You are on page 1of 21

qWAda 12 kriteria yang menentukan sebuah perusahaan pembiayaan dikatakan

mempunyai kinerja sangat bagus atau tidak bagus. Apa saja kriteria penting itu agar
bank mendekat ke perusahaan pembiayaan Anda? Mengapa kinerja perusahaan
pembiayaan merosot? Biro Riset Infobank
Jumlah perusahaan pembiayaan (multifinance) yang di-rating Biro Riset Infobank (birI) tahun ini
bertambah. Namun, dari sisi kinerja justru mengalami gangguan. Tahun lalu yang di-rating
sebanyak 148 perusahaan dan tahun ini sebanyak 163 perusahaan dari 170 perusahaan
pembiayaan. Kemerosotan kinerja ini disebabkan oleh mulai mentoknya perusahaan pembiayaan
beraset besar.
Ada beberapa hal yang membuat perusahaan pembiayaan kinerjanya sedikit terganggu. Salah
satunya efek pemburukan ekonomi yang masih terasa dan meningkatnya biaya-biaya. Hal ini
bisa jadi akibat ekspansi yang berlebihan yang belum menghasilkan laba. Bahkan, pada 2012
industri multifinance akan menghadapi tantangan besar.
Kriteria rating yang ditetapkan Biro Riset Infobank dalam rating 170 multifinance ini
menyangkut dua hal, yaitu pertumbuhan dan rasio keuangan. Biro Riset Infobank berpendapat,
dengan dua pendekatan itu dapat melihat perusahaan pembiayaan lebih mendekati kenyataan dari
sisi kinerja keuangan.
Kriteria pertama, yaitu (1) pertumbuhan, menyangkut pertumbuhan aset, pembiayaan, modal
sendiri, dan laba. Sedangkan, kriteria rasio menyangkut (2) rasio pembiayaan terhadap aset dan
rasio pembiayaan terhadap kewajiban, (3) rasio modal sendiri terhadap total aset, (4) rasio
kewajiban terhadap total aset dan rasio kewajiban terjadap modal sendiri, (5) rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO), (6) return on average asset (ROA), dan
return on average equity (ROE).
Rating 170 Multifinance Versi Infobank 2012 didasarkan pada laporan keuangan perusahaan
pembiayaan 2010 dan 2011, yang terdiri atas neraca dan laba (rugi). Rating ini tidak
memperhitungkan sisi kualitatif, seperti manajemen dan pelayanan yang diberikan perusahaan
pembiayaan kepada nasabahnya. Hal ini karena keterbatasan informasi tentang data-data
kualitatif yang dapat diperoleh.
Jadi, penilaian ini hanyalah semacam potret keuangan sesaat dan tentunya mengandung banyak
kelemahan. Apalagi, ketika rating ini dibuat dengan jarak laporan keuangan itu dikeluarkan
sering kali menimbulkan perdebatan. Tidak hanya itu. Biro Riset Infobank juga tidak mengecek
kembali apakah laporan keuangan itu benar tanpa lipstik agar tampak cantik, dalam arti sesuai
dengan kondisi perusahaan, tanpa rekayasa.

