Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Pada kasus kasus yang memerlukan otopsi dan pemeriksaan histo-patologi sering didapatkan
jaringan sampel yang tersisa dan disimpan dalam larutan formalin yang mungkin dapat dipakai sebagai
bahan pemeriksaan DNA. Paparan formalin secara ekstrim merugikan karena DNA crosslink
menghambat denaturasi pada PCR. pH larutan formalin yang semakin turun karena terbentuknya asam
formiat, menyebabkan bertambahnya AP Site yang berakhir dengan fragmentasi DNA.
Dilakukan penelitian eksperimental laboratoris analitik untuk menganalisis pengaruh paparan
larutan formalin pada 19 sampel DNA muskulus psoas mayor jenazah Mr X pada lokus CSF1PO,
D5S818, D13S317, D21S11, dengan rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group
design.
Penelitian ini membuktikan pengaruh formalin pada kadar DNA paska ekstraksi, tidak dapat
membuktikan pengaruh prosentase kadar larutan formalin. DNA muskulus psoas mayor terpapar formalin
paska ekstraksi memiliki kadar yang masih memungkinkan untuk dilakukan PCR.
Terdapat pengaruh pada visualisasi DNA hasil PCR, Pemeriksaan metode P C R lokus D13S317
dan D21S11 dengan mini primer dilanjutkan dengan elektroforesis masih dapat memperlihatkan pita
DNA yang bisa dianalisis. Pemeriksaan metode P C R lokus CSF1PO dengan primer standar dan lokus
D3S818 dengan mini primer dilanjutkan dengan elektroforesis tidak dapat memperlihatkan pita DNA
yang bisa dianalisis.
Kata kunci: Formalin, DNA, PCR, Lokus CSF1PO, D5S818, D13S317, D21S11
Pendahuluan
Identifikasi adalah pengenalan individu
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang
membedakannya dari individu lain, mencakup
korban hidup dan korban mati. Dikenal variabel
identifikasi yaitu primer: sidik jari, rekam medis
gigi, DNA, sekunder: data medis dan properti.
Pada suatu operasi DVI, pengambilan
sampel untuk pemeriksaan DNA menjadi
prosedur tetap, bisaanya sampel yang diambil
adalah tulang kosta, gigi, atau tulang panjang lain
dengan alasan bisa disimpan dalam waktu yang
lama dengan pengawetan yang sederhana (cukup
dikeringkan).
Dipikirkan pengambilan sampel jaringan
lunak yang relatif mudah diambil dan lebih tidak
terlihat cacat pada jenazah paska otopsi.
Jaringan lunak yang mudah membusuk
menjadi kendala tersendiri, karena itu jaringan
lunak tersebut harus diawetkan. Media untuk
mengawetkan jenazah yang lazim hingga saat ini
adalah larutan formalin. Pada kasus kasus yang
memerlukan otopsi dan pemeriksaan histopatologi sering didapatkan jaringan sampel yang
tersisa dan disimpan dalam larutan formalin.
Paparan formalin yang menginduksi
terjadinya DNA crosslink memang secara efektif
melindungi morfologi struktur dari sel, tetapi
secara ekstrim merugikan karena DNA crosslink
menghambat denaturasi pada PCR. Sebagai
tambahan, pH larutan formalin yang semakin
turun seiring waktu karena terbentuknya asam
formiat, menyebabkan bertambahnya AP Site
yang berakhir dengan fragmentasi DNA. (Evans,
2007)
Beberapa penelitian dilakukan untuk
mencari metode ekstraksi DNA dari sampel yang
terpapar formalin, bahkan pada sampel blok
sediaan histopatologi. (Schild, 2007), (Tang,
2006), (Viloria, 2005), (Vincek, 2003). Sejauh ini
pengaruh paparan larutan formalin secara
prosentase terhadap struktur DNA jaringan lunak
belum banyak diketahui.
3 4
Deteksi
Keterangan
M: Marker
1 : lokus CSF1PO, kontrol
2 : lokus CSF1PO, formalin 2%
3 : lokus CSF1PO, formalin 35%
4 : lokus D21S11, kontrol
5 : lokus D21S11, formalin 2%
6 : lokus D21S11, formalin 35%
Kontrol
0,419
0,278
Kadar DNA
(g/ml)
260 X 70 X
50
1466,5
2
3
4
5
2%
4%
6%
8%
0,029
0,051
0,042
0,060
0,028
0,050
0,040
0,056
101,5
178,5
147
210
1,03571
1,02000
1,05000
1,07142
6
7
8
9
10%
12%
14%
16%
0,029
0,064
0,046
0,076
0,028
0,059
0,043
0,069
101,5
224
161
266
1,03571
1,08474
1,06976
1,10144
10
11
12
13
18%
20%
22%
24%
0,032
0,052
0,050
0,043
0,031
0,049
0,046
0,042
112
182
175
150
1,03225
1,06122
1,08695
1,02380
14
15
16
17
26%
28%
30%
32%
0,029
0,030
0,061
0,024
0,028
0,027
0,053
0,023
101,5
105
56
84
1,0357142
1,11111
1,15094
1,04347
18
19
34%
35%
0,069
0,061
0,064
0,056
241,5
213,5
1,07812
1,08928
No
Sampel
Kadar
Formalin
260
280
Kemurnian
DNA
260 / 280
1,50359
+ +
3
Keterangan
M: Marker
1 : lokus D13S317, kontrol
2 : lokus D13S317, formalin 2%
3 : lokus D13S317, formalin
35%
Deteksi
Keterangan
M: Marker
1 : lokus D5S818, kontrol
2 : lokus D5S818, formalin 2%
3 : lokus D5S818, formalin 35%
Keterangan
M: Marker
1 : lokus D13S317, kontrol
2 : lokus D13S317, formalin 2%
3 : lokus D13S317, formalin
Deteksi -
Deteksi
10
11