Professional Documents
Culture Documents
Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Tn. Y dengan Diagnosa Medis Cronik Kidhey Disease
Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit William Booth Surabaya
Disusun oleh
1.
2.
3.
Benhur
Dedi
Edhi Kurniawan
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. Y dengan Diagnosa Medis Cronik Kidhey Disease
Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit William Booth Surabaya
Surabaya,
Mei 2011
Pembimbing akademik
pembimbing ruangan
CI ruang Hemodialisa
(Riyani.P.L.Amd, kep)
Mengetahui,
Kepala Bidang Keperawatan
Rumah Sakit William Booth Surabaya
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna berkat dan
rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada wakyunya.
Penyusun telah berusaha agar makalah ini dapat selesai dengan sempurna, namun karena
keterbatasan kemampuan penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.
Maka dengan segala koreksi, kritik, dan saran yang diberikan untuk perbaikan makalah kami ini
yang berjudul CRONIK KIDNEY DISEASE.
Pada akhir kesempatan ini pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu serta memberi motivasi sehingga dapat terselesainya makalah ini,
semoga makalah ini berguna bagi mahasiswa/i untuk menambah pengetahuan dalam melakukan
pengkajian dan menginfletasikan kepada pasien dengan gagal ginjal cronik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit hemodialisa atau HD adalah suatu unit kesehatan yang melakukan proses cuci darah
bagi penderita disfungsi ginjal. Penyakit gagal ginjal adalah suatau penyakit dimana fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuanagan elektrolit tubuh, menjaga keseimbanagan cairan dan zat kimia
tubuh seperti stadium kalium didalam darah atau produksi urine. CKD adalah gangguan
fungsi renal yang progersif dan irrevesible dimana kemampuan ginjal untuk mempertahankan
metabolisme dan elektrolit, menyebabkan uremia (retebsi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab terjadinya kegagaglan
fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala,
meminimalkan komplikasi dan perlambatan perkembanagan penyakit. Seorang penderita gagal
ginjal perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium, protein dan cairan.
Seseorang yang mengalami kegagalan ginjal perlu memonitor pemasukan (intake) dan
pengeluaran (autput) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan
dengan baik. Dalam beberapa kasus serius, pasien akan disarankan atau diberi tindakan
pencucian darah. Kemungkinan lain adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal atau
transplantasi ginjal
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam makalah
kelompok ini yaitu : Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gagal ginjal dan proses pencucian darah atau analisis di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
William Booth Surabaya dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
C. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal dan
proses pencucian darah di ruang HD rumah sakit wiliam booth surabaya dari pengkajian sampai
dengan evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui bagaimana pengkajian pada klien yang mengalami gagal ginjal.
2) Mengetahui bagaimana proses dialysis pada klien yang mengalami gagal ginjal.
3) Melakukan analisis data pada klien yang mengalami gagal ginjal.
4) Menyusun diagnosa keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
5) Menyususn rencana keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
6) Melaksanankan tindakan keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
7) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
8) Mendokumentasikan hasil dari tindakan keperawatan yangtelah diberikanbagi klien yang
melakukan dialysis.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah kelompok ini adalah:
1) Bagi peningkatan kualitas asuhan keperawatan
Analisis yang adekuat terhadap berbagai faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan diruangan dapat menjadi dasar bagi peningkatan kualitas asuhan
keperawatan dimasa yang akan datang.
2) Bagi perkembanagan IPTEK
Segala sesuatu yang terkait dengan study yang dilaksanakan tidak terlepas dari konsep-konsep
ilmiah dan tentu saja akan menyumbang terhadap ide-ide baru dalam pengembanagan ilmu
pengetahun dan membuka jalan untuk pemikiran baru dalam pengembanagan teknologi untuk
penanganan masalah yang terkait.
3) Bagi perkembanagan propesi keperawatan
Merupakan arena pembuktian terhadap konsep dari teori yang didapat dipendidikan sehingga
dapat dipastikan semua konsep yang ada merupakan langka yang efektif dalam penanganan klien
khususnnya dengan penyakit ginjal, sehingga profesionalisme keperawatan akan berjalan seiring
dengan perkembangan pengetahuan yang ada.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian hemodelisa
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan
masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan
diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (www.medicastore.com)
Dasar-dasar Hemodialisis
Setiap 1 juta penduduk terdapat 25-50 orang mengalami gagal ginjal terminal
(GGT)/tahun.
Bila tidak diobati : meninggal dunia
Bila diobati dengan terapi pengganti (TP) : masih dapat hidup bertahun-tahun.
Terapi Pengganti (TP) : 1. Hemodialisa
2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis)
3. Transplantasi ginjal
Hemodialisa merupakan salah satu bentuk terapi pada pasien dengan kegagalan fungsi
ginjal, baik yang sifatnya akut maupun kronik sampai pada stadium gagal ginjal terminal, dengan
bantuan mesin hemodialisa. Ada 3 unsur penting yang saling terkait pada proses hemodialisa
yaitu : sirkuit darah (saluran ekstrakorporeal), ginjal buatan (dializer), dan sirkuit dialisat.