Hanya laporan keuangan satu-satunya sumber informasi yang diperoleh masyarakat karena
memang ketentuan pemerintah yang mewajibkan perusahaan pembiayaan mengumumkan
laporan keuangannya. Itu pun terkadang laporan keuangannya tidak seragam. Ada perusahaan
yang mencantumkan biaya dan pendapatan secara lengkap, tapi banyak juga yang tidak lengkap
dan membingungkan.
Ada beberapa tahap yang dilakukan Biro Riset Infobank dalam menentukan kinerja keuangan
perusahaan pembiayaan. Pertama, menetapkan kriteria yang didasarkan pada hasil diskusi
panjang dengan pelaku, pengamat, dan kajian yang ada di Biro Riset Infobank. Penetapan
kriteria ini menyangkut pembobotan dan sekaligus predikat serta penggolongan berdasarkan
standar deviasi.
Ada tiga penggolongan berdasarkan besarnya pembiayaan, yaitu perusahaan pembiayaan besar
(di atas Rp1 triliun), menengah (antara Rp100 miliar dan Rp1 triliun), dan kecil (di bawah Rp100
miliar). Penggolongan ini berdasarkan standar deviasi dari angka-angka industri multifinance.
Kedua, pencarian bahan, berupa laporan keuangan di media massa dan perusahaan bersangkutan
serta dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Tahap ini merupakan tahap paling sulit
karena laporan keuangan perusahaan pembiayaan tidak seragam dan sering membingungkan
yang membacanya.
Ketiga, mengolah data-data dan dikaitkan dengan rumus-rumus yang sudah dibuat. Pada tahap
ini perusahaan pembiayaan digolongkan pada ukurannya dengan kriteria ideal masing-masing
kelompok.
Kriteria dan pembobotan dari empat pertumbuhan kinerja keuangan dan delapan rasio keuangan
penting, yaitu sebagai berikut:
PERTUMBUHAN. Untuk pertumbuhan terdapat empat indikator dengan bobot yang seragam
masing-masing 5%. Empat indikator pertumbuhan itu meliputi pertumbuhan aset, pembiayaan,
modal sendiri, dan laba.
Untuk pertumbuhan aset, perusahaan pembiayaan besar indikator terbaiknya sebesar 28%,
perusahaan pembiayaan menengah 22%, dan perusahaan pembiayaan kecil 5%. Semua diambil
dari rata-rata kelasnya.
Untuk pertumbuhan pembiayaan, perusahaan pembiayaan besar standar terbaiknya 35%,
perusahaan pembiayaan menengah 19%, dan perusahaan pembiayaan kecil 5%. Sedangkan,
untuk pertumbuhan modal sendiri, ukuran terbaik perusahaan pembiayaan besar indikator
terbaiknya 19%, perusahaan pembiayaan menengah 35%, dan perusahaan pembiayaan kecil 5%.

Untuk pertumbuhan laba, perusahaan pembiayaan besar paling tidak harus mampu menaikkan
laba sebesar 10%, perusahaan pembiayaan menengah 19%, dan perusahaan pembiayaan kecil
10%.
Perusahaan pembiayaan yang angkanya di atas rata-rata mendapatkan poin 100 dan di bawah
rata-rata mendapatkan poin 0. Pemberian nilai ini berlaku bagi seluruh kategori perusahaan
pembiayaan: besar, menengah, dan kecil.
RASIO PEMBIAYAAN. Ada dua rasio pembiayaan, yaitu rasio pembiayaan dibandingkan
dengan total aset dan rasio pembiayaan terhadap kewajiban. Untuk rasio pembiayaan
dibandingkan dengan total aset diberi bobot 10% dengan standar terbaik 85% yang diperoleh
dari rata-rata industri. Dengan bobot yang sama sebesar 10%, untuk rasio pembiayaan terhadap
kewajiban dengan rasio terbaik 85% sampai dengan 110%. Rasio ini berlaku sama bagi seluruh
kategori perusahaan pembiayaan.
RASIO MODAL. Rasio modal sendiri yang digunakan dalam rating multifinance ini yaitu
membandingkan modal sendiri dengan total aset. Ada tiga kategori, yaitu perusahaan
pembiayaan besar, perusahaan pembiayaan menengah, dan perusahaan pembiayaan kecil. Bobot
rasio modal ini sebesar 10% dan standar terbaik yang digunakan berdasarkan rata-rata kelas
perusahaan pembiayaan: perusahaan pembiayaan besar 18%, perusahaan pembiayaan menengah
37%, dan perusahaan pembiayaan kecil 56%.
RASIO KEWAJIBAN. Rasio kewajiban ini menggunakan dua kriteria, yaitu rasio kewajiban
dibandingkan dengan total aset dengan bobot penilaian sebesar 5% dan rasio kewajiban terhadap
modal sendiri dengan bobot 15%. Rasio terbaik dari rasio kewajiban dibandingkan total aset
sebesar 80% yang diperoleh dari rata-rata, sedangkan rasio terbaik kewajiban terhadap modal
sebesar kurang dari 1.500%. Untuk perusahaan yang rasionya di atas 1.500% nilainya 0.
RASIO EFISIENSI. Rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi ini yaitu membandingkan
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Bobot dari efsiensi ini adalah 10% dengan
standar terbaik di bawah 92%. Untuk rentang 92% sampai dengan 100% tergantung pada
besarnya rasio ini dan di atas 100% dinilai 0.
RASIO RENTABLITAS. Ada dua rasio rentabilitas yang digunakan dalam rating multifinance
ini, yaitu ROA dan ROE. Standar terbaik ROA sebesar 1,5% dan ROE sebesar 7%, yang
diperoleh dari rata-rata bunga investasi di deposito selama 2009. Perusahaan dengan ROA di atas
1,5% mendapatkan nilai 100 dan yang ROE-nya di atas 7% mendapat nilai 100%. Untuk kriteria
ROA dan ROE ini masing-masing bobotnya 10%.
Nah, setelah memasukkan data-data ke dalam rumus dan memberi bobot, akan ke luar nilai di
masing-masing kriteria. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan hasil yang diperoleh dari

