You are on page 1of 23

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Perdarahan post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih pada
persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada sectio cesarea.. Perdarahan dapat terjadi
sebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta.1
Definisi lain menyebutkan perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc atau lebih
yang terjadi setelah plasenta lahir.2
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian:1-3
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan
6 minggu setelah anak lahir.
3.2

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8 %.

Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan pada
kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah
yang hilang setelah persalinan.4
Di negara kurang berkembang, HPP merupakan penyebab utama dari kematian maternal.
Hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya layanan transfusi,
kurangnya layanan operasi.4
3.3 ETIOLOGI
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, faktor-faktor
yang menyebabkan perdarahan post partum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio
plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.1-4

1) Tone Dimished (atonia uteri)


Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil
sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh
kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium
tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada
palpasi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang
sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan
postpartum.
Beberapa hal yang dapat mencetuskan terjadinya atonia meliputi:1
Manipulasi uterus yang berlebihan,
General anestesi (pada persalinan dengan operasi ),
Uterus yang teregang berlebihan, contohnya pada:
- Kehamilan ganda
- Fetal macrosomia (berat janin antara 4500 5000 gram)
- Polyhydramnion
Kehamilan lewat waktu
Partus lama
Grande multipara (fibrosis otot-otot uterus)
Anestesi yang dalam
Infeksi uterus (chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia)
Plasenta previa
Solutio plasenta

Gambar 1. Atonia Uteri

2) Tissue
Apabila plasenta belum lahir tiga puluh menit setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak
terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya.4-5

Gambar 2. Retensio Plasenta

Hal yang dapat menyebabkan plasenta belum lepas dari dinding uterus antara lain oleh
karena kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva) atau
plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidua sampai
miometrium sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta perkreta).5

Gambar 3. Perlekatan Plasenta


Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta). Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus
perdarahan postpartum.
Penemuan USG adanya masa uterus yang echogenic mendukung diagnosa retensio sisa
plasenta. Hal ini bisa digunakan jika perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada
perdarahan post partum sekunder. Apabila didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan
dilatasi dan curettage.

3) Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir, berupa:
a. Ruptur Uterus
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan antara lain
grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan
induksi oxytosin. Ruptur uterus juga sering terjadi akibat jaringan parut sectio secarea
sebelumnya.5

Gambar 4. Ruptur Uteri


b. Inversi Uterus
Pada inversi uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau
segera setelah plasenta keluar.
Inversi uterus dapat dibagi menjadi:2
- Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
- Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
- Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.

Gambar 5. Pembagian Klasifikasi Inversio Uteri


Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada korpus uteri
yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus pada penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada
tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai.
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau dalam
vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15
70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.

c. Perlukaan Jalan Lahir


Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi karena
persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan
dengan vacum atau forcep. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan
menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak
akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok.2

Gambar 6. Derajat Laserasi


d. Vaginal Hematoma
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau
vena yang besar jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika
ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episiotomi.
Perdarahan yang terus terjadi dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan
dari laserasi ataupun episiotomy.

Gambar 7. Episiotomi
4) Thrombin (kelainan pembekuan darah)
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat.
Kelainan pembekuan darah dapat berupa:1-2
Hipofibrinogenemia
Trombocitopeni
Idiopathic thrombocytopenic purpura
HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count)
Disseminated Intravaskuler Coagulation
Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit

3.4

FAKTOR RESIKO
Riwayat perdarahan postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor resiko

paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan
untuk menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui
karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum:6
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis

4. Kehamilan multiple
5. Injeksi Magnesium sulfat
6. Perpanjangan pemberian oxytocin

3.5

DIAGNOSIS
Kita dapat menyebut perdarahan post partum bila perdarahan terjadi sebelum, selama,

setelah plasenta lahir. Beberapa gejala yang bisa menunjukkan perdarahan postpartum, antara
lain:6
- Perdarahan yang tidak dapat dikontrol
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan detak jantung
- Penurunan hitung sel darah merah ( hematokrit)
- Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum
Perdarahan hanyalah gejala, penyebabnya haruslah diketahui dan ditatalaksana sesuai
penyebabnya.6 Perdarahan post partum dapat berupa perdarahan yang hebat dan menakutkan
sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa
perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi
banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam syok.4
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan darah,
nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok. Pada perdarahan sebelum
plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau laserasi jalan lahir. Bila karena retensio
plasenta maka perdarahan akan berhenti setelah plasenta lahir. Pada perdarahan yang terjadi
setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebabnya antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma
jalan lahir. Pada pemeriksaan obstretik kontraksi uterus akan lembek dan membesar jika ada
atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa
plasenta atau laserasi jalan lahir.6
Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan postpartum:6
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak

3. Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari :


a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta succenturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan laboratorium : bleeding time, Hb, Clot Observation test dan lain-lain

3.6

PENCEGAHAN PERDARAHAN POST PARTUM

Perawatan masa kehamilan4


Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin
tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Menangani
anemia dalam kehamilan juga penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat
perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
Persiapan persalinan7
Sebelum dilakukan persalinan dilakukan pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan umum
serta tanda vital, juga pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar Hb, golongan darah, dan
bila memungkinkan sediakan darah untuk persiapan transfuse. Pemasangan cateter intravena
dengan ukuran yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan
anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi.
Persalinan7
Setelah bayi lahir, lakukan massase uterus dengan arah gerakan circular atau maju
mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massase yang berlebihan

atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama, ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa
mengganggu kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan postpartum.
Penanganan Aktif Kala Tiga7
Pemberian suntikan oksitosin
o Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI
o Letakkan kain bersih diatas perut ibu
o Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
o Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
o Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan
oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar
Melakukan peregangan tali pusat terkendali
o Berdiri disamping ibu
o Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dr vulva
o Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah
tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan
uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding
abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus
o Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu, lakukan
penekanan korpus uteri ke arah bawah dan cranial hingga plasenta terlepas dari
tempat implantasinya
o Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Pegang plasenta dengan kedua tangan rata
dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
o Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban
o Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama

Melakukan massase fundus uteri


o Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
o Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman
o Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri, agar uterus
berkontraksi. Jika tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksaan atonia uteri
o Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
o Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi
dengan baik, jika belum diulangi rangsangan taktil fundus uteri
o Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

Gambar 8. Penanganan Aktif Kala Tiga

3.7

MANAJEMEN PERDARAHAN POST PARTUM


Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum adalah

menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin.Terapi pada pasien
dengan perdarahan postpartum mempunyai 2 bagian pokok:
1) Resusitasi dan tatalaksana yang baik terhadap perdarahan
Pasien dengan perdarahan postpartum memerlukan penggantian cairan dan pemeliharaan
volume sirkulasi darah ke organ organ penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tandatanda vital pasien. Pastikan dua kateter intravena ukuran besar terpasang untuk memudahkan
pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila diperlukan resusitasi cairan cepat.1,2,7
2) Tatalaksana penyebab perdarahan postpartum1,2,7
Tentukan penyebab dari perdarahan postpartum yang terjadi:
Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus uteri dan
lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila uterus teraba
lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase yang lebih keras dan
pemberian oksitocin. Pengosongan kandung kemih bisa mempermudah kontraksi uterus dan
memudahkan tindakan selanjutnya.
Lakukan kompres bimanual apabila perdarahan masih berlanjut. Letakkan satu tangan di
belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan ditekankan
pada fornix anterior.
Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan
kompresi bimanual gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.

Gambar 9. Kompresi Bimanual Interna

Gambar 10. Kompresi Bimanual Eksterna


Retensio plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai
retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan penanganan aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Pada retensio plasenta, sepanjang
plasenta belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang
sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala tiga) dan harus
diantisipasi dengan melakukan plasenta manual, meskipun kala plasenta belum lewat setengah
jam.

Gambar 11. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut

Gambar 12. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

Gambar 13. Mengeluarkan plasenta

Pemberian antibiotik spectrum luas setelah tindakan eksplorasi dan manual removal
diperlukan untuk mencegah infeksi. Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus
tidak baik bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade
uterovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama persiapan operasi.

Sisa plasenta
Sebagian kecil dari plasenta yang tertinggal dalam uterus disebut sisa plasenta. Apabila
kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual ataupun massase
dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara
manual/digital atau kuret. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini
sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan
pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan
kompresi bimanual ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica.