Prinsip pada hemodialisis, mesin memompa darah dari tubuh pasien ke dalam dializer,
dan dari sisi lain cairan dialisat dialirkan kedalam dializer. Didalam dializer inilah proses dialysis
terjadi. Darah yang sudah didialisis atau sudah dibersihkan dipompa kembali kedalam tubuh.
Untuk kelancaran dan keberhasilan proses hemodialisis dengan mesin hemodialisis diperlukan
suatu prosedur tentang tindakan hemodialisis.
C.
Tujuan Hemodilisa
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.
D.
Indikasi Hemodialisa
1. Indikasi segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi
maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi dini
Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.
Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 120
mg %, TKK : 5 ml/menit.
3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
Penderita kembali menjalani hidup normal
Penderita kembali menjalani diet yang normal
Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
Tekanan darah normal
Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.
E.
Peralatan Haemodialisa
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses
vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing
akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume
AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada
AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen
pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port
biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk
keluar masuk dialisat.
3. Air water treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu
dengan cara water treatment sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran
beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate.Dialisat asetat menurut
komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-
lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air
murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).
5. Mesin hemodialisis
Ada bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya
sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari
blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan
komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program
ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.
6. Perlengkapan hemodilaisis lainnya
Jarum punksi, adalah jarum yang dipakai pada saat melakukan punksi akses vaskuler, macamnya
:
Single needle
Jarum yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua cabang, yang satu untuk darah
masuk dan yang satu untuk darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali.
AV Fistula
Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi ukurannya besar. Jika menggunakan
AV Fistula ini, dilakukan dua kali penusukan.
F.
Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi
Penyebab
Demam
Cronik Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversible (Mansjoer, 2000).
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandasi dengan
penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian.
Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik meliputi glomerulonefritis, pielonefritis,
hipoplasia, congenital, penyakit ginjal polisiklik, diabetes, hipertensi, system lupus, sindrom al
port dan aminoblosis (Tucher, 1999).
Gagal ginjaLl kronik adalah gangguan fungsional uang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta sampah nitrogen lain dalam darah.
(Smeltzer, 2002).
Penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis, kencing manis, penyakit pembuluh
darah, ginjal kistik (adanya gelembung berisi cairan pada ginjal), penyakit jaringan ikat, karena
obat, hipertensi dan lain-lain.
III.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit infeksi
b) Riwayat penykit batu/obstruksi
c) Riwayat pemakaian obat-obatan
d) Riwayat penyakit endokrin
e) Riwayat penyakit vaskuler
f)
b) Berat badan interdialisis : Berat badan hemodialisis sekarang Berat badan post hemodialisis
yang lalu (Kg).
c) Kapan terakhir hemodialisis.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien
Data subjektif : lemah badan, cepat lelah, melayang.
Data objektif : nampak sakit, pucat keabu-abuan, kurus, kadang kadang disertai edema
ekstremitas, napas terengah-engah.
b) Kepala
Retinopati
Konjunktiva anemis
Sclera ikteric dan kadang kadang disertai mata merah (red eye syndrome).
Rambut ronok
Muka tampak sembab
Bau mulut amoniak
c) Leher
Vena jugularis meningkat/tidak
Pembesaran kelenjar/tidak
d) Dada
Gerakkan napas kanan/kiri seimbang/simetris
Ronckhi basah/kering
Edema paru
e) Abdomen
Ketegangan
Ascites (perhatikan penambahan lingkar perut pada kunjungan berikutnya).
Kram perut
Mual/munta
f)
Kulit
Gatal-gatal
Mudah sekali berdarah (easy bruishing)
Kulit kering dan bersisik
keringat dingin, lembab
perubahan turgor kulit
g) Ekstremitas
Kelemahan gerak
Kram
Edema (ekstremitas atas/bawah)
Ekstremitas atas : sudahkah operasi untuk akses vaskuler
5. Pemeriksaan persistem
a) System kardiovaskuler
Data subjektif : sesak napas, sembab, batuk dengan dahak/riak, berdarah/tidak.
Data objektif : hipertensi, kardiomegali, nampak sembab dan susah bernapas.
b) System pernapasan
Data subjektif : merasa susah bernapas, mudah terengah-engah saat beraktifitas.
Data objektif : edema paru, dispnea, ortopnea, kusmaul.
c) Sistem pencernaan
Data subjektif napsu makan turun, mual/muntah, lidah hilang rasa, cegukan, diare (lender darah,
encer) beberapa kali sehari.
Data objektif : cegukan, melena/tidak.
d) Sistem Neuromuskuler
Data subjektif : tungkai lemah, parestesi, kram otot, daya konsentrasi turun, insomnia dan
gelisah, nyeri/sakit kepala.
Data objektif : neuropati perifer, asteriksis dan mioklonus, nampak menahan nyeri.
e) Sistem genito urinaria
System psikososial
Integritas ego
Stressor : financial, hubungan dan komunikasi
Merasa tidak mampu dan lemah
Denial, cemas, takut, marah, mudah tersinggung
Perubahan body image
Mekanisme koping klien/keluarga kurang efektif
Pemahaman klien dan keluarga terhadap diagnosis, penyakit dan perawatannya, kadang masih
kurang.