masing-masing kategori sehingga didapat total nilai yang menunjukkan hasil akhir dan
diterjemahkan secara kualitatif: sangat bagus, bagus, cukup bagus, serta tidak bagus.
Predikat sangat bagus nilainya antara 81% dan 100%, bagus 66% sampai dengan kurang dari
81%, kurang bagus antara 51% dan kurang dari 66%, dan tidak bagus nilainya di bawah
51%. (*)

RASIO RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN


RASIO RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN
Untuk dapat memproleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu
mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan,
dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan
dalam analisa finansial adalah ratio.
Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan suatu kegunaan yang penting adalah dalam
menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan. Menurut Kown ( 2004 ; 107 ) : Hasil dari
menganalisis laporan keuangan adalah rasio keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan.
analisa Laporan Keuangan menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angkaangka dalam laporan
keuangan dan trend angka angka dalam beberapa periode, satu tujuan dari analisis laporan
keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan bagaimana akan
terjadi dimasa yang akan datang.
Menurut Van Horne ( 2005 : 234) : Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena
dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai
angka mentahnya sendiri.
Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan
keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan informasi
yang membutuhkan kehati hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam
perusahaan tersebut.

Menurut Kown (2004: 108) : Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas empat
pertanyaan yaitu :
1. Bagaimana Likuiditas Perusahaan
2. Apakah Manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva
3. Bagaimana perusahaan didanai
4. Apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian
yang cukup.
Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan rata rata pembanding yang tepat bagi perusahaan
yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berlainan.
Sebagai salah satu bentuk informasi yang relevan dan kegunaanya yang efektif dalam
menganalisa rasio dalam pengambilan keputusan. Dalam melakukan analisa, penganalisa dapat
menggunakan dua macam perbandingan yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio rasio yang lalu atau dengan rasio rasio yang
diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio perusahaan dengan rasio rasio yang sejenis dengan perusahaan lain
yang sejenis, dan pada waktu yang sama.
Menurut Sumber datanya Van Horne ( 2005 : 234) : Angka rasio dapat dibedakan atas :
1. Rasio rasio neraca ( Balance Sheet Ratio ), yaitu ratio ratio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current asset to total asset ratio, current
liabilities to total asset ratio dan lain sebagainya.
2. Rasio rasio Laporan Laba Rugi ( Income Statement Ratio ), ialah data yang disusun dari data
yang berasal dari income statement, misalnya gross profit, net margin, operating margin,
operating ratio dan sebagainya.
3. Rasio rasio antar Laporan Keuangan ( Intern Statement Ratio), ialah ratio ratio yang disusun
dari data yang berasal dari neraca dan data lainya berasal dari income statement, misalnya asset
turnover, Inventory turnover, receivable turnover, dan lain sebagainya.
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering dipergunakan yaitu : Rasio
Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio Rentabilitas.
1. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang hutang jangka pendek (short time debt)
Menurut Van Horne :Sistem Pembelanjaan yang baik Current ratio harus berada pada batas
200% dan Quick Ratio berada pada 100%. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah :
a. Current Ratio ( Rasio Lancar)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki,
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar

Contoh : Current Ratio Pada PT XYZ Medan adalah sebagai berikut ( dalam Rupiah ) :
Tahun 2005 : = 1,04
Tahun 2006 : = 1,05
Ini berarti bahwa kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar, untuk tahun 2005 adalah setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Aktiva lancar Rp. 1,04.
untuk tahun 2006 adalah setiap hutang lancar Rp. 1 dijamin oleh Rp.1,05 aktiva lancar.
b. Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat
dihitung dengan rumus yaitu :
Quick Ratio = Aktiva Lancar Persediaan
Hutang Lancar
c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan diBank. Cash Ratio dapat
dihitung dengan Rumus yaitu :
Cash Ratio = Cash + Efek
Hutang Lancar
2. Ratio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh
pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan
untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini
menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Adapun Rasio yang
tergabung dalam Rasio Leverage adalah :
a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah
seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang


Total Aktiva
3. Ratio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu
perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut.
Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan
tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor
Penjualan Bersih
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan
dengan volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak
Penjualan Bersih
c. Earning Power of Total investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. . Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus yaitu :
Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak
Total aktiva
d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham
preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak
Ekuitas Pemegang Saham

Analisis Rasio Keuangan


Posted by: Maafkan Aku Bila Mencintamu.. on: 10 Juni 2011

In: Tak Berkategori

Tinggalkan sebuah Komentar

Pengertian Rasio Keuangan


Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan
dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke periode berikutnya.
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba
rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta
penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan
manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh
untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17)
Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbandingkan dengan
rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini
dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga
diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan
membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui
bagaimana keuangan dalam industri.
Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang
penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan

dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan
dalam aritmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam
data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan
penganalisis.
Menurut Bambang Riyanto (1992 : 329), analisis rasio keuangan adalah proses penentuan
operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuahperusahaan dari data akuntansi dan
laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari
manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan.
Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua
macam perbandingan, yaitu :
Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu
(histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan dating dari
perusahaan yang sama.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan
yang lain yang sejenis.
Dengan demikian manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tegantung kepada kemampuan /
kecerdasan penganalisis data menginterprestasikan data yang bersangkutan.
Keuanggulan Dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keuanggulan disbanding teknik analisis lainnya. Keuanggulan
tersebut seperti diuraikan oleh Sofyan Syafii Harahap (1998 : 298) antara lain :
1. Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan
yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaandengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan dating.
Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa
keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam
penggunaannya.
Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Sofyan Syofii Harahap (1998 : 298) ini antara lain :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya
b. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis ini seperti :
1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran yang dapat
dinilai biasa atau objektif.
2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan ( cost ) bukan

harga pasar.
3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh
perusahaan yang berbeda.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
d. Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
e. Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang digunakan berbeda maka
perbandingan dapat menimbulakn kesalahan.
Rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna, namun mempunyai beberapa keterbatasan
dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio-rasio tersebut terbentuk dari penfsiran dengan cara
menggabungkan beberapa rasio yang ada menjadi suatu model peramalan yang berarti yaitu
model yang disebut analisis diskriminan. Analisis diskriminan ini menghasilkan suatu index yang
memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam satu kelompok yang telah ditetapkan
terlebih dahulu, sehingga dengan model ini dapat diukur prospek sutu perusahaan.
Pemakai Rasio Keuangan
Analisis yang berbeda akan memilih jenis rasio yang berlainan, tergantung pada siapa yang
menggunakan rasio tersebut. Menurut Budi Rahardjo (1992 : 12) menyatakan bahwa pengguna
rasio keuangan dapat dibedakan menjadi :
a. Intern, yaitu manajemen itu sendiri untuk mengetahui perkembangan perusahaan maupun
posisi relative terhadap perusahaan sejenis dlam industry yang sama.
b. Ekstern, yaitu dapat dibedakan menjadi :
1. Kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang dapat diklasifikasikan menjadi :
krediturjangka pendek dan kreditur jangka panjang. Kreditur jangka pendek merupakan orang
atau lembaga keuangan yang member pinjaman kepada perusahaan dalam jangka pendek atau
yang pinjam akan segera jatuh tempo (tahun ini). Kreditur jangka pendek ini akan lebih
menekankan pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau
lebih tertarik pada likuiditas. Kreditur jangka panjang merupakan orang atau lembaga keuangan
yang memberikan pinjaman jangka panjang atau memegang obligasi yang dikeluarkan
perusahaan. Kreditur jangka panjang akan menekankan pada kelangsungan pembayaran bunga
maupun pokok pinjaman. Mereka lebih menekannkan pada likuiditas, solvabilitas dan
profitabilitas.
2. Investor atau pemegang saham sebagai tambahan terhadap likuiditas. Penanam modal (pemilik
perusahaan) juga memperhitungkan kebijakan perusahaan yang mempengaruhi harga saham
perusahaan tersebut di pasaran.
Penggunaan Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat
menurut kebutuhan penganalisis. Namun demikian angka-angka rasio yang pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi dua kelompok (Munawir, 1992 : 68), yaitu :

