Professional Documents
Culture Documents
oleh:
MAYA DAMAYANTI
NIM. 106083003630
LEMBAR PERNYATAAN
Maya Damayanti
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis Kerjasama ASEAN dalam Menghentikan Aliran
Dana Operasional Terorisme Internasional di Asia Tenggara. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui kerjasama yang dilakukan
negara-negara anggota ASEAN dalam memberantas terorisme serta aspek-aspek
yang mendukung kegiatan terorisme, khususnya pendanaan terorisme. Penulis
menemukan, bahwa upaya ASEAN untuk mengatasi terorisme sebagai suatu
wilayah telah disahkan sepuluh negara anggota ASEAN dan mengadopsi
Deklarasi ASEAN Aksi Bersama untuk Counter Terrorism pada KTT ASEAN
ke-7 tanggal 5 November 2001 di Brunei Darussalam. Para pemimpin ASEAN
memandang terorisme sebagai ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan
internasional dan tantangan langsung terhadap pencapaian perdamaian, kemajuan
dan kemakmuran ASEAN serta realisasi visi ASEAN 2020. Komponen dalam
kerjasama ASEAN adalah ASEAN Regional Forum (ARF). ARF merupakan
salah satu forum dialog yang dimiliki oleh ASEAN yang memfasilitasi kerjasama
negara kawasan Asia Tenggara dan kawasan Asia-Pasifik untuk membahas
masalah terorisme. Terorisme merupakan ancaman serius terhadap stabilitas,
perdamaian dan keamanan di kawasan Asia-Pasifik dan sekitarnya. Namun
kerjasama ASEAN tersebut belum efektif karena adanya kelemahan-kelemahan
dalam proses pengambilan keputusan sehingga belum mampu mengatasi
perbedaan pendapat yang cukup mendasar dalam merumuskan strategi yang
diperlukan untuk memerangi terorisme, namun terorisme dapat diredam dengan
adanya kerjasama internasional dan konvensi-konvensi teresebut. Kerjasamakerjasama tersebut dilakukan dalam hal tukar menukar informasi intelijen,
koordinasi penegak hukum, pertukaran informasi pergerakan kelompok teroris,
modus operandi teroris, penyidikan rekening teroris, membekukan aset teroris,
training/pelatihan menangani bagaimana mengontrol persebaran bahan-bahan
peledak.
Skripsi ini menggunakan kerangka pemikiran kerjasama internasional oleh
K.J Holsti dan konsep keamanan Barry Buzan. Jenis penelitian ini adalah jenis
deskriptif analisis yang mengandalkan data berupa data primer seperti wawancara,
dokumen-dokumen resmi ASEAN. Sementara data sekunder berupa studi
kepustakaan, didapat melalui buku-buku, jurnal, multimedia, hasil penelitian, dan
terbitan-terbitan lainnya.
Kata kunci: Kerjasama ASEAN, Terorisme, Pendanaan Terorisme, dan
Keamanan.
iv
KATA PENGANTAR
anggota Darul
Islam/DI),
AKP Terima
Sembiring,
SH.
Nasional
Penanggulangan
Terorisme/BNPT),
Farah
Monika
UI,
Perpustakaan
Univ.Budi
Luhur,
Perpustakaan
KEMLU,
vi
semangat di saat penulis putus asa dalam pembuatan skripsi ini. sayang
kalian TOMODACHITACHI....!.
13. Sahabat Rosy Kamalia (Otchy) dan Iyul Yanti, teman seperjuangan penulis
selama di HI yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan segala saran dan kritikan. Jatuh bangun bersama mencari
data skripsi. Otchy, Yunk...terimakasih karena kalian berdua selalu ada untuk
menyeka air mataku disetiap keterpurukanku...SEMANGAT!!!!!.
14. Rusman Fauzy, terimakasih telah menjadi sahabat yang baik, terimakasih atas
doa nya, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan. selesaikan
skripsimu Rusman!!!.
15. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di HI angkatan 2006 (kelas B plus kelas
A); Astrid Issmulyanti, Lilis Widyasari, Ita Fatimah, Anne Normadiah, Irvan
Nasrullah, (Almh) Izzun Nahdliyah, Sabriela Yolanda, Chairunnisa, Ibnu
Arifiyanto, Nadya Hajarani Dwilestari, Rifqi Achmad Sazali, Muhammad
Zubir, Benardy Ferdiansyah, Starlet Rallysa Injaya, Prila Chandra Ramadhani,
Yeni Puspitasari, Ade Hernando Ikhsan, Wibisono Dwi Octavianto, Dwi
Wahyuni, Muhammad Ikhsan, Cristya Anyarani, Puji Nia Rahmatika, Riana
Amelia, Shinta Oktalia, Syaid Haikal Quraisy, Umi Kulsum, Muhammad
Iqbal, Muhammad Firmansyah, Viky Hamka. Terimakasih atas persahabatan
kalian.
16. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun
tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.
Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat
imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan ke depan.
Jakarta, 28 Maret 2012
Maya Damayanti
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR BAGAN........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 7
E. Metoda Penelitian ...............................................................................
13
viii
ALIRAN
DANA
OPERASIONAL
TERORISME
A. Reaksi Negara-negara ASEAN Terhadap Isu Terorisme
Internasional......................................................................................... 71
B. Kerjasama Bilateral Negara-negara ASEAN dalam KontraTerorisme.............................................................................................. 77
C. Respon ARF Terhadap Pendanaan Terorisme...................................... 82
BAB V
PENUTUP.................................................................................. 92
ix
DAFTAR TABEL
Table A. Legal framework (kerangka hukum) di Asia Tenggara .. 21
Table B. Konvensi Internasional Terkait dengan Anti-Terorisme.. 75
Tabel C. Kerjasama ASEAN dalam Memberantas Terorisme.. 85
DAFTAR BAGAN
Bagan A. Struktur Jaringan Teroris Jamaah Islamiyah. 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Wawancara
Lampiran 2. Surat Keterangan Wawancara
Lampiran 3. Konvensi-konvensi
xii
DAFTAR SINGKATAN
ACCT
AMLC
AMLO
AMMTC
APG
ARF
ARMM
AS
Amerika Serikat
ASC
ASEAN
AUSTRAC
CENTO
CFT
DI
Darul Islam
FATF
FIU
ICJ
IMF
JA
Jamaah As Sunnah
JI
Jamaah Islamiyah
KEMLU
KMM
KoFIU
KTT
LSM
MILF
MNLF
MoU
Memorandum of Understanding
MLAT
NATO
xiii
NCB
OIC
PAS
PBB
Perserikatan Bangsa-bangsa
PPATK
PUPJI
SEATO
SFT
SOMTC
TC
Transnational Crime
TOC
UMNO
WTC
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Kerjasama
Politik
Keamanan
ASEAN.
www.kemlu.go.id/.../Kerjasama%20Politik%20Keamanan%20ASEA.. Diakses pada 12 oktober
2011, pukul 10.08.
tingkat bilateral secara komprehensif dan bahwa pada tingkat internasional, PBB
mempunyai tugas utama dam hal pemberantasan terorisme.5
Kerjasama dan saling berbagi data intelijen diantara negara-negara
ASEAN yang mengarah pada penangkapan terorisme juga merupakan faktor
pendorong peningkatan rasa percaya diri di kawasan. Kerjasama ASEAN di
bidang pertukaran informasi intelijen selama ini telah berjalan sangat baik
terutama setelah terbentuknya ASEAN Regional Forum (ARF) tahun 1994.
Ketika krisis ekonomi tahun 1997 mulai menghantam ASEAN, kerjasama
intelijen ini mulai melemah. Ketika terjadi peristiwa 11 September 2011,
kerjasama intelijen praktis tidak ada. Isu terorisme dengan demikian memulihkan
kembali kerjasama intelijen yang telah melemah. Namun, ASEAN sendiri masih
mempunyai kelemahan-kelemahan dalam proses pengambilan keputusan sehingga
tidak mampu mengatasi perbedaan pendapat yang cukup mendasar dalam
merumuskan strategi yang diperlukan untuk memerangi terorisme, terutama dalam
hal urgensi pembentuk konvensi seperti yang diusulkan oleh sekjen PBB
tersebut.6
Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan
kelompok-kelompok teroris lokal dapat bekerjasama dengan jaringan terorisme
internasional. Hal ini memaksa kerjasama antarpemerintah dalam skala global
sebagai upaya untuk mengimbangi aksi-aksi teroris internasional.7 Salah satu
10
Ibid,h.27.
Wawancara dengan Bpk. Johannes O.S. Manginsela (Kerjasama Multilateral, Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme/BNPT), pada 5 Desember 2011, pukul 11.30.
11
B. Rumusan Masalah
Sejak terjadi serangan 9/11, kawasan Asia Tenggara memperoleh sorotan
khusus internasional dalam kampanye melawan terorisme karena sejumlah
kelompok yang diduga memiliki hubungan dengan Al-Qaeda disinyalir beroperasi
di wilayah Asia Tenggara. Terungkapnya sel-sel Al-Qaeda di kawasan Asia
Tenggara setidaknya telah menyadarkan negara-negara ASEAN bahwa stabilitas
keamanan di kawasan Asia Tenggara terancam. Untuk menghadapinya ASEAN
memerlukan sebuah strategi yang dapat menjamin bahwa Asia Tenggara bukanlah
tempat yang ideal bagi persembunyian atau pusat kegiatan teroris.13 Di samping
memerangi terorisme, juga dibutuhkan upaya untuk menghentikan aliran dana
operasional terorisme karena tanpa unsur pendanaan, aksi teroris tidak akan
berjalan.
12
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui
kerjasama yang dilakukan negara-negara anggota ASEAN dalam memberantas
terorisme serta aspek-aspek yang mendukung kegiatan terorisme, khususnya
pendanaan terorisme.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pertanyaan penelitian mengenai bagaimana kerjasama
ASEAN dalam menghentikan aliran dana operasional terorisme internasional di
Asia Tenggara, dalam skripsi ini penulis memakai konsep yang saling berkaitan
satu sama lain, yaitu konsep kerjasama internasional dan konsep keamanan.