Interaksi social
Denial, menarik diri dari lingkungan
Perubahan fungsi peran dikeluarga dan masyarakat.
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Marilynn E.Doenges, 1999 adalah sebagai berikut:
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan anoreksia, hilangnya protein
selama dialisis, pembatasan diet.
2) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terapi pembatasan, penurunan kekuatan/tahanan,
gangguan persepsi/kognitif.
3) Kurang perawatan diri sehubungan dengan intoleransi aktivitas.
4) Risiko tinggi terhadap konstipasi sehubungan dengan penurunan masukkan cairan, perubahan
pola diet, penurunan motilitas usus.
5) Perubahan proses piker sehubungan dengan perubahan fisiologis.
6) Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.
7) Gangguan citra tubuh sehubungan dengan krisis situasional, penyakit kronis.
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan sehubungan dengan
kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.
C.
1.
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
sehubungan
Intervensi / Implementasi
Tentukan skala kemampuan pasien untuk berpartisispasi dalam aktivitas perawatan diri (skala 04).
0=
mandiri penuh
1=
2=
3=
4=
Rasional : Kadang kadang akumulasi aluminium dapat menyebabkan demensia dialisis, berlanjut ke
kematian bila tidak diatasi.
Kolaborasi pengawasan BUN/kreatinin, glukosa serum, ubah/ganti konsentrasi dialisat atau
tambahkan insulin sesuai indikasi.
Rasional : Mengikuti kemajuan/perbaikan azotemia.
Kolaborasi, ambil kadar aluminium sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan dapat memperingatkan ancaman keterlibatan serebral/demensia dialisis.
Kolaborasi, berikan obat-obatan sesuai indikasi.
Rasional : Bila terjadi sindrom disekuilibrium selama dialisis, obat obatan mungkin diperlukan untuk
mengontrol kejang selama perubahan pada program dialisis atau kesinambungan terapi.
6. Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.
Intervensi / Implementasi
Kaji dan catat tingkat kecemasan pasien setiap pergantian shift.
Rasional : Tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat, panik) mungkin mengalami perubahan setiap kali
pergantian shift sehingga mempengaruhi intervensi.
Kaji koping individu dalam mengatasi ansietas sebelumnya.
Rasional : Mekanisme koping yang sama mungkin diperlukan untuk mengatasi kecemasan saat ini.
Kaji kemampuan pasien dalam pengambilan keputusan.
Rasional : Pasien dengan ansietas bersikap tampak ragu ragu, ini akan mempengaruhi intervensi.
Sediakan informasi factual menyakngkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : Meningkatkan pemahaman, mengurangi kecemasan.
Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi.
Rasional : Mengurangi ketegangan, meningkatkan perasaan nyaman.
Berikan dukungan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya akan
memberikan perasaan lega dan mengurangi ansietas.
Konsultasikan/kolaborasi dengan dokter, pengobatan untuk mengurangi ansietas.
Rasional : Ansietas berlebihan baik dari segi kualitas maupun kuaantitas memerlukan penanganan lebih lanjut
seperti pemberian obat-obatan untuk memberikan perasaan tenang.
7. Gangguan
citra
tubuh
sehubungan
dengan
krisis
situasional,
penyakit kronis.
Intervensi / Implementasi
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas sehubungan
dengan situasi saat ini.
Rasional : Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
Diskusikan arti kehilangan/perubahan pada pasien.
Rasional : Beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerimanya.
Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang
yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
Rasional : Indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.
Kaji penggunaan substansi adiktif (contoh, alkohol), pengrusakkan diri/perilaku bunuh diri.
Rasional : Menunjukkan disfungsi koping dan upaya untuk menangani masalah dalam tindakan tidak
efektif.
Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat/lama.
Rasional : Indentifikasi tahap yang sedang pasien alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima
perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukkan perlunya intervensi lanjut.
Akui kenormalan perasaan.
Rasional : Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasi secara
efektif.
Dorong pasien untuk menyatakan konflik kerja dan pribadi yang mungkin timbul, dan dengar
dengan aktif.
Rasional : Membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah.
Intervensi / Implementasi
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang kondisi, prognosis dan pengobatan saat ini.
Rasional : Mengidentifikasi seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang keadaan saat ini.
Rasional : Mengurangi kecemasan, meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan penerimaan dan kerjasama
yang baik dalam proses terapi.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk memperhatikan anjuran dietnya.
Rasional : Diet yang tepat dan benar membantu dalam proses penyembuhan.
Dorong dan berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
Rasional : Meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menurunkan ansietas
sehubungan dengan ketidaktahuan.
Minta pasien dan keluarga untuk mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman pasien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
D.
