You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN
Terminologi akut abdomen telah banyak diketahui namun sulit untuk
didefinisikan secara tepat. Tetapi sebagai acuan adalah kelainan nontraumatik yang
timbul mendadak dengan gejala utama di daerah abdomen dan memerlukan tindakan
bedah segera.1
Istilah akut abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah,
misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun di
saluran cerna. Infeksi, obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis.2
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena
setiap kelambatan akan menimbulkan penyulit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya bergantung
pada kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pengetahuan mengenai anatomi dan faal perut beserta isinya
sangat menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu sekian banyak kemungkinan
penyebab nyeri perut akut.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Akut abdomen atau nyeri akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen

yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien
dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen
perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen
yang berlangsung akut harus ditangani segera. Identifikasi awal yang penting adalah
apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah
maka tindakan operasi harus segera dilakukan.3
2.2.

Anatomi dan Fisiologi


Perkembangan

dari

anatomi

rongga

perut

dan

organ-organ

visera

mempengaruhi manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdominal


peritoneum dan persarafan sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi acute
abdominal disease.4
Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi foregut,
midgut, dan hindgut. Arteri mesenterika superior menyuplai dari ke midgut (bagian
keempat duodenum sampai midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esofagus,
lambung, dan proksimal duodenum, sedangkan hindgut terdiri dari kolon distal dan
rektum. Serabut aferen yang menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan
sensoris pada usus dan terkait peritoneum viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal
duodenum (foregut) merangsang serabut aferen celiac axis menghasilkan nyeri
epigastrium. Rangsangan di sekum atau apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen
yang

menyertai

arteri

mesenterika

superior

menyebabkan

rasa

nyeri

di

periumbilikalis, dan penyakit kolon distal menginduksi serabut saraf aferen sekitar
arteri mesenterika inferior menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf

prenikus dan

serabut saraf aferen setinggi C3, C4, dan C5 sesuai dermatom bersama-sama dengan
arteri prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar diafragma.
Rangsangan pada diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu. Peritoneum
parietalis, dinding abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima persarafan
somatik sesuai dengan segmen nerve roots.4

Gambar 1. Inervasi Sensori Organ Viseral


Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitif terhadap
rangsangan. Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan
sensasi yang tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada viseral
mengiritasi pada peritoneum parietal

maka akan timbul nyeri yang terlokalisir.

Banyak "peritoneal signs" yang berguna dalam diagnosis klinis dari acute abdominal
pain. Inervasi dual-sensorik dari kavum abdomen yaitu serabut aferen viseral dan
3

saraf somatik menghasilkan pola nyeri yang khas yang membantu dalam diagnosis.
Misalnya, nyeri pada apendisitis akut nyeri akan muncul pada area periumbilikalis
dan nyeri akan semakin jelas terlokalisir ke kuadran kanan bawah saat peradangan
melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi pada saraf perifer akan menghasilkan
sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan terlokalisir dengan baik. Rangsangan pada saraf
sensorik aferen intraperitoneal pada acute abdominal pain menimbulkan nyeri yang
tumpul (tidak jelas pusat nyerinya), nyeri tidak terlokalisasi dengan baik, dengan
onset gradual/ bertahap dan durasi yang lebih lama. Nervus vagus tidak mengirimkan
impuls nyeri dari usus. Sistem saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri dari esofagus
ke spinal cord. Saraf aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari
diafragma, kapsul lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai
C5. Spinal cord dari T6 sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma
perifer, kantong empedu, pankreas, dan usus halus. Serabut nyeri dari colon,
appendik, dan visera dari pelvis memasuki sistem saraf pusat pada segmen T10
sampai L11. Kolon sigmoid, rektum, pelvic renalis beserta kapsulnya, ureter dan
testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1. Kandung kemih dan kolon
rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4. Pemotongan, robek, hancur,
atau terbakar biasanya tidak menghasilkan nyeri di visera pada abdomen. Namun,
peregangan atau distensi dari peritoneum akan menghasilkan sensasi nyeri.
Peradangan peritoneum akan menghasilkan nyeri viseral, seperti halnya iskemia.
Kanker dapat menyebabkan intraabdominal pain jika mengenai saraf sensorik.
Abdominal pain dapat berupa viseral pain, parietal pain, atau reffered pain. Visceral
pain bersifat tumpul dan kurang terlokalisir dengan baik, biasanya di epigastrium,
regio periumbilikalis atau regio suprapubik. Pasien dengan nyeri viseral mungkin
juga mengalami gejala berkeringat, gelisah, dan mual. Nyeri parietal atau nyeri
somatik yang terkait dengan gangguan intraabdominal akan menyebabkan nyeri yang
lebih inten dan terlokalisir dengan baik. Referred pain merupakan sensasi nyeri
dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang sebenarnya. Misalnya, iritasi pada
diafragma dapat menghasilkan rasa sakit di bahu. Penyakit saluran empedu atau
kantong empedu dapat menghasilkan nyeri bahu.4