Dalam
suatu
kerjasama
internasional
bertemu
berbagai
macam
kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi
di dalam negaranya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik
internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam hubungan
internasional.14 Isu keamanan regional dan global memerlukan keterlibatan aktif
semua negara untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Kerjasama
internasional merupakan bukti dari adanya saling pengertian antarbangsa
(international understanding) sebagai akibat dari adanya interdependensi
antarbangsa
dan
bertambah
kompleksnya
kehidupan
dalam
masyarakat
Indonesia
bersama-sama
Malaysia
dan
Filipina
14
Internasional,
Edition. New
Internasional.
pada 17 Juli
18
19
Ibid.
Djelantik, Terorisme dan Kerjasama Internasional, h.584-585.
10
20
11
narkoba.22 Studi mengenai terorisme terkait dengan isu keamanan tradisional dan
nontradisional. Kelompok tradisonalis memandang isu keamanan terkait dengan
ancaman politik dan militer, dengan memfokuskan pada aksi-aksi yang dilakukan
untuk menyelesaikan ancaman. Jika dipandang dari sudut pandang nontradisional,
terorisme juga mempengaruhi pola hubungan sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi
dan lingkungan.23
Menurut Buzan, kerangka analisis keamanan diperkenalkan dimana
substansi studi keamanan diperluas tanpa meninggalkan fokus utamanya pada
aspek penggunaan kekuatan militer.24 Kejahatan internasional seperti terorisme,
penyelundupan manusia, kejahatan lingkungan, kejahatan hak asasi manusia, dan
sebagainya menunjukkan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu
keamanan internasional.25
Keamanan suatu negara berhubungan dengan keamanan seluruh negara
dalam satu kawasan. Seperti ancaman keamanan oleh teroris di Indonesia juga
merupakan ancaman keamanan bagi seluruh negara di kawasan ASEAN. Oleh
sebab itu diadakan kerjasama untuk memberantas terorisme tersebut untuk
menciptakan stabilitas keamanan nasional juga regional ASEAN. Perdamaian juga
berkaitan dengan konsep keamanan yang menurut Arnold wolfer dapat dilihat
secara objektif dan subjektif.26 Keamanan secara objektif adalah suatu keadaan
yang bebas dari berbagai ancaman terhadap nilai-nilai yang diperoleh sedangkan
22
12
keamanan secara subjektif berarti bebas dari segala rasa takut atas serangan
terhadap nilai-nilai yang telah diperoleh tersebut.
Sementara, pakar studi keamanan internasional lainnya, seperti Klare dan
Thomas, telah mencoba melihat dimensi internasional dari gerakan terorisme,
dengan melihat kaitannya dengan realitas tatanan dunia yang tidak adil.27
Karenanya, dengan mengikuti argumentasi mereka, adalah logis jika kemudian
kerjasama global di antara gerakan terorisme dapat terbentuk, sekalipun terdapat
perbedaan latar belakang ideologis diantara mereka. Sebab, muncul kesadaran
akan musuh bersama, yakni tata dunia baru yang tidak adil, di bawah hegemoni
para pemimpin negara maju, yang secara langsung telah mempengaruhi. Sikap
para pemimpin nasional yang menentang gerakan mereka di masing-masing
negara. Tekanan globalisasi yang meningkatkan proses marjinalisme dan
keterancaman kelompok, diketahui telah menimbulkan resistensi dan reaksi
perlawanan dari kelompok-kelompok yang terancam. Tidak terwakilinya aspirasi
dan kepentingan kelompok-kelompok tersebut secara memadai, baik di tingkat
nasional maupun global, mendorong mereka untuk membenarkan aksi-aksi
kekerasan dalam wujud yang ekstrem, yaitu terorisme untuk mendestabilisasi
negara, kawasan, dan sistem dunia yang tengah berjalan.
Selanjutnya dalam perspektif literatur hubungan internasional, terorisme
dianalisis sebagai ancaman baru yang serius karena mendorong peranan negara,
pemerintah dan lembaga-lemabaga multilateral yang mengatur pembangunan dan
27
13
keamanan internasional, seperti Bank Dunia dan PBB dengan dampak yang
mengancam eksistensi negara, keamanan kawasan, dan global.28
E. Metoda Penelitian
Jenis penulisan skripsi ini adalah jenis deskriptif analisis, yaitu suatu cara
untuk membuat gambaran dan analisis berupa gejala dan situasi yang menjadi
bagian permasalahan yang diteliti.29 Jenis penelitian seperti ini menggunakan
metoda analisis kualitatif30 yang mendasarkan pada penelitian kepustakaan. Hal
ini dilakukan dengan kunjungan ke beberapa perpustakaan di Jakarta, yaitu
perpustakaan Sekertariat ASEAN, perpustakaan Freedom Institute, Perpustakaan
Utama UIN Jakarta, Perpustakaan IISIP, Perpustakaan PDHI UI, Perpustakaan
Univ.Budi Luhur, Perpustakaan KEMLU, Perpustakaan Fak.Hukum UI, MABES
POLRI, Densus 88, BNPT, PPATK. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan
data dan informasi lainnya dengan menggunakan berbagai sumber seperti buku,
jurnal, majalah, makalah-makalah seminar, penelusuran data melalui internet yang
dapat dipertanggungjawabkan situsnya serta wawancara dengan sejumlah
narasumber seperti J.S.George Lantu (Direktorat Politik dan Keamanan ASEAN
Kementrian Luar Negeri RI), Al Chaidar (seorang pengamat teroris yang juga
merupakan mantan anggota DI/TII), Usep Fathoni (seorang anggota Darul Islam /
DI), AKP Terima Sembiring, S.H. (Kaurkermin DAGRI Densus 88 AT POLRI),
Kompol. Wino Sumarno (Kaurmin Bagkouminter Set NCB Interpol Indonesia
Div.Hubinter Polri), Nuriani Ratu Inten (Asisten Analis Hukum, Direktorat
28
Ibid, h.78.
John Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approach, California:
Sage Publication, 1994, h.148.
30
Lissa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007, h. 87.
29
14
F. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Metoda Penelitian
F. Sistematika Penulisan
Bab II. Persoalan Pendanaan Terorisme dan Upaya Pencegahannya di Negaranegara ASEAN
A. Metoda Pendanaan Terorisme di Asia Tenggara
B. Pendanaan Terorisme di Negara-negara Asia Tenggara
C. Kelompok Teroris Internasional di Asia Tenggara
D. Upaya pemberantasan terorisme di Negara-negara Asia Tenggara
Bab III. Kerjasama Keamanan Kawasan ASEAN
A. Prinsip-prinsip ASEAN
B. Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN Terkait Isu Terorisme
C. Isu-Isu Keamanan ASEAN
C.1 Keamanan Tradisional
C.2 Keamanan Non-Tradisional
15
16
BAB II
PERSOALAN PENDANAAN TERORISME DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA DI NEGARA-NEGARA ASEAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai berbagai metoda pendanaan teroris
untuk dapat melaksanakan aksi terornya. Pendanaan terorisme dapat terjadi di
berbagai negara dan muaranya mengarah kepada tindak kriminal berupa aksi
terorisme.31 Sumber pendanaan para teroris dapat diperoleh dengan bermacammacam cara. Sebelum penulis mengulas mengenai metoda pendanaan teroris di
Asia Tenggara, terlebih dahulu penulis akan memaparkan beberapa metoda
pendanaan terorisme di dunia seperti Pejuang militan Hamas dan Jihad Islam
Palestina mendapat dana dari kantor Shintrako Ltd. Serta Mayan Custom Brokers
dan International Fowarding daerah pinggiran kota Tel Aviv, Israel.32 Jaringan
teroris di seluruh dunia juga ada yang bergantung pada sistem kerahasian bank
dan korporasi internasional untuk menyembunyikan dan mengalihkan uang
mereka. Struktur ini dimungkinkan karena adanya kesepakatan di antara bankbank di dunia dan karena kekuatan-kekuatan keuangan dunia. Tetapi konsekuensi
yang tidak diinginkan adalah bahwa hal tersebut membantu jaringan dunia para
teroris.33
The Sunday Time London mengatakan bahwa Khalid al-Fawwaz, yang
dicurigai sebagai anggota Osama bin Laden telah menggunakan suatu rekening
yang dibuka pada cabang Barclays Bank di London untuk membiayai sirkulasi
31
Wawan Purwanto, Membongkar Dana Teroris, Jakarta: Cipta Bina Mandiri, 2010,
h.277.
32
Ibid, h.350-352.
Sutan Remi Sjahdeni, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 2007, h.289.
33
17
perintah dan perjanjian yang dibuat oleh Osama bin Laden dengan bagian-bagian
lain dari jaringan mereka.34 Demikian juga ketika Osama bin Laden dan anggota
National Islamic Front yang kaya mendirikan Al Shamal Islamic Bank di
Khartoum. Osama bin Laden menginvestasikan 50 juta dollar.35
Phillippine Daily Inguirer pada bulan Agustus 2000 melaporkan bahwa
Islamic Relief Organization (IRO) didirikan pada 1992 oleh Bin Laden sebagai
kedok atas aktifitas pendanaan teroris. IRO bekerja dibawah Muslim World
Language, sebuah organisasi yang didukung oleh pemerintah Arab Saudi.
Pertolongan organisasi tersebut diduga adalah untuk menyediakan Bin Laden
dengan uang untuk memperoleh senjata dibawah samaran amal kepada komunitas
muslim. Berbagai cara yang disebut amal sekarang dicurigai menjadi kedok
operasi Bin Laden. Selain itu kecurigaan terhadap amal juga terjadi di Kenya,
pada tahun 1994 Al-Haqq meninggalkan Sudan dan pindah ke Kenya, ia menjadi
seorang direktur sebuah lembaga amal bernama Help Africa People.36
Pada Maret 2005, Washington menangkap pelarian Kuba bernama Luis
Posada Carriles, dengan tuduhan memasuki wilayah Amerika Serikat secara
ilegal. Posada adalah pelaku peledakan bom pesawat Kuba pada 6 Oktober 1976.
