You are on page 1of 12

Nama Peserta : dr.

Erni Yessyca
Nama Wahana: RUMKIT TK IV BENGKULU
Topik

: DEMAM TYPOID

Tanggal (kasus): 18-01-2015


Nama Pasien
: Nn. D

No. RM 021228

Tanggal Presentasi: Maret 2015

Nama Pendamping: dr. Rianty

Tempat Presentasi : RUMKIT TK IV BENGKULU


Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus

Keterampilan
Manajemen
Bayi

Penyegaran
Masalah
Anak

Tinjauan Pustaka
Istimewa
Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi: Wanita usia 17 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam dirasakan
hilang timbul, hilang pada pagi hari, meningkat pada sore hari,mual dan muntah dengan frekuensi 6 kali/hari ,isi muntah apa yang
diminum dan dimakan, mengigil (-), sakit kepala (+), Nafsu makan menurun, nyeri ulu hati (+), BAB dan BAK (+) normal.

Tujuan: mengobati demam typoid pada pasien


Bahan bahasan:

Tinjauan Pustaka

Cara membahas:

Diskusi

Data pasien:

Kasus

Presentasi dan diskusi

Nama: Nn. D

Nama klinik: Rumkit tk IV bengkulu

Riset

Audit

Email

Pos

Nomor Registrasi: 021228


Telp: -

Terdaftar sejak: -

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/Gambaran Klinis: demam typoid
Demam dirasakan hilang timbul, hilang pada pagi hari, meningkat pada sore hari
mual dan muntah dengan frekuensi 6 kali/hari ,isi muntah apa yang diminum dan dimakan
mengigil (-)
sakit kepala (+)
nafsu makan menurun
nyeri ulu hati (+)

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga: Pasien adalah anak ketiga. Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan pasien

5. Riwayat pekerjaan: Pelajar


6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN): 7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): riwayat imunisasi lengkap
8. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
Pemeriksaaan Fisik
Tekanan darah : 110/70 mmHg

Suhu: 38,6 C

Nadi

Nafas : 17x/menit

: 88x/menit

Laboratorium
Hb
: 13,8 gr/dL
Leukosit : 4.600 U/L
Trombosit : 275.000 /mm3
Ht

widal tes
DDR

: s-typi: O 1/320 H1/320


:-

: 39%

Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. Buku ajar penyakit dalam. Edisi IV. Fakultas kedokteran universitas indonesia: 2006; Jakarta

2. Panduan pelayanan medic.perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam indonesia. Edisi I. 2008; Jakarta

Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosa Demam Typoid

2. Penatalaksanaan Demam Typoid

3. Komplikasi Demam typoid

4. Pencegahan Demam typoid

SUBJEKTIF

Wanita usia 17 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam dirasakan hilang timbul, hilang
pada pagi hari, meningkat pada sore hari,mual dan muntah dengan frekuensi 6 kali/hari ,isi muntah apa yang diminum dan
dimakan, mengigil (-), sakit kepala (+), Nafsu makan menurun, nyeri ulu hati (+), BAB dan BAK (+) normal.
OBJEKTIF

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Denyut nadi

: 88 kali/menit

kualitas nadi : kuat angkat, teratur

Frekuensi nafas

: 17 kali/menit

kualitas nafas : adekuat, reguler

Suhu

: 38,6 C

Berat badan

50 kg

Pemeriksaan sistematis
Kepala

: Normocephal

Mata

: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), air mata (+), cekung (-)

Hidung

: Pernapasan cuping hidung (-), discharge (-)

Telinga

: Discharge (-)

Mulut

: Mukosa kering (-),

Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, distensi (-), nyeri tekan (+) epigastrium, turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi
Hepar

: BU (+) normal

: Tidak teraba membesar

Lien

: Tidak teraba membesar

Extremitas : Akral hangat, akrosianosis (-)


ASSESMENT
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, ditandai dengan adanya demam 7 hari atau lebih,
gejala saluran pencernaan dan gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, kejang, gangguan kesadaran). Selain itu demam tifoid juga
didefinisikan sebagai demam sistemik yang berkepanjangan yang disebabkan oleh Salmonella serotipe tertentu diantaranya S. typhi, S. paratyphi
A, S. paratyphi B, dan S. sendai.
Demam yang disebabkan oleh Salmonella typhi adalah penyakit utama dengan demam yang dapat menyebabkan perforasi usus dan
peritonitis akut, dan merupakan komplikasi demam tifoid yang paling mematikan. Perdarahan usus dan perforasi ileum, timbul akibat nekrosis
Peyer patch pada ileum terminal, 2-3 minggu dari onset. . Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia 3-19
tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena demam
tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar
dalam rumah.
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manifestasi klinis
dan beratnya penyakit adalah strain S.typhi, jumlah mikroorganisme yang tertelan, keadaan umum dan status nutrisi, status imonologi faktor
genetik.
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 3 hari 3 bulan, pada umumnya 1 hingga 3 minggu bergantung jumlah dan strain kuman
yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
b. Onset Penyakit