Evaluasi
1. Menunjukkan berat badan stabil atau meningkat dengan nilai laboratorium normal.
2. Mempertahankan mobillitas atau fungsi optimal yang dapat dilakukan.
3. Berpartisispasi pada aktivitas sehari hari dalam tingkat kemampuan diri/keterbatasan penyakit.
4. Mempertahankan pola fungsi usus normal.
5. Mengenal
perubahan
dalam
berpikir/perilaku
mencegah/meminimalkan perubahan.
dan
menunjukkan
perilaku
untuk
penerimaan
terhadap
situasi
diri,
menunjukkan
adaptasi
terhadap
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Y
Umur
: 59 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: S2
Alamat
: Jln. Jambu 3 E 48-49 PJI
Tgl. Masuk RS
: 19-05-2011
Diagnosa
: CKD stadium V
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama :
pasien mengatakan sesak nafas dan mual-mual.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga pasien mengatakan pada tahun 1991, pasien mempunyai riwayat Hipertensi
sampai sekarang dan jarang control kedokter. Pada tahun 2005 pasien di bawa ke RS. WB
karena tidak sadar, dan di RS pasien di diagnosa Diabetes Melitus. Pada tahun 2005 sampai
sekarang pasien rawat jalan, pada desember 2010 pasien dinyatakan gagal Ginjal Cronik dan
harus melakukan HD dalam5 hari sekali sampai sekarang. Pada tangal 15-05-2010 pasien sesak
nafas dan mual-mual, kurang nafsu makan dirumah pasien hanya menghabiskan 4 sendok makan
tiap kali makan dan daya ingat pasien berkurang. Pada tangal 19-05-2011 pasien menjalani HD.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi) :
Pada tahun 2010 pasien melakukan operasi AVSHUNT.
Keterangan :
meninggal dunia
laki-laki
perempuan
pasien
tinggal serumah
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEADAAN UMUM :
Pasien compos menthis, pasien sering menutup mata, acites, lemah, turgor kulit tidak baik, bibir
kering,mata cekung.
2.
STATUS MENTAL :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tingkat Kesadaran
: compos menthis
Ekspresi wajah
: gelisah
Bentuk Badan
: gemuk/tinggi
Cara Berbaring/bergerak
: telentang
Berbicara
: kurang jelas
Suasana hati
: tenang
Penampilan
: cukup rapi
Fungsi kognitif
Orientasi Waktu
: pasien tidak sadar sekarang siang hari
: pasien tidak dapat membedakan antara perawat dan keluarga
Orientasi Tempat
: pasien tidak tahu sekarang berada di rumah sakit
Orang
3.
a.
b.
c.
d.
Suhu/T
Nadi/HR
Pernapasan/RR
Tekanan Darah
4.
a.
b.
c.
d.
e.
: 37
: 98
: 24
: 170/94
C
x/mnt
x/mnt
mmHg
PERNAPASAN (BREATHING) :
Bentuk Dada
:
Type Pernapasan :
Irama Pernapasan :
Suara Nafas
:
Keluhan lainnya :
5.
a.
TANDA-TANDA VITAL
simetris
Dada
Teratur
ronchi +/+
pasien mengungkapkan sesak napas
CARDIOVASCULLER (BLEEDING) :
Capillary refill
: < 2 detik
b. Suara jantung
Normal,
S1 : lup pada ICS Iv-v clavikula kiri
S2 : dup pada ICs II-IIImid clavikula kiri
6.
PERSYARAFAN (BRAIN) :
Nilai GCS :
E : 4 membuka mata
V : 3 berorientasi
M : 5 dengan perintah
Total GCS
: 12
Kesadaran
: Compos Menthis
Pupil
: Isokor
Refleks cahaya
: Positif (Kanan dan kiri)
7.
Produksi urine
: 250 cc /hr dirumah
Minum
: 1000 cc/hr dirumah
Warna
: kuning tua
Bau
: khas pesing
8.
ELEMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan faring
Bibir
: kering
Gigi
: tidak lengkap
Gusi
: tidak ada sariawan
Lidah
: bersih
Mukosa
: lembab
Tonsil
: tidak ada peradangan
Rectum
: tidak ada masalah/gangguan
Haemoroid : tidak ada
9.
TULANG-OTOT-INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan Pergerakan sendi : ekstrenitas atas bebas, eksternitas bawah bebas
Uji kekuatan otot : Ekstremitas atas 5 5 Ektremitas bawah 5 5
55
55
.
.
.
.
.
.
.
.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
G. Post HD
1. Keadaan umum :
Kesadaran compos menthis, pasien tampak tenang, acites berkurang.
2. Tanda-tanda vital :
Suhu/T
: 37c
Nadi/HR
: 98 x/mt
Pernapasan/RR
: 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
BB Post HD
: 71 kg
Jumlah cairan yang dikeluarkan 3000 cc
H. perencanaan pulang (disharge panning)
1) Obat-obatanyang disarankan/ dibawa pulang:
3x1 Allopurinol 100 mg
1-0-0 Irvebal 300 mg
1-0-1 Adalat oros 30 mg
0-0-1 Interpril 10
Simuastatin 10 mg
2-0-0 Lasix
Partozol 2x1
2) Makanan/minuman yang diajurkan (jumlah):
Diit tinggi kalori rendah protein. Minuman :totalcairan yang masuk sesuai dengan produksi
urine dalam 24 jam + IWL 500 cc. Buah-buahan dibatasi.
