You are on page 1of 14

MODEL ANATOMIS DAN DENTAL GIPSUM

Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model


gigitiruan yang terbagi menjadi model anatomis dan model kerja. Pencetakan
anatomis dilakukan untuk mendapatkan model yang sesuai dengan bentuk dan ukuran
jaringan rongga mulut dengan menggunakan bahan cetak alginate dan sendok cetak
pabrikan. Hasil dari pencetakan anatomis yaitu model anatomis yang digunakan
untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.
MODEL ANATOMIS
Model anatomis merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga
mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis,
menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media
pembuatan gigitiruan yang menghubungkan prosedur klinis yang dilakukan dokter
gigi dan prosedur laboratoris yang dilakukan oleh dokter gigi atau laboran. Model
anatomis yang dihasilkan dari pencetakan anatomis harus sesuai dengan keadaan
rongga mulut pasien karena akan digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.
Model anatomis umumnya terbuat dari dental plaster atau gips tipe II. Model
anatomis merupakan replika jaringan rongga mulut pasien yang harus mencakup
beberapa hal penting, yaitu:
a. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal
b. Kontur, ukuran, dan konsistensi linggir yang tersisa.
c. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigitiruan
(vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan
palatum lunak, dasar mulut, dan frenulum).
Kegunaan model anatomis yaitu:

a. Memberikan gambaran keadaan jaringan keras dan lunak rongga mulut pasien
dalam bentuk tiga dimensi.
b. Media untuk mempelajari hubungan oklusal dari lengkung rahang pasien.
c. Media untuk mempelajari ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi, dan hubungan
rahang pasien.
d. Media untuk mempelajari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut
pasien dari pandangan lingual saat gigi oklusi.
e. Media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum
dilakukan perawatan dan setelah dilakukan perawatan.
f. Media untuk menjelaskan keadaan pasien.
g. Rekam medis legal mengenai keadaan lengkung rahang pasien untuk
keperluan asuransi, gugatan hukum, dan forensik.
Persyaratan Ideal dari model anatomis
Harus bebas dari kekosongan atau penonjolan
Permukaan harus halus, padat dan bebas dari lumpur.
Harus mencakup semua bidang, yang memberikan dukungan gigi tiruan.
Dinding mode harus vertikal atau meruncing luar tetapi tidak pernah dalam.
Ruang lidah pada model mandibula harus halus. Peripheral seal lingual
(sulkus lingual, frenum lingual dan ruang lipatan sublingual) juga harus utuh.
Model tidak harus menunjukkan tanda kelembapan.
Dataran oklusal harus sejajar dengan lantai
DENTAL GIPSUM
Gips merupakan mineral yang terdapat di alam yang digunakan sebagai bahan
cetak sejak tahun 1844 dan sebagai bahan model gigitiruan sejak tahun 1756. Alasan
utama penggunaan gips pada bidang kedokteran gigi yaitu karena gips merupakan
bahan yang mudah dimodifikasi secara kemis atau fisis untuk tujuan yang berbeda.
Berdasarkan sifat kimianya, senyawa dasar gips yaitu kalsium sulfat dihidrat
(CaSO42H2O), kemudian dipanaskan pada temperatur 110o -120oC (230o-250oF) untuk

mengeluarkan air dari kristalisasi sehingga menghasilkan kalsium sulfat hemihidrat


(CaSO4H2O) dalam bentuk bubuk, dan saat bubuk gips (kalsium sulfat hemihidrat)
dicampur dengan air, terjadi reaksi balik secara kimia yaitu kalsium sulfat hemihidrat
berubah kembali menjadi kalsium sulfat dihidrat.

Terdapat dua metode pengapuran gips, yaitu untuk menghasilkan hemihidrat dan -hemihidrat. Pengapuran gips pada temperatur 125oC akan
menghasilkan kristal yang padat, kurang berporus, dan kristal dengan bentuk
prismatik, yang disebut dengan -kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai
bahan pembuatan model kerja. Pengapuran gips pada temperatur 115 oC akan
menghasilkan hemihidrat yang berporus, relatif kecil, dan kristal yang tidak teratur,
disebut dengan -kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan
pembuatan model anatomis. Gips diproduksi menjadi beberapa jenis, yaitu plaster,
stone, high-strength stone, dan bahan tanam berdasarkan sifat fisiknya. Perbedaan
utama pada sifat fisik gips yaitu tergantung pada variasi ukuran, bentuk, dan porositas
bubuk gips yang dihasilkan dari proses pengapuran yang berbeda.

