You are on page 1of 4

PEDOMAN PRAKTEK KLINIS KANADA UNTUK RINOSINUSITIS

AKUT DAN KRONIK

Abstrak
Dokumen ini memberikan informasi kepada praktisi kesehatan mengenai pengelolaan
rinosinusitis akut dan kronik untuk memenuhi kebutuhan pasien. Panduan ini menggambarkan
kontroversi dalam manajemen rinosinusitis bakterial akut dan termasuk rekomendasi yang
membawa perubahan dalam segi pandang bakteriologi. Belakangan ini panduan rinosinusitis
bakterial akut sudah dirilis oleh kelompok America dan Eropa sama seperti pada tahun 2007,
tetapi pedoman ini lebih terbatas pada pembahasan rinosinnusitis kronik. Kemajuan dalam
memahami patofisiologi rinosinusitis kronik seiring denga pendekata terapi yang tepat telah
mmemberikan hasil yang memuskan untuu psien dengan rinosinusitis kronik. Saat ini
rinosinusitis kronik merupakan penyakit primer globalyang dihadapkan oleh tenaga meissetiap
harinya. Walaupun awalnya rinosinusitis kronik dianggap infeksi kronis, saat ini rinosinusitis
kronik yang memiliki komponen yang berbeda yang berpengaruh terhadap terapi nya.
Pendahuluan
Sinusitis addalah peradangan pada sinus, sementara rhinitis adalah peradangan pada
mukosa membran hidung. Sedangkan rinosinusitis mengacu pada radang rongga hidung dan
sinus. Dimana peradangan disebabkan oleh infeksi bakteri, hal itu disebut rinosinusitis bakteri.
Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering terjadi, dengan dampak yang signifikan terhadap
kualitas pelayanan kehidupan dan kesehatan, dan dampak penurunan produktivitas ekonomi.
Diperkirakan bahwa sekitar 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika Serikat setiap tahunnya terapi
untuk rhinosinusitis. Sebuah penelitian terbaru di Kanada dijelaskan dampak rinosinusitis
(Rinosinusitis Kronik) dari pasien dan kesehatan pemanfaatan. Pasien dengan Rinosinusitis
Kronik memiliki status kesehatan yang mirip dengan pasien dengan arthritis, kanker, asma, dan
penyakit inflamasi usus. Dibandingkan dengan orang-orang tanpa Rinosinusitis Kronik, mereka
yang Rinosinusitis Kronik melaporkan lagi menghabiskan terbaring di tempat tidur dan lebih
banyak kunjungan untuk dokter keluarga, penyedia layanan kesehatan alternatif, dan psikiater.
Angka kejadian rinosinusitis di kanada tidak dapat dipasikan mengingat pasien jarang
mengunjungi tenaga medis. Di Amerika angka kejadian rinosinusitis ditemkan 12.9 juta dari 26
juta penduduk yang terinfeksi. Angka kejadian rinosinusitis bakterial akut yang tinggi ini
disebabkan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas. Survey di Kanada melaporkan
prevalensi rinosinusitis menjadi 5%. Prevalensinya lebih besar pada perempuan dibandingkan
laki-laki. Rinosinusitis dipengaruhi oleh rokok, pendapatan rendah, riwayat alergi, asma atau
pennyakit paru obstruktif kronik.

Dana yang didapatkan berasal dari 5 pabrik farmasi, dengan masing-masing memberikan
kontribusi sama untuk proyek ini. Agar meminimalkan munculnya konflik, semua dana diberikan
melalui Canadian Society of Otolaryngology-Head and Neck Bedah (CSO-HNS). Istilah yang
digunakan menurut Inggris Medline antara lain rinosinusitis bakteri akut (ABRs), rinosinusitis
kronis (CRS), dan poliposis hidung.

Rinosinusitis Bakterial Akut


Definisi
Flu biasanya disebabkan oleh rhinovirus dan puncak gejala biasanya mencapai 3 hari. Lalu virus
ini juga dapat mengaktifkan proses inflamasi yang dapat menyebabkan bronkitis, faringitis dan
rinosinusitis. Dengan demikian, istilah rinosinusitis telah digunakan untuk membedakan fenotip
dari flu yang biasanya berhubungan dengan sinusitis. Meskipun frekuensi flu hanya 0,5-2%, flu
ini dapat berkembang menjadi rinosinusitis bakterial akut. Rinosinusitis bakterial akut adalah
infeksi sinus paranasal yang disebabkan oleh bakteri, dengan gejala infeksi sinus yang tiba-tiba.
Setiap episode biasanya berlangsung kurang dari 4 minggu. Dalam waktu 4 minggu ini, gejala
dapat sembuh sendiri ataupun dengan pengobatan yang tepat. Dalam 1 tahun mungkin terjadi 3
episode dan terjadi penyembuhan diantara episodenya. Rinosinusitis bakterial akut biasanya
terjadi akibat infeksi virus saluran pernapasan atas, oleh karena itu sulit membedakannya dengan
infeksi virus. Rinosinusitis bakterial akut berulang terjadi lebih dari 4 episode per tahun. Gejala
rinosinusitis bakterial akut diklasifikasikan menjadi gejala minor dan mayor (Tabel 2).
Diagnosis
Meskipun aspirasi sinus dianggap sebagai standar diagnosis, prosedur ini tidak
direkomendasikan sebagai perawatan kesehatan pertama. Klinisi harus mengetahui riwayat
penyakit sebelumnya dan pemeriksaan fisik untuk evaluasi dini dari rinosinusitis. Rinosinusitis
dapat didiagnosa berdasarkan gejala yang menetap dan gejala yang memburuk (Tabel 3).
Beberapa kriteria diagnostik telah dikembangkan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis.
Pusat untuk pengendalian dan pencegahan penyakit merekomendasikan diagnosis rinosinusitis
bakterial akut untuk pasien dengan gejala:

