You are on page 1of 14

RANCANGAN

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
NOMOR PER ... /MEN/... /2010
TENTANG
PEDOMAN PELATIHAN DI TEMPAT KERJA (ON THE JOB
TRAINING/OJT) BAGI INSTRUKTUR
--------------------------------------------------------------------------------------------------Pengantar
Daftar Isi
BAB I.

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran
C. Dasar Hukum
D. Ruang Lingkup
E. Pengertian

BAB II.

: PERSYARATAN PELAKSANAAN
A. Program OJT
B. Waktu
C. Tempat
D. Kepesertaan
E. Metode
F. Pembimbing Teknis/Penyelia

BAB III.

: PERSIAPAN DAN PENYELENGGARAAN BAGI INSTRUKTUR


A. Persiapan
1. OJT bagi Calon Instruktur
2. OJT bagi Instruktur
B. Penyelenggaraan
1. Tugas dan Tanggung jawab

BAB IV.

: PEMANTAUAN DAN EVALUASI


A. Pemantauan (Monitoring)
B. Evaluasi
C. Sertifikat atau Surat Keterangan Telah Mengikuti OJT.

BAB V.

: PENUTUP

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

di

berbagai

bidang

pekerjaan/industri dewasa ini mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kemajuan


tersebut perlu direspons dan diantisipasi secara positif oleh lembaga pedidikan dan
pelatihan di Indonesia,

yaitu utamanya sebagai acuan dalam meningkatkan

kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Dunia usaha dan dunia industri harus

dapat dimanfaatkan potensinya (by utilizations) sebagai sumber pembelajaran


untuk mendukung efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan bagi angkatan kerja. Keunggulan dunia usaha dan dunia industri sebagai
sumber pembelajaran yang tidak dimiliki dan tidak mungkin diimbangi oleh lembaga
pendidikan dan pelatihan adalah tersedianya sarana dan lingkungan kerja (climate)
yang sebenarnya sesuai dengan standar jabatan.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, dunia usaha dan dunia
industri dapat dimanfaatkan sebagai komplemen dan suplemen dari pengalaman
pembelajaran di lembaga pendidikan dan pelatihan. Pengembangan kualitas dan
produktivitas

sumber

daya

manusia

melalui

jalur

pengenalan

dan/atau

pengembangan di tempat kerja sangat strategis untuk dioptimalkan dalam rangka


penyiapan

peserta

pendidikan

dan

pelatihan

profesi

guna

memantapkan

penguasaan kompetensi profesional secara komprehensif.


Disadari bahwa Instruktur memiliki peran dan posisi yang strategis dalam
Sislatkernas guna menciptakan angkatan kerja yang kompetensi dan profesional.
Karena itu, sistem Diklat Dasar Calon Instruktur sebagai subsistem utama
pendukung Sistem Pelatihan Kerja Nasional, programnya perlu didesain dan
diselenggarakan secara terencana dan berkesinambungan setara dengan dunia
usaha/dunia industri, sehingga kualifikasi lulusan yang dihasilkan senantiasa sesuai
dan sepadan dengan standar jabatan yang direncanakan.

Bahwa upaya

peningkatan kompetensi Instruktur tidak lagi terbatas melalui

pendidikan dan pelatihan di lembaga Diklat (Institusional), namun dapat juga


memanfaatkan potensi dunia kerja/industri yang relevan (noninstitusional) sebagai
sumber pembelajaran yang komprehensif dan aktual dalam bentuk pemberian
pengalaman pelatihan di tempat kerja atau on the job training/OJT.
Menyadari domisili dan tempat tugas Instruktur berada di berbagai Instansi, baik
pusat dan daerah di seluruh Indonesia, maka sesuai dengan peran Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional
Instruktur, perlu disusun suatu pedoman penyiapan dan penyelenggaraan pelatihan
di tempat kerja/OJT bagi Instruktur yang operasional dan komprehensif.
B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan
a. Disediakannya pedoman yang operasional dan komprehensif dalam
penyelenggarakan Pelatihan di Tempat Kerja (On the Job Training/OJT)
bagi Instruktur.
b. Diselenggarakannya Pelatihan di Tempat Kerja (On the Job Training/OJT)
bagi Instruktur secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dan/atau
program yang ditetapkan.
2. Sasaran

a. Instruktur/calon Instruktur mendapatkan pengalaman dan manfaat yang


optimal dari dunia kerja/industri untuk pembentukan sikap profesional yang
komprehensif.
b. Meningkatnya kompetensi Instruktur/calon Instruktur yang profesional
sesuai dengan perkembangan standar jabatan di dunia kerja/industri.
1. Dasar Hukum
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan

Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil ;


5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja

Nasional ;

6. Keputusan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

Nomor

KEP.

