Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Perdarahan post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih pada
persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada sectio cesarea.. Perdarahan dapat terjadi
sebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta.1
Definisi lain menyebutkan perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc atau lebih
yang terjadi setelah plasenta lahir.2
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian:1-3
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan
6 minggu setelah anak lahir.
3.2
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8 %.
Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan pada
kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah
yang hilang setelah persalinan.4
Di negara kurang berkembang, HPP merupakan penyebab utama dari kematian maternal.
Hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya layanan transfusi,
kurangnya layanan operasi.4
3.3 ETIOLOGI
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, faktor-faktor
yang menyebabkan perdarahan post partum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio
plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.1-4
2) Tissue
Apabila plasenta belum lahir tiga puluh menit setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak
terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya.4-5
Hal yang dapat menyebabkan plasenta belum lepas dari dinding uterus antara lain oleh
karena kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva) atau
plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidua sampai
miometrium sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta perkreta).5
3) Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir, berupa:
a. Ruptur Uterus
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan antara lain
grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan
induksi oxytosin. Ruptur uterus juga sering terjadi akibat jaringan parut sectio secarea
sebelumnya.5
Gambar 7. Episiotomi
4) Thrombin (kelainan pembekuan darah)
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat.
Kelainan pembekuan darah dapat berupa:1-2
Hipofibrinogenemia
Trombocitopeni
Idiopathic thrombocytopenic purpura
HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count)
Disseminated Intravaskuler Coagulation
Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
3.4
FAKTOR RESIKO
Riwayat perdarahan postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor resiko
paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan
untuk menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui
karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum:6
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Kehamilan multiple
5. Injeksi Magnesium sulfat
6. Perpanjangan pemberian oxytocin
3.5
DIAGNOSIS
Kita dapat menyebut perdarahan post partum bila perdarahan terjadi sebelum, selama,
setelah plasenta lahir. Beberapa gejala yang bisa menunjukkan perdarahan postpartum, antara
lain:6
- Perdarahan yang tidak dapat dikontrol
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan detak jantung
- Penurunan hitung sel darah merah ( hematokrit)
- Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum
Perdarahan hanyalah gejala, penyebabnya haruslah diketahui dan ditatalaksana sesuai
penyebabnya.6 Perdarahan post partum dapat berupa perdarahan yang hebat dan menakutkan
sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa
perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi
banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam syok.4
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan darah,
nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok. Pada perdarahan sebelum
plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau laserasi jalan lahir. Bila karena retensio
plasenta maka perdarahan akan berhenti setelah plasenta lahir. Pada perdarahan yang terjadi
setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebabnya antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma
jalan lahir. Pada pemeriksaan obstretik kontraksi uterus akan lembek dan membesar jika ada
atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa
plasenta atau laserasi jalan lahir.6
Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan postpartum:6
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3.6
atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama, ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa
mengganggu kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan postpartum.
Penanganan Aktif Kala Tiga7
Pemberian suntikan oksitosin
o Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI
o Letakkan kain bersih diatas perut ibu
o Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
o Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
o Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan
oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar
Melakukan peregangan tali pusat terkendali
o Berdiri disamping ibu
o Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dr vulva
o Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah
tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan
uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding
abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus
o Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu, lakukan
penekanan korpus uteri ke arah bawah dan cranial hingga plasenta terlepas dari
tempat implantasinya
o Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Pegang plasenta dengan kedua tangan rata
dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
o Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban
o Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama
3.7
menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin.Terapi pada pasien
dengan perdarahan postpartum mempunyai 2 bagian pokok:
1) Resusitasi dan tatalaksana yang baik terhadap perdarahan
Pasien dengan perdarahan postpartum memerlukan penggantian cairan dan pemeliharaan
volume sirkulasi darah ke organ organ penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tandatanda vital pasien. Pastikan dua kateter intravena ukuran besar terpasang untuk memudahkan
pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila diperlukan resusitasi cairan cepat.1,2,7
2) Tatalaksana penyebab perdarahan postpartum1,2,7
Tentukan penyebab dari perdarahan postpartum yang terjadi:
Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus uteri dan
lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila uterus teraba
lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase yang lebih keras dan
pemberian oksitocin. Pengosongan kandung kemih bisa mempermudah kontraksi uterus dan
memudahkan tindakan selanjutnya.
