You are on page 1of 1

Hubungan antara Badan Hukum Pemilik Rumah Sakit dengan Rumah Sakit

Berdasarkan Pasal 7 ayat (4) UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (UU RS), diamanatkan
bahwa rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan
usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pemilik rumah sakit swasta adalah badan hukum, baik yang berbentuk perseroan terbatas (PT),
yayasan maupun bentuk lainnya.
Dalam hal PT adalah pemilik rumah sakit, maka ketentuan pendirian PT tunduk pada ketentuan
UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), sedangkan pendirian rumah sakitnya
tetap mengikuti UU RS.
PT sebagai pemilik rumah sakit memiliki organ yaitu RUPS, dewan komisaris dan direksi,
sedangkan organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah
sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Berdasarkan Pasal 34 ayat (3) UU RS, pemilik rumah sakit tidak dapat merangkap menjadi kepala
rumah sakit. Yang dimaksud dengan pemilik rumah sakit antara lain komisaris perusahaan, pendiri
yayasan, atau pemerintah daerah. Yang dimaksud dengan kepala rumah sakit adalah pimpinan
tertinggi dengan jabatan direktur utama (chief executive officer) termasuk direktur medis.
Oleh karena PT merupakan pemilik rumah sakit, maka hal ini menempatkan posisi PT setingkat di
atas rumah sakit. Hubungan antara PT sebagai badan hukum pemilik rumah sakit dengan rumah
sakit diatur dalam Peraturan Internal Rumah Sakit atau Hospital Bylaws (HBL).
HBL sebagai pedoman tata kelola rumah sakit merupakan produk yang bersifat tailor made,
artinya HBL satu rumah sakit berbeda dengan rumah sakit lainnya dan bukan merupakan suatu
hal yang terstandar baku karena terdapat perbedaan faktor internal rumah sakit, misalnya sejarah,
pendirianm kepemilikan, dan sebagainya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 772 tahun 2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (KMK
772).
Pada pokoknya mengatur hubungan pemilik rumah sakit (atau yang mewakili), direktur rumah sakit
dan staf medis. Oleh karena sifat HBL yang tailor made, maka pola hubungan dan tanggung
jawab direktur rumah sakit kepada pemilik rumah sakit juga disesuaikan dengan kondisi masingmasing rumah sakit, di mana selayaknya direktur rumah sakit bertanggung jawab kepada pemilik
rumah sakit.

You might also like