You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Atonia Uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post
partum dini (50%). Dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi
karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memfaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. Batasan atonia
uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

1.2

Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep atonia uteri.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami konsep Atonia Uteri.
2. Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan kepada pasien
Atonia uteri.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Atonia Uteri


Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir). (Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan
postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena
penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat ( Manuaba &
APN).
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Atonia Uteri adalah keadaan
lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir. (Apri, 2009)
Berdasarkan data di atas dapat kami simpulkan bahwa
Atonia Uteri adalah suatu keadaan dimana miometrium tidak berkontraksi
dalam kurun waktu 15 menit setelah kelahiran plasenta hingga
menyebabkan perdarahan terus menerus karena uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta.
2.2 Anatomi Fisiologi
a. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang
terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus

normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
dan berbentuk

segitiga,

dan

seviks

uteri

yang

berbentuk

silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup


peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung
dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara
6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan
yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
b. Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus,
merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan

pembuluh darah

limfe dan urat saraf, meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
1. Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kapmelengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.

2. Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan


ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan.
3. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalah
ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum
infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
c. Ligamentum latum
Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul, ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar
dan mengandung pembuluh darah limfe dan ureter, ligamentum latum
seolah-olah tergantung pada tuba fallopi, terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat, fungsi ligamentum latum yakni untuk menahan uterus
dalam posisi antefleksi
d. Ligamentum infundibulo pelvikum
Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul,
menggantung uterus ke dinding panggul, antara tuba fallopi dan
ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
e. Ligamentum kardinale machenrod
Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul,
menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri, tempat masuknya
pembuluh darah menuju uterus
f. Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os
sacrum
g. Ligamentum vesika uterinum
4

Dari uterus menuju ke kandung kemih, merupakan jaringan ikat yang


agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil
dan persalinan
h. Pembuluh darah uterus
Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding
lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar
endometrium membentuk arteri spinalis uteri. Pada bagian atas ada
arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium
melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
i. Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf
simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser
yang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.
2.3 Etiologi
Overdistensi uterus,baik absolut maupuun relatif, merupakan faktor
resiko mayor terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat disebabkan
oleh

kehamilan

ganda,

janin

makrosomia,

polihidramnion

atau

abnormalitas janin (misal hidrosefalus berat), kelainan struktur uterus atau


kegagalan untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah
di uterus baik sebelum maupun plasenta lahir. Lemahnya kontraksi
moimetrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan dengan tenaga besar, terutama biila mendapatkan stimmulasi.
Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari iinhibisi kontraksi
yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen anestesi terhalogenisasi,
nitrat, obat-obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta
simpatomimetik dan nifedipin.
Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri
(korioamnionitis,

endomiometritis,

septikemia),

hipoksia

akibat

hipoperfusi atau uterus couvelaire pada abruptio plasenta dan hipotermia


akibat resusitasi masif.

Data terbaru menyebutkan bahwa grandemultiparitas bukan


merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya perdarahan
postpartum.(Buku Ajar Obstetri, 2010).

Faktor penyebab terjadinya atonia uteri adalah :


1. Faktor umum
a. Umur : Umur yang terlalu muda atau tua
b. Paritas : Sering dijumpai para multipara dan grandemultipara
c. Partus lama dan partus terlantar
d. Obstein operatif dan narkosa
e. Uterus yang terlalu meregang dan besar, misalnya pada gemeli,
hidramnion, atau janin besar
f. Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus cauvelair pada

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

solusio plasenta, uterus bikornis, bekas operasi.


g. Faktor sosio ekonomi, yaitu mamumsi
Sisa plasenta dan selaput ketuban
Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, famiks dan rahim.
Penyakit darah
Perdarahan yang banyak
Solusio plasenta
Kematian janin yang lama dalam kandungan
Pre-eklamsi dan eklamsi
Infeksi, hepatitis dan septik syo

2.4 Patofisiologi
Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk
berkontraksi secara memadai setelah kelahiran. Pada banyak kasus,
perdarahan postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum kelahiran.
Contoh-contoh ketika trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum
anatara lain kelahiran janin besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi
forseps, setiap manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam
setelah seksio sesarea (VBAC) atau insisi uterus lainnya. Atonia uteri yang
menyebabkan perdarahan dapat diperkirakan apabila digunakan zat-zat
anestetik berhalogen dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan relaksasi
uterus (Gilstrap dkk, 1987).

Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar


mengalami hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan
janin besar, janin multipel, atau hidramnion rentan terhadap perdarahan
akibat atonia uteri. Kehilangan darah pada persalinan kembar, sebagai
contoh, rata-rata hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih banyak
(pritchard, 1965). Wanita yang persalinannya ditandai dengan his yang
terlalu kuat atau tidak efektif juga dengan kemuungkinan mengalami
perdarahan berlebihan akibat atonia uteri setelah melahirkan.
Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan
oksitosin lebih rentan mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum.
Wanita dengan paritas tinggi mungkin berisiko besar mengalami atonia
uteri. Fucs dkk. (1985) melaporkan hasil akhir pada hampir 5800 wanita
para 7 atau lebih. Mereka melaporkan bahwa insiden perdarahan
postpartum sebesar 2,7 persen pada para wanita ini meningkat empat kali
lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum. Babinszki dkk. (1999)
melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada wanita
dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau
lebih.
Risiko lain adalah wanita yang bersangkutan perbah mengalami
perdarahan postpartum. Akhirnya, kesalahan penatalaksanaan persalinan
kala tiga berupa upaya untuk mempercepat pelahiran plasenta selain dari
pada mengeluarkannya secara manual. Pemijatan dan penekanan secara
terus menerus terhadap uterus yang sudah berkontraksi dapat mengganggu
mekanisme fisiologis pelepasan plasenta sehingga pemisahan plasenta
tidak sempurna dan pengeluaran darah meningkat.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
3. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan
darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai

gumpalan, hal ini terjadi karena trombokplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembeku darah.
4. Konsistensi Rahim Lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting atau khas atonia dan yang
membedakan dengan penyebab perdarahan yang lain
5. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
menggumpal.
Terdapat tanda-tanda shock diantaranya;
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. Napas cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2. Jumlah darah lengkap
Menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah
putih (SDP) (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht
saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak
hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3. Kultur uterus dan vagina
Mengesampingkan infeksi pasca partum
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi
Peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin
memanjang pada KID
6. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
2.7

Penatalaksanaan
1. Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri.
2. Masase uterus, berikan oksitosin dan ergometrin intravena, bila ada
perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin dilanjutkan perinfus.

3. Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian


dipasang tampon uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil,
dipertahankan selama 24 jam.
4. Kompresi bimanual eksternal, menekan uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan
yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila
perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus
dapat kembali berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan kompresi
bimanual internal.
5. Kompresi bimanual internal, uterus ditekan diantara telapak tangan
pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit
pembuluh darah didalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme
kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini
bla perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali. Apabia perdarahan tetap terjadi, coba kompresi
aorta abdominalis.
6. Kompresi aorta abdominalis, raba arteri femoralis dengan ujung jari
tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan
kemuadian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu
badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat
akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis.
Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.
7. Dalam keadaan uterus tidak respon terhadap oksitosin/ergometrin, bisa
dicoba prostaglandin F2a (250 mg) secara intramuskular atau langsung
pada miometrium (transabdominal). Bila perlu pemberiannya dapat
diulang dalam 5 menit dan tiap 2 atau 3 jam sesudahnya.
8. Laparotomi dilakukan bila uterus tapi lembek dan perdarahan yang
terjadi tetap>200 ml/jam. Tujuan laparotomi adalah meligasi arteri
uterina atau hipogastrik (khusus untuk penderita yang belum punya
anak atau muda sekali).
9. Bila tidak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.
Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam
merencanakan tindakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan.
Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan
objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi:
a. Anamnesa
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record

dan lain lain.

2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi
sisa plasenta.
b) Riwayat kesehatan sekarang

10

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam


jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
3. Riwayat obstetrik
a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua

kehamilan,

cara

persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan


dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
d) Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
4. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari.
a) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi,
baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan

11

dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah buahan.
b) Eliminasi, meliputi pola dan

defekasi,

jumlah

warna,

konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB


harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
c) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat
serta perawatan mengganti balutan atau duk.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Mulut
: bibir pucat
b) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e) Ekstremitas : dingin
2. Palpasi
a) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada
adnexa.
b) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol
3. Auskultasi
Abdomen
4. Perkusi
Ekstremitas

: bising usus (+), DJJ (-)


: reflek patella + / +

c. Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1. Rambut dan kulit
a) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra
b) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha
c) Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2. Mata : pucat, anemis

12

3.
4.
5.
6.

Hidung
Gigi dan mulut
Leher
Buah dada / payudara
a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b) Bertambahnya ukuran dan noduler

7. Jantung dan paru


a) Volume darah meningkat
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu
d)
e)
f)
g)

darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
Diafragma meninggi.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada

8. Abdomen
a) Menentukan letak janin
b) Menentukan tinggi fundus uteri
9. Vagina
a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick)
b) Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
b) Gaya berjalan yang canggung
c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
d. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini
meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamananNyeri
plasenta

tekan

uterus

(fragmen-fragmen
tertahan)

Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).