Jenis-jenis Gips
Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 terdapat 5 jenis gips, yaitu:
1. Impression Plaster (Tipe I)
3

Plaster cetak jarang digunakan lagi sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi
karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan
elastomer.
2. Model Plaster (Tipe II)
Gips tipe II umumnya digunakan sebagai bahan membuat model anatomis dan
bahan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan gigitiruan. Gips tipe II dihasilkan
dari gips yang dipanaskan pada suhu 110oC-120oC sehingga menghasilkan
senyawa -hemihidrat yang porus, mempunyai bentuk yang tidak teratur dan jarak
antar partikel yang besar yang menyebabkan reaksi pengerasan memerlukan
banyak air.
3. Dental Stone (Tipe III)
Gips tipe III merupakan hasil dari gips yang dipanaskan pada temperatur 125 oC di
bawah tekanan atmosfer sehingga mengalami dehidrasi dan kandungan airnya
akan berkurang, senyawa yang dihasilkan dari proses tersebut yaitu - hemihidrat
yang terdiri dari kristal yang padat, bentuknya teratur, kurang berporus, dan kristal
dengan bentuk prismatik. Karakteristik yang dimiliki oleh -hemihidrat
menyebabkan gips ini membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit dan memiliki
kekuatan lebih besar dibandingkan dengan gips tipe II, sehingga gips tipe III
sering digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. Kekuatan kompresi
minimal 1 jam pada gips tipe III yaitu sebesar 20,7 MPa, tetapi tidak melebihi 34,5
MPa.6 Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25, setting expansion gips tipe III setalah
2 jam pengerasan yaitu sebesar 0.00% - 0.20% dan besar rasio W:P yaitu sebesar
28 ml 30 ml air : 100 gram gips.
4. Dental Stone, High Strength (Tipe IV)
Gips tipe IV terdiri dari partikel -hemihidrat jenis Densite yang berbentuk
kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil dibandingkan gips tipe III. Gips
tipe IV digunakan sebagai bahan pembuatan die stones karena gips ini memiliki
kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk tahan terhadap daya abrasi saat
penggunaan instrumen yang tajam, serta memiliki setting expansion yang minimal.
5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
4

Kekuatan kompresi yang dimiliki gips tipe V lebih besar dibandingkan kekuatan
kompresi gips tipe IV karena penurunan rasio W:P pada gips tipe V. Setting
expansion pada gips tipe V juga ditingkatkan karena logam campur yang baru,
seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar
dibandingkan logam campur mulia konvensional sehingga dibutuhkan ekspansi
yang lebih besar pada stone yang digunakan untuk die untuk mengimbangi
pengerutan pemadatan logam campur.
Jenis-Jenis Gips

Karakteristik Gips
Karakteristik gips meliputi:
a. Setting time
Waktu pengerasan gips dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu initial setting
time dan final setting time. Initial setting time merupakan interval antara waktu
pencampuran gips dan waktu ketika adonan tidak dapat lagi dituangkan ke dalam
master mold sehingga initial setting time identik dengan waktu kerja dari gips.
5

Secara klinis, initial setting time dapat diamati saat adonan sudah kehilangan
kilapnya, hal ini terjadi karena reaksi kimia dari hemihidrat yang bergabung
dengan air menyebabkan partikel hemihidrat menarik permukaan air. Initial setting
time berkisar diantara 8 16 menit dari waktu pencampuran air dan bubuk gips
sesuai dengan spesifikasi ADA No. 25. Final setting time dapat didefinisikan
sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara
klinis produk gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi
tanpa terjadi distorsi atau fraktur.
b. Kekuatan kompresi
Kekuatan gips umumnya dinyatakan dengan istilah kekuatan kompresi, yang
diartikan sebagai kemampuan gips untuk menahan fraktur. Kekuatan gips
dipengaruhi oleh bentuk kristal, porositas kristal, dan rasio W:P. Peningkatan
porositas pada partikel mengakibatkan penggunaan air menjadi lebih banyak untuk
mengubah hemihidrat menjadi dihidrat sehingga produk gips yang dihasilkan akan
semakin lemah kekuatannya.
c. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi pada gips merupakan hasil dari setting expansion, yang
disebabkan oleh hasil dari pertumbuhan kristal gips yang saling menimpa dan
saling mendorong keluar

d. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi


Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi gips dapat mempengaruhi
keakuratan model yang digunakan untuk mempelajari oklusi pasien dan
pembuatan gigitiruan.3 Kedua karakteristik tersebut berkaitan dengan kekuatan
kompresi, jika kekuatan kompresi meningkat, kekerasan permukaan dan ketahanan
terhadap abrasi juga akan meningkat.
e. Detail reproduksi