a. Penggolonagn berdasarkan sumber data


1. Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio), yaitu rasio-rasio yang disususn dari data yang
bersumber atau yang berasal dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio yang disusun dari data yang
berasal dari laporan laba rugi.
3. Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba rugi.
b. Penggolongan berdasarkan tujuan penganalisis
1. Rasio likuiditas
2. Rasio solvabilitas
3. Rasio rentabilitas
4. Dan rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisis
Menurut Mamduh M. Hanafi (1996 : 75) rasio keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
2. Rasio aktivitas, yang menunjukkan sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat
tingkat aktivitas aset.
3. Rasio solvabilitas, mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya.
4. Rasio profitabilitas, melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Kesehatan Bank (Rasio CAMEL)
Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu bank.
Pada tahun 1966. Beaver melaporkan sebuah studi yang membandingkan masing-masing rasio
perusahaan bangkrut dengan perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya terhadap kondisi lima
tahun sebelum kebangkrutan. Beaver menggunkan pendekatan univariate dimana kemampuan
memprediksi kegagalan perusahaan dengan rasio-rasio yang dianalisa satu per satu.
Penelitian lanjutan yang memanfaatkan analisa rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan
perusahaan dilaporkan oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Altman menggunkan metode
Multiple Diskriminant Analysis dengan lima jenis rasio keuangan. Sampel yang digunakan 66
perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang
tidak bangkrut. Dari hasil studinya, altman memperoleh model prediksi multiple Discriminan
Analysis (MDA) sebagai berikut : X = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 +0,99 X5 ;
dimana X1 = Working Capital / total aset ; X2 = RE / Total Assets ; X3 = EBIT / Total Assets; X4
= Market Value of Equity / Book Value of Total Debt ; X5 = Sales / Total Assets dan X = Overall
Index.
Hasil studi empiris Altman ternyata mampu memeperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar
95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Untuk dua tahun sebelum kebangkrutan
tingkat ketepatannya adalah 72%. Ketepatan model ini telah diujikan terhadap secondary sample
(holdout sample) dari perusahaan yang bangkrut (n = 25) dengan tingkat keakuratan 96% dan

untuk perusahaan yang tidak bangkrut (n = 66) dengan tingkat keakuratan 79%.
Penelitian lain yang menggunkan rasio-rasio yang merefleksikan CAMEL dilakukan juga oleh
Whalen dan Thomson (1988). Dalam penelitian ini digunakan data keuangan untuk
mengklasifikasikan bank yang bermasalah dan tidak bermasalah. Dengan teknik logit regression,
construct dari modal digunakan untuk memprediksi perubahan rating CAMEL cukup akurat
dalam penyusunan rating bank.
Penelitian di Indonesia yang menggunkan rasio keuangan umumnya diarahkan untuk
memprediksi perkembangan laba perusahaan. Diantaranya adalah riset Machfoedz (1994) yang
bertujuan menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di
masa mendatang. Metode yang digunakan untuk memilih rasio keuangan adalah prosedur
MAXR. Untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan yang digunakan dalam model
bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini jga menunjukkan
bahwa perusahaan besar mempuntai komponen rasio yang berbeda dengan perusahaan kecil
apabila rasio keuangan tersebut akan digunkan untuk memprediksi laba masa mendatang.

ANALISIS LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, dan RENTABILITAS

Analisis Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas laporan keuangan PT COLORPAK


INDONESIA, Tbk dan ANAK PERUSAHAAN.

1 Likuiditas Perusahaan
Likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi. Masalah likuiditas dapat dihitung dengan dua cara,
yaitu dengan cara perhitungan menggunakan rasio(quick ratio, current ratio, dan cash ratio dan
dengan menghitung periode penagihan rata- rata (average collection period). Untuk laporan

keuangan diatas saya menggunakan pendekatan yang pertama yaitu dengan perhitung rasio
(Current ratio, quick ratio dan cash ratio)

Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%


Tahun 2010

= (Rp 227.819.168.461 : Rp 123.450.557.939) x 100%


= 184,54 %
Tahun 2011 = (Rp 185.436.645.162 : Rp 96.911.386.652) x 100%
=191,34%
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya
dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.

