Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Akne atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan
menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul,
pustule, nodus, dan kista pada tempat predileksinnya.1
Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hamper mirip satu dengan
yang lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi yang berbeda.
Salah satu jenis akne adalah akne vulgaris.1
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea
yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gamabaran klinis akne vulgaris sering polimorf; terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi
akibat kelainan aktif tersbut; baik jaringan parut yang hipotrofik maupun
hipertropik.1,2,3
B. EPIDEMIOLOGI
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering
dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman
mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali
tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat
pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun
baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salaj satu problem.
Umumnya insidens terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19
tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan
papul dan jarang terlihat lesi beradang.1,2
Akne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu
tahun sebelum menarche atau haid pertama.1 Onset akne pada perempuan
lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya
lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi akne pada masa remaja cukup tinggi,
yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja. Perempuan ras Afrika
Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi akne tinggi, yaitu 37% dan 32%,
1
sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%.4 Pada
ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20%
lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, akne
komedonal lebih sering dibandingkan acne inflamasi, yaitu 14% akne
komedonal, 10% akne inflamasi.4
C. ETIOLOGI
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada
berbagai faktor yang berkaitan dengan patogensis penyakit.1 Beberapa
faktor yang dapat Menyebabkan akne vulgaris, antara lain :
genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb),
faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor psikis,
musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes), kosmetika,
dan bahan kimia lainnya.1,2,3
D. PATOGENESIS
Patogenesis akne meliputi empat factor, yaitu hiperproliferasi epidermis
folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan,
inflamasi , dan aktivitas Propionibacterium acne (P.acne).2,4,5
Adapun penjelasan dari proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel
yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga
sukar lepas dari saluran folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan
unsure komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas dalam sebum yang penting pada
pathogenesis penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, dulu:
Corynebacterium acnes, Pityrosporum ovale dan Staphylococcuc
epidermidis) yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta
pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.
5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies
yang memperberat akne.
6. Peningkatan kadar hormone androgen, anabolic, kortikosteroid,
gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi factor penting pada
kegiatan kelenjar sebasea.
7. Terjadinya stress psikik yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,
baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar
hipofisis.
8. Faktor lain; usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak
langsung dapat memacu peningkatan proses pathogenesis tersebut.
pada
duktus
seboglandularis
dan
akroinfundibulum.
acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne.
Peranan P.acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah
satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi
P.acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding
sel P. acnes meningkatkan respons infl amasi melalui aktivasi komplemen.4
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi
dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah
berjerawat,
misalnya
pada
wajah,
dada,
dan
punggung.
Pada
E. GEJALA KLINIS
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian
atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas,
dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala
predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul,
nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya
keluhan penderita adalah keluhan estetis.1
Komedo adalah gejala patognomik bagi akne berupa papul miliar yang
di tengahnya mengandung sumbatan sebum,bila berwarna hitam akibat
mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka
(black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya
lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai
komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).1
berupakan
sebukan
sel
radang
kronis
di
sekitar
folikel
Antibiotik
doksisiklin,minosiklin)
yang
diberikan
eritromisin,
adalah
tetrasiklin
kotrimoksasole,
dan
(tetrasiklin,
klindamisin.
digunakan sebagai terapi lini pertama karena manfaat dan harganya yang
murah, walaupun angka kejadian resistensinya cukup tinggi. Dalam 6 minggu
pengobatan menurunkan
reaksi
dalam dosis
1 gram/hari
ini
lebih mahal
di
lemak
dan diabsorbsi
lebih
baik
saluran pencernaan.
Eritromisin 1g/hari dapat diberikan sebagai regimen alternative. Obat ini
sama efektifnya dengan tetrasiklin, tapi menimbulkan resistensi yang tinggi
terhadap P.aknes dan sering dikaitkan dengan kegagalan terapi.
Klindamisin merupakan jenis
obta
yang
sangat
colitis.
Kotrimoksasole (sulfometoksasol/trimetoprim,
respon
dengan
menurunkan
proliferasi
dari
produksi
sebum
dan
menurunkan
efek
mengakibatkan inflamasi.
Masih
terjadi
(1gram/kgBB/hari
atau
perdebatan
untuk
50mg/kgBB/hari),
dosis
walaupun
pemeberian
hasil
yang
ditunjukkan kedua dosis untuk pengobatan jangka panjang adalah sama, tapi
angka kejadian kambuh dan memerlukan pengobatan ulang sering didapatkan
pada dosis rendah yang diberikan untuk akn yang berat.