Distensi dari small bowel dapat menghasilkan rasa sakit ke bagian punggung
bawah. Selama minggu ke-5 perkembangan janin, usus berkembang diluar rongga
peritoneal, menonjol melalui dasar umbilical cord, dan mengalami rotasi 180
berlawanan dengan arah jarum jam. Selama proses ini, usus tetap berada di luar
rongga peritoneal sampai kira-kira minggu 10, rotasi embryologik menempatkan
organ-oragan visera pada posisi anatomis dewasa, dan pengetahuan tentang proses
rotasi semasa embriologis penting secara klinis untuk evaluasi pasien dengan acute
abdominal pain karena variasi dalam posisi (misalnya, pelvic atau retrocecal
appendix).4
2.3.

Epidemiologi
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat

darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat. Studi lain menunjukkan
bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh nyeri perut.
Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai
contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis,
sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus lebih umum terjadi
pada bayi.5
2.4.

Etiologi
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa berupa kegawatan

bedah atau kegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut,
ileus paralitik, kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh bedah antara lain
peritonitis umum akibat suatu proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari
luar misalnya karena suatu trauma, sedang proses dari dalam misal karena apendisitis
perforasi.3

Gambar 2. Penyebab Tersering Akut Abdomen


Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendicitis, kolik bilier,
kolisistitis, diverticulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang
menyebabkan akut abdomen antara lain : nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia,
infark miokard, ketoasidosis diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid,
caecum atau lambung dan Herpes Zoster. (Tabel 1).3,6
Tabel 1. Penyebab Akut Abdomen
Sering
Appendicitis

Kurang
Kolangitis

Jarang
Nekrosis hepatoma

Kolik bilier

Infark mesenterika

Infark lien

Kolisistitis

Pielonefritis

Pneumonia

Diverticulitis

Torsi kista ovarium, testis,

Infark miokard

Obstruksi usus
Perforasi viskus

omentum
Ruptur kista ovarium,

Pankreatitis

kehamilan ektopik,

Peritonitis

aneurisma aorta

Salpingitis

Prolaps diskus

Adenitis mesenterika

Abses

Ketoasidosis diabetikum
Inflamasi aneurisma
Volvulus sigmoid,
caecum, lambung
Herpes zoster

Kolik renal

Eksaserbasi ulkus
peptikum
Ileitis : Chrons, Yersinia
spp

2.4.1. Obstruksi Usus


Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat,
distensi perut, dan bising usus tinggi. Pada penderita demikian harus diperhatikan
kemungkinan adanya hernia strangulata. Muntah lebih menonjol pada obstruksi
tinggi.2
Volvulus usus halus agak jarang ditemukan; biasanya pada anamnesis
didapatkan nyeri yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai
muntah hebat, dan pada palpasi teraba massa yang nyeri dan bertambah besar.
Biasanya penderita jatuh ke dalam syok. Invaginasi lazim ditemukan pada bayi
dengan serangan nyeri kolik dan defekasi berlendir-darah. Massa yang mudah
digerakkan mulanya ditemukan di kanan lalu berpindah ke kiri melalui epigastrium.2
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang tidak
terlalu hebat. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak
dapat defekasi atau flatus, dan bila penyebabnya volvulus sigmoid, perut dapat besar
sekali, bila pada colok dubur teraba massa di rektum atau terdapat darah dan lendir,
hal itu membantu diagnosis kemungkinan karsinoma rektum.2
2.4.2. Perforasi
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang
mulai di epigastrium dan meluas ke seluruh peritoneum akibat peritonitis
generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam
selama kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang
disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang
merosot.2