2. Sistem vaskuler

13

a) Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap


8 jam berikutnya
b) Tensi diawasi tiap 8 jam
c) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan
merah
d) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
e) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek
koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.

3. Sistem Reproduksi
a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum,
kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri
dan posisinya serta konsistensinya
b) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna,
banyak dan bau
c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda
infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan
fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
2. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan
atau kematian.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
4. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
14

3.3
No

Rencana Keperawatan

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Perubahan

Tujuan

perfusi

jaringan

jaringan

adekuat

berhubungan

Kreteria hasil : - status nutrisi, tinggi dan sebelumnya dari kesehatan yang

dengan

kesadaran normal

hipovalemia

TTV stabil

perfusi a.

Rasional

Perhatikan

kembali sebelum

dan

kehilangan

Hb/Ht a. Nilai bandingan membantu


sesudah menentukan beratnya kehilangan

darah.

berat badan.

Kaji darah.
buruk

Status

yang

meningkatkan

ada
luasnya

cedera dari kekurangan oksigen.

Denyut nadi perifer b. Pantau tanda vital; catat b. Luasnya keterlibatan hipofisis
kuat

derajat dan durasi episode dapat

dihubungkan

dengan

Kulit hangat, turgor hipovolemik.

derajat dan durasi hipotensi.

< 1 dtik, CRT < 2

Peningkatan

detik

pernapasan dapat menunjukan

frekuensi

upaya untuk mengatasi asidosis


metabolik.
c.

Perhatikan

kesadaran

dan

perubahan prilaku.

tingkat c. Perubahan sensorium adalah


adanya indikator dini dari hipoksia,
sianosis,

tanda

lanjut

dan

mungkin tidak tampak sampai


kadar PO2 turun dibawah 50
mmHg.
d. Kaji warna dasar kuku, d.

Pada

kompensasi

mukosa mulut, gusi dan vasokontriksi dan pirau organ

15

lidah,

perhatikan

suhu vital, sirkulasii pada pembuluh

kulit.

darah perifer diperlukan yang


mengakibatkan

sianosis

dan

suhu kulit dingin.


e.

Beri

terapi

oksigen e. Memaksimalkan ketersediaan

sesuai kebutuhan.

oksigen untuk transpor sirkulasi


kejaringan.

f. Pasang jalan napas; f.


penghisap sesuai indikasi
2

Tujuan:

berhubungan

Ansietas berkurang psikologis serta persepsi rencana

dengan

atau hilang.

klien

ancaman

Kriteria Hasil:

hemoragi pasca partum. menyimpang,

perubahan

-Klien tenang dan Klarifikasi

status menerima keadaan.

Evaluasi

pemberian

oksigen.

Ancietas

pada

a.

Memudahkan

respon a. Membantu dalam menentukan

terhadap

perawatan.

Persepsi

kejadian klien tentang kejadian mungkin


memperberat

kesalahan ancietasnya.

koinsep.

kesehatan atau

b.

Evaluasi

respon b. Meskipun perubahan pada

kematian

fisiologis pada hemoragik tanda

vital

pasca partum; misalnya respon


tachikardi,
c.

Sampaikan

tenang,

fisiologis,

tachipnea, diperberat

gelisah atau iritabilitas.


empati

mendukung.

mungkin
atau

karena

ini

dapat

dikomplikasi

oleh faktor-faktor psikologis.

sikap c.

Dapat

membantu

dan mempertahankan
emosional

klien
kontrol

dalam

berespon

terhadap

perubahan

status

fisiologis.

Membantu

dalam

menurunkan tranmisi ansietas


antar pribadi.
d.

Bantu

klien

dalam d. Pengungkapan memberikan

mengidentifikasi perasaan kesempatan untuk memperjelas


ancietas,

berikan informasi,

16

memperbaiki

kesempatan
untuk

pada

klien kesalahan

konsep,

mengungkapkan meningkatkan

perasaan.

dan

perspektif,

memudahkan proses pemecahan


masalah.

3.