Dalam wawancara dengan New York Times, pada tahun 1998, Posada mengakui
terlibat dalam pemboman sebuah hotel di Havana. Posada juga membantu
memastikan dana UU$ 6 juta dari Oliver North, Penasehat Keamanan Nasional
Gedung Putih untuk Gerakan Kontra Nikaragua. Dana tersebut diperoleh dari
keuntungan penjualan senjata ke Iran (secara rahasia) senialai US$ 45 juta.37
34
Ibid.
Purwanto, Membongkar Dana Teroris, h.14.
36
Ibid, h. 341.
37
Ibid. h. 347-348.
35
18
19
40
Ibid, h. 9.
20
41
Ibid, h.217-218.
Jeanne K.Giraldo dan Harold A.Trinkunas, Terrorism Financing and States Responses,
California: Standford University Press, 2007, h.213-214.
43
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum, serta SE No.
11/31/2009, perbankan di Indonesia harus membuat kategori nasabahnya berdasarkan tingkat
risiko
berkenaan
dengan
potensi
pencucian
uang.
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=37614cd638a3b268d2de3795ec1a292
b&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5, Diakses pada 5 Desember 2010 pukul.20.30.
42
21
Myanmar
Kamboja
Indonesia
Laos
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
Brunei
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
6
0
3
1
2
1
5
0
0
1
5
1
5
1
6
1
6
0
4
Catatan: nilai 1 diindikasikan bahwa ada beberapa kerangka hukum, nilai 0 tidak ada indikasi.
Sumber: Untited State Departement of State, Bureau for International Narcotics and Law
Enforcement Affairs. Dalam buku Jeanne K.Giraldo dan Harold A.Trinkunas, Terrorism
Financing and States Responses, California: Standford University Press, 2007. h.215.
22
uang dari badan amal Islam, pendapatan yang dihasilkan dari bisnis yang sah dan
kejahatan.44 Donasi didapat dari berbagai jenis dan dapat bersifat sukarela atau
diperoleh melalui unsur pemaksaan atau perampokan seperti fai (harta rampasan
perang). Uang dikumpulkan dari anggota kelompok sebagai iuran keanggotaan.
Menurut Pedoman Perjuangan Islamiyah Umam Al-Jamaah (PUPJI) atau
the general guide for the struggle of Al Jamaah Al Islamiyah, ketetapan konstitusi
dari Jamaah Islamiyah, anggotanya diminta untuk memberikan kontribusi reguler
ke organisasi tersebut. PUPJI juga mengakui sumber dari jamaah sebagai infaq
(amal), sedekah (sumbangan), zakat (amal wajib) dan sumber lain yang dapat
digunakan dalam ijtihad (kebijaksanaan).45 Pernyataan tersebut didukung oleh AlChaidar seorang pengamat teroris yang juga seorang Darul Islam, mengatakan
bahwa:46
pendanaan dari Al-Qaeda, juga dari jamaah, namanya infak, sadaqah,
zakat, tattawu atau zakat khusus untuk pelatihan, fai (harta rampasan perang)
20% untuk sendiri sisanya untuk jamaah, kebanyakan mengandalkan dana dari AlQaeda, juga ada zakat/infaq dari Timur Tengah, menginfakkan hartanya ke jalan
Allah tapi masuk ke dalam organisasi terorisme.
Sebelum menjadi daerah afiliasi Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah, kedua
jaringan teroris tersebut mengembangkan kemampuan teroris Asia Tenggara
untuk menjadi sebuah lahan operasi. Kawasan ini pertama dan terutama back
office bagi Al-Qaeda, menyediakan dukungan logistik dan keuangan.47
Mematikan pendanaan teroris adalah tugas yang sulit tapi tidak sia-sia. Ini adalah
alat investigasi penting dan aparat penegak hukum memberikan suatu mekanisme
44
Daljit Singh, Terrorism in South and Southeast Asia in the Comim Decade. Singapore :
Institute of Southeast Asian Studies in association with Macmillan, 2009.h.96
45
Ibid.
46
Wawancara dengan Bpk. Al Chaidar seorang pengamat teroris juga seorang Darul
Islam tanggal 18 Juni 2011, pukul 13.00.
47
Funding Terrorism in Southeast Asia: The Financial Network of Al Qaeda and Jemaah
Islamiya. http://www.nbr.org/publications/element.aspx?id=252, Diakses pada 20 Oktober 2010,
pukul.18.00.
23
Frank
Frost.
Terrorism
in
Southeast
Asia.
http://www.aph.gov.au/library/intguide/FAD/sea.htm. Diakses pada 27 April 2010, pukul 23.25.
49
Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru, h.140.
24
Menurut pemerintah Swiss, Osama Bin Laden pemimpin Al-Qaeda memiliki kekayaan
antara 250-500 juta dollar AS, Australia 250 juta dollar AS dan Inggris 280-300 juta dollar AS,
dua pengamat terorisme, Gunaratna dan Williams justru memperkirakan kekayaan pribadi Osama
hanya sekitar 25 juta dollar AS dari keseluruhan nilai kekayaan warisan ayahnya yang sekitar 5
miliar dollar AS. A.M Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis, Kristen, yahudi, Islam, Jakarta:
KOMPAS, 2009, h.190.
51
Singh, Terrorism in South and Southeast Asia in the Comim Decade, h.96.
25
52
26
27
menargetkan gereja-gereja di Malam Hari Natal pada tahun 2000 dan beberapa
wilayah umum yang lain seperti pusat perbelanjaan dan alun-alun, dan bangunan
Jakarta Stock Exchange. Ada banyak korban, namun tidak sebanyak pada
serangan teroris 11 September. Awalnya banyak dari masyarakat Indonesia belum
menyadari akan ancaman teror bahwa bisa terjadi pada setiap waktu, dan tidak
pandang pada target atau tempat. Usaha-usaha dari pemerintah di dalam
menetralkan kelompok-kelompok yang terlibat, sering kali menuduh pemerintah
tentang memecahkan Islam dengan menggambarkan dan menyamaratakan, bahwa
teroris digolongkan sebagai Islam. Dari hasil tersebut, pemerintah menjadi lebih
berhati-hati secara representatif dalam bertindak. Sementara itu, negara-negara
lain bertindak melawan kelompok teroris dan menangkap informasi dengan
mengumpulkan aktifitas kelompok teroris di Indonesia.56
Negara Indonesia merupakan negara berkembang dengan posisi yang
sangat strategis memegang peranan penting di ASEAN, namun telah menjadi
salah satu sasaran terorisme. Berbagai permasalahan dalam negeri dimanfaatkan
kelompok tertentu untuk mencapai tujuannya dengan melakukan kegiatan teror.
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan berbagai suku
bangsa sangat rentan dimanfaatkan untuk menimbulkan konflik, termasuk
kegiatan terorisme.
Kelompok teroris yang saat ini aktif beroperasi di Indonesia secara umum
merupakan bagian dari Jamaah Islamiyah.57 Kelompok teroris pimpinan Noordin
M.Top merupakan kelompok teroris bagian dari Jamaah Islamiyah. Kelompok
56
28
Noordin M.Top memisahkan diri dari Jamaah Islamiyah sejak terjadinya peristiwa
peledakan Hotel Marriot tahun 2003. Kelompok teroris Noordin M.Top memiliki
beberapa nama yaitu Thoifah Muqatilah, Brigade Firaqul Maut, Anshorul
Muslimin, dan Tanzim Al-Qaeda Al-Jihad untuk gugusan Kepulauan Melayu.
Pendirian kelompok ini dilatarbelakangi oleh perang Irak dan Afghanistan yang
dikobarkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Indonesia. Untuk mencapai
perjuangan, digunakan strategi perjuangan nikayah (balas dendam). Awalnya,
anggota kelompok teroris Noordin M.Top berasal dari Jamaah Islamiyah. Namun
pada perkembangannya, karena Noordin M.Top kesulitan mendapatkan anggota
dari Jamaah Islamiyah, para anggota baru direkrut dari kelompok Islam radikal
lain, yaitu KOMPAK dan Darul Islam.
Kelompok teroris Noordin M.Top menggunakan metoda clandestine
(rahasia) dalam setiap operasinya. Metoda ini dilaksanakan denga cara membagi
kelompok ke dalam sel-sel yang terdiri dari tiga sampai lima orang untuk setiap
unit
operasi.
Antara
unit
yang
satu
dengan
yang
lainnya
terjadi
58
Ibid, h.68-71.
29
Pasifik pada 1995, bom natal 24 desember 2000, dalang bom Bali 1 pada 12
Oktober 2002 dan penanggung dana bom di Hotel JW Marriot Jakarta pada 5
Agustus 2003.59
Aksi Bom Bali I dan II adalah aksi terencana yang merupakan proyek
Hambali, semua jaringan di Indonesia mengetahui ada rencana tersebut, bom JW
Mariiot juga terencana, namun berasal dari jaringan Jakarta. Mereka bertemu
berawal dari pertemuan di Afghanistan, dan mereka bertemu kembali di konflik
Poso.60 Pengiriman dana aksi tersebut melalui kurir seorang warga Malaysia
bernama Wan Min bin Wan Mat, diakuinya pada tahun 2002 pernah mengirim
US$35.500 kepada Muchlas, melalui anggota Jamaah Islamiyah (JI). Saat itu
Muchlas sudah lari ke Thailand dan selanjutnya kembali ke Indonesia. Kiriman
pertama pada awal April 2002, senilai US$15.500, disusul US$10.000, dan
200.000 baht thailand (senilai US$5.000), dan terakhir US$5.000. Total nilainya
hampir Rp.300 juta (dengan kurs Rp.8.400 perdolar AS), yang dipakai Muchlas
dan kawan-kawan untuk aksi bom di Bali. Muchlas mengelola uang tersebut
secara ketat sehingga tidak diketahui dan karena dikirim tidak lewat bank, maka
tidak dapat terlacak oleh aparat.61 Dalam kasus bom JW Marriot-1, teroris
menerima aliran dana dari Hambali sebesar USD 50.000, yang diselundupkan
melalui perbatasan Malaysia-Riau.62
59
Wawan H.Purwanto, Terrorisme Undercover, Jakarta: Cipta Bina Mandiri, 2007, h.19-
20.
60
Wawancara dengan Bpk. Usep Fathoni seorang Darul Islam tanggal 31 Oktober 2011,
pukul 13.00.