2.4.3. Perdarahan
Sebagai akibat trauma abdomen dapat terjadi kerusakan pada organ padat,
seperti ahti dan limpa. Adanya darah dalam rongga perut menyebabkan rangsangan
peritoneum dan nyeri, yang dapat berlanjut menjadi anemia hemoragik dan syok
hemoragik.2
Perdarahan dalam rongga usus, seperti perdarahan pada varises esofagus,
tukak lambung atau duodenum, kolitis ulserativa, dan diverticulitis kolon, dapat
menyebabkan keadaan gawat yang memerlukan operasi segera.2
2.4.4. Inflamasi
Kolitis amuba mungkin tampil sebagai kolitis hebat dengan pengeluaran
lendir dan darah melalui anus, atau mungkin disertai tanda perforasi. Pada kolitis
nekrotikans keadaan umum biasanya cepat merosot. Abses amuba hati ditandai
dengan nyeri setempat, pembesaran hati dengan nyeri tekan, dan nyeri bahu.2
2.4.5. Trauma
Trauma dapat mengakibatkan pecahnya organ perut dengan perdarahan dan
perforasi usus. Oleh karena itu, pemeriksaan pada korban trauma perut harus
dilakukan dengan cermat disertai anamnesis tentang arah trauma.2
2.5.

Nyeri Perut

2.5.1. Jenis Nyeri Perut


Keluhan yang paling menonjol pada akut abdomen adalah nyeri. Nyeri perut
ini dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari berbagai
proses pada berbagai organ di rongga perut atau diluar rongga perut, misalnya di
rongga dada.2
2.5.1.1. Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti

organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan,
atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat
dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau
peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga
menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan
timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan
secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya
untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral.2

Gambar 3. Nyeri dari Organ Viseral


Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum,
sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau
epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus
besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar
umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalah hindgut yaitu pertengahan kolon
transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian
perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak
dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak.

2.5.1.2. Nyeri somatik


Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut.
Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat
dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang
peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan
antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan
inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan
penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga
akan menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
2.5.2. Letak Nyeri Perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal
organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat
dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya. Nyeri
pada anak presekolah sulit ditentukan letaknya karena mereka selalu menunjuk
daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat
menentukan letak nyeri.
2.5.3. Sifat Nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan
nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat
membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke
arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada
bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada diafragma (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

10

2.5.3.1. Nyeri Alih


Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah
pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau
peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri
dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan
karena radang atau trauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat menyebabkan
nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat
kelamin luar seperti labia mayora pada wanita atau testis pada pria.
2.5.3.2. Nyeri Proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom
setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf pada
herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding perut sebelum gejala
tau tanda herpes menjadi jelas.
2.5.3.3. Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan
pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada
peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan
tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk
dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak,
nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering
disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat
berupa nyeri kontinyu atau nyeri kolik.
2.5.3.4. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat

11

pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang
meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
2.5.3.5. Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus,
batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena
hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka
kolik dirasakan hilang timbul.
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan,
penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri
perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
2.5.3.6. Nyeri Iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih
lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang
jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
2.5.3.7. Nyeri Pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada
tahap awal appendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri
viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual. Setelah radang mencapai
diseluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan yang
merupakan nyeri somatik. Nyeri pada saat itu dirasakan tepat pada peritoneum yang
meradang, yaitu perut kuadran kanan bawah. Jika appendiks mengalami nekrosis dan
ganggren nyeri berubah lagi menjadi nyeri yang hebat menetap dan tidak mereda.
Penderita dapat jatuh pada keadaan yang toksis.

12

Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri dari cairan
asam garam empedu masuk ke rongga abdomen sehingga merangsang peritoneum
setempat. Pasien akan merasakan nyeri pada bagian epigastrium. Setelah beberapa
saat cairan duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral kolon
ascendens sampai sekitar caecum. Nyeri akan berkurang karena terjadi pengenceran.
Pasien sering mengeluh nyeri berpindah dari ulu hati pindah ke kanan bawah.proses
ini berbeda dengan yang terjadi pada appendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan
ini, appendisitis akut maupun perforasi duodeum akan mengakibatkan general
peritonitis jika tidak segera ditangani dengan baik.