Trauma jalan lahir


Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus sudah berkontraksi
dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari
perlukaan jalan lahir dengan penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah
diketahui sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir
dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai.
Hematoma jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi laserasi pembuluh
darah dibawah mukosa, penetalaksanaannya bisa dilakukan insisi dan drainase. Apabila hematom
sangat besar curiga sumber hematoma karena pecahnya arteri, cari dan lakukan ligasi untuk
menghentikan perdarahan.

Gangguan pembekuan darah


Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya ruptur uteri, sisa plasenta dan
perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik maka kecurigaan penyebab perdarahan
adalah gangguan pembekuan darah. Lanjutkan dengan pemberian product darah pengganti
(trombosit,fibrinogen).

Terapi pembedahan pada perdarahan post partum:


- Laparatomi
Pemilihan jenis irisan vertical ataupun horizontal (Pfannenstiel) tergantung pada operator.
Begitu masuk bersihkan darah bebas untuk memudahkan mengeksplorasi uterus dan
jaringan sekitarnya untuk mencari tempat ruptur uteri ataupun hematoma. Reparasi
tergantung tebal tipisnya ruptur. Pastikan reparasi benar-benar menghentikan perdarahan dan
tidak ada perdarahan dalam karena hanya akan menyebabkan perdarahan keluar lewat
vagina. Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan ditemukan uterus
intak dan tidak ada perlukaan ataupun rupture lakukan kompresi bimanual disertai
pemberian uterotonica.
- Ligasi arteri
Ligasi uteri uterine
Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal dari uterus
karena uteri ini mensuplai 90% darah yang mengalir ke uterus. Tidak ada gangguan
aliran menstruasi dan kesuburan.
Ligasi arteri ovarii
Mudah dilakukan tapi kurang sebanding dengan hasil yang diberikan
Ligasi arteri iliaca interna
Efektif mengurangi perdarahan yang bersumber dari semua traktus genetalia dengan
mengurangi tekanan darah dan circulasi darah sekitar pelvis.
Apabila tidak berhasil menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah
histerektomi.
- Histerektomi
Merupakan tindakan curative dalam menghentikan perdarahan yang berasal dari uterus.
Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus ini walaupun subtotal histerektomi

lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan subtotal histerektomi tidak begitu efektif
menghentikan perdarahan apabila berasal dari segmen bawah rahim, servix,fornix vagina.

Rekomendasi pencegahan dan manajemen perdarahan post partum menurut FIGO: 9


- Pencegahan :
1. Oksitosin
Merupakan profilaksis pertama, pemberian pada menit pertama setelah persalinan 10
IU/mL atau 5 IU bolus perlahan.
2. Ergometrin / Metilergometrin
0,2 mg IM pada menit pertama setelah persalinan.
3. Misoprostol
600 mirkrogram oral pada menit pertama setelah persalinan, bila oksitosin tidak
tersedia.
- Manajemen :
1. Oksitosin
10 IU IM atau 5 IU bolus perlahan atau 20-40 IU/L drip
2. Misoprostol
800 mikrogram sublingual
3. Ergometrin / Metilergometrin
0,2 mg IM dapat diulang 2-4 jam dengan dosis maksimum 1 mg/hari
4. Syntometrin
Kombinasi dari oksitosin 5IU dan ergometrin 0,5 mg, pemberian secara IM
5. Carbetocin
100 mikrogram IM atau IV
6. Carboprost
0,25 mg IM setiap 15 menit (maksimum 2 mg per hari)

Tabel. 1. Obat Uterotonika , menurut USAID10


Obat

Cara Kerja dan


Keefektifitasan
Onset : 2- 3 menit

Oksitosin
(ekstrak

Efek Samping
Belum diketahui kontraindikasinya untuk

hipofisis Lama kerja : 15- 30 pemakaian pasca persalinan

anterior)

menit

Tidak ada/minimal efek samping


Jika untuk induksi persalinan, jangan gunakan
oksitosin sebelum 6 jam setelah pemberian

Misoprostol
(E1

Onset : 3-5 menit)


analog Konsentrasi

prostaglandin)

kontraidikasinya

untuk

tertinggi pemakaian pasca persalinan

dalam darah pada 18- Efek samping : menggigil dan kenaikan suhu
34 menit

tubuh sementara

Lama kerja 75 menit


Kombinasi kerja cepat Kontraindikasinya sama dengan ergometrin

Syntometrin
(kombinasi

dosis misoprostol
Belum diketahui

dari oksitosin

dan

kerja (pada wanita yang mempunyai riw.hipertensi,

5IU oksitosin dan ergometrin yang terus- preeklamsi, eklamsi, penyakit jantung, dan
0,5 mg ergometrin) menerus

plasenta inkarserata)
Hanya digunakan pada pasca persalinan
Efek samping: mual, muntah, sakit kepala,

Ergometrin

dan TD meningkat
Onset : 6- 7 menit Kontraindikasi pada wanita yang mempunyai

(Preparat Ergot)

(IM)

riw.hipertensi, preeklamsi, eklamsi, penyakit

Lama Kerja : 2- 4 jam

jantung, dan r. retensi plasenta .


