ;
berlakunya suatu syarat batal ;
daluarsa.

Hapusnya Penanggungan
Hutang

Percampuran yg terjadi diantara pribadinya Debitur dan pribadinya


penanggung, tidak menyebabkan hak tagih Kreditur menjadi
hilang.
Contoh : Debitur menjadi ahli waris tunggal Penanggung.

Penanggung dpt menggunakan terhadap Kreditur segala tangkisan


yg dpt dipakai o/ Debitur dan mengenai hutangnya yg ditanggung
sendiri. Namun tdk bolehlah ia mengajukan tangkisan-tangkisan yg
khusus mengenai pribadinya Debitur.
Contoh : dibuat hutang pd saat jd direktur PT, PT tsb sudah
dibubarkan.

Penanggung dibebaskan apabila ia, krn kesalahan Kreditur, tdk lagi


dpt menggantikan hak-haknya, hipotik-hipotiknya dan hak-hak
istimewanya Kreditur.
Contoh : Kreditur membiarkan Debitur menjual barang-barangnya,
pdhl Kreditur punya hak istimewa thd brg tsb menyebabkan
Penanggung tdk dpt menuntut pembayaran.

Hapusnya Penanggungan
Hutang

Diterimanya barang milik Debitur oleh Kreditur, sebagai


pembayaran hutangnya, maka kewajiban penanggung pun berakhir.

Penundaan pembayaran yg diberikan oleh Kreditur kpd Debitur


menyebabkan penanggung dpt memaksakan agar Debitur
membayar hutangnya atau menyebabkan pembebasan
penanggungan bagi penanggung.

You might also like