Gejala berlangsung kurang lebih 7 hari


Sekret purulen pada nasal
Salah satu dari berikut:
o Nyeri pada maksila
o Nyeri tekan pada wajah (khususnya unilateral)
o Nyeri tekan pada gigi (khususnya unilateral)

Tabel 2. Gejala Rinosinusitis Bakterial Akut


Mayor
Nyeri pada wajah
Obstruksi Nasal
Sekret Purulen /cairan nasal tidak berwarna
Hiposmia/anosmia

Minor
Sakit Kepala
Halitosis
Kelelahan
Nyeri pada gigi
Batuk
Nyeri pada telinga

Komplikasi yang paling ditakutkan dari rinosinusitis akut ataupun kronis adalah komplikasi
orbital dan intracranial. Sebelum pemberian antibotik, 20% pasien dengan selulitis orbita
mengalami kebutaan dan 17% mgalami kematian. Dansaat ini komplikasi dapat menyababkan
kebutaan permanen atau kematin bila tidak diatasi dengat tepat dan cepat.
Sellitis periorbital dan orbital merupakan komplikasi ddariABRs yang
disebabkan oleh penyakit etmoid akut dan atau penyakit frontal. Dalam hasil
CT scan slulitis perorital terliht sebagai pembengkakan jaringan lunak yang
bermanifestasi menjad nyeri orbital, edema, erta demam tinggi. Jika tidak
ditangani ngan cepat, kemungkinan akan meluas ke luar orbital septum.
Peradagan postsptum melibatkan perubahan orbital dengan adanya
proptosis, pembatasan gerak mata, rasa sakit dan nyeri, pembengkakan
pada konjungtiva. Abses subperioteal atau abses pada orbital dapat
menyebaban oftalmopleia dan berkurangnya penglihatan. Hasil CT scan
menggambarkan adaynya abses dan bedah bedah eksplorasi dan drainasi
dilakukn bila tidak ada perbaikan klinis setelah 24-48 jam pemberian
antibiotik scara intravena . kebutaan dapat terjadi aakibat adaya oklusi arteri
retina sentral, neuritis, ulserasi kornea, dan panophtalmitis.
Adanya perubahan status mentalis dan tanda-tanda non spesifik ditandai
adanya demam tinggi, migraine retroorital atau frontal, dan adanya tandatanda uumum dari iritasi meningeal dianjrkan untuk konsultasi ke THT dan
dilakukan CTscan engan kontras. Infeksi dapat mnyebar dari sinus ke struktur
intracranial. Kommplikasi intracranial dapat mengenai osteomyelitis pada
tulng frontal, meningitis, empiea subdural, abes paa epidural, sbes otak, dan
thrombosis sinus kaverosus. Tingkat kematian ntuk komlikasi intracranial
meningkat dari 20% menjadi 60%. Utuk pengobatan jangka panjang,dapat
dilakukan pemberian antibiotic dosis tinggi secara intravena diikuti dengan
drainase secara edoskopi atau kraniotomi dan untuk pengobatan yang
berhasil dapat dilakukan drinase bedah.

Karena sifat dari komplikasi ini, pasien dengan dugaan komplikasi ABRS harus segera dirujuk
ke otolaryngologist dengan konsultasi yang sesuai dari layanan lain , termasuk oftalmologi ,
bedah saraf , dan penyakit infeksi.
Etiologi bakteri ABRS telah didefinisikan dengan baik oleh berbagai penelitian.

Punksi sinus dan aspirasi tetap merupakan standar untuk menentukan etiologi ABRS,
tetapi jarang dilakukan karena sifat invasifnya
Kultur hidung tidak memberikan nilai diagnostic
ABRS dapat dibedakan dari infeksi virus oleh aspirasi sinus yang menunjukan adanya
>104 koloni unit pembentuk bakteri/mL atau jika sel polimorfonuklear dalam cairan sinus
>5000 sel/mL
Jumlah bakteri yang rendah menandakan tahap awal dari infeksi

ABRS adalah infeksi pada sinus paranasal yang ditandai dengan:

Gejala yang tiba-tiba dari infeksi sinus


Durasi gejala >7 hari
Lama episode <4 minggu

Gejala Mayor:

Nyeri pada bagian wajah


Obstruksi Nasal
Cairan nasal yang tidak berwarna
Hiposmia/anosmia

Diagnosis memerlukan >2 gejala mayor, salah satu yang harus ada adalah nyeri pada wajah atau
obstruksi dan durasi >7 hari tanpa perbaikan. Diagnosis juga didasari oleh pemeriksaan fisik dan
riwayat penyakit dahulu:

Aspirasi sinus dan kultur hidung tidak dianjurkan


Radiologi tidak dianjurkan untuk ABRS yang tidak berkomplikasi
Toksisitas sistemik
Perubahan status mental
Sakit kepala berat
Pembengkakan orbital atau perubahan ketajaman visual

Dalam hampir setiap studi, S.pneumoniae dan H influenza merupakan 2 patogen yang paling
dominan dari sinus maksila, biasanya >50%. Antara tahun 1975-1989 Gwaltney et al
menunjukan bahwa pathogen yang paling umum pada ABRS adalah S pneumoniae (41%) dan H
influenza (35%).

You might also like