You are on page 1of 3

Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita

suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan


taraf hidup dan umur harapan hidup
(UHH). Laporan PBB 2011, pada tahun
2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun. Angka
ini akan meningkat pada tahun 2045-2050
yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun.
Di Indonesia, BPS melaporkan UHH tahun
2000 adalah 64,5 tahun kemudian meningkat
menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan
pada tahun 2011 menjadi 69, 65 tahun.
Data USA Bureau of the Cencus,
Indonesia diperkirakan akan mengalami
pertambahan warga lansia terbesar di seluruh
dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar
414% umur harapan hidup dan menurut
data BPS jumlah lansia diperkirakan sekitar
28 juta jiwa pada tahun 2010 (Kemenkes,
2013).

Salah satu penyakit yang juga prevalensinya


terus berkembang yaitu hiperurisemia.
Hiperurisemia
yang
tidak
ditangani
menyebabkan asam urat dalam darah
berlebihan
sehingga
menimbulkan
penumpukan kristal asam urat. Apabila
kristal berada dalam cairan sendi maka akan
menyebabkan penyakit gout. Penyakit Gout
Arthritis menurut American Collage of
Rheumatology merupakan suatu penyakit
dan potensi ketidakmampuan akibat radang
sendi yang sudah lama dikenal, gejalanya
biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri
inflamasi satu sendi. Penelitian di Indonesia,
prevelensi hiperurisemia di Bali pada tahun
2011 sebesar 28%. Di Sulawesi Utara pada
tahun 1999 sebesar 34,30% pada pria dan
23,31% pada wanita. Pada tahun 2003
didapatkan angka kejadian artritis gout di
Minahasa yang cukup tinggi yaitu sebesar
29,2% (e-BM, 2013).

Meningkatnya umur harapan hidup (UHH),


menyebabkan
bertambahnya
jumlah
penduduk lansia yang berdampak pada
pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit degeneratif seperti
hipertensi. Hipertensi perlu diwaspadai
karena sudah menjadi masalah global bagi
kesehatan masyarakat. Survey Risdenkes
tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit ini
pada usia 55 sampai diatas 75 tahun
mencapai 62,8% (Sarasaty, 2012).

Keadaan geriatri pada perempuan yang


sudah menopause serta memiliki masalah
utama hipertensi merupakan masalah
kompleks pada pasien dan keluarganya. Hal
ini tentu didukung oleh masalah internal dan
eksternal dari pasien dan keluarganya. Oleh
karena itu, dibutuhkan partisipasi dan
dukungan pelaku rawat keluarga yang
optimal dalam memotivasi, mengingatkan,
serta
memperhatikan
pasien
dalam
penatalaksanaan penyakitnya.

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan


darah seseorang berada diatas batas normal
yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk diastolik. Penyakit ini
dikategorikan sebagai the silent disease
karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya (Purnomo, 2009).

Tujuan Penulisan
Penerapan pelayanan dokter keluarga
berbasis evidence based medicine pada
pasien dengan mengidentifikasi faktor
risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan
pasien berdasarkan kerangka penyelesaian
masalah pasien dengan pendekatan pasien
centre dan family approach.

Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari


seluruh populasi orang dewasa di dunia
menyandang tekanan darah tinggi. Pada
populasi usia
lanjut, separuh populasi
hipertensi berusia diatas 60 tahun. Pada
tahun 2025 diperkirakan penderita tekanan
darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar
orang di dunia (Palmer, 2007). Data
Risdenkes (2007) menyebutkan hipertensi
sebagai penyebab kematian nomor 3 stelah
stroke dan tuberkulosis dan jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab
kematian pada semua umur di Indonesia
(Yoga, 2009).

Ilustrasi Kasus
Ny. S, 69 tahun, seorang ibu rumah tangga
datang ke puskesmas Natar dengan keluhan
sakit kepala sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri
kepala dirasakan terutama pada bagian
belakang kepala terkadang menjalar hingga
ke leher, sehingga tengkuk pasien terasa
berat. Nyeri kepala dikeluhkan hilang
timbul. Rasa nyeri kepala tidak di ikuti
dengan keluhan mata berkunang-kunang,
telinga tidak berdengung, pasien juga tidak
mengeluarkan darah dari hidungnya. Pasien
juga mengeluh sering nyeri di sendi-sendi
jari tangan yang dirasakan hilang timbul dan
hilang dengan sendirinya. Pasien masih

Latar Belakang

dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti


biasanya dan tidak mengonsumsi obatobatan untuk menghilangi rasa sakitnya.
Awalnya sekitar 3 tahun yang lalu pasien
mengalami keluhan seperti ini. lalu pasien
memeriksakan diri ke RS. Urip untuk diobati
dan diberikan obat anti hipertensi. Namun,
setelah obat tersebut habis, pasien tidak
kontrol lagi untuk mendapatkan obat
antihipertensi. Selain itu, sejak 6 bulan
terakhir pasien mengalami keluhan nyeri dan
kaku pada sendi jari-jari kedua tangan
namun
tidak
diperiksakan
pernah
diperiksakan ke dokter.
Pasien biasanya makan tiga kali sehari.
Makanan yang dimakan cukup bervariasi .
Pasien pun saat ini sudah jarang
mengkonsumsi sayuran berwarna hijau tua
seperti daun singkong, bayam dan juga
jarang mengkonsumsi kacang kacangan.
Sehari-hari pun memasak makanan sudah
tidak banyak menggunakan garam. Pasien
biasa mengerjakan aktivitas dirumah sendiri
seperti mencuci piring dan menyapu. Namun
pasien jarang berolahraga dan mengatakan
tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
merokok.
Pasien tinggal bersama suaminya Tn.S (76
tahun) dan anaknya Nn. U (30tahun).
Pasien, suami dan anaknya tidak bekerja..
Keuangan sehari-hari bergantung pada uang
yang dikirim dari salah satu anaknya dan
dari hasil warung yang tidak menentu. Pola
pengobatan pasien dan anggota keluarga ini
bersifat kuratif yakni pasien berobat apabila
terdapat keluhan yang dirasa mengganggu
aktivitas.
Riwayat keluarga dengan penyakit yang
sama yaitu suami pasien yang memiliki
penyakit hipertensi, namun tidak pernah
kontrol untuk memeriksakan penyakitnya.
Metode
Studi ini adalah deskriptif. Data primer
diperoleh
melalui
anamnesis
(autoanamnesis), pemeriksaan fisik, dan tes
laboratorium di Puskesmas. Kunjungan
rumah, melengkapi data keluarga, dan
psikososial serta lingkungan. Penilaian
berdasarkan diagnosis holistik dari awal,
proses dan akhir studi secara kuantitatif dan
kualitatif.