264/MEN/XI/2004 tentang Pola Karier dan Diklat Instruktur Pegawai Negeri


Sipil ;
7. Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

Nomor

PER.

06/MEN/III/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di


Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.
16/MEN/VII/2007;
8. Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

Nomor

PER.

12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga


Kerja dan Transmigrasi;
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman pelatihan di tempat kerja (On the Job Training) ini
meliputi pengaturan pelaksanaan pelatihan di tempat kerja bagi Calon Instruktur
dan/atau Instruktur lembaga pelatihan pemerintah di dunia kerja/industri yang
sebenarnya.
2. Pengertian
9. Pelatihan di Tempat Kerja atau On the Job Training, selanjutnya disingkat OJT,

adalah pelatihan yang dirancang dan dilaksanakan pada tempat kerja yang
sebenarnya secara sistimatis dan terpadu melalui bimbingan dan konsultansi
pelatih/Instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman yang ditunjuk
untuk itu.
10. Diklat Dasar Calon Instruktur, yang selanjutnya disebut Diklat Dasar, adalah

pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan dan wajib diikuti oleh Pegawai
Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional Instruktur di
lembaga pelatihan kerja pemerintah.
11. Sertifikat atau Keterangan telah mengikuti OJT adalah surat yang diterbitkan

oleh dunia kerja/industri

di mana Calon Instruktur atau Instruktur

melaksanakan OJT.
12. Calon Instruktur adalah Pegawai Negeri Sipil yang sudah/sedang mengikuti

diklat dasar Instruktur dan belum diangkat dalam jabatan fungsional Instruktur.
13. Instruktur adalah Pegawai Negeri Sipil

yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
5

melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada peserta pelatihan


di bidang atau kejuruan tertentu.
14. Pembimbing

Teknis

adalah

Penyelia

atau

pekerja/buruh

yang

lebih

berpengalaman yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan tempat OJT untuk


bertindak sebagai pembimbing dan konsultan bagi peserta OJT.
15. Penyelenggara OJT adalah Lembaga pelatihan kerja yang menyiapkan calon

Instruktur atau Instruktur untuk mengikuti OJT di dunia kerja/industri.


16. Dunia kerja/Industri adalah perusahaan/instansi tempat kerja yang memenuhi

syarat untuk dapat dilaksanakannya OJT bagi calon Instruktur atau Instruktur.
17. Program OJT adalah rencana pemberian pengalaman pembelajaran di tempat

kerja bagi calon Instruktur dan/atau Instruktur yang disepakati antara


penyelenggara OJT dan dunia kerja/industri dalam jangka waktu tertentu.

BAB II
PERSYARATAN PELAKSANAAN
Untuk dapat diselenggarakannya pelatihan di tempat kerja (On the Job
Training) bagi para Calon Instruktur atau Instruktur secara sistematis dan efektif, maka
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
A. Program OJT
Penyelenggara

OJT

wajib

menyiapkan

rancangan

program

OJT

untuk

mendapatkan kesepakatan dari dunia kerja/industri. Hasil dari kesepakatan


tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Program OJT yang akan dilaksanakan.
Program OJT, sekurang-kurangnya memuat tujuan dan sasaran yang akan
dicapai, Rencana pemberian pengalaman pembelajaran di dunia kerja/industri
sesuai dengan jangka waktu tertentu, hak dan kewajiban Instruktur/calon
Instruktur, Penyelenggara OJT/Unit Kerja Instruktur, dan Dunia kerja/Instrustri.
B. Waktu
OJT dilaksanakan dalam kurun waktu sesuai dengan program OJT yang telah
disepakati antara penyelenggara OJT dengan dunia kerja/industri tempat OJT dan
dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan.
OJT calon Instruktur yang sedang mengikuti diklat dasar, diselenggarakan setelah
program diklat dasar selesai dan sebelum uji kompetensi/sertifikasi dilaksanakan.
Dalam pengorganisasian waktu selama mengikuti OJT dilaksanakan secara terusmenerus (block system), pada waktu mengikuti program OJT, calon Instruktur
dan/atau Instruktur sepenuhnya berada di dunia kerja/industri.
Apabila durasi dan sekuensi pelaksanaan OJT tidak dapat dipenuhi seperti
ketentuan tersebut di atas, maka pelaksanaan OJT disesuaikan dengan fisibilitas
masing-masing penyelenggara program dan dunia kerja/industri.
C. Tempat
OJT harus dilaksanakan di dunia kerja/industri yang relevan dengan bidang
kejuruan Instruktur. Termasuk
Dalam penentuan tempat atau lokasi OJT, masing-masing penyelenggara
menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis bidang usaha/jabatan/pekerjaan yang
relevan untuk pengembangan kompetensi Instruktur.