3) Rencana HD/kontrol selanjutnya: HD dilakukan 5 hari sekali dan rencana kontrol HD
selanjutnya dilakukan pada tanggal 24-05-2011.
4) Catatan lain : Intek 190 cc. Out-put 3000 cc. Total Balance - 2810 cc
5) Lab tanggal 15-05-2011
HB:9,6
Ureum:176,2
ANALISA DATA
No
Kemungkinan penyebab
Masalah
Ketidakmampuan
ginjal Kelebihan volume cairan
mengekresi air dan natrium
Do:
pasien acites
minum 1000cc
urin yang dikeluarkan 250 cc
kaki odem
ronchi +/+
RR 24x/menit
Lab tanggal 15-05-2011
Hb : 9,6
ureum :176,2
kreatinn: 20,2
natrium: 134,3
kalium: 6,37
posisi tidur semi fowler
Ds : pasien mengatakan mual-mual
Do :
pasien lemah
bibir kering
nafsu makan berkurang
mata cekung
turgor kuli tidak baik
HD 1x dalam 5 hari
BB sebelum HD: 71 kg, BB sesudah
Halil Lab tanggal 15-05-2011:
Ureum: 176,2
Kreatin:20,2
Natrium:132,3
Kalium:6,37
Toksik uremik
Perubahan mental
Pola pikir
HD : 71 kg
Ds:Do:
3 pasien tidak bisa berorientasi dengan ruangan, tempat
dan orang
pasien tidak dapat membedakan antra perawat dan
keluarga
pasien tidak mengetahui sedang berada di HD
PRIORITAS MASALAH
1) Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mengekresi air dan natrium
yang ditandai dengan pasien mengatakan merasakan sesak napas, pasien acites minum 1000cc,
urin yang dikeluarkan 250 cc, kaki odem, ronchi +/+, Hb : 9,6,
ureum :176,2, kreatinn: 20,2.
natrium: 134,3. kalium: 6,37.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d toksik uremik ditandai dengan pasien
mengatakan mual-mual, pasien lemah, bibir kering, nafsu makan berkurang, mata cekung, turgor
kuli tidak baik, HD 1x dalam 5 hari, BB sebelum HD: 71 kg, BB sesudah HD : 71 kg.
3) Perubahan mental b/d pola pikir ditandai dengan pasien tidak bisa berorientasi dengan ruangan,
tempat dan orang. Pasien tidak dapat membedakan antra perawat dan keluarga. Pasien tidak
mengetahui sedang berada di HD.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah kelompok ini yang dilaksanakan selama 3 hari diruangan
hemodialisa di rumah sakit william booth surabaya pada Tn.Y dengan diagnosa medis kronik
kidney disease dengan masalah keperawatan kelebihan polume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan Ketidak mampuan ginjal mengekresikan air dan natrium,bersihan pola napas tidak
efektif berhubungan dengan sekret,bersihan pola napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret,resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan uremia yaitu setelah
merencanakan tindakan asuhan keperawatan dari 3 diagnosa, diagnosa 1 masalah teratasi
sebagian, diagnosa 2 masalah belum teratasi, diagnosa 3 masalah belum teratasi.
B.
SARAN
Untuk pasien yang mengalami gangguan ginjal perlu dimonitor pemasukan (intake) dan
pengeluaran (output) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan
secara baik. Dalam beberapa kasus serius, pasien akan disarankan atau diberikann tindakan
pencuci darah (hemodialisa/dialysis). Kemungkinan lainya adalah dengan tindakan pencakokan
ginjal atau transplantasi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Burnama, Erawati F. 2007, Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Silvanus. Palangka Raya.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed.3. Jakarta : EGC.
DR. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2006. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
www.medicastore.com
Perencanaan keperawatan
No
Diagnose keperawatan
Tujuan (criteria hasil)
Intervensi
1 Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d ketidak Setelah
dilakukan1. jelaskan penyebab sesak
mampuan ginjal mengekresi air dan natrium.
tindakan
keperawatan2. atur
posisi
pasien
Ds: pasien mengatakan merasakan sesak nafas.
jangka pendek selama 5 semifowler.
Do:
jam
diharapkan3. ttv tiap 1 jam sekali
sesak
berkurang
dengan4. anjurkan
pasien
untuk
pasien acites
criteria hasil:
timbang BB tiap hari
minum 1000cc
pasien
mengerti
dan
5.
batasi pemasukan cairan
urin yang dikeluarkan 250 cc
mampu
menjeleskan 6.ukur dan catat intek dan
kaki odem
kembali
tentang output
ronchi +/+
7.kolaborsi
dengan
penyebab sesak.