61
Dana halal untuk aksi terlarang,
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/10/13/LK/mbm.20031013.LK90857.id.
html. diakses pada 29 September 2009, pukul, 20.45 wib.
62
Perubahan
Pola
Serangan
dan
Aliran
Dana
Teroris
http://hankam.kompasiana.com/2010/06/27/perubahan-pola-dan-aliran-dana-teroris/, Diakses pada
10 Agustus 2010 pukul, 11:35.
30
63
Terorisme
Disokong
Dana
Al-Qaeda,
http://www.cmm.or.id/cmmind_more.php?id=A5556_0_3_0_M. Diakses pada 29 September 2011, pukul 22.30.
64
Taufiqurrohman, Peta Kelompok Teroris Indonesia, h.70.
65
Ibid, h, 71.
31
66
Ibid, h.74.
Ibid. h.74
68
Ibid, h.76.
69
ibid, h. 77-81.
67
32
Pendanaan JA berasal dari tiga sumber, yaitu: iuran anggota, sumbangan dari
pemimpin JA, dan sumbangan dari simpatisan. Anggota-anggota JA memberikan
sumbangan Rp.5.000 Rp.100.000 perbulan tergantung dari situasi keuangan
masing-masing. Pemimpin JA dan para simpatisan menyumbangkan uang sebesar
Rp.250.000 sampai tiga juta. Diantara simpatisan JA adalah mantan pejabat
Kodam Siliwangi dan pengurus Majelis Mujahidin Indonesia.
Kelompok teroris JA menjalin kerjasama dengan Jamaah Islamiyah dalam
bidang militer dan dakwah. Dalam bidang militer, JA mendapatkan materi
pelatihan militer tentang manajemen operasi militer dari Ustadz Dudung, anggota
Jamaah Islamiyah di Subang.70 Sementara itu, Syaifudin Umar alias Abu Fida,
seorang anggota Jamaah Islamiyah dan jaringan Noordin M.Top dari Surabaya,
membantu pemimpinan JA dalam memantapkan ideologi jihad anggota-anggota
JA. Abu Fida mengajarkan paham Noordin M.Top mengenai perlunya operasi
balas dendam kepada Amerika dan pentinggnya menjalankan operasi terorisme
dalam unit-unit kecil.
Berikutnya kelompok teroris Filipina yang terjadi karena kelompok
pemberontakan Moro sangat mendominasi kehidupan politik di Filipina dalam
beberapa periode.71 Keberadaan kelompok Moro tidak lepas dari peranan Spanyol
dan Amerika yang pernah menjajah negara tersebut. Sejak Filipina di bawah
jajahan Spanyol selama hampir 350 tahun, telah banyak kebijakan yang
dikeluarkan. Salah satu kebijakan yang kemudian memicu timbulnya peperangan
adalah ketika tahun 1565, Spanyol menghentikan penyebaran agama Islam dan
70
Ibid, h.84.
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach dan
Meyentuh Akar Rumput,. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2009,
h.20.
71
33
Ibid, h.21.
Yunanto, S. Gerakan Militan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, Jakarta: Friedrich
Ebert Stiftung, 2003, h.172-173.
73
34
yang
minim
serta
ketidakpekaannnya
tentang
sejarah
Ibid.h.173
Ibid. h.174
35
36
Gozi dengan Hussain Ramos, pemasok bahan peledak ke MILF. Hal ini penting,
karena pada musim gugur tahun 2000, Al-Gozi memerintahkan untuk
memperoleh bahan peledak yang signifikan untuk operasi JI. Dalam satu
pertemuan di Kuta Kinbalo, Malaysia, Faiz bin Abu Bakar Bafana telah memesan
kepada Al-Gozi pembelian lima sampai tujuh ton bahan peledak yang akan
dibawa ke Singapura dan akan digunakan di Singapura, Faiz mengirimkan
$18,000 untuk pembayaran melalui sebuah bank di Singapura kepada tiga akun
rekening Al-Gozi di bank nasional Filipina. Al-Gozi mengambil 250,000 peso
($4,850) dari bank pada November 2000 dan mulai melakukan pembelian bahan
peledak di Cebu; kemudian Al-Gozi mengaku melakukan membeli lebih dari
1,100 kilogram TNT. Untuk mendukung MILF, Al-Gozi membantu dan
mendapatkan keuangan untuk Muklis dalam pemboman Metro Manila pada 30
Desember 2000, yang menewaskan 22 orang. Al-Ghozi alias Ronny Asaad bin
Ahmad alias Idris Anwaruddin alias Randi Adam Alih alias Sammy Sali Jamil
ditangkap 15 Januari 2002. Ia dibekuk karena menyimpan secara ilegal satu ton
bahan peledak jenis TNT (trinitrotoluene), 300 detonator, dan 17 senapan M-16.79
Untuk semua alat pemusnah ini, tentu diperlukan dana tidak sedikit. Harga resmi
yang dibayar militer AS untuk satu pon TNT sekitar US$ 25. Dan harga ini bisa
lebih mahal di pasar gelap. Untuk memperolehnya, Ghozi harus memiliki paling
sedikit US$ 50 ribu (sekitar Rp 420 juta). Ghozi, yang bernama sandi Mike,
menyimpan uang lebih banyak karena, ia terlibat dalam peledakan stasiun kereta
79
37
80
38
yang sudah dijalin antara berbagai kelompok teroris di kawasan ini, yang juga
menjadi sasaran AS.
Dalam hubungan ini, perhatian khusus diberikan kepada teroris
yang
81
Ibid, h.189-190.
39
Ibid, h.191-192.
Abuza, Militant Islam in Southeast Asia, h.138-139.
40
operasi kegiatan dipimpin oleh Mas Slamat Kastari. Sel jaringan Singapura
memilik lima unit fungsi, yaitu: mengoperasikan atau menjalankan, keamanan,
utusan, penyedia dana, dan sebagai penghubung.
Salah satu fungsi yang paling penting dari sel Singapura adalah
penggalangan dana. Anggota sel menyumbangkan dua persen dari gaji mereka
kepada JI di awal 1990-an dan lima persen pada akhir dekade.84 Peneliti
Singapura percaya bahwa 25% dari dana yang diberikan ke sel JI Malaysia dan
25% ke sel Indonesia. Transfer ini dilakukan oleh individu. Sisa dana digunakan
untuk peralatan, operasi, dan pelatihan di luar negeri. Sel JI Singapura juga
terlibat dalam penggalangan dana untuk MILF. Dari tiga puluh enam orang
ditahan di Singapura antara Desember 2001 dan Agustus 2002, ada empat orang
yang tidak tercatat sebagai anggota JI akan tetapi aktif sebagai pendukung dan
mengumpulkan dana untuk MILF. Sebagai contoh, Husin Abdul Azis, warga
Singapura yang telah dilatih di sebuah kamp MILF, tidak hanya memberikan
sumbangan sebesar $20.000 dari uangnya sendiri untuk gerakan namun juga
menambahkan $20.000 Singapura untuk MILF. Kemudian yang lainnya ditahan
pada bulan Agustus 2002, Habibullah Hameed, juga memberikan $40.000 selama
bertahun-tahun untuk MILF.
Kebijakan Singapura melawan terorisme internasional dan ancaman yang
diperlihatkan oleh kelompok-kelompok militan Islam tampak lebih jelas. Negaranegara ASEAN telah mengambil sejumlah cara untuk mencegah dari kehancuran.
Meskipun terdapat ketidakseragaman dalam tindakan-tindakan memerangi terror
pada level nasional masing-masing. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah
84
Ibid, h.139-140.
41
Singapura
sesuai
dengan
tujuan-tujuan
beberapa
pemerintah
dalam
dengan
berbagai
instansi
pemerintah
untuk
42
Malaysia pendukungnya terdiri dari berbagai ras, merasa frutasi. Munculnya AlMaunah, Kumupulan Mujahidin Malaysia (KMM) dan cabang Jamaah Islamiyah
dipercayai sebagai kelompok yang dapat mewujudkan perubahan yang cepat
dalam mewujudkan peranana Islam dalam masyarakat Malaysia. Al-Maunah
merupakan kelompok militan pertama yang merasa frustasi dengan rivalitas antara
UMNO dan PAS.
KMM awalnya merupakan sebuah gerakan yang pengorganisasiannya
sangat longgar. Gerakan ini muncul pada tahun 1986 sebagai sebuah gerakan
bawah tanah dengan nama Halaqah Pakindo. Banyak alumni jihad dari Afganistan
yang bergabung bersama KMM dan pernah membantu jihad dalam konflik
Ambon dan Filipina.87 Anggota-anggota KMM yang mendapatkan tindakan
represif pemerintah banyak yang ditampung oleh PAS. Bahkan PAS juga yang
membantu mereka secara hukum ketika ditangkap oleh polisi. Dalam konteks
inilah, jaringan KMM, Jamaah Islamiyyah, dan PAS sesungguhnya bagian dari
gerakan kultural dan politik yang tidak suka dengan gaya pemerintah rezim
Mahathir dan Badawi yang represif terhadap para pembangkang (oposisi).
Tujuan pertama KMM adalah melakukan gerakan pemurnian Islam
terhadap orang-orang melayu.88 Dalam mencapai tujuannya, KMM mengajak
alumni Masakapindo dan mantan pejuang Afghanistan untuk terlibat dalam misi
ini. Selama perang Afghanistan tahun 1980an, orang-orang Islam Malaysia pergi
ke Afghanistan untuk membantu saudara-saudara Muslimnya dalam perang
melawan Uni Soviet. Tujuan kedua dari KMM adalah untuk menjaga dan
meyakinkan perjuangan politik PAS. Pemimpin gerakan ini berusaha untuk
87
Ibid, h.225.
Ibid, h.225-226 .
88
43
melindungi politisi PAS jika pemerintah akan menangkap mereka. Tujuan jangka
panjang KMM adalah untuk melaksanakan Shari'ah Islam di Malaysia sebagai
dasar untuk mendirikan negara Islam. Gerakan ini bahkan membahayakan
terbentuknya negara Islam di wilayah ini yang menggabungkan Indonesia,
Malaysia, Filipina Selatan dan Thailand Selatan yang kemudian disebut sebagai
Daulah Islam Nusantara.