Quick ratio

= {(aktiva lancar persediaan) / hutang lancar} x 100%

Tahun 2010

= {(227.819.168.461- 82.424.270.814) / 123.450.557.939} x 100%


= 117,77%
={( 185.436.645.162 - Rp 68.458.457.208) / 96.911.386.652} x 100%
= 120,706%

Tahun 2009

rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid dan
mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar quick ratio maka semakin baik pula perusahaan pula kondisi perusahaan. Namun
apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1 atau 100% perusahaan tersebut dianggap kurang
baik.

Cash ratio
Tahun 2010
Tahun 2009

= (kas / hutang lancar) x 100%


= ( 9.435.631.304 / 123.450.557.939) x 100%
=7,64%
= ( 5.398.758.478 / 96.911.386.652) x 100%
= 5,57%

Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar.

2 Solvabilitas Perusahaan
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya saat
perusahaan tersebut dilikuidasi. Solvabilitas dapat diukur dengan cara membandingkan jumlah
aktiva dengan jumlah hutang. Untuk laporan keuangan diatas perhitungan solvabilitasnya saya
menggunakan
total debt to capital asset.
Total debt to capital assets

= (total hutang / total aktiva) x 100%

Tahun 2010

= (140.879.700.667 / 275.390.730.449) x 100%


= 51,51%
=(103.889.967.660 / 219.198.880.369) x 100%
= 47,395%

Tahun 2009

Kelikuidan suatu perusahaan tidak dapat ditentukan oleh solvabilitas perusahaan tersebut.
Perusahaan yang solvable belum tentu likuid begitu pula sebaliknya.

3 Rentabilitas Perusahaan
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rentabilitas berbeda-beda untuk setiap perusahaan.
Hal ini terjadi karena perbedaan antara aktiva dan laba yang mana yang akan dibandingkan
dengan yang lain.
Rentabilitas dibagi menjadi dua, yaitu:

Rentabilitas ekonomi
Rentabilitas ekonomi bisa iukur dengan menggunakan gross prifit margin. Untuk laporan
keuangan diatas maka perhitungannya sebagai berikut:
Gross profit margin = (laba kotor / penjualan netto) x 100%
Tahun2010

= (62.009.766.595 / 516.581.827.788) x 100%


= 12,003%
= (68.153.669.345 / 447.956.185.580) x 100%
=15,214%

Tahun 2009

Operating ratio
Tahun 2010
Tahun 2009

={(454.572.061.193+17.362.828.146) / 516.581.827.788} x 100%


= 91,357%
={(379.802.516.235+16.984.119.010) / 447.956.185.580}x100%
=88,577%

Net Profit Margin

= (laba setelah pajak / penjualan netto)x100%

Tahun 2010

=( 28.443.539.773 / 516.581.827.788) x 100%


= 5,506%
=( 30.909.406.991 / 447.956.185.580) x 100%
= 6,9%

Tahun 2009

={(HPP + biaya adm) / penjualan netto} x 100%

Rentabilitas usaha
Rentabilitas usaha adalah perhitungan rentabilitas suatu perusahaan dengan cara membandingkan
laba usaha dengan modal sendiri.

Peulis mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam tulisan diblog ini. Karena penulis juga dalam
proses belajar.

Cara Perhitungan Likuiditas Solvabilitas dan


Rentabilitas
1. Likuiditas Perusahaan
Apa kegunaan Rasio Likuiditas ?
Rasio Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
Kewajiban Lancarnya dengan Aktiva Lancar.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan "Likuid" atau sesuai dengan standar Likuiditas perusahaan,
jika mampu membayar semua kewajiban Jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang
dimilikinya.
Bagaimana jika perusahaan tidak mampu ? maka perusahaan dikatakan "ilikuid"
Secara umum terdapat dua macam LIkuiditas, yaitu Likuiditas Badan Usaha dan Likuiditas
Perusahaan
* Disebut Likuiditas Badan Usaha , apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan
dengan kewajiban dengan pihak kreditur atau pihak luar
* Disebut Likuiditas Perusahaan, apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan
kewajiban finansial untuk menyelenggarakan proses produksi.
Sekarang mari kita mempelajari cara menghitung Rasio Likuiditas, yaitu dengan Current Ratio
dan Acid/Quick