Data Klinis
Keluhan sering meangalami nyeri kepala
dan nyeri serta kaku pada jari jari kedua
tangan. Kekhawatiran keluhan terus
berlanjut dan tidak bisa sembuh walau sudah
berobat rutin dan kekhawatiran terjadinya
komplikasi akibat penyakit ini. Harapan
agar tekanan darahnya dapat turun.
Penampilan rapih dan terawat.
Pemeriksaan fisik :
Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu:
36,8 oC; tekanan darah: 210/100 mmHg;
frek. nadi: 92 x/menit; frek. nafas: 20
x/menit; berat badan: 70 kg; tinggi badan:
165 cm; status gizi: overweight
Status generalis : kepala, mata, telinga,
hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen
semua dalam batas normal.
Status lokalis :
Regio manus dextra/sinistra
L : Deformitas (-/-), warna= dalam batas
normal
F : Warm (+/+), bony tenderness (-/-), nyeri
tekan -/M : Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi
90 tidak terbatas).
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium (10 Maret 2015)
Asam urat : 8,6 mg/dl
Diagnostik Holistik Awal
1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: Nyeri kepala
sampai ke leher. Nyeri dan kaku
pada jari-jari kedua tangan.
- Kekhawatiran:
Khawatir
akan
keluhan yang masih ada walau
sudah
berobat
rutin,
dan
kekhawatiran terjadi komplikasi
dari penyakitnya
- Harapan: Penyakitnya bisa sembuh
dan tidak timbul keluhan serta tidak
terjadi komplikasi.
- Persepsi: Keluhan masih timbul
akibat faktor stress
2. Aspek Klinik
hipertensi
grade
II
dengan
hiperurisemia
3. Aspek Risiko Internal
Usia 69 tahun
Jenis kelamin wanita
Nilai BMI overweight

4.
5.

Faktor stressor
Aspek Psikososial Keluarga
Dukungan keluarga yang kurang
optimal untuk mengurangi stress
Derajat Fungsional : 2 (dua) yaitu
mampu melakukan pekerjaan ringan
sehari-hari di dalam dan luar rumah
(mulai mengurangi aktivitas kerja).

Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa :
1. Konseling pasien bahwa dengan
penatalaksanaan yang dilakukan harus
dilakukan seumur hidup.
2. Memberi konseling terhadap tekanan
darah pasien yang tinggi dan memberi
tahu untuk selalu memeriksakan tekanan
darahnya.
3. Menginformasikan segala hal tentang
hipertensi,
serta aktifitas yang
dianjurkan untuk pasien. Mengenai
olahraga yang minimal dilakukan
3x/minggu selama 30 menit dan
makanan yang rendah garam, rendah
lemak dan rendah kolesterol serta food
record.
4. Menginformasikan segala hal tentang
penyakit hiperurisemia serta aktifitas
yang dianjurkan untuk pasien.
5. Konseling kepada keluarga tentang
pentingnya memberi dukungan pada
pasien dan mengawasi pengobatan
seperti diet pasien, kapan harus kontrol
kembali, dan berolahraga.
6. Konseling kepada keluarga pasien
tentang pentingnya member dukungan
pada pasien terkait masalah stressor
7. Konseling pasien mengenai manajemen
stress.
8. Konseling pasien mengenai pentingnya
prinsip preventif dari pada kuratif.
Medikamentosa :
1. Captopril 3 x 12,5 mg
2. Hidrochlortiazid 2 x 25 mg
3. Allopurinol 1 x 100mg

Data Keluarga

Gambar 1. Genogram Keluarga Ny. S


Family Map

Keterangan

1 : Tn. S
: Ny. S
2
2
:3Nn. U
: Sangat erat

Gambar 2. Family Mapping Keluarga


Ny. S
Data Lingkungan Rumah
Pasien tinggal bersama dengan suami dan
anak perempuannya Nn. U. Jumlah anggota
keluarga yang tinggal adalah 3 orang.
Rumah memiliki halaman yang cukup luas
yang dipakai untuk berjualan makanan
ringan. Rumah berukuran 6 x 9 meter
dengan lantai keramik dan tembok dari batu
bata serta beratap genteng. Semua ventilasi
cukup terbuka, Kondisi dalam rumah tidak
lembab karena pencahayaan sudah baik.
Penataan barang sudah sesuai pada
tempatnya
sehingga
terkesan
rapih.
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup
padat. Sumber air minum dan air cuci/masak
dari sumur yang sudah dipasang pompa air,
limbah dialirkan ke selokan.
Dilakukan intervensi terhadap faktor
eksternal dan internal, dengan melakukan
sebanyak 3x kunjungan rumah. Intervensi
meliputi konseling terhadap pasien dan
anggota keluarga lainnya.

You might also like