Professional Documents
Culture Documents
No. RM 188/II/2015
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Bayi
Penyegaran
Masalah
Anak
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Remaja
Lansia
Bumil
Dewasa
Deskripsi: Tn. S, 65 tahun, tidak dapat berkemih/ kencing sejak 5 jam SMRS, nyeri di perut bawah
pusar dan terasa penuh. Os mengaku sejak 3 bulan SMRS mengalami nyeri saat berkemih, menetes,
mengendan saat berkemih, berkemih tidak puas, dan sering berkemih pada malam hari
Tujuan: menatalaksana pasien BPH untuk mengurangi terjadinya komplikasi.
Bahan bahasan:
Cara membahas:
Data pasien:
Tinjauan
Pustaka
Diskusi
Riset
Kasus
Presentasi dan
diskusi
Audit
Email
Terdaftar sejak:
Pos
4. Riwayat keluarga: Tidak ada yang mengalami hal seperti yang dialami oleh pasien
5. Riwayat pekerjaan: Pasien pensiunan PNS
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN): 7. Riwayat Penyakit Terdahulu : 8. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai
dengan FASILITAS WAHANA)
Suhu: 37,3 C
TD : 140/90
Pemeriksaan Fisik :
Abdomen : datar, bulging +, Nyeri tekan +
RT : musculus spingter ani menjepit, Ampula rekti tidak kolaps, Mucosa licin, nodul
Prostat : konsistensi kenyal +, permukaan rata +, nodul -, pool atas sulit diraba, sulcus medianus
prostas > 4 cm
Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. Adel. 2008, Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor : R. Syamsuhidajat, Wim De Jong, Edisi revisi : EGC ; Jakarta.
2. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. EGC: Jakarta.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosa BPH
2. Penatalaksanaan BPH
3. Komplikasi
SUBJEKTIF
Tn. S, 65 tahun datang ke IGD Rumkit TK IV Zainul Arifin dengan keluhan tidak dapat buang air kecil
sejak 5 jam SMRS, mucul mendadak, dirasakan nyeri diperut bawah pusar dan terasa penuh. Os
mengaku sejak 3 bulan SMRS, mengalami buang air kecil menetes, sering mengejan jika buang air
kecil, sering buang air kecil saat malam hari, dan tidak lampias saat buang air kecil. Buang air kecil
berpasir (-), panas (-). Os sebelumnya sudah berobat namun keluhan tidak berkurang.
OBJEKTIF
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Denyut nadi
: 76 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Suhu
: 37,3 C
Berat badan
kualitas nadi
kualitas nafas
: adekuat, reguler
70 kg
Pemeriksaan sistematis
Kepala
: Normocephal
Mata
: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), air mata (+), cekung (-)
: Discharge (-)
Mulut
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
RT : Musculus Spingiter ani menjepit, ampula rekti tidak kolaps, mukosa licin, nodul (-), feses (-), darah
(-)
Prostat : konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul (-), pool atas sulit diraba, sulcus medianus prostat
>4 cm
ASSESMENT
BPH adalah tumor jinak pada prostat akibat sel prostat yang terus mengalami pertumbuhan. Secara mikroskopik,
perubahan prostat bisa dilihat sejak seseorang berusia 35 tahun. Pada usia 60-69 tahun, pembesaran prostat mulai
menimbulkan keluhan klinis pada 50% pria. Sementara pada usia 80 tahun, BPH terjadi pada hampir 100% pria.
Pada tahun 2000, WHO mencatat ada sekitar 800 juta orang yang mengalami BPH di seluruh dunia. Selama
hidupnya, seorang pria memiliki dua periode pertumbuhan prostat, yakni saat pubertas dan setelah usia 25 tahun.