Setelah masa inkubasi penderita mulai menunjukkan gejala klinis.Onset penyakit berjalan secara pelahan tetapi bisa juga timbul tiba-tiba.
Demam makin lama makin tinggi tetapi dapat pula remiten atau menetap. Pada awalnya suhu meningkat secara bertahap menyerupai anak
tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam hari. Akan tetapi demam bisa pula mendadak tinggi.
Pada saat awal demam penderita biasanya mengalami gejala yang mirip sindroma flu (flu like syndrome) yaitu sakit kepala, malaise, nyeri
menelan, anoreksia, nyeri perut, nyeri otot dan nyeri sendi.
c. Perjalanan Penyakit tifoid
i.

Akhir Minggu Pertama


Pada akhir minggu pertama demam sekitar 38,8 400C, penderita mengeluhkan sakit kepala hebat, tampak apatis, bingung dan lelah. Pada
saat panas tinggi mulut menjadi kering karena salivasi berkurang, lidah tampak kotor dilapisi selaput putih sampai kecoklatan, bisa disertai
dengan tepi hiperemis dan tremor. Pada akhir minggu pertama sering didapatkan mual dan muntah. Penderita kadang kadang masih
mengalami batuk dan didapati gambaran klinis bronkitis. Abdomen tampak membesar sekitar 2-3 cm dibawah lengkung iga kanan. Kulit
tampak kering dan panas yang juga didapatkan bercak Rose di daerah abdomen, dada atau punggung. Bercak Rose merupakan ruam makular
atau makulopapular dengan garis tengah 1-6 mm yang akan menghilang dalam 2-3 hari.

ii.

Minggu kedua
Pada sebagian besar penderita demam tinggi terus menerus dengan perbedaan suhu 0,5 0C pada pagi dan petang hari. Pada keadaan ini
mungkin terdapat bradikardi relatif. Keadaan umum menurun, apatis, bingung, tidak bisa istrahat atau tidur. Lidah tertutup selaput tebal dan
penderita kehilangan nafsu makan dan minum. Pemeriksaan abdomen sullit diinterpretasikan, nyeri yang merata diseluruh kuadran bawah,
dan distensi abdomen dengan daerah yang meteorismus atau timpani oleh karena konstipasi.

iii.

Minggu ketiga
Penderita memasuki tahapan typhoid state, yang ditandai dengan

disorientasi, bingung, insomnia, lesu dan tidak bersemangat. Bisa

didapatkan adanya delirium, tetapi jarang dijumpai stupor dan koma. Wajah tifoid yang khas yaitu wajah tanpa ekspresi, suram, kelopak

mata setengah terbuka, dilatasi pupil, slack jaw, mulut dan bibir kering. Pernafasan tampak cepat dan dangkal dengan tanda stagnasi di basal
paru. Abdomen tampak lebih distensi dari sebelumnya. Nodus Payer mungkin mengalami nekrotik dan ulserasi sehingga sewaktu-waktu
dapat timbul perdarahan dan perforasi. Saat ini berak lembek dan berwarna coklat tua atau kehijauan dan berbau, hal ini dikenal dengan peasoup diarrhoea, tetapi mungkin penderita masih mengalami konstipasi. Pada akhir minggu ketiga suhu mulai menurun secara lisis dan
mencapai normal pada minggu berikutnya.
PLANNING
1. Penegakan diagnosis demam typoid
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penegakan diagnosis demam typoid juga dapat melalui pemeriksaan penunjang dengan
tujuan menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya, yaitu :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah dapat bervariasi bergantung pada masa sakit. Pada mulanya penderita demam tifoid tidak mengalami anemia
tetapi pada pasien yang tidak mendapat antibiotik anemia berkembang dengan cepat dan mencapai titik terendah pada minggu ketiga.
Jumlah leukosit bisa normal tetapi bervariasi antara 1.200 sampai 20.000 sel/mm3. leukositosis dapat timbul saat hari ke-7 sampai 10,
kemudian berkembang menjadi lekopenia hingga mencapai titik terparah pada minggu ketiga. Hitung jenis leukosit bisa normal atau
bergeser sedikit ke kiri.
b. Pemeriksaan uji serologis
Pemeriksaan serologis untuk diagnosis demam tifoid adalah uji widal yang mengukur antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan H S.typhi,
yang muncul pada satu minggu sampai 10 hari setelah onset penyakit. Widal tes memiliki angka positif palsu dan negatif palsu yang tinggi.
Sensifisitas widal 64% dan spesifisitasnya 76%.

c. Deteksi S. typhi (pemeriksaan isolasi kuman)


Diagnosis pasti demam tifoid dilakukan dengan isolasi kuman. Isolasi kuman penyebab demam tifoid dapat dilakukan di berbagai tempat
dalam tubuh (darah, sumsum tulang, tinja, dan urin) dengan cara dibiakkan dalam media (kultur)

Pada pasien ditemukan : hasil pemeriksaan widal tes (+) s-thypi O1/320,H 1/320.artinya terjadi peningkatan.dan pemeriksaan hapusan
darah tepi (-).