Nyeri

Tujuan:

berhubungan

Nyeri

a. Tentukan karakteristik, a. Membantu dalam diagnosa


berkurang tipe, lokasi, dan durasi banding dan pemilihan metode

dengan trauma dan hilang.

nyeri. Kaji klien terhadap tindakan.

atau

nyeri

distensi Kriteria Hasil:

jaringan.

perineal

Ketidaknyamanan

yang berkenaan dengan hematoma,

- Skala nyeri 0 (0- menetap, perasaan penuh karena tekanan dari hemaoragik
10)
-Klien

pada

kontraksi tersembunyi

kevagina

atau

tampak uterus atau nyeri tekan jaringan perineal. Nyeri tekan

tenang.
-Klien

vagina,

abdomen.

abdominal

tidak

mungkin

sebagai

akibat dari atonia uterus atau

meringis.

tertahannya

bagian-bagian

placenta. Nyeri berat, baik pada


uterus

dan

abdomen,

dapat

terjadi dengan inversio uterus.


b.

Kaji

kemungkinan b.

Situasi

darurat

dapat

penyebab psikologis dari mencetuskan rasa takut dan


ketidaknyamanan

ansietas,

yang

memperberat

persepsi ketidaknyamanan.
c.

Berikan

kenyamanan
pemberian

tindakan c.

Kompres

seperti meminimalkan
kompres

es menurunkan

pada perineum atau lampu sensasi


pemanas

dingan
edema,

dan

hematoma

serta

nyeri,

panas

pada meningkatkan vasodilatasi yang

penyembungan episiotomi. memudahkan


hematoma.

17

resorbsi

d.

Berikan

narkotik,

analgesik, d.

atau

sedativa ancietas,

sesuai indikasi

4.

Resiko

tinggi Tujuan

: a.

terjadi Infeksi menurunkan/memi


berhubungan

nimalkan

dengan trauma infeksi


jaringan.

Menurunkan

nyeri

dan

meningkatkan

relaksasi.

Demonstrasikan a.

Mencegah

kontaminasi

mencuci tangan yang tepat silang / penyebaran organinisme

resiko dan teknik perawatan diri. infeksious.


Tinjau ulang cara yang

Kriteria hasil : - tepat untuk menangani dan


TTV stabil

membuang material yang

SDP normal

terkontaminasi

Tidak

ada

tanda pembalut,

misalnya

tissue,

dan

tanda infeksi spt balutan.


(panas, kemerahan, b. Perhatikan perubahan b. Peningkatan suhu dari 100,4
bengkak,

nyeri, pada

tanda

vital

atau F (38C) pada dua hari beturut-

penurunan fungsi, jumlah SDP.

turut (tidak menghitung 24 jam

pus dan bau)

pertama

pasca

partum),

atau

leukositosis

tachikardia,
dengan

perpindahan

kekiri

menandakan infeksi.
c.

Perhatikan

malaise,

gejala c. Gejala-gejala ini menandakan


mengigil, keterlibatan

anoreksia,

nyeri

tekan kemungkinan

uterus atau nyeri pelvis.

sistemik,
menimbulkan

bakterimia, shock, dan kematian


bila tidak teratasi.

d.

Selidiki

sumber d. Diagnosa banding adalah

potensial lain dari infeksi, penting untuk pengobatan yang


seperti

pernapasan efektif.

(perubahan

18

pada

bunyi

napas,

batuk

produktif,

sputum purulent), mastitis


(bengkak, eritema, nyeri),
atau infeksi saluran kemih
(urine keruh, bau busuk,
dorongan,

frekuensi,

nyeri).
e. Kaji keadaan Hb atau e. Anemia
Ht. Berikan suplemen zat infeksi,
besi sesuai indikasi.

menyertai

memperlambat

pemulihan dan merusak sistem


imun.

3.4 Evaluasi
1. Tidak terjadi perdarahan
2. Rasa nyeri yang dirasakan klien dapat teratasi
3. Tidak terjadi shock hipovolemik dan tidak ada ansietas

19

sering

BAB IV
PENUTUP

3.5 Kesimpulan
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%). Atonia Uteri disebut juga sebagai suatu kondisi dimana
miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang
keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
(April,2007).
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan
terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih
dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
kelahiran bayi.
3.6 Saran
1. Institusi Penyelenggara Kesehatan
Tenaga kesehatan dapat menangani secara optimal salah satu penyebab
kematian ibu yakni karena atonia uteri dengan cara memberikan
pelatihan kepada tenaga kesehatan, memperkaya intelektual dengan
pengetahuan (tren & issue) yang baru hingga terbentuk tenaga
kesehatan yang terampil, update dan professional.
2. Institusi Pendidikan
Institusi dapat membekali peserta didik dengan pengetahuan yang
matang mengenai patologis proses kelahiran dalam menciptakan calon
tenaga kesehatan yang professional dan berkualitas.

20

21

You might also like