Saat pubertas, prostat membesar dua kali lipat ukuran aslinya, sementara di usia 25 prostat tumbuh secara
perlahan dan bisa berlangsung seumur hidup. Pembesaran inilah yang kemudian menjadi cikal BPH. Ketika prostat
membesar, jaringan yang melapisinya di luar tidak ikut berekspansi, hal ini menyebabkan uretra terjepit. Dinding
kandung kemih pun menebal dan mudah terangsang, ditandai dengan gampangnya kandung kemih berkontraksi
meskipun hanya berisi sedikit urin. Lama kelamaan kandung kemih akan kehilangan kemampuannya
berkontraksi sehingga tak mampu mengeluarkan urin. Hal-hal inilah yang menyebabkan keluhan klinis pada pasien
dengan pembesaran prostat. Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan
kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:
1. Teori Hormonal
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron
dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen
pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan
merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma.
Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi
dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang
akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi
testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini
mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli.
Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi
terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat peptic
growth factor yaitu: basic transforming growth factor, transforming growth factor 1, transforming growth
factor 2, dan epidermal growth factor.
3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati
4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan
keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya
kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat
berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih
cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan
sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk
dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadisex hormon binding globulin (SHBG). Sedang
hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitu
sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh
enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma
menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi
reseptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan
menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya
pertumbuhan kelenjar prostat
PLANNING
1. Penegakan diagnosis BPH
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala obstruktif
disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan
kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.
Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)
2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream)
3. Miksi terputus (Intermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor, yaitu :
<20
<50
50
>50
Hampir
selalu
seka
li
a.
Adakah
merasa
anda
buli-buli
tidak
kali 0
kosong
setelah berkemih
b. Berapa kali anda
berkemih
dalam
lagi
waktu
menit
c.
Berapa
terjadi
arus
berhenti
kali
urin
sewaktu
berkemih
d. Berapa kali anda
tidak
dapat
menahan
untuk
berkemih
e.
Beraapa
memulai
kencing
f.
Berapa
terjadi
keli
bangun
tidur
anda 0
kesulitan memulai
untuk berkemih
g. Berapa kali anda
bangun
untuk
berkemih di malam
hari
Jumlah nilai :
0 = baik sekali 3 = kurang
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain:
Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama,
mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam
jumlah yang berlebihan
Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami infeksi prostat
akut
Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat
mempersempit leher vesica urinaria, antara lain: golongan antikolinergik atau alfa adrenergik.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo
cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat.
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti
meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke
dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada
carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris.
Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra
simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.
Pemeriksaan Penunjang berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
1. Darah : - Ureum dan Kreatinin
Elektrolit
Gula darah
Sedimen
derajat
derajat
derajat
derajat
1
2
3
4
:
:
:
:
<>
50-100 ml
>100 ml
retensi urin total
2. Penatalaksanaan BPH
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada
dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa
volume urin, yaitu:
- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas
atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.
- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas
atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
- Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml
- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang
disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan
pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan
melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila
timbul obstruksi.
Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara penanganan.
Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara
konservatif.
Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang
masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua
penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan
pengobatan konservatif.
Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat
tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga
reseksi tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.
Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi
urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau
operasi terbuka.
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan menghindari
komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk
hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa
terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat
gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya
elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
Medikament
osa
Watchfull
Penghambat
waiting
adrenergik
Penghambat
Invasif
Operasi
Minimal
TUMT
Prostatektomi terbuka
TUBD
Endourologi
reduktase
uretra
1. TUR P
Fitoterapi
Strent
2. TUIP
Hormonal
3. TULP (laser)
dengan
prostacath
TUNA
Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari.
3. Terapi Operatif
Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain: retensi
urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau
keluhan LUTS yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi
yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra.
1. Prostatektomi terbuka : Retropubic infravesica (Terence Millin), Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer),
Transperineal
2. Prostatektomi Endourologi : Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP), Trans Urethral Incision of
Prostate (TUIP), Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy)
3. Invasif Minimal : Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT), Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD),
Trans Urethral Needle Ablation (TUNA), Stent Urethra
3. Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi sebagai
berikut :
1. Inkontinensia Paradoks
2. Batu Kandung Kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Pielonefritis
6. Retensi Urin Akut Atau Kronik
7. Refluks Vesiko-Ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10. Gagal Ginjal