Gambar 4. Penyebaran Nyeri pada Akut Abdomen


2.5.4. Permulaan Nyeri Dan Intensitas Nyeri
Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan
sumber nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat,
tetapi dapat pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ
berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat
dibandingkan proses inflamasi. Demikian juga intensitas nyerinya. Sesorang yang
sehat dapat pula tiba-tiba langsung merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh
adanya sumbatan, perforasi atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan
oleh proses radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.2

13

2.5.5. Posisi Pasien


Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang
belakang, panggul dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi
sendi panggul dan lutut. Pasien dengan abses hati biasanya berjalan sedikit
membungkuk dengan menekan daerah perut bagian atas seakan-akan menggendong
absesnya. Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum mendorong penderitanya
untuk berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sehingga melemaskan otot psoas
yang teriritasi. Akut abdomen yang menyebabkan diafragma teritasi akan
menyebabkan pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang memudahkan
bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun umum tidak dapat bergerak karena
nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya.2
2.6.

Pemeriksaan
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena

rangsangan visceral, rangsangan somatic dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu
dievaluasi mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang
disampaikan terlokalisir, atau sukar ditentukan lokasinya. Kemudian adanya referred
pain juga membantu untuk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan pada
pemeriksaan fisik seseorang juga menunjukkan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan
biasanya berasal dari nyeri yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat
infeksi yang kontinyu (terus menerus) serta ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya
nyerinya terlokalisasi.3
2.6.1. Anamnesis
Nyeri abdomen yang timbul bisa tiba-tiba atau sudah ebrlangsung lama. Nyeri
yang dirasakan dapat ditentukan lokasinya oleh pasien atau pasien tidak dapat
merasakan nyeri abdomen tersebut berasal dari mana atau bisa saja pasien merasakan
nyeri perut tersebut berasal dari seluruh abdomen. Nyeri akut abdomen cenderung
berlangsung tiba-tiba.3,7

14

Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk peritoneum
visceral (nyeri visceral) atau peritoneum parietal ataud ari otot, lapisan dari dinding
perut (nyeri somatic). Pada saati nyeri dirasakan pertama kalin, nyeri visceral
biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk khas. Nyeri yang berasal
dari organ padat kurang jelas dibandingkan nyeri dari organ yang berongga. Nyeri
yang berasal dari visceral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah
dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan disertai fenomena visceral
motor seperti muntah dan diare. Biasanya pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang
ditimbulkan tersebut.3
Lokasi dan nyeri abdomen bisa mengarah lokasi organyang menjadi penyebab
nyeri tersebut (Tabel 2). Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan
penjalaran dari tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa merupakan
lokasi asal dari yeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.3
Tabel 2. Lokasi Nyeri Abdomen dan Kemungkinan Penyebab Nyeri Tersebut
Lokasi Nyeri Abdomen
Epigastrium

Pankreatitis,

Penyebab Nyeri
ulkus dudodenum,

ulkus

gaster,

kolesistitis, kanker pankreas, hepatitis, obstruksi


intestinal,
subfrenikus,

apendisitis
pneumonia,

(gejala
emboli

awal),

abses

paru,

infark

Hipokondrium kanan

miokard.
Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pankreatitis, abses

Hipokondirum kiri

subfrenikus, pneumonia, emboli paru, nyeri miokard.


Nyeri limpa karena limpoma, infeksi virus. Abses
subfrenikus, ulkus gaster, pneumonia, emboli paru,

Periumbilikalis

nyeri miokard.
Pankreatitis, kanker pankreas, obstruksi intestinal,

Lumbal
Inguinal dan suprapubik

aneurisma aorta, gejala awal apendisitis.


Batu ginjal, pielonefritis, abses perinefrik, ca kolon.
Penyakit di daerah kolon, apendisitis pada inguinalis
kanan, penyakit diverticulosis sisi kiri, salpingitis,
sistitis, kista ovarium, kehamilan ektopik.
15

Tabel 3. Penyebab Akut Abdomen Berdasarkan Sistem Organ


Sistem Organ
Gastrointestinal

Penyakit
Apendisitis, ulkus peptikum perforasi, obstruksi usus,
perforasi usus, iskemia usus, diverticulitis kolon,

diverticulitis Meckel, inflammatory bowel disease.


Hepatobilier, pankreas dan Pankreas akut, kolesistitis akut, kolangitis akut,
lien

hepatitis akut, abses hati, ruptur atau hemoragik,

Urologi
Retroperitoneal
Ginekologi

tumor hepar, ruptur lien.


Batu ureter, pielonefritis
Aneurisma aorta, perdarahan retroperitoneal
Ruptur kista ovarium, torsi ovarium, kehamilan
ektopik

terganggu,

salpingitis

akut,

piosalfing,

endometritis, ruptur uterus.