RR 24 x/mt
medis
untuk
Pasien mengatakan sudah dokter/tim
pemberian obat.
tidak ada sesak
Lab tanggal 15-05-2011
RR : 20 x/mnt
Hb : 9,6
Sesak berkurang
ureum :176,2
Pasien tampaknyaman
pasien tidak acites
kreatinn: 20,2
natrium: 134,3
kalium: 6,37
Kamis,19 mei
2011
Jam 08:21 wib
Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
No
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Perencanaan keperawatan
Diagnose keperawatan
Tujuan (criteria hasil)
Intervensi
Kamis,19 mei
2011
1.08:10 wib
2.08:15 wib
3.08:30 wib
4.08:35 wib
5.12:35 wib
6.13:21 wib
No
1.
menimbang
berat
badan S: pasien mengatakan masih tidak ada nafsu makan
sebelum BB pre HD:76 Kg
O:-pasien masih lemas
2.
memberikan penjelasan pada -bibir masih kering
pasen tentang penyebab tidak adanya -HB:9,6
-ureum:176,2
nafsu makan
3.
.memberikan makanan dalam -kreatinin:20,2
-natrium134,3
porsi kecil tapi sering
-kalium:6,37
4.
menganjurkan pasien makan- A: masalah belum teratasi
makanan dalam keadaan hangat dan P: lanjutkan tindakan dirumah no 2,4,5,6,7
bergizi dengan porsi sedikit tapi sering. I: 2.berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
5.
melalukan kolaborasi dengan 4.Anjurkan passien makan-makanan dalam k
tim gizi dan dokter untuk HD hangat sedikit tapi sering
selanjutnya pada tanggal 25 mei 2011.
5.hindari makan sambil minum
6.kalaborasi dengan tim gizi
6.
menimbang berat badan BB
7.kalaborasi dengan dokter untuk HD selanjutnya
post HD:71 Kg
Perencanaan keperawatan
Diagnose keperawatan
Tujuan (criteria hasil)
Intervensi
Setelah
dilakukan 1.kaji kesadaran pasien
tindakan
keperawatan Contoh: orientasi waktu
selama 3x24 jamjam tempat dan orang
diharapkan tingkat fungsi 2.pertahankan
penjelasan
mental
pasien
baik sederhana,
orientasikan
dengan criteria hasil:
kembali dengan sering
meninggkat
fungsi 3.berikan lingkungan aman
mental
berikan pembatas tempa
pasien
dapat tidur pada akhir period
mengidentifikasikan cara keseimbanagan tertentu.
untuk
4. anjurkan keluarga untuk
mengkonpensasikan
mendampingi pasien
ganguan koknitif/deposit
memori
Kamis,19 mei
2011
1.08:35 wib
2.09:05 wib
3.09:20 wib
4.09:32 wib
C.
a.
b.
c.
d.
METODE PENULISAN
Metode Deskriptif (Study Kasus)
Study Keperawatan
Wawancara dengan Klien dan Keluarga
Dokumentasi Keperawatan
D. RUANG LINGKUP
Asuhan Keperawatan pada Ny. N pada tanggal 6 Juni 2012 di Ruangan Renal
Unit RS PGI CIKINI
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini tersusun sebagai berikut
a. BAB I
: Pendahuluan
b. BAB II
: Tinjauan Teoritis CKD ON HD
c. BAB III
: Format Pengkajian Keperawatan
d. BAB IV
: Pembahasan
e. BAB V
: Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFISINI
Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).Penyakit Ginjal Kronik dinyatakan juga sebagai suatu proses
patofisiologi dengan etiologi yang beragam mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversible pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
(Brunner &
Suddarth,2002;Soeparman,1998;Sudoyo.W.Aru.et,al.2003;Doenges
Marilynn,E.1999).
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ETIOLOGI
Etiologi gagal ginjal kronik menurut Brunner dan Suddarth,(2002).
Glomerulonefritis kronik
Nefropati diabetik
Nefrosklerosis hipertensi
Penyakit ginjal polikistik
Preparat toksik
Pielonefritis kronis dan nefritis interstial
Preparat lingkungan dan okupasi :timah,kadmium,merkuri,dan kromium.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal menurut Sarwono,(1996).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % 75 %).
Pada stadium ini kadar kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
penderita asimptomatik.
Stadium 2 : Insufisiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %).
Pada tahap ini, dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah
rusak, GFR besarnya 25% dari normal, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) dan
kreatinin serum meningkat. Gejala-gejala nokturia dan poliuria mulai timbul.
Stadium 3 : Gagal ginjal stadium akhir atau uremia (faal ginjal kurang dari
10 %).
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya
sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh, nilai GFR hanya 10% dari
keadaan normal, kreatinin dan BUN meningkat. Gejala-gejala yang timbul
karena ginjal tidak sanggup lagi untuk mempertahankan homeostasis cairan
dan elektrolit dalam tubuh, yaitu : oliguria karena kegagalan glomerulus,
sindrom uremik.
Secara laboratorik CKD dinilai dari tes klirens kreatinin (TKK). Nilai tes klirens
kreatinin dianggap mendekati Laju Filtrasi Glomerulus (LFG).
Klasifikasi CKD di lihat dari penurunan fungsi GFR :
Stadium
Diskripsi
GFR
> 90 ml/menit
60-89 ml/menit
30-59 ml/menit
15-29 ml/menit
Gagal ginjal
< 15 ml/menit
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hipertensi
Gangguan perfusi/gagal aliran darah ginjal
Gangguan elektrolit
Pemakaian obat-obat nefrotoksik
F.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi gagal ginjal kronik menurut Sarwono, (1996).