D. Kepesertaan
Peserta OJT meliputi calon Instruktur yang sudah/sedang mengikuti Diklat
dan/atau Instruktur yang perlu ditingkatkan/dikembangkan kompetensinya.
E. Metode
Metode yang digunakan dalam OJT adalah Praktik Kerja secara langsung dalam
proses produksi barang/jasa di bawah bimbingan pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman/senior (site by nelly), dengan prinsip berlatih sambil bekerja.
F.

Pembimbing Teknis/Penyelia
Pembimbing Teknis/Penyelia dalam OJT ini adalah pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman/senior/supervisor yang berasal dari dunia kerja/industri yang
bersangkutan.

G. Tim Penyelenggara OJT Instruktur


Tim Penyelenggara OJT Instruktur adalah tim yang dibentuk oleh penyelenggara
Diklat Instruktur atau Kepala unit kerja di mana Instruktur berasal yang bertugas
untuk melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan pengendalian OJT Instruktur.

BAB III
PERSIAPAN DAN PENYELENGGARAAN
Untuk dapat diselenggarakannya OJT bagi Calon Instruktur atau Instruktur
secara sistematis dan efektif, maka diperlukan dibangun komitmen dengan berbagai
pihak yang berkepentingan dan persiapan yang matang, baik dari sisi penyelenggara,
dunia kerja/industri, maupun peserta OJT itu sendiri.
A. Persiapan
Persiapan penyelenggaraan OJT bagi Calon Instruktur atau Instruktur harus
dilakukan secara cermat dan komprehensif.
1. OJT bagi Calon Instruktur
a. Membentuk tim atau panitia pelaksanaan OJT.
b. Menginventarisasi dan mengidentifikasi dunia kerja/industri yang relevan
untuk tempat pelaksanaan OJT.
c. Peserta dan tempat pelaksanaan OJT ditentukan oleh penyelenggara OJT
melalui surat resmi dari Pimpinan Penyelenggara OJT yang dikirim ke
dunia kerja/industri.
d. Mengoordinasikan

dan

menetapkan

program

OJT

yang

akan

dilaksanakan.
e. Mengoordinasikan dan menetapkan hak dan kewajiban para pihak.
f.

Menyusun/menyiapkan jadwal pelaksanaan OJT.

g. Menyusun jadwal pemantauan dan evaluasi


2. OJT bagi Instruktur
a. Kepala

unit

kerja

melakukan

inventarisasi

dan

identifikasi

dunia

kerja/industri yang relevan untuk tempat pelaksanaan OJT.


b. Menetapkan tempat pelaksanaan OJT

untuk memenuhi kebutuhan

pengembangan kompetensi Instruktur.


c. Mengoordinasikan

dan

menetapkan

program

OJT

yang

akan

dilaksanakan.
d. Mengoordinasikan dan menetapkan hak dan kewajiban para pihak.
e. Menyusun/menyiapkan jadwal pelaksanaan OJT.
f.

Menyusun jadwal pemantauan dan evaluasi.

B. Penyelenggaraan
Untuk terselenggaranya OJT dengan baik, diperlukan kejelasan tugas dan
tanggung jawab para pihak, termasuk hak dan kewajiban dari masing-masing
pihak.
1. Tugas dan Tanggung jawab
a. Penyelenggara OJT
Menyiapkan peserta
Menyerahkan peserta kepada dunia kerja/industri yang dituangkan dalam
berita acara serah terima.
Menyiapkan dan menyerahkan form penilaian.
Mengevaluasi peserta.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan OJT.
Memberikan jaminan asuransi kesehatan bagi peserta OJT.
Menjemput dan memulangkan peserta OJT yang telah selesai mengikuti
OJT.
Khusus peserta OJT dari Instruktur diatur oleh Kepala Unit Kerja.
b. Pembimbing Teknis / Penyelia
Memberikan bimbingan dan konsultansi baik teknis maupun manajerial
kepada peserta.
Menyelia kegiatan peserta selama di tempat OJT.
Memberikan penilaian terhadap peserta.
c. Peserta
Hak :
Peserta OJT calon Instruktur berhak mendapatkan :
- Bantuan akomodasi, konsumsi, dan transportasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
- Jaminan perlindungan asuransi kesehatan selama mengikuti OJT.
- Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja selama mengikuti OJT.
- Sertifikat atau Keterangan apabila telah menyelesaikan program OJT.
Peserta OJT dari Instruktur diatur oleh Kepala Unit Kerja sesuai
peraturan yang berlaku.
10

Kewajiban :
Peserta OJT calon Instruktur berkewajiban :
- Mengikuti rangkaian kegiatan sebagaimana tercantum dalam program
OJT.
- Menaati tata tertib dan peraturan yang berlaku, baik di tempat OJT
maupun Penyelenggara OJT.
- Membuat jurnal harian dan laporan akhir pelaksanaan OJT sesuai
formulir

yang

ditetapkan

dan

diketahui

oleh

pembimbing

teknis/penyelia serta tim penyelenggara.