Gips harus mampu memproduksi detail bahan cetak yang baik agar dapat
menghasilkan model kerja yang akurat. Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25, gips
tipe I dan II dapat menghasilkan celah dengan lebar 75m dan gips tipe III, IV dan
V dapat menghasilkan celah dengan lebar 50 m.
Kekuatan Kompresi
Kekuatan gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan kompresi yang
diukur dengan cara menekan sampel dengan alat uji tekan hingga pecah. Terdapat dua
macam kekuatan gips berdasarkan teori pengerasan, yaitu kekuatan basah dan
kekuatan kering. Kekuatan basah merupakan kekuatan yang diperoleh bila masih
terdapat kelebihan air selama proses pengerasan gips. Kekuatan kering merupakan
kekuatan yang diperoleh setelah gips dikeringkan selama 24 jam. Hasan RH dan
Mohammad KA (2005) menyatakan bahwa proses pengeringan untuk mencapai
kekuatan kering yaitu selama tujuh hari, namun tidak ada perbedaan kekuatan
kompresi setelah pengeringan selama 24 jam dan tujuh hari.7 Pengujian sampel
menggunakan alat uji tekan. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel hingga
pecah, kemudian besar beban dicatat dari alat uji tekan dalam satuan kilogram force
(kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal
(Mpa).

Perubahan Dimensi
Dimensi adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk
mendefinisikan sifat-sifat suatu objek, yaitu ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi,
serta bentuk. Perubahan dimensi dapat diukur secara volumetrik dan linear yang
biasanya dinyatakan dalam persentase panjang atau volume akhir dibandingkan
dengan panjang atau volume-volume dari suatu objek. Perubahan dimensi linear lebih
mudah dan sederhana untuk diukur dibandingkan dengan perubahan dimensi
volumetrik.
7

Perubahan dimensi gips merupakan perubahan ukuran pada gips selama


proses pengerasan. Kristal gips yang terbentuk selama proses pengerasan yaitu
berbentuk sperulitik, kristal ini saling menimpa satu sama lain dan mencoba untuk
mendorong kristal yang lain agar terpisah sehingga terjadi ekspansi selama proses
pengerasan sehingga menyebabkan perubahan dimensi pada gips.
Pengukuran perubahan dimensi menggunakan traveling microscope. Setiap
sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-cd pada garis
A, pengukuran panjang garis cd-cd pada garis B, dan pengukuran panjang garis
cdcd pada garis C. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan rataratanya. Hasil rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus, yaitu:

dimana:
l1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm)
l0 = panjang garis pada stainless steel die (mm)

Faktor yang mempengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips


1. Suhu Ruangan dan Suhu Air
Perubahan suhu ruangan dan suhu air dapat memberikan pengaruh pada gips
selama proses pengerasan. Peningkatan suhu ruangan dan suhu air dapat
menyebabkan pergerakan ion kalsium dan ion sulfat meningkat sehingga setting
time menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu ruangan yang berawal 20 oC menjadi
37oC dapat meningkatkan kecepatan reaksi pengerasan sehingga setting time
menjadi lebih singkat dan setting expansion menjadi lebih besar, tetapi suhu yang
8