Hambali merupakan tokoh yang menghubungkan KMM dengan jaringan
Islam di wilayah ini.89 Tuduhan hubungan KMM dengan Al-Qaeda juga
dilakukan oleh Hambali, yang juga disinyalir sebagai tokoh JI di Indonesia.
Hambali dan Abu Bakar Baasyir merupakan dalang di belakang JI di Indonesia
dan Malaysia. Hubungan KMM dengan JI juga melalui Hambali. Lima fungsi
jaringan JI yang mudah terlihat di Malaysia,90 pertama, pekerjaan sangat teliti
dengan Malaysia, dengan siapa yang ingin bersungguh-sunguh menjadi anggota.
Abu Jibril sebagai pemimpin spiritual di KMM. Ke dua, jaringan Malaysia
sebagai penyalur utama antara JI, Osama bin Laden dan Al-Qaeda di Afghanistan.
Jaringan Malaysia telah menjadi pusat logistik untuk pengiriman pasukan matamata JI ke Afghanistan untuk silatih. Ke tiga, jaringan ini bertanggungjawab
untuk merekrut dan mendidik. Kebanyakan merekrut yang telah selesai di
pendidikan sekolah Al-Tarbiyah Luqmanul Haqim, yang juga memainkan peranan
penting di semua struktur JI. Pembiayaan untuk sekolah dibiayai oleh figur garis
tengah JI, Wan Win Wan Mat, dosen di Universitas Teknologi Malaysia (UTM),
ia juga sebagai bendahara penyedia dana $33,000 untuk bom klub di Bali kepada
Mukhlas, pemimpin Al-Tarbiyah dan pengorganisasi serangan bom Bali.
89
90
Ibid, h.227.
Abuza, Militant Islam in Southeast Asia, h.134-136.
44
Ibid, h.134.
Al-Qaeda in Southeast Asia: Evidence and Response, situs Center fo Defense
Informations, http://www.cdi.org/terrorism/sea.cfm. Diakses pada 29 September, pukul 24.00.
92
45
menonjol
dalam
pemecahan
regional
daripada
bergantung
pada
kepemimpinan AS.
93
Ibid.
Malaysia's Internal Security Act and Suppression of Political Dissent, situs human
right watch, www.hrw.org/backgrounder/asia/malaysia-bck-0513.htm. Diakses pada 24 Maret
2011, pukul 18.00.
94
46
95
47
karena menjadi perhatian luas di Januari 2002. JI juga telah terlibat dalam
sejumlah pengeboman termasuk di Manila pada bulan Desember 2000. JI diduga
dipimpin oleh seorang ulama Indonesia radikal, Abu Bakar Basyir, yang
97
48
Askari (Panglima
Perang)
Dzulkarnain Als.Ust
Daud
PLH Amir JI
Abu Rusdan
Als.Thoriqudin
Majelis Syura
Hambali
MARKAZ
Mantiqi I
(Malaysia,Singa
pura)
Muchlas Als.Ali
Gufron dan
Adung
Mantiqi II
(Indonesia)
Abu Irsyad
Als.Syahroni
Majelis Qyadah
Markaziyah
Mustofa Als.Abu
Tholut dan Acmad
Rocman Als.Saad
Mantiqi IV
(Australia)
Abd.Rohim
Ayub
Mengintip
Struktur
Jaringan
Teroris
Jamaah
Islamiah.
http://www.tribunnews.com/2010/09/24/mengintip-struktur-jaringan-teroris-jamaah-islamiah.
.Diakses pada 27 September 2010, Pukul 01.40.
49
Jaringan inilah yang cukup progresif menjalankan aksi terornya. Sebagian Wilayah Indonesia
bagian barat dibawahai oleh Mantiqi II. Untuk Mantiqi II, Mabes Polri berhasil memetakan
kekuatan struktur organisasinya. Matiqi II membawahi delapan Wakalah atau organisasi JI tingkat
provinsi. Ada wakalah Sumatra Utara, Pekanbaru, Lampung, Jabotabek, Jawa Barat, Surakarta,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wakalah-wakalah ini masih membawahi lagi yang namanya
Khatibah atau organisasi setingkat kota. Khatibah membawahi Qirdas. Dibawah Qirdas ada yang
namanya Fiah atau kelompok kecil. Mantiqi III atau biasa disebut dengan nama Mantiqi Tahlid
meliputi wilayah Mindanao, Sabah, Kaltim dan Sulawesi. Sama seperti Mantiqi lainnya Mantiqi
ini juga membawahi Wakalah, lalu Khatibah dan Qirbas. Nasir Abas pernah menjadi pimpinan
Mantiqi ini. Mantiqi ini sangat solid dalam aksi teror di poso dan pernah membentuk laskar Uhud.
Mantiqi terakhir adalah Mantiqi IV atau Mantiqi Ukhro. Mantiqi ini meliputi wilayah Australia.100
Frank
Frost.
Terrorism
in
Southeast
Asia.
http://www.aph.gov.au/library/intguide/FAD/sea.htm, Diakses pada 27 April 2010, pukul 23.25
101
Mengintip Struktur Jaringan Teroris Jamaah Islamiah
http://www.tribunnews.com/2010/09/24/mengintip-struktur-jaringan-teroris-jamaah-islamiah.
50
102
51
52
sub
bab
ini
penulis
akan
membahas
mengenai
upaya
107
Ibid. h.144
53
tersebut setelah POLRI membolehkan dan meminta polisi-polisi asing nonASEAN untuk membantu mereka dalam investigasi dan dengan demikian
memperkenalkan mereka dengan teknologi forensik yang lebih canggih dan
menggunakannya untuk mengungkapkan jaringan yang berniat membuat negara
Islam Nusantara yang mencakup Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, dan Filipina Selatan. POLRI berhasil mengungkapkan bukti-bukti
baru tentang jaringan radikal di Indonesia dan Asia Tenggara, tentang pembiayaan
Bom Bali oleh jaringan Jamaah Islamiyah sebesar US$30.000 melalui seorang
warga negara Malaysia, Wan Win Wan Mat, yang merupakan bendahara JI.108
Sama seperti Indonesia, kedudukan Islam di negara Malaysia tergolong
mendominasi karena di Malaysia kedudukan partai keagamaan seperti Partai
Islam se-Malaysia (PAS) tergolong mendominasi dan merupakan oposisi tangguh
terhadap kekuasaan UMNO yang sedang berkuasa. Deputi PM Malaysia Ahmad
Badawi mengingatkan bahwa Malaysia sangat potensial menjadi pusat baru
kegiatan terorisme mengingat semakin meningkatnya kegiatan Islam militan di
Malaysia. Pada tanggal 26 Juli 2001, pihak kepolisian Malaysia telah menangkap
2 orang Malaysia dan 13 orang Indonesia dilepas pantai Tawau di negara bagian
Sabah dengan sejumlah senjata M16, 2 pistol dan sejumlah amunisi. Pada awal
Agustus 2001, Pemerintah Malaysia menahan 10 orang anggota Kumpulan
Majelis Mujahidin yang diduga kuat ingin membentuk sebuah negara Islam.
Termasuk didalamnya seorang tokoh muda bernama Nick Adli Nik Abdul Aziz
108
54
yang
ditangkap
pemerintah
dengan
tuduhan
berencana
menggulingkan
109
55
BAB III
KERJASAMA KEAMANAN KAWASAN ASEAN
Bab ini akan membahas mengenai Kerjasama Keamanan Kawasan Asia
Tenggara. Pembahasan akan di perinci dengan membahas prinsip-prinsip
ASEAN, pembentukan komunitas keamanan ASEAN, isu-isu keamanan ASEAN
seperti keamanan tradisional dan non-tradisional, konvensi ASEAN tentang
pemberantasan terorisme serta peran ARF dalam kontra-terorisme.
A. Prinsip-prinsip ASEAN
ASEAN berdiri pada 8 Agustus tahun 1967. Pada awal pembentukannya
ASEAN hanya terdiri dari lima negara: Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura,
dan Filipina. Walaupun masing-masing negara anggota berbeda satu sama lain
dalam hal bahasa, budaya, agama, geografi, etnisitas dan pengalaman sejarah,
hubungan antaranggota secara bertahap menumbuhkan rasa kebersamaan.111
Dengan latar belakang sedemikian beragam dan dorongan kuat untuk membentuk
sebuah pola hubungan internasional baru dan berbeda dengan apa yang terjadi di
masa lalu serta ditengah ancaman komunitas yang semakin kuat di Vietnam, Laos,
dan Kamboja sudah tentu memerlukan upaya luar biasa agar tujuan tersebut dapat
terwujud. Secara teoritis sudah tentu upaya besar semacam ini hanya mungkin bila
negara-negara ASEAN memiliki norma yang akan mengatur interaksi di antara
mereka sendiri sedemikian rupa sehingga tidak lagi muncul ancaman perang di
kalangan negara anggota.
111
56
112
57
113
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kemlu RI, ASEAN Selayang Pandang, h.3.
58
59
Lintas
Negara
lainnya.
Di
bidang
kerjasama
keamanan
Ibid, h.540.
Diniastuti. Masa Depan Kerjasama
Pengembangan ASEAN Regional Forum , h. 376.
118
Keamanan
ASEAN:
Tantangan
bagi
60
Faustinus
Andrea,
Komunitas
Keamanan
ASEAN
dan
http://www.tempointeraktif.com/. Diakses pada 17 Oktober 2011, pukul 22.30.
120
Ibid.
Terorisme.
61
yang
lebih
rendah
dalam
perspektif
keamanan
komprehensif
121
Yasmin Sungkar (ed), 2008, Isu-isu Keamanan Strategis dalam Kawasan ASEAN,
Jakarta: LIPI, h.4.
122
Cipto, 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, h.196.
123
Sungkar (ed), Isu-isu Keamanan Strategis dalam Kawasan ASEAN, h.26.
62
untuk diatasi adalah sengketa perbatasan, baik di darat maupun di laut. Apabila
tantangan keamanan non-tradisional bersifat transnasional pada umumnya
mendorong negara-negara untuk bekerjasama, namun masalah keamanan
tradisional cenderung bersifat zero sum game, yaitu keuntungan bagi satu pihak
dan kerugian bagi pihak lainnya, sehingga musyawarah sulit dicapai.