Hanya digunakan pada pasca persalinan
Menyebabkan kontraksi kuat uterus-resiko
plasenta inkarserata
Efek samping: mual, muntah, sakit kepala,

dan hipertensi.
Jangan digunakan bila obat sudah berubah
warna
Tabel 2. Pemakaian Oksitosin pada Penanganan Aktif Kala III
Dosis dan Rute

IM = 10 unit
Wanita yang terpasang jalur IV = 10 IU IM

Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi

atau 5 IU bolus perlahan


Sebelum pemberian oksitosin, pastikan tidak
ada bayi kedua. Bila sudah diberi oksitosin,
namun

ternyata

ada

bayi

kedua,

kemungkinan bayi kedua terperangkap di


uterus sangat kecil resikonya
Tabel 3. Pemakaian Oksitosin pada Manajemen Perdarahan Postpartum
Dosis dan Rute

IV = infus 20 unit dalam 1 L cairan infus


dengan 60 tetes per menit

Dosis Lanjutan
Dosis Maximum
Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi

IM = 10 unit
IV = infus 20 unit dalam 1 L cairan infus
dengan 40 tetes per menit
Tidak lebih dari 3 L cairan infus+oksitosin
Jangan diberikan dalam bolus

Tabel 4. Pemakaian Misoprostol pada Manajemen Perdarahan Postpartum


Dosis Maksimum dan Rute

Rectal = dosis singel 1000 mcg


Oral = dosis singel 600 mcg

Dosis Lanjutan
Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi

Sublingual = dosis singel 800 mcg


Belum diketahui
(-)

BAB IV
KESIMPULAN
Perdarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian maternal, terutama di
Negara yang kurang berkembang perdarahan merupakan penyebab terbesar kematian maternal.
Perdarahan post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih pada
persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada sectio cesarean. Perdarahan dapat terjadi
secar massif dan cepat, atau secara perlahan lahan tapi secara terus menerus.
Perdarahan hanyalah gejala, harus dicari tahu penyebabnya untuk memberikan
pertolongan sesuai penyebabnya. Diagnosis yang tepat menentukan tindakan yang harus segera
diambil. Waktu memiliki peranan yang amat penting,pasien perdarahan post partum akan jatuh
dalam kondisi syok hipovolemik dalam waktu <20 menit tanpa penanganan. Kerjasama antar
pelayanan kesehatan secara signifikan dibutuhkan untuk mengurangi jumlah kematian maternal
karena perdarahan pasca persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H.Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat cetakan Kedua. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008.
2. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2011.
3. Gabbe. Obstretics Normal and Problem Pregnancies. 4th ed. London: Churchil Livingstone,
Inc. 2002.
4. Mochtar, R. Sinopsis Obstetris. Edisi Kedua Jilid Satu. Jakarta: EGC. 1998.
5. Mansjoer, A, et all. Perdarahan Pasca Persalinan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke tiga
Jilid Pertama. Jakarta, Media Aesculapius FKUI. 2002.
6. DeCherney, A H. Nathan, L. Current Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. Ninth
edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2003.
7. The International Federation of Gynecology and Obstetrics. Prevention and Treatment of
Postpartum Hemorrhage in Low Resourse Settings. FIGO Guidelines. International Journal
Gynecology and Obstetrics 2012; 117: 108-118.
8. World Health Organization. WHO recommendations for the preventiom and treatment of
postpartum haemorrhage. WHO Guidelines 2012.
9. United Stated Agency International Development. Fact Sheets: Uterotonic Drugs for the
Prevention and Treatment of PostpartumHemorhage. Prevention od Postpartum Hemorrhage
Initiative 2008: 1-10.
10. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Patologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2004.

You might also like