10
hormonal
respon
diindikasikan
terhadap
terapi
pada
wanita
konvensional.
yang
tidak
Mekanisme kerja
dehidroepiandrosterone,
yang
pada
akhirnya
dapat
mengurangi
produksi sebum dan mengurangi terbentuknya komedo. Ada tiga jenis terapi
hormonal yang tersedia, yaitu: estrogen dengan prednisolon, estrogen
dengan
hormonal harus
harus
melanjutkan terapi topikal. Seperti halnya antibiotik, tingkat respon obatobat hormonal juga lambat, dalam bulan pertama terapi tidak didapatkan
perubahan dan perubahan kadang-kadang baru dapat terlihat pada bulan ke
enam pemakaian. Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata.
Perubahan
yang
dihasilkan
pada penggunaan
diane
hampir
mirip
11
2. Topikal
Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu cara
yang banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris. Tujuan
diberikan terapi ini adalah untuk mengurangi jumlah akne yang telah ada,
mencegah terbentuknya spot yang baru dan mencegah terbentuknya scar
(bekas jerawat). Terapi topikal diberikan untuk beberapa bulan atau tahun,
12
pada
daerah
yang
terkena
jerawat,
tetapi
juga
pada
daerah disekitarnya.
Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara topikal, yaitu:
a. Retinoid topical.
Mekanisme kerja dari retinoid topical:
- Mengeluarkan komedo yang telah matur.
- Menghambat pembentukan dan jumlah dari mikrokomedo.
- Menghambat reaksi inflamasi.
- Menekan
perkembangan
mikrokomedo
baru
yang
penting
untuk
maintenance terapi.
b. Tretinoin
Tretinoin merupakan retinoid pertama yang diperkenalkan oleh Stuttgen
dan Beer.Mengurangi komedo secara signifikan dan juga lesi peradangan
akne.Hal ini ditunjukkan pada percobaan untuk 12 minggu menurunkan 3281% untuk non-inflamnatory lesi dan 17-71%
0.1%,
gel
0.01%, 0.025%) dan dalam solution (0.05%). Formula topical gel ini
mengandung polyoprepolymer-2, tretinoin prenetration.
c. Isotretinoin
Tersedia dalam sediaan gel, mempunyai efikasi yang sama
dengan
atau solution
melibatkan
1000
dalam
konsentrasi
pasienditunjukkan
0.1%.dalam
bahwa
adapalen
survey
0.1%
yang
gel
13
f. Antibiotik Topikal
Kegunaan paling penting dan mendasar dari antibiotik topical adalah
rendah iritasi, tapi kerugiannya adalah menambah obat-obat yang resisten
terhadap P.aknes dan S. Aureus.Untuk mengatasi masalah ini, klindamisin dan
eritromisin ditingkatkan konsentrasinya dari 1 menjadi 4% dan formulasi baru
dengan zinc atau kombinasi produk denganBPOs atau retinoid.
Antibiotika
Mekanisme
topikal
kerja
banyak
antibiotik
digunakan
topikal
yang
sebagai
utama
terapi
adalah
akne.
sebagai
P.aknes
sebasea.Lebih
dalam
efektif
diberikan
pada
pustul
dan
lesi
hasil
yang
sama-sama
efektif,
duapertiga
pasien
resistensi.
Penggunaan
eritromisin
kombinasi dengan
antibiotik
topikal
mengeliminasi
pada
akne
terbatas
karena
mana kelenjar
sebasea memproduksi sebum berlebihan, pori-pori kulit juga akan lebih mudah
terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk dan berkembang.
Adanya sel kulit mati juga bisa memperburuk keadaan. Bila
sebasea
tidak
memproduksi
sebum
berlebihan,
kelenjar
mudah masuk ke dalam kulit. Dengan kata lain, jumlah produksi sebum
menjadi masalah utama dalam akne. Antibiotik topikal kerjanya
terbatas,
14
g. Asam Salisilat
Asam
konsentrasi
salisilat
dari
substansi
lain,
selain
itu
keratolitik, meningkatkan
juga
mempunyai
efek
teori,
pengangkatan
pembentukan lesi
closed
comedos
dapat
mencegah
dan kesabaran
cysts
dapat
Nodul-nodul
diterapi
yang
dengan
triamsinolon
mengalami
inflamasi
intralesi
atau
menunjukkan
perubahan yang baik Dalam kurun waktu 48 jam setelah disuntikkan dengan
steroid. Dosis yang biasa digunakan adalah 2,5 mg/ml triamsinolon
asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total obat yang diinjeksikan
pada lesi berkisar
ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam atau terlalu superfisial akan
menyebabkan atrofi.
Injeksi glukokortikoid dapat
menurunkan secara
drastic
ukuran
15
suspense
Akan
tetapi
harus
diulang
utamanya
adalah menghilangkan
lesi
akne
tipe
dalam
nodular
akne cysts
aksi
diberikan secara
dari
sitokin.
bersama-sama
Radiasi
UVA dn
untuk meningkatkan
UVB
hasil
sebaiknya
yang ingin
16