Lakukan kompres bimanual apabila perdarahan masih berlanjut. Letakkan satu tangan di
belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan ditekankan
pada fornix anterior.
Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan
kompresi bimanual gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.
Gambar 12. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
Pemberian antibiotik spectrum luas setelah tindakan eksplorasi dan manual removal
diperlukan untuk mencegah infeksi. Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus
tidak baik bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade
uterovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama persiapan operasi.
Sisa plasenta
Sebagian kecil dari plasenta yang tertinggal dalam uterus disebut sisa plasenta. Apabila
kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual ataupun massase
dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara
manual/digital atau kuret. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini
sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan
pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan
kompresi bimanual ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica.
lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan subtotal histerektomi tidak begitu efektif
menghentikan perdarahan apabila berasal dari segmen bawah rahim, servix,fornix vagina.
Oksitosin
(ekstrak
Efek Samping
Belum diketahui kontraindikasinya untuk
anterior)
menit
Misoprostol
(E1
prostaglandin)
kontraidikasinya
untuk
dalam darah pada 18- Efek samping : menggigil dan kenaikan suhu
34 menit
tubuh sementara
Syntometrin
(kombinasi
dosis misoprostol
Belum diketahui
dari oksitosin
dan
5IU oksitosin dan ergometrin yang terus- preeklamsi, eklamsi, penyakit jantung, dan
0,5 mg ergometrin) menerus
plasenta inkarserata)
Hanya digunakan pada pasca persalinan
Efek samping: mual, muntah, sakit kepala,
Ergometrin
dan TD meningkat
Onset : 6- 7 menit Kontraindikasi pada wanita yang mempunyai
(Preparat Ergot)
(IM)
dan hipertensi.
Jangan digunakan bila obat sudah berubah
warna
Tabel 2. Pemakaian Oksitosin pada Penanganan Aktif Kala III
Dosis dan Rute
IM = 10 unit
Wanita yang terpasang jalur IV = 10 IU IM
ternyata
ada
bayi
kedua,
Dosis Lanjutan
Dosis Maximum
Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi
IM = 10 unit
IV = infus 20 unit dalam 1 L cairan infus
dengan 40 tetes per menit
Tidak lebih dari 3 L cairan infus+oksitosin
Jangan diberikan dalam bolus
Dosis Lanjutan
Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi
BAB IV
KESIMPULAN
Perdarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian maternal, terutama di
Negara yang kurang berkembang perdarahan merupakan penyebab terbesar kematian maternal.
Perdarahan post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih pada
persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada sectio cesarean. Perdarahan dapat terjadi
secar massif dan cepat, atau secara perlahan lahan tapi secara terus menerus.
Perdarahan hanyalah gejala, harus dicari tahu penyebabnya untuk memberikan
pertolongan sesuai penyebabnya. Diagnosis yang tepat menentukan tindakan yang harus segera
diambil. Waktu memiliki peranan yang amat penting,pasien perdarahan post partum akan jatuh
dalam kondisi syok hipovolemik dalam waktu <20 menit tanpa penanganan. Kerjasama antar
pelayanan kesehatan secara signifikan dibutuhkan untuk mengurangi jumlah kematian maternal
karena perdarahan pasca persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H.Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat cetakan Kedua. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008.
2. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2011.
3. Gabbe. Obstretics Normal and Problem Pregnancies. 4th ed. London: Churchil Livingstone,
Inc. 2002.
4. Mochtar, R. Sinopsis Obstetris. Edisi Kedua Jilid Satu. Jakarta: EGC. 1998.
5. Mansjoer, A, et all. Perdarahan Pasca Persalinan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke tiga
Jilid Pertama. Jakarta, Media Aesculapius FKUI. 2002.
6. DeCherney, A H. Nathan, L. Current Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. Ninth
edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2003.
7. The International Federation of Gynecology and Obstetrics. Prevention and Treatment of
Postpartum Hemorrhage in Low Resourse Settings. FIGO Guidelines. International Journal
Gynecology and Obstetrics 2012; 117: 108-118.
8. World Health Organization. WHO recommendations for the preventiom and treatment of
postpartum haemorrhage. WHO Guidelines 2012.
9. United Stated Agency International Development. Fact Sheets: Uterotonic Drugs for the
Prevention and Treatment of PostpartumHemorhage. Prevention od Postpartum Hemorrhage
Initiative 2008: 1-10.
10. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Patologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2004.