1. Sistem Kardiovaskuler ; Hipertensi,Pitting edema (kaki, tangan,
sakrum),Edema periorbital,Friction rub perikardial, Pembesaran vena leher.
2. Sistem Integumen ; Warna kulit abu-abu mengkilat, Kulit kering
(bersisik),Pruritus,Ekimosis,Kuku tipis dan rapuh,Rambut tipis dan kasar.
3. Sistem
Pulmonar
; Krekels,Sputum
kental
dan
liat,Napas dangkal,
Pernapasan kussmaul,Overload efusi pleura.
4.
Sistem Gastrointestinal ; Napas bau amonia,Ulserasi dan perdarahan pada
mulut,Anoreksia, mual dan muntah,Konstipasi dan diare,Perdarahan dari
saluran GI.
5. Sistem Neurologi ; Kelemahan dan keletihan,Konfusi,Disorientasi, Kebas,
Kejang, Kelemahan pada tungkai,Rasa panas pada telapak kaki, Perubahan
perilaku.
6. Sistem Muskuloskeletal ;Kram otot,Kekuatan otot hilang,Fraktur tulang,
Foot drop.
7. Sistem Reproduksi ;Amenore dan atrofi testikuler.
8. Sistem Hematologi ; Anemia
G. PATOFISOLOGI
Patofisiologi gagal ginjal kronik yg disebabkan penyakit hipertensi
menurut Sudoyo. W. Aru,et,al. (2006).Dengan bagan halaman berikutnya.
Patofisiologi GGK
Hipertensi
Pe perfusi ginjal
.5
L
F
G
1
0
%
LFG .4
% 30
LFG .3
% 30
.2
Terja
di
kadar
urea
dan
kreati
nin
seru
m
Terja
di
gejala
dan
komp
likasi
yang
serius
Uremia
LFG 60
%
(anemia ) Nokturia,
badan
,TD
lemah,
mual,
gangguan
nafsu
metabolis
makan
,
me fosfor
penuruna
&
BB
kalsium
.dll
Belum
merasaka
n keluhan
LFG masih
normal atau meningkat
Gagal Ginjal
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urine
a. Volume ;Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
(anuria).
b. Warna ;Urine keruh, mungkin di sebabkan oleh pus, bakteri, lemak.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik meliputi penatalaksanaan
konservatif, transplantasi ginjal,dan dialisis. Dialisis dibagi menjadi dua jenis
yaitu peritoneal dialisis dan hemodialisis,namun dalam kasus ini akan
dibahas secara lebih mendalam hemodialisis.
1. Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan konservatif GGK bermanfaat bila faal ginjal masih pada
tahap insufisiensi ginjal dan gagal ginjal kronik, yaitu faal ginjal berkisar
antara 10-50 % atau nilai kreatinin serum 2 mg % - 10 mg
%. a).Cairan,b).Pembatasan
natrium,c).Obat
anti
hipertensi,d).Anemia,e).Hiperkalemia,f).Asidosis
metabolik,g).Dosis
obat,h).Preservatif
vena,
i).Persiapan
psikologis, j).Gangguan
neuromuskular, k). DM, l).Anestesi, m).Diit ; Diit rendah protein,Asam amino
esensial,Protein bertahap yaitu kalori, KH dan lemak.
2. Hemodialisa
Hemodialisis merupakan pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui
dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi kemudian darah kembali
lagi ke dalam tubuh pasien.Hemodialisis suatu proses yang digunakan pada
pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka
pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang
memerlukan
terapi
panjang
atau
permanen.(Klien
Gangguan
Ginjal.2008;136).
Tujuan :
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang
toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.
Prinsip dasar Hemodialisis :
1.
Difusi
Merupakan pengeluaran zat limbah dan toksin dari dalam darah dengan
cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dengan
konsentrasi yang lebih rendah.
2. Osmosis
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan,
dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat)
3. Ultrafiltrasi
Merupakan peningkatan gradient melalui penambahan tekanan negatif
pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai
kekuatan penghisapan pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air.
Indikasi dilakukan hemodialisis bila terdapat :
Kegagalan ginjal mendadak (Akut renal failure : ARF)
Kegagalan ginjal menahun (Chronic renal failure : CRF)
Dialisis preparatif/profilaktif
Misalnya : intoksikasi, juga pada penderita psosiais, schtricophremia.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1.
2.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; palpasi; nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi; nadi kuat, edema jaringan dan pitting; disritmia jantung; fiction
sub perikardial (respon terhadap akumulasi sisa); pucat; kulit coklat
kehijauan, kuning; kecenderungan perdarahan.
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tidak ada
kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguri atau anuria; distensi abdomen atau
konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat), oliguri, atau anuria.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (malnutrisi)
anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa bau amoniak.
Tanda : Distensi abdomen (asites), pembesaran hati (hematomegali); perubahan
turgor kulit, lembab, edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi atau lidah,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak berdaya.