Selain berdasarkan lokasi, penyebab akut abdomen juga dapat dibagi
berdasarkan sistem organ yang terlibat (Tabel 3).3
Pada akut abdomen selain nyeri abdomen pasien juga dapat mengeluhkan
keluhan lain antara lain mual, muntah, anoreksia, kembung, buang air besar cair atau
susah buang air besar. Anoreksia hampir tejadi pada seluruh penyebab akut abdomen
terutama pada apendisitis akut dan kolesistitis akut. Sedang anoreksia jarang
ditemukan pada akut abdomen akibat kelainan pada urologi atau ginekologi. Pada
awal terjadinya akut abdomen biasanya disertai dengan muntah sebagai akibat
rangsangan refleks dari pusat muntah medularis. Refleks muntah pada awal terjadinya
akut abdomen biasanya tidak progresif. Tetapi jika muntah yang terjadi progresif dan
terus menerus disertai nyeri abdomen yang hebat maka kemungkinan obstruksi usus
harus dipikirkan. Nyeri abdomen yang disertai distensi abdomen akibat gas yang
berlebihan harus dipikirkan kemungkinan ileus atau obstruksi usus.3
Obstipasi akibat adanya gangguan pasase usus disertai tidak adanya flatus dan
distensi abdomen juga harus dipikirkan kemungkinan adanya ileus atau obstruksi
usus. Sedang nyeri abdomen dengan konstipasi tanpa distensi terutama pada orang
tua dipikirkan kemungkinan diverticulitis sebagai penyebab. Sedang adanya buang air
16

besar cair disertai darah pada nyeri abdomen perlu dipikirkan kemungkinan IBD
dengan iskemi mesenterika atau kemungkinan trombosis vena mesenterika.3
2.6.2. Pemeriksaan Fisis
Pasien dengan akut abdomen biasanya diperiksa posisi supine. Inspeksi
abdomen dilakukan dengan teliti, posisi tidur pasien dan apakah pasien tetap
merasakan nyeri pada posisi supine dan berusaha utnuk berada pada posisit ertentu
untuk menghindari nyeri merupakan hal penting untuk menentukan penyebab dari
akut abdomen tersebut. Pasien dengan peritonitis cenderung untuk imobilitas dan
terus merasa kesakitan, perubahan posisi akan merangsang peritoneumnya dan
meningkatkan nyeri abdomennya.3
Palpasi pada pasien dengan akut abdomen harus dilakukan dengan hati-hati.
Palpasi dilakukan dengan hati-hati untuk menentukan lokasi nyeri jika nyeri tersebut
terlokalisir. Melalui palpasi dapat ditentukan adanya nyeri tekan, nyeri lepas dan
adanya massa. Adanya nyeri lepas lebih mengarah kepada suatu peritonitis. Lokasi
nyeri abdomen berhubungan dengan penyebab dari neyri tersebut (Tabel 1). Beberapa
tandas erring digunakan sebagai patokan adanya etiologi dari nyeri abdomen tersebut.
Tanda Murphy berupa nyeri tekan pada perut kanan atas pada saat inspirasi sensitive
untuk kolesistitis akut tetapi pemeriksaan ini tidak spesifik. Nyeri tekan dan neyri
lepas disertai rigiditas pada daerah Mc Burney yaitu pada perut kanan bawah sensitif
untuk suatu apendisitis akut.3
Pada pemeriksaan auskultasi bising usus yang didengar cukup bervariasi
tergantung penyebab dari akut abdomen tersebut. Pada ileus paralitik atau peritonitis
umum bising usus tidak terdengar sedang pada obstruksi usus bising usus akan
meningkat dan kadang kala kita mendengar Metallics sound. Adanya suara bruit
pada saat auskultasi menunjukkan kelainanvaskuler tetapi pada pasien yang kurus
kita bisa mendengar bruit pada daerah epigastrium yang berasal dari aorta
abdominalis.3
Pemeriksaan bagian perut yang sukar dicapai, seperti daerah retroperitoneal,
region subfrenik, dan panggul, dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji

17

tertentu. Dengan uji iliopsoas dapat diperoleh informasi mengenai region


retroperitoneal; dengan uji obturator didapat informasi mengenai kelainan di panggul,
dan dengan perkusi tinju dapat dicapai region subfrenik. Dengan menarik testis kea
rah kaudal, dapat dicapai daerah dasar panggul.2
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan
pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vaginal.2
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di akvum douglas kurang
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada saru sisi menunjukkan
adanya kelainan di daerah panggul, seperti apendisitis, abses atau adneksitis. Colok
dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena
pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus
ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk
kemungkinan kelainan pada alat kelamin dalam perempuan.2
2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Lain
Setelah

anamnesis

dan

pemeriksaan

fisis

yang

teliti,

pemeriksaan

laboratorium yang rutin perlu antara lain pemeriksaand arah perifer dan urin lengkap.
Pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan antara lain amylase, lipase, elektrolit,
gula darah dan ureum rkeatinin. Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan
untuk menentukan adnaya tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus. Selain pada foto
polos abdomen juga dapat ditentukan adnaya kalsifikasi pada pankreas, fraktur tulang
belakang dan adanya batu radiolusen pada kontur ginjal.3
Pemeriksaan

yang

juga

sudah

rutin

dilakukan

yaitu

pemeriksaan

ultrasonografi abdomen (USG abdomen), melalui pemeriksaan ini dapat ditentukan


kelainan pada sistem hepatobilier, traktus urinarius dan traktus ginekologis serta
kemungkinan apendisitis akut.3
Pemeriksaan colon in loop, endoskopi saluran cerna dan CT scan abdomen
dilakukan sesuai dengan indikasi.3
2.7.

Diagnosis

18

Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis akut


abdomen. Sifat, letak, dan perpindahan nyeri merupakan gejala yang penting.
Demikian juga muntah, kelainan defekasi, dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan,
defans muskuler, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda
penting.2
Kadang ditemukan akut abdomen dengan penderita yang langsung kolaps.
Kolaps dapat disebabkan oleh nyeri hebat seperti pada awal kolik empedu, perforasi
tukak peptik, obstruksi usus halus akut, perforasi akut apendiks, kehamilan ektopik
terganggu, dan pankreatitis akut. Dalam keadaan ini selalu harus dipikirkan
kemungkinan perdarahan berlebihan.2
Sifat nyeri, cara timbulnya pada permulaan, dan perjalanan selanjutnya sangat
penting untuk menegakkan diagnosis. Nyeri yang timbul mendadak dan tidak
tertahankan mungkin merupakan kolik ureter, kolik empedu, tanda infark jantung,
tanda perforasi tukak peptic atau ruptur aorta abdominal. Nyeri hebat yang timbul
sekonyong-konyong kemudia semakin hebat dapat disebabkan oleh pankreatitis akut,
trombosis v.mesenterika, atau kehamilan ektopik yang pecah.2
Nyeri mirip kolik, yang makin hebat dengan jeda antar serangan, selain
disebabkan oleh kolik ureter dan kolik saluran empedu, mungkin disebabkan oleh
pankreatitis (jarang), obstruksi usus halus, dan kolitis.2
2.8.

Tatalaksana
Dengan semakin canggihnya pemeriksaan baik pemeriksaan radiologi dan

endoskopi, tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas selain terapi
farmakologi dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi radiologi intervensi serta
terapi melalui laparoskopi merupakan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien
dengan akut abdomen. Beberapa keadaan akut abdomen dimana tindakan operasi
bukan merupakan pilihan utama adalah pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah
terapi antibiotik yang adekuat drainage bilier melalui endoskopi harus dilakukan.3