2. Penatalaksanaan demam typoid

Nonfarmakologis: tirah baring untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Dan diet makanan lunak dan rendah
serat dan konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.

Farmakologi: simtomatis: antiemetic, antipiretik, analgetik, dan antibiotic. dengan pilihan kloramfenikol 4x500mg sampai 7 hari.
atau pilihan lain tiamfenikol, kotrimoksazol, ampisilin, amoksisilin, atau gol fluorokuinolon serta tambahan vitamin.

Pada pasien ini diberikan terapi :


-

IVFD RL 20 tetes/menit

Injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam IV

Injeksi Ondansentron 1 ampul/12 jam IV

Injeksi Cefotaxim 1 gram/12 jam IV

Paracetamol tablet 3 x 500 mg

3. Komplikasi demam typoid


-

Komplikasi Hematologis

Depresi sumsum tulang belakang yang toksik pada penderita dengan manifestasi klinis yang berat, menyebabkan terjadinya anemia,
neutropenia, granulositopenia dan trombositopenia.
-

Manifestasi Neuropsikiatri

Sakit kepala, meningismus sampai gangguan kesadaran (disorientasi sampai delirium, stupor, dan koma). Delirium merupakan kelainan yang
paling sering dijumpai dan dapat berkembang menjadi ensefalopati. Keadaan ini biasanya membaik dalam 4-5 hari tetapi sering menetap
bahkan sampai suhu tubuh dan fungsi metabolik kembali normal.
Manifetasi yang jarang dijumpai adalah kejang, typoid meningitis, ensefalomielitis, transverse myelitis dengan paraplegia, neuritis dan
sindroma Guillan Barre.
-

Manifestasi Kardiovaskuler

Ditemukan pada 1-5 % penderita demam tifoid, dimana manifestasi klinis yang muncul bervariasi mulai dari asimtomatik sampai nyeri dada,
payah jantung, aritmia atau syok kardiogenik.
-

Manifestasi Hepatobilier

Komplikasi yang biasa ditemukan adalah hepatitis tifosa yang asimtomatik ditandai dengan peningkatan SGOT dan SGPT.
-

Manifestasi Urogenital

Kelainan yang paling sering ditemukan adalah proteinuria yang bersifat sementara. Selain itu bisa juga terjadi sindroma nefrotik, sistitis,
pielonefritis dan gagal ginjal.

Komplikasi Lain

Manifestasi yang jarang ditemukan adalah parotitis, otitis media, uveitis, artritis, pankreatitis, abses (hati, limpa, jaringan lunak), orkitis dan
alopesia.

4. Edukasi
Demam typoid umumnya memiliki prognosis baik, bila cepat ditangani sebelum timbul komplikasi. Adapun langkah pencegahan
terhadap demam tifoid adalah:
1. Penggunaan air bersih dan aman.
Pemakaian air yang berkualitas baik harus cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan yaitu:
-

Daerah perkotaan denagan jalan mengontrol penggunaan air dimana air yang baik didapatkan melalui PDAM atau pun
mobil air bersih.
Di daerah pedesaan dengan pemeriksaan terhadapkuman pathogen pada sumber air yang sering digunakan

2. Makanan yang bersih


Mencuci tangan sebelum makan, mencegah untuk memakan makanan yang mentah dan setengan matang, dan memakan makanan
yang dimasak dan masih panas atau dipanaskan
3

Sanitasi
Pembuangan sampah yang baik terutama pada musim penghujan, dan pada daerah endemik penggunaan tinja sebagai pupuk
harus dihindari.

4. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang baik harus dapat disampaikan terutama pada daerah endemik, selain itu pendidikan kesehatan dapat
pula melalui media massa, perkumpulan ibu-ibu sedangkan pendidikan yang disampaikan yaitu tentang higienis dalam bekerja,
isolasi pasien yang terinfeksi, dan pemberian disinfeksi.
5. Vaksinasi
Pemberian vaksinasi tifoid bukanlah suatu keharusan namun pemberian vaksin dapat diberikan pada orang-orang yang
melakukan perjalanan kedaerah yang telah dikenal sebagai daerah yang berisiko tinggi.

You might also like