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot (kejang), rasa terbakar pada telapak kaki.
Kesemutan dan kelemahan, khususunya ekstremitas bawah (neuropati
perifer)
Tanda : Gangguan status mental
Tanda chuostek dan trauseau positif
ejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki.
Tanda : Perilaku berhati-hati (distraksi), gelisah.
8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, noktural paroxysmal dispnea, batuk dengan atau tanpa
sputum kental.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan kusmaul (cepat dan dalam).
Batuk produktif dengan sputum merah mudah dan encer (edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (karena sepsis atau dehidrasi) ptekie, ekimosis
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido; amenorhea, infertilitas.
11. Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, (misalnya : tak mampu bekerja
ataumempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan fungsi ginjal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat : mual, muntah, anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
4. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan beban
jantung yang meningkat.
C. PERENCANAAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
gastrointestinal (akibat uremia); anoreksia, mual atau muntah; pembatasan
diet.
Tujuan : nutrisi adekuat
Kriteria hasil : - berat badan normal
- edema (-)
- mual dan muntah (-)
Intervensi
1. Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari
R/ : mengidentifikasi kekekurangan nutrisi/kekurangan terapi
2. Anjurkan pasien mempertahankan masukan makanan harian, termasuk
perkiraan jumlah konsumsi elektrolit dan protein.
R/ : memungkinkan kesempatan untuk memenuhi keinginan individu dalam
pembatasan yang diidentifikasi.
3. Ukur masaa otot melalui lipatan trisep
R/ : mengkaji keadekuatan penggunaan nutrisi
4. Perhatikan adanya mual dan muntah
R/ : gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah
pemasukan.
5.
6.
7.
R/
8.
R/
9.
2.
1.
2.
3.
4.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
4.
elektrolit seimbang
pola diet efektif
Intervensi
Auskultasi bising usus. Perhatikan konsistensi dan frekuensi defekasi,
adanya distensi abdomen.
R/ : penurunan bising usus, feses keras, memerlukan intervensi
Tambahkan buah segar, sayur dan diet tinggi serat bila diindikasi
R/ : memberikan bulk yang dapat memperbaiki konsistensi feses
Dorong atau bantu dalam ambulasi bila mampu
R/ : aktivitas dapat merangsang peristaltik
Kolaborasi pemberian pelunak feses
R/ : menghasilkan pelunak feses sehingga lebih mudah dikeluarkan
Berikan privasi pada saat buang air besar
R/:meningkatkan kenyamanan psikologis
Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan fungsi ginjal.
Tujuan :
Setelah 1 hari perawatan (1 kali hemodialisa) Tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan volume cairan dan elektrolit.
Kriteria hasil :
S : 36- 37 0C
N : 60- 80 x/mnt
P : 18- 20 x/mnt
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Pasien
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengkajian
Nama Mahasiswa
: Ny. N
: 64 tahun
: SMA
: Wiraswasta
: Tgl. 06 Juni 2012
: Evi Kristianti
yakit
ma
RIWAYAT KESEHATAN
: Pasien mengalami gagal ginjal sejak 4 tahun yang lalu.
: Pasien mengeluh pusing, berat badan naik dengan tidak terkontrol.
Pernah dirawat
Penyakit dahulu
Riwayat alergi
PERNAPASAN
Pola napas
Sesak napas
: Teratur
: Tidak
Verbal : 5
Total :
Penglihatan/Mata
Pupil
Seclera
Konjungtiva
: Isokor
: Unikterik
: Tidak anemis
Hidung
Gangguan penciuman
PERKEMIHAN
Urine
PENCERNAAN
Berat badan
Minum
: Frekuensi
Warna
Bau
Jumah
: 2 x/hari
: Kuning
: Khas
: + 100 cc/hari
: 50,86 kg
: 600 cc/24 jam
: Reguler
: Tidak
ENDOKRIN
Pembesaran Tyroid
Hiperglikemia
: Tidak ada
: Ada
Penambahan : 2,1 kg
Hipoglikemia
Luka gangrene
PERSONAL HIGIENE
: Tidak ada
: Tidak ada
: Mandiri
PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Riwayat spiritual
: Menjalankan ibadah dan berdoa
Keadaan emosi
: Stabil
Hubungan dengan keluarga : Akrab
DAFTAR PUSTAKA
Baradero,M,et,al.Klien Gangguan Ginjal.(2008).Jakarta :EGC.
Doenges, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
3. Terjemahan dari Nursing Care Plans, Guideline For Planning and
Documenting Patient Care. (1993). Alih bahasa. I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. Jakarta : EGC.
Ns. Tarwoto, Skep,et,al. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan.Jakarta: Trans Info Media.
Sarwono,(1996). Buku Ajar Ilmu Dalam.Jakarta: FKUI.
Smeltzer,S,C (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Edisi 8. vol. Terjemahan dari Brunner dan Suddarths Textbook of
Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa : Agung Waluyo. Jakarta : EGC.
Sudoyo. W. Aru,et,al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta. FKUI.
Suharyanto,Toto,et,al.(2009).Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta:Trans Info Media
Klien
Dengan