19

Keadaan dimana pendekatan radiologi menajdi pilihan pertama yaitu pada


abses hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan
bersamaan dengan terapi antibiotik.3
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah
menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan
tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan segera kapan kasus
tersebut harus dilakukan tindakan bedah.3
2.8.1. Pertimbangan Tindak Bedah
Keputusan untuk melakukan tindak bedah pada akut abdomen sangat
bergantung pada diagnosis. Jika sulit ditentukan apakah diperlukan operasi atau tidak,
sebaiknya si sakit dipantau dengan saksama dan berulang-ulang diperiksa kembali.2
Sementara itu, saluran cerna diistirahatkan dengan memuasakan pasien,
dekompresi lambung dengan pemasangan pipa lambung, dan pemberian infus.
Hampir semua kelainan akut abdomen memerlukan pembedahan untuk mengatasi
penyebabnya. Beberapa keadaan seperti kolesistitis akut, pankreatitis akut, atau
radang panggul pada tahap tertentu dapat ditanggulangi tanpa pembedahan.2
Tanda dan hasil pemeriksaan yang sangat menyokong untuk mengusulkan
pembedahan dirangkum pada Tabel 4. Terdapatnya defans muskuler, terutama jika
defans meluas, disertai tanda rangsangan peritoneum lain, nyeri tekan perut yang
meluas atau kembung perut yang tegang yang berambah besar, merupakan tanda akut
abdomen yang progresif.2
Pasien dengan perdarahan yang menyebabkan syok dan tidak dapat
ditanggulangi secara konservatif, jelas harus dioperasi. Penderita dengan sindrom
sepsis atau tanda strangulasi juga memerlukan laparotomi segera.2
Jika ditemukan pneumoperitoneum pada pemeriksaan rontgen biasanya ada
perforasi saluran cerna yang harus dibedah untuk menutup perforasi itu. Begitupun
bila ada ekstravasasi bahan kontras. Demikian pula distensi usus yang progresif dan
adanya tumor disertai panas tinggi sering harus dioperasi.2

20

Jika ditemukan tanda perforasi saluran cerna pada pemeriksaan endoskopi,


perlu dikerjakan laparotomi. Hal yang sama berlaku jika didaptkan darah segar,
empedu, nanah, isi usus atau urin pada pemeriksaan parasentesis atau laparoskopi.2
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Yang Memerlukan Pertimbangan Laparotomi
Eksplorasi Pada Pasien Akut Abdomen
Pemeriksaan fisik :
-

Defans muskuler, khususnya jika meluas


Nyeri tekan, terutama jika meluas
Mengemabngnya (distensi) perut, terutama jika ketegangan meningkat
Massa yang nyeri, khususnya jika disertai suhu tinggi atau hipotensi
Tanda yang meragukan disertai dengan :
Tanda perdarahan, seperti
Syok (dengan asidosis)
Anemia progresif
Tanda sepsis, seperti
Panas tinggi
Leukositosis
Perubahan mental (takut, gelisah, atau somnolen)
Tanda iskemia oleh gangguan vaskular atau strangulasi :
Tanda intoksikasi
Suhu badan meningkat
Takikardia
Leukositosis
Penderita memburuk sewaktu ditangani

Pemeriksaan radiologik :
-

Pneumoperitoneum
Distensi usus hebat yang bertambah
Ekstravasasi bahan kontras
Tumor diserta suhu tinggi
Oklusi vena atau arteri mesenterika

Pemeriksaan endoskopi
-

Perforasi saluran cerna


Perdarahan saluran cerna yang tidak teratasi

Hasil parasentesis atau laparoskopi


21

Darah segar, empedu, nanah, isi usus, atau urin

BAB III
KESIMPULAN
Akut abdomen atau nyeri akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen
yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien
dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen
perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen
yang berlangsung akut harus ditangani segera. Identifikasi awal yang penting adalah
apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah
maka tindakan operasi harus segera dilakukan.

22

Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa berupa kegawatan


bedah atau kegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut,
ileus paralitik, kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh bedah antara lain
peritonitis umum akibat suatu proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari
luar misalnya karena suatu trauma, sedang proses dari dalam misal karena apendisitis
perforasi.
Keputusan untuk melakukan tindak bedah pada akut abdomen sangat
bergantung pada diagnosis. Terdapatnya defans muskuler, terutama jika defans
meluas, disertai tanda rangsangan peritoneum lain, nyeri tekan perut yang meluas
atau kembung perut yang tegang yang berambah besar, merupakan tanda akut
abdomen yang progresif.

DAFTAR RUJUKAN
1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama, Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. Jakarta
3. Sudoyo A.W., Setiyohadi B, Ahwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
4. Sudarthana K. Akut Abdomen. Divisi B.Digestive Lab/ SMF Bedah RSUP
Sanglah Denpasar. 2012.

23

5. Barclay L. Evaluation of Acute Abdominal Pain Reviewed. CME/CE Released :


04/18/2008;

Valid

for

credit

through

04/18/2009.

http://www.medscape.org/viewarticle/573206
6. Wright Michelle. Acute abdominal pain. Updated : 20 th August 2014 [accessed :
10th February 2015]. Available from : http://www.patient.co.uk/doctor/acuteabdomen
7. BMJ Best Practice. Assessment of acute abdomen. Updated : 06 th August 2014
[accessed : 10th February 2015]. Available from : http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/503.html

24

You might also like