- Bagi peserta OJT dari Instruktur, menyampaikan laporan pelaksanaan
OJT kepada Kepala Unit Kerja.
Peserta OJT Instruktur berkewajiban :
- Khusus bagi peserta OJT dari calon Instruktur, laporan pelaksanaan
OJT dipresentasikan dihadapan tim penguji.
- Menjaga nama baik dan kehormatan institusi penyelenggara OJT.

11

BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Dalam rangka menjamin efektivitas dan efisiensi pelaksanaan OJT
Instruktur, maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan, baik oleh Penyelenggara OJT, Unit Kerja Instruktur yang
bersangkutan, maupun dari Direktorat Bina Instruktur dan Tenaga Pelatihan.
A. Pemantauan (Monitoring)
Penyelenggara OJT sebagai penanggung jawab kegiatan, melakukan
pemantauan ke dunia kerja/industri tempat penyelenggaraan OJT sekurangkurangnya 2 kali, yaitu pada:
1.

Pertengahan pelaksanaan OJT.


Pemantauan ini dilaksanakan untuk mengetahui kemajuan dan permasalahan
penyelenggaraan OJT, dan sekaligus mendapatkan umpan balik (feedback)
terhadap peserta dan/atau program OJT di masing-masing lokasi.

2.

Akhir pelaksanaan OJT.


Pemantauan ini dilaksanakan untuk melakukan diskusi atau sumbang saran
tentang penyelenggaraan OJT serta permasalahan dan alternatif solusi untuk
penyempurnaan program di masa yang akan datang.

B. Evaluasi
Evaluasi terhadap peserta OJT dilakukan untuk mengetahui kinerja yang
bersangkutan selama mengikuti OJT di dunia kerja/industri.
1.

Evaluasi Kinerja
Evaluasi ini dilakukan oleh Pembimbing Teknis/Penyelia

dari dunia

kerja/industri. Penilaian dilakukan secara komperehensif baik menyangkut


aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Formulir Evaluasi selama berada di industri yang digunakan oleh Pembimbing
Teknis/Penyelia dari dunia kerja/industri

diatur secara tersendiri oleh tim

penyelenggara dengan pihak dunia kerja/industri.


2. Evaluasi Laporan Hasil OJT
Evaluasi ini dilakukan terhadap hasil pelaksanaan OJT yang dipresentasikan
oleh peserta dihadapan tim penyelenggara dan pembimbing teknis/penyelia.

12

Nilai akhir OJT diperoleh dari proporsi nilai dari Pembimbing Teknis/Penyelia
dengan bobot 60 % dan nilai dari Penyelenggara OJT dengan bobot 40 % dan
Nilai ini diperhitungkan dalam penentuan kelulusan Diklat Calon Instruktur
dengan proporsi nilai 75 % nilai kumulatif Diklat Calon Instruktur dan 25% nilai
kumulatif OJT.
C. Sertifikat atau Keterangan Telah Mengikuti OJT
Peserta yang berhasil menyelesaikan program OJT secara paripurna,
diberikan Sertifikat atau Keterangan telah mengikuti OJT yang diterbitkan oleh
dunia kerja/industri.
Dalam perhitungan perolehan angka kredit Instruktur, Sertifikat atau
Keterangan telah mengikuti OJT diberikan nilai, yang besarnya sesuai dengan
durasi atau lamanya pelaksanaan OJT, dengan perhitungan 1 hari efektif bekerja
penuh di dunia kerja/industri selama 7 jam @ 60 menit setara dengan 5 jam
pelatihan @ 45 menit.

13

BAB V
PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan OJT ini disusun untuk digunakan sebagai acuan para
Penyelenggara

Diklat

Calon

Instruktur

maupun

Pembina

Instruktur

dalam

menyelenggarakan kegiatan OJT bagi Instruktur.


Dengan disusunnya Pedoman ini diharapkan proses penyelenggaraan OJT bagi
Calon Instruktur/Instruktur sebagai komplemen dan sekaligus suplemen dari
penyelenggaraan Diklat Calon Instruktur pada khususnya dan pengembangan
kompetensi Instruktur pada umumnya, dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dalam hal terdapat sesuatu yang belum diatur dalam peraturan ini, akan
disusun lebih lanjut dalam bentuk pedoman teknis OJT Instruktur oleh Penyelenggara
Diklat Calon Instruktur dan/atau Pimpinan Unit Kerja Instruktur masing-masing.

14

You might also like