meningkat diatas 37oC dapat menurunkan kecepatan reaksi pengerasan dan setting
time menjadi lebih lama, serta setting expansion menjadi lebih kecil. Peningkatan
suhu air (tidak melebihi 37.5oC) yang digunakan sebagai campuran gips dapat
mempersingkat setting time, tetapi jika suhu air diatas 37.5oC dapat memberikan
efek retarder pada pengerasan gips. Tetapi secara umum peningkatan dan
penurunan suhu ruangan dan suhu air yang digunakan tidak memberikan pengaruh
yang bermakna pada kekuatan gips.
2. Rasio W:P
Rasio W:P merupakan faktor penting dalam mempengaruhi sifat fisik dan sifat
kimia dari produk akhir gips, misalnya semakin besar rasio W:P maka semakin
lama waktu pengerasan dan semakin lemah produk gips karena semakin banyak
air yang digunakan sebagai campuran adonan gips maka dapat menimbulkan porus
atau lubang yang lebih besar sehingga kekuatan gips akan menurun, serta setting
expansion menjadi lebih kecil karena semakin meningkat rasio W:P maka semakin
sedikit nukleus kristalisasi per unit volume yang ada dan karena dapat dianggap
bahwa ruangan antar-nukleus lebih besar pada keadaan tersebut, maka
pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga
dorongan keluar. Sebaliknya, penurunan rasio W:P dapat menyebabkan
peningkatan kekuatan kompresi dan setting expansion menjadi lebih besar karena
kandungan air menjadi lebih sedikit sehingga jarak antar kristal menjadi lebih
dekat, dan hal tersebut menyebabkan dorongan antar kristal menjadi lebih desar.
Oleh karena itu rasio air dan bubuk perlu diperhatikan sesuai dengan aturan
pabrik, contohnya rasio W:P untuk gips tipe III yaitu 28 ml air 30 ml air : 100
gram gips.
3. Waktu dan Kecepatan Pengadukan
Metode pengadukan yang tepat adalah dengan menambahkan air yang sudah
diukur terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penambahan bubuk yang telah
ditimbang secara bertahap. Adonan gips diaduk selama kurang lebih 15 detik
dengan kecepatan pengadukan 120 rpm menggunakan spatula dan diikuti dengan
9

pengadukan mekanik selama 20-30 detik dengan kecepatan 450 rpm menggunakan
mixer. Pengadukan adonan gips yang tidak adekuat sering dilakukan oleh dokter
gigi dan laboran karena takut adonan akan mengeras sebelum dituang ke dalam
cetakan alginate atau bahan elastomer sehingga memberi pengaruh pada kekuatan
gips. Bila pengadukan adonan gips hanya menggunakan spatula, sebaiknya
dilanjutkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terbentuknya porusporus yang dapat mengakibatkan produk gips menjadi lemah dan tidak akurat.
Peningkatan waktu dan kecepatan pengadukan akan mengakibatkan waktu
pengerasan menjadi lebih singkat, peningkatan kekuatan kompresi, dan setting
expansion menjadi lebih besar. Namun bila waktu pengadukan melebihi 1 menit
akan menyebabkan pecahnya kristal-kristal gips yang telah terbentuk sehingga
lebih sedikit jalinan kristal yang terbentuk pada hasil akhir dan kekuatan kompresi
gips akan menurun.
4. Aselerator
Aselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat reaksi
pengerasan. Penambahan aselerator membuat dihidrat kurang larut dibandingkan
hemihidrat yang menyebabkan reaksi pengerasan bergerak menuju dihidrat
sehingga reaksi pengerasan menjadi lebih cepat. Beberapa contoh aselerator yaitu
natrium klorit 2%, natrium sulfat 3,4%, kalium sulfat dengan konsentrasi di atas
2%, dan kalsium sulfat yang diperoleh dari pemakaian slurry water (air yang
mengandung partikel kalsium sulfat). Penambahan bahan aselerator dapat
mengurangi kekuatan dari gips karena senyawa tersebut dapat mempengaruhi
kemurnian serta mengurangi kohesi antar-kristal dan secara umum dapat
mengurangi ekspansi selama proses pengerasan.
5. Slurry Water
Slurry water merupakan salah satu aselerator yang memiliki kandungan
kalsium sulfat dihidrat yang diperoleh dengan cara melarutkan potongan gips
dengan aquadestilata. CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat) yang dilarutkan

10

dengan aquadestilata akan menguraikan ion Ca2+ dan ion (SO4)2-, serta pelepasan
molekul air dengan reaksi kimia sebagai berikut:

Menurut Bradley dkk (1982), konsentrasi slurry water yang digunakan


sebagai aselerator gips yaitu sebesar 2% untuk mempersingkat initial setting time
menjadi 2 menit 15 detik 15 detik dan final setting time menjadi 4 menit 15 detik
15 detik. Kalsium sulfat yang diperoleh dari hasil uraian kalsium sulfat dihidrat
jika ditambahkan pada gips berperan sebagai katalis yang menyebabkan partikel
kalsium sulfat dihidrat terbentuk lebih cepat, lebih tipis, lebih pendek sehingga
dapat mempersingkat setting time dan pembuatan model kerja menjadi lebih cepat.
Kalsium sulfat yang terkandung di dalam slurry water dapat menyebabkan
peningkatan nukleus kristalisasi (kalsium sulfat dihidrat) sehingga terjadi
peningkatan ikatan kristal dengan air yang menyebabkan penurunan kadar air dan
terjadi peningkatan kekuatan kompresi. Selain itu, kalsium sulfat berperan sebagai
katalis inti kristalisasi yang menyebabkan kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan
pendek sehingga ruang antar kristal menjadi lebih besar, maka pertumbuhan
interaksi antar kristal menjadi berkurang, demikian juga dorongan antar kristal, hal
ini menyebabkan penurunan ekspansi selama proses pengerasan
CARA PENGECORAN YANG BAIK
Cetakan harus dituangkan dalam waktu 15 menit setelah dilakukan
pencetakan.
Base former dapat digunakan untuk membuat basis yang tepat.
Cetakan ditempatkan dan stabil di atas sepotong kapas sehingga ridge yang
muncul sejajar dengan meja.
Membutuhkan kuantitas air dan bubuk yang benar dalam mangkuk karet dan
dicampur dalam gerakan melingkar.

11

Setelah gips mencapai konsistensi yang cukup, harus ditempatkan pada


vibrator untuk menghilangkan gelembung udara.
Pengecoran biasanya dilakukan dalam tiga tuangan. Pada bagian pertama
tuangan harus dari konsistensi yang lebih cair. Campuran gips harus
ditempatkan pada ujung distal cetakan dan dibiarkan mengalir di seluruh
bagian. Hal ini untuk mencegah jebakan gelembung udara (Gambar 1).
Cetakan harus ditempatkan dalam vibrator untuk menghindari terjadinya
gelembung udara. Campuran pertama harus diberikan setengah dari tinggi
ridge. (Gambar. 2).

Gambar 1. Campuran gips

Gambar 2. Campuran pertama

harus ditempatkan pada ujung


distal cetakan

pada cetakan

Konsistensi campuran kedua harus sedikit lebih tebal. Kelbihan pada bagian
permukaan tidak harus dihilangkan karena mereka bertindak sebagai agen
retentive untuk campuran terakhir. Setelah memberikan campuran kedua harus
ditempatkan dalam slurry water untuk menjaga kelembapan gips. Campuran
kedua harus mengisi seluruh ridge (Gambar 3).
Campuran terakhir atau dasar tuangan dilakukan dengan menggunakan base
former. Gips dicampur dan dituangkan ke base former. Sebuah jumlah kecil
12

diaplikasikan di atas tuangan kedua. Cetakan dengan campuran kedua dibalik


di atas base former. Campuran ketiga berkontur pada daerah peripheral untuk
menghilangkan batasan antara menuangkan kedua dan ketiga (Gambar 4).

Gambar 3. Campuran kedua

Gambar 4. Campuran ketiga

pada cetakan

atau dasar campuran

Dasar harus memiliki ketebalan minimum 10 mm di bagian tertipis:


- 10 mm di palatum durum di rahang atas
- 10 mm pada kedalaman sulkus lingual di rahang bawah.
Kelebihan gips harus di trim (dihilangkan)
Pada model mandibula, kelebihan gips di daerah ruang lidah harus dihapus
dan berkontur menggunakan pisau gips. Harus hati-hati sehingga menghindari
overtrimming gips.
Dengan tidak adanya baseformer suatu campuran plester yang tersebar di
glass plate atau keramik dan cetakan dibalik di atasnya. Kemudian, dasar ini
harus dipangkas sesuai standar.
CARA MENGELUARKAN MODEL DARI CETAKAN
Setelah gyps keras model dapat dikeluarkan dari cetakan dengan jalan:
Jika bahan cetak yang dipakai adalah stentz maka model dapat dikeluarkan
dari cetakan dengan melunakkan impression compoundnya dalam air panas

13

kurang lebih 60 C. Kemudian dilepaskan dengan pisau mulai dari semua sisi
vestibulum, bagian oklusal dan insisal.
Jika bahan cetaknya gyps (impression Plaster) dapat dilepaskan dengan
membuat parit dibagian prosessus alveolaris dan dicungkil dari bagian bukal
dan labial pada pinggir cetakan. Sedangkan pada bagian palatum dapat dengan
sendirinya dikeluarkan keseluruhannya.
Jika cetakan dengan bahan cetak alginate dapat dibuka dengan menyiramkan
air dari kran ke bagian distal cetakan, sambil menggerak-gerakkan model agar
lepas dari bahan cetak.

14

You might also like