Bagi para pengusung konsep keamanan tradisional, negara adalah
organisasi politik terpenting yang berkewajiban menyediakan keamanan bagi
seluruh warganya. Sementara itu, para penganut konsep keamanan baru
menyatakan bahwa tingkat keamanan yang begitu tinggi akan sangat bergantung
pada totalitas interaksi antar individu pada tataran global.124 Hal ini dikarenakan
konsep keamanan baru merupakan agenda pokok semua insan manusia di muka
bumi ini dan oleh karenanya dibutuhkan kerjasama erat antar semua individu baik
dalam tataran lokal, nasional maupun global. Dengan kata lain, tercapainya
keamanan tidak hanya bergantung pada negara melainkan akan ditentukan pula
oleh kerjasama internasional secara multilateral yang turut melibatkan aktor non
negara. Bahkan dalam banyak kasus, aktor non-negara memainkan peran yang
sangat vital dalam mengatasi berbagai isu-isu keamanan baru.
Konflik bilateral selalu terjadi di mana pun baik di negara maju maupun
di negara berkembang. Negara-negara anggota ASEAN yang berbatasan dengan
negara lain sudah tentu berharap dengan pembentukan ASEAN konflik
antarnegara akan berakhir. Misalnya saja seperti kasus Sipadan dan Ligitan. Pulau
Sipadan dan Ligitan telah menjadi sumber pertikaian anatara Malaysia dan
Indonesia sejak akhir tahun dekade 60-an. Kasus dibawa ke International Court of
124
63
Justice (ICJ) tahun 1998. 125 Pada tanggal 17 Desember 2002 ICJ memberi hak
kepada Malaysia untuk mengelola Sipadan dan Ligitan semata-mata karena
pemerintah Malaysia dan sebelumnya pemerintah Koloni Inggris, secara terusmenerus telah menguasai dan mengelola kedua pulau tersebut. Klaim Indonesia
yang berdasarkan pada dokumen hukum perjanjian antara pemerintah Kolonial
Belanda dan Inggris mengenai garis batas wilayah masing-masing pada tahun
1891 dianggap oleh Mahkamah Internasional kurang kuat karena Indonesia
selama ini tidak berupaya menguasai dan mengelola Pulau Sipadan dan Ligitan
atau menentang apa yang dilakukan oleh Malaysia di kedua pulau tersebut.126
125
64
: Indonesia
: Singapura
c) Pencucian uang
: Malaysia
d) Penyelundupan senjata
dan Kamboja
e) Penyelundupan Manusia
128
: Filipina
65
f) Kejahatan Laut
: Malaysia
g) Kejahatan ekonomi
: Singapura
: Singapura
wawancara dengan Bpk. Supriyanto Suwito pada Direktorat Kerjasama Keamanan dan
Politik ASEAN. 23 November 2011 pukul 09.00.
66
Ratifikasi
Konvensi
ASEAN,
http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=299019. Diakses pada 13 Maret 2012, pukul 07.15.
132
Perlunya Ratifikasi Konvensi ASEAN Pemberantasan Terorisme,
http://www.tribunnews.com/2012/03/08/perlunya-ratifikasi-konvensi-aseanpemberantasan-terorisme, Diakses pada 13 Maret 2012, pukul 07.15.
133
ASEAN Convention on Counter Terrorism, http://www.aseansec.org/19250.htm.
diakses pada 1 September 2011, pukul 20.00.
67
pemberantasan
terorisme,
perdagangan
obat
terlarang,
dan kejahatan
ekonomi
internasional;
b. Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters (MLAT)
ditandatangani tahun 2006;
c. Agreement of Information Exchange and Establishment of Communication
Procedures ditandatangani tahun 2002, merupakan perjanjian di tingkat
sub regional guna penanganan kejahatan lintas batas melalui pertukaran
informasi;
d. ASEAN Declaration on Joint Action to Counter Terrorism ditandatangani
tahun 2001 dalam penanganan terorisme;
134
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kemlu RI, ASEAN Selayang Pandang, h.31.
ASEAN Selayang Pandang.
www.kemlu.go.id/Documents/ASEAN%20Selayang%20Pandang.doc. Diakses pada 10 Oktober
2011, pukul 22.30.
135
68
136
69
139
C.P.F Luhulima, Masa Depan ASEAN Regional Forum (ARF),dalam buku Bantarto
Bandoro (ed), Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik, Jakarta: Center for Strategic and
International Studies,1996.h.87
140
The ASEAN Regional Forum.
http://www.aseanregionalforum.org/AboutUs/tabid/57/Default.aspx. diakses pada 10
September 2010, pukul 17.12.
70
kejahatan
terorganisir
transnasional,
seperti
pencucian
uang,
141
71
BAB IV
KERJASAMA ASEAN DALAM MENGHADAPI UPAYA
MENGHENTIKAN ALIRAN DANA OPERASIONAL
TERORISME
Bab ini akan membahas mengenai kerjasama ASEAN dalam menghadapi
upaya menghentikan aliran dana operasional terorisme. Pembahasan akan
diperinci dengan membahas reaksi pemerintahan di Asia Tenggara dan kerjasama
masing-masing negara anggota dalam memberantas terorisme dan kerjasama ARF
memberantas pendanaan terorisme.
143
72
73
secara jelas terutama dari mana sumber dana berasal, misalnya sistem hawala
yang dipakai di Timur Tengah, sistem tersebut memungkinkan pihak petransfer
dana untuk tidak memberitahukan secara terbuka identitas diri dengan hanya
memberikan komisi sebesar satu hingga dua persen dan biaya transfer lima belas
persen dari jumlah dana yang akan ditransfer kepada pihak bank.
Dengan adanya tudingan bahwa Al-Qaeda telah memperluas jaringannya
hingga ke kawasan Asia Tenggara, maka ASEAN telah menunjukkan
komitmennya untuk memerangi terorisme global, seperti tertuang dalam berbagai
penyataan, materi pembahasan dalam berbagai kegiatan ASEAN ataupun status
mereka dalam berbagai konvensi internasional.147 Beberapa negara-negara
ASEAN telah menjalin kerja sama dalam penanggulangan terorisme, dalam
bentuk kerja sama bilateral dan/atau trilateral di antara sesama anggota serta
kerjasama multilateral antara anggota ASEAN dengan pihak lain, misalnya
Amerika Serikat atau Australia.
Negara-negara ASEAN telah merumuskan kebijakan nasional untuk
menanggulangi terorisme,148 mulai dari pemberlakuan perundangan seperti UU
Anti-Teror milik Indonesia atau Internal Security Act yang diterapkan oleh
pemerintah Malaysia dan Singapura, membentuk lembaga-lembaga khusus yang
bertanggungjawab untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan anti-teror
ataupun peningkatan kapasitas aparat keamanan dan militer, serta kerjasama
dengan negara-negara maju seperti Amerika Serkat dan Australia. Sebagian besar
telah meratifikasi konvensi internasional yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan antiterorisme.
147
74
149
75
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
Indonesia
Filipina
Konvensi
Brunei
Kamboja
76
150
Ibid.
Anggoro, ASEAN dan Konvensi Regional Penanggulangan Terorisme, h.44-45.
152
Negara-negara penting yang berpotensi jaringan terorisme, yaitu Filipina, Thailand,
Malaysia, Indonesia, Singapura.
151
77
78
156
Buzan, People, Satate and Fear: An Agenda for International Security Studies in the
Post Cold War Era, h.19.
157
Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru. 2002, h. 146.
158
Holsti, International Politics: A framework for Analysis, h. 362-364.
79
yang harus diwaspadai secara bersama dan oleh semua pihak dan menyatukan
pandangan untuk membuat perlawanan atau pemberantasan terhadap kejahatan
transnasional termasuk terorisme.
Kerjasama yang lebih konkret dilakukan ASEAN melalui kesepakatan
yang dilakukan secara bilateral atau trilateral. Misalnya, pengamanan tapal batas
juga tidak terlepas dari perhatian negara-negara anggota ASEAN. Beberapa
kesepakatan di bidang ini telah dicapai dengan tujuan untuk mempersempit ruang
gerak teroris.159 Indonesia dan Malaysia secara bilateral telah mencapai
kesepakatan untuk bekerjasama dalam penjagaan perbatasan kedua negara.
ASEAN menyadari bahwa kawasannya kini telah memasuki sebuah era baru,
yaitu menghadapi salah satu tantangan yang paling sulit yang pernah dihadapi
oleh ASEAN. Pertama, karena terorisme telah menghilangkan banyak korban sipil
dan harta bendanya. Ke dua adalah menjaga citra ASEAN sebagai kawasan yang
damai dan aman dengan keyakinan dunia bahwa Asia Tenggara bukanlah sarang
teroris. Kesepakatan lainnya adalah antara Malaysia dan Thailand yang
memperketat penjagaan perbatasan kedua negara terutama yang berada di sebelah
utara Thailand yang rawan dengan penyelundupan senjata. Pemerintah Malaysia
curiga bahwa persenjataan yang dimiliki oleh kelompok KMM Malaysia didapat
dari Thailand.
Bahkan lebih jauh lagi, Filipina, Malaysia dan Indonesia telah mencapai
kesepakatan dalam perang melawan terorisme, yaitu dengan mengizinkan masingmasing negara untuk mengejar para teroris yang menyebrangi perbatasan darat
dan laut negara-negara itu atas kejahatan yang dilakukan di wilayah negara
159
80
masing-masing. Teroris yang melarikan diri ke salah satu dari ketiga negara itu
dapat ditahan ditempatnya melarikan diri agar ia tidak mengulangi lagi
perbuatannya.160
Persetujuan yang disebut Pertukaran Informasi dan Pembentukan Prosedur
Komunikasi (Agreement on Information Exchange and Establishment of
Communication Procedures) yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 2002 oleh
ketiga Negara tersebut dimaksudkan untuk menerapkan langkah-langkah yang
lebih keras dalam memerangi terorisme. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan pertukaran informasi di antara aparat militer dan hukum.
Persetujuan ini, meskipun hanya ditandatangani tiga negara ASEAN, tetapi
sebenarnya terbuka untuk semua negara anggota ASEAN. 161 Penandatanganan ini
merupakan wujud komitmen tiga negara dalam memerangi terorisme dan
kejahatan transnasional. Bersama negara-negara anggota ARF, ASEAN juga
mencapai kesepakatan untuk menempuh upaya tindakan berskala luas untuk
merusak jaringan dana teroris antara lain dengan membentuk unit intelejen
finansial di setiap negara untuk mengawasi sumber keuangan.
Salah satu Kesepakatan Pertukaran Informasi dan Pembentukan Prosedur
Komunikasi (Agreement on Information Exchange and Establishment of
Communication Procedures) ialah menegaskan komitmen negara pendatang
dalam mencegah penggunaan wilayah negara masing-masing oleh siapapun untuk
kegiatan terorisme, termasuk pengejaran teroris hingga lintas batas, pencucian
uang, penyelundupan, pembajakan di laut dan di pesawat udara, pengerahan sub
elemen subversi, penyelundupan manusia dan obat-obatan terlarang, pelanggaran
160
161
Ibid, h. 148.
Ibid, h. 149-151.
81
Sehingga,
untuk
mengatasinya
tidak
hanya
diperlukan
upaya
162
Faustinus Andrea, Isu Terorisme dan Hubungan ASEAN Jepang, Analisis CSIS,
Tahun XXXI/2002, No.2. h.275.
163
RI-Filipina
Kerja
Sama
Atasi
Terorisme.
http://internasional.kompas.com/read/2011/03/08/15273037/RIFilipina.Kerja.Sama.Atasi.Terorism
e. Diakses pada 22 Maret 2011, pukul 11.00.
82
gathering dan intelijen. Ke dua tidak boleh ada save haven atau tempat berlindung
yang aman bagi teroris, koruptor, dan yang terlibat dalam kejahatan transnasional.
forum
membahas
keamanan
di
kawasan
ASEAN,
untuk
83
secara
sektoral
seperti
masalah
pendanaan
terorisme
164
84
85
antar pejabat, analisis dan operator lapangan yang sesuai dengan Resolusi Dewan
Keamanan PBB.166
Pemerintah melakukan kerjasama dengan tujuan mengurangi beban biaya
serta meningkatkan efisiensi. Alasan dilakukan kerjasama karena adanya ancaman
yang sama atau kesamaan masalah (common threats or problems) serta
mengurangi dampak negatif terhadap pihak lain.167 Dalam rangka penanggulangan
terorisme internasional di kawasan ASEAN, negara anggota ASEAN sudah
seharusnya melakukan kerjasama dalam pencegahan dan penanggulangan
terorisme internasional. Dalam upaya menjaga kestabilan keamanan kawasan
dalam hal ini ancaman terorisme, maka ASEAN telah melakukan berbagai
perjanjian multilateral yang pernah disetujui dan di tandatangani oleh Negaranegara anggota ASEAN antara lain sebagai berikut:
Tabel C. Kerjasama ASEAN dalam Memberantas Terorisme
No
Tanggal
5 November
1
2001
4 Oktober 2001
2
24-26 Maret
2002
17-19 April 2002
7 Mei 2002
166
Tempat
Brunei
Darussalam
Bandar Seri
Begawan, Brunei
Darussalam
Honohulu
Bangkok,
Thailand
Kuala Lumpur
Forum
ASEAN tentang Aksi Bersama untuk melawan
terorisme
Pernyataan ketua ARF atas tindakan teroris 11
September 2001
Lokakarya ARF dalam memberantas pembiayaan
terorisme
Lokakarya ARF pada pencegahan terorisme
Indonesia, Malaysia, Filipina menandatangani
perjanjian pertukaran informasi dan pembentukan
prosedur komunikasi untuk melawan terorisme dan
kejahatan transnasional lainnya
Para pemimpin mengeluarkan deklarasi ASEAN
tentang bekerjasama untuk kontra-terorisme dan
menginstruksikan menteri untuk mengadopsi
langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan
deklarasi telah ditindaklanjuti oleh menteri yang
bertanggung jawab atas kejahatan transnasional
pada pertemuan tingkat menteri khusus ASEAN
Ibid.
KJ.Holsti, International Politics: A framework for Analysis, Seventh edition, h.361.
167
86
30 Juli 2002
1 Agustus 2002
16 Oktober 2002
10
3 November
2002
17-18 Desember
2002
Januari 2003
11
12
Bandar Seri
Begawan, Brunei
Darussalam
Bandar Seri
Begawan, Brunei
Darussalam
Phnom Penh,
Kamboja
Phnom Penh
Bali
21-22 Januari
2003
27-28 Januari
2003
Singapura
15
Darwin, Australia
16
17 Juni 2003
17
5 February 2004
Bali, Indonesia
18
30-31 Maret
2004
Manila
19
2 Juli 2004
Jakarta
20
Juli 2004
21
28 July 2006
22
23
16-19 Oktober
2007
21-22 Februari
2007
13
14
24
Brussel-Belgia
Kuala Lumpur,
Malaysia
Singapura
Busan, Korea
Semarang,
Indonesia
terorisme
Pernyataan ARF pada tindakan terhadap
pembiayaan teroris
ASEAN-Amerika Serikat Bersama untuk
Kerjasama Memerangi Terorisme Internasional
Pernyataan ketua Forum Regional ASEAN (ARF)
pada serangan teroris tragis pemboman di Bali
Deklarasi Terorisme oleh KTT ASEAN ke-8
Kerjasama Memerangi pencucian uang dan
pendanaan terorisme
ASEAN-Uni Eropa Ministerial Meeting (AEMM)
ke-14 (deklarasi untuk memerangi terorisme
internasional)
Lokakarya pembiayaan terorisme
Rapat Menteri ASEAN dan EU ke-14 pada
Deklarasi bersama tentang kerjasama dalam
memerangi terorisme dan laporan wakil ketua
Lokakarya Forum Regional ASEAN pada
pengelolaan konsekuensi dari serangan teroris besar
Pernyataan ASEAN Regional Forum dalam
kerjasama kontra-teroris tindakan pada keamanan
perbatasan.
Pertemuan Menteri Regional Bali dalam Kotraterorisme
CoChairs Summary report of Second ASEAN
Regional Forum Intersessional Meeting on CounterTerrorism and Transnational Crime
Pernyataan tentang keamanan transportasi
memperkuat melawan terorisme
AMM dan PMC ke-37 (ASEAN-Rusia, ASEANAustralia) deklarasi tentang kerjasama dalam
memerangi terorisme internasional
Kerjasama ARF dalam Memerangi Penyalahgunaan
Serangan Cyber dan Teroris Cyber Space
Laporan wakil ketua pada pertemuan ARF ke lima
tentang kontra terorisme dan kejahatan
transnasional
Ringkasan seminar ARF keempat dalam cyber
terorisme
Laporan ringkasan pertemuan keenam ARF dalam
rapat kontra terorisme dan kejahatan transnasional
Sumber: diolah dari berbagai sumber, yaitu: ASEAN Secretariat. ARF Documents Series 19942002, 1994-2004, 2006-2009, Jakarta: ASEAN Secretariat dan Emmers and Sebastian, Terrorism
and Transnational Crime dalam Weatherbee, International Relations in Southeast Asia. (dlm
buku : Dr.Bambang Cipto, MA. Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong terhadap
Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. H. 240)
87
Sejak serangan insiden The World Trade Center, fokus kerjasama ASEAN
di bidang kejahatan transnasional mulai membahas segala sesuatu yang langsung
maupun tidak, terkait terorisme. Konferensi puncak ASEAN ke-7 di Bandar Sri
Begawan pada 2001 menghasilkan ASEAN Declaration on Joint Action to
Counter Terrorism. Sementara, The Special ASEAN Ministerial Meeting on
Terrorism yang diselenggarakan di Kuala Lumpur pada Mei 2002 meluncurkan
program kerja untuk melaksanakan rencana ASEAN (Plan of Action) untuk
memerangi kejahatan transnasional. Program kerja tersebut, termasuk yang
berkaitan dengan terorisme, meliputi; tukar menukar informasi, harmonisasi
undang-undang, pertukaran intelijen, koordinasi penegak hukum, pelatihan dan
pengembangan persetujuan bilateral maupun multilateral, yang diharapkan dapat
memfasilitasi penangkapan, penghukuman dan ekstradisi.168 Pertukaran informasi
tersebut lebih kepada pertukaran informasi pergerakan kelompok teroris,
organsasi teroris, modus operandi teroris, mengenai pelatihan banyak yang
dilakukan, misalnya seperti di Singapura menangani bagaimana mengontrol
persebaran bahan-bahan peledak.169
Menyadari arti penting pendanaan bagi kelompok teroris, maka ARF
mengeluarkan ARF Statement on Measures Against Terrorist Financing pada 30
Juli 2002 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam untuk menghambat segala
aktifitas terorisme.170
adanya kecurigaan bahwa para teroris mendapatkan dana operasinya dari luar
negeri. Kesepakatan ini merupakan hasil pertemuan senior official ARF yang
168
88
171
Ibid, h. 322-323.
89
Peserta ARF akan bekerjasama dengan IMF, Bank Dunia, FATF, FSF dan
Basle Committee of Banking Supervisors (BCBS) dan badan internasional
dan regional yang relevan untuk diterapkan dalam mendorong penerimaan,
implementasi dan pengkajian standar internasional dalam penanganan
penyalahgunaan sistem financial oleh kelompok teroris, peraturan
pendanaan dan pencucian uang. (We will work co-operatively and in
collaboration with the International Monetary Fund (IMF) and World
Bank, FATF and FATF-style bodies, FSF, Basle Committee of Banking
Supervisors (BCBS) and other relevant international and regional bodies
to promote the adoption, implementation and assessment of international
standards or recommendations to combat the abuse of the financial
system, including in respect of terrorist financing, financial regulation and
money laundering).
90
Sebuah unsur penting dari upaya ini adalah pekerjaan dari badan-badan
regional anti pencucian uang. Dengan demikian, para peserta ARF
memanggil pada badan-badan regional untuk bertemu segera dan untuk
memperluas mandat mereka untuk memasukkan pendanaan teroris. (An
important element of this effort is the work of the regional FATF-Style
anti-money laundering bodies accordingly, the ARF participant call on
91
172
Wawancara dengan Bpk. AKP Terima Sembiring, SH. (Kaurkermin DAGRI Densus
88 AT POLRI) pada 5 Desember 2011, pukul 15.00.
173
Wawancara dengan Bpk. Supriyanto Suwito pada Direktorat Kerjasama Keamanan
dan Politik ASEAN. 23 November 2011 pukul 09.00.
92
BAB V
PENUTUP
Skripsi ini telah membahas mengenai bagaimana kerjasama ASEAN
dalam menghentikan aliran dana operasional terorisme internasional di Asia
Tenggara. Dari beberapa pemaparan bab-bab sebelumnya penulis dapat
menyimpulkan beberapa poin, yaitu:
Pertama, Dalam memberantas kejahatan terorisme, ASEAN memberikan
perhatian secara khusus mengenai bagaimana mencari cara untuk memberantas
organisasi terorisme, memberantas dukungan infrastruktur yang menunjang
terorisme seperti pendanaan terorisme, dan diajukan ke pengadilan bagi pelaku
kegiatan terorisme. para pemimpin ASEAN juga sepakat untuk mengembangkan
program dalam rangka peningkatan kemampuan negara anggota ASEAN untuk
melakukan investigasi, deteksi, monitoring, dan pelaporan kegiatan terorisme,
membahas dan menggali ide-ide dan inisiatif yang praktis untuk meningkatkan
peran ASEAN dan keikutsertaan ASEAN bersama masyarakat internasional
termasuk dengan mitra diluar kawasan ASEAN seperti ASEAN+3 (China,
Jepang, dan Republik Korea), dan dengan negara-negara mitra wicara lainnya
(Amaerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru, Rusia, dan India) serta
ASEAN Regional Forum (ARF), agar perang terhadap terorisme benar-benar
merupakan kerjasama pada tingkat bilateral secara komprehensif dan bahwa pada
tingkat internasional, PBB mempunyai tugas utama dam hal pemberantasan
terorisme.
Kerjasama keamanan dan kerjasama internasional sangat penting karena
terorisme internasional di beberapa negara Asia Tenggara merupakan ancaman
93
keamanan bagi seluruh negara di kawasan ASEAN. Oleh sebab itu diadakan
kerjasama untuk memberantas terorisme tersebut untuk menciptakan stabilitas
keamanan nasional juga regional ASEAN.
Kedua, kerjasama pemberantasan terorisme dilakukan dengan membentuk
ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT) yang mulai berlaku aktif 28
Mei 2011 setelah di ratifikasi, ACCT semacam payung hukum untuk
memberantas terorisme di Asia Tenggara, mencakup berbagai program-program
kerjasama termasuk bagaimana menghentikan pembiayaan terorisme. Selain itu
dilakukan kerjasama antar anggota ARF, kerjasama antar anggota ARF karena
ARF merupakan salah satu forum dialog yang di miliki oleh ASEAN yang
memfasilitasi kerjasama negara kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya untuk
membahas masalah terorisme. Bersama negara-negara anggota ARF, ASEAN
juga mencapai kesepakatan untuk menempuh upaya tindakan berskala luas untuk
merusak jaringan dana teroris antara lain dengan membentuk unit intelijen
finansial di setiap negara untuk mengawasi sumber keuangan.
Ketiga, Kerjasama-kerjasama tersebut dilakukan untuk tukar menukar
informasi intelijen, koordinasi penegak hukum, pertukaran informasi pergerakan
kelompok teroris, modus operandi teroris, penyidikan rekening teroris di negara
yang diduga teroris tersebut menyembunyikan uangnya maupun melakukan
pencucian uang, membekukan aset teroris, training/pelatihan menangani
bagaimana mengontrol persebaran bahan-bahan peledak, seperti pelatihan yang
dilakukan di Singapura.
Menurut penulis kerjasama-kerjasama ASEAN tersebut belum efektif,
karena ASEAN sendiri masih mempunyai kelemahan-kelemahan dalam proses
94
DAFTAR PUSTAKA
Abuza, Zachary, 2003, Militant Islam in Southeast Asia, London: Lynne Rienner Publisher:
ASEAN Secretariat, 2002, ARF Documents Series 1994-2002, Jakarta: ASEAN Secretary.
________________, 2004, ARF Documents Series 1994-2004, Jakarta: ASEAN Secretary.
________________, 2009, ARF Documents Series 2006-2009, Jakarta: ASEAN Secretary.
Bandoro (ed), Bantarto, 1996, Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik, Jakarta: Center
for Strategic and International Studies.
Buzan, Barry, 1991, People, Satate and Fear: An Agenda for International Security Studies in
the Post Cold War Era. London : Harvester Wheatsharf.
Cipto, Bambang, 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, John, 1994, Research Design: Qualitative and Quantitative Approach, California:
Sage Publication.
Djelantik, Sukawarsini, 2010, Terorisme: Tinjauan Psiko-politis, Peran Media, Kemiskinan dan
Keamanan Nasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN Deplu, 2003, Kerjasama ASEAN dalam Upaya Nasional
Menuju peran ASEAN untuk memerangi Terorisme melalui Pemberantasan Pencucian
Uang dan Penyelundupan Senjata.Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN Deplu.
Direktorat Kerjasama ASEAN, 2007, ASEAN Selayang Pandang 2007. Jakarta: Departemen
Luar Negeri Republik Indonesia.
Giraldo, Jeanne K. and Harold A.Trinkunas, 2007, Terrorism Financing and States Responses,
California: Standford University Press.
Golose, Petrus Reinhard, 2009, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach dan
Meyentuh Akar Rumput,. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.
Harrison, Lissa, 2007, Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana.
Hendropriyono,A.M, 2009, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi dan Islam, Jakarta:
PT.Kompas Media Nusantara.
Hermawan, Yulius P, 2007, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Holsti, KJ, 1995, International Politics: A framework for Analysis. New Jersey: Prentice Hall,
Seventh edition.
Jemadu, Aleksisu, 2008, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Garaha Ilmu.
Luhulima, C.P.F. dkk, 2008, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moch. Yani, Yayan, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Nainggolan, Poltak Partogi (Ed), 2002, Terorisme dan Tata Dunia Baru. Jakarta: Sekjen DPR
RI.
Purwanto, Wawan, 2007, Terrorisme Undercover, Jakarta: Cipta Bina Mandiri.
, 2010, Membongkar Dana Teroris, Jakarta: Cipta Bina Mandiri.
Rabasa, Angel M, 2003, Political Islam in Southeast Asia: Moderates, Radical, and Terrorists.
New York: Oxford University Press Inc.
Remi Sjahdeni, Sutan, 2007. Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti.
Singh, Daljit, 2009. Terrorism in South and Southeast Asia in the Comim Decade. Singapore :
Institute of Southeast Asian Studies in association with Macmillan.
Samego, Indria, 2001, System Pertahanan-Keamanan Negara: Analisis Potensi dan Problem,
Jakarta: Habibie Center.
Sjahdeni,Sutan Remi, 2007, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti.
Sungkar, Yasmin (ed), 2008, Isu-isu Keamanan Strategis dalam Kawasan ASEAN, Jakarta: LIPI
Yunanto, S, 2003, Gerakan Militan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, Jakarta: Friedrich
Ebert Stiftung.
Jurnal
Andrea, Faustinus, Isu Terorisme dan Hubungan ASEAN Jepang, Analisis CSIS, Tahun
XXXI/2002, No.2.
Anggoro, Kusnanto, ASEAN dan Konvensi Regional Penanggulangan Terorisme. ANALISIS
CSIS Vol.36, No.1
Multimedia
S. Pushpanathan (Asisten Direktur, Sekretariat ASEAN), Upaya ASEAN Untuk
Memerangi Terorisme, http://www.asean.org/15060.htm. Diakses pada 15 Oktober 2011, Pukul.
06.29.
Kerjasama
Politik
Keamanan
ASEAN.
www.kemlu.go.id/.../Kerjasama%20Politik%20Keamanan%20ASEA.. Diakses pada 12 oktober
2011, pukul 10.08.
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/37/183.bpkp, diakses pada 15 Maret 2011. Pukul, 14.30.
International Convention For The Suppression of The Financing of Terrorism.
http://www.un.org/law/cod/finterr.htm. Diakses pada tanggal 27 September 2009, Pukul
20.38
Indonesia,
ASEAN
dan
Isu
Terorisme
Internasional.
Dalam
situs
http://www.balipost.com/balipostcetaK/2002/12/30/o2.htm. Diakses pada 17 Juli 2010,
pukul 13.51.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang
dan
Pencegahan
Pendanaan
Terorisme
Bagi
Bank
Umum,
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=37614cd638a3b268d2de3795
Wawancara
Al Chaidar (seorang pengamat teroris yang juga merupakan mantan DI/TII) pada tanggal 18
Juni 2011, pukul 13.00
J.S.George Lantu (Direktorat Politik dan Keamanan ASEAN Kementrian Luar Negeri RI) pada
tanggal 18 Mei 2011, pukul 13.00
Usep Fathoni (seorang anggota Darul Islam/DI) pada 31 Oktober 2011, pukul 13.00
AKP Terima Sembiring, SH. (Kaurkermin DAGRI Densus 88 AT POLRI) pada 5 Desember
2011, pukul 15.10
Kompol. Wino Sumarno (Kaurmin Bagkouminter Set NCB Interpol Indonesia Div.Hubinter
Polri), 7 November 2011, pukul 10.00.
Supriyanto Suwito (Direktorat Kerjasama Politik dan Keamanan ASEAN) pada 23 November
2011, pukul 09.00
Nuriani Ratu Inten (Asisten Analis Hukum, Direktorat Hukum dan Regulasi, Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan/ PPATK) pada 25 November 2011, pukul 10.00
Johannes O.S Manginsela (Kerjasama Multilateral, Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme/BNPT) pada 5 Desember 2011, pukul 11.30
Farah Monika (Technical Officer, Security Cooperation Division, ASEAN Secretary) pada 6
Desember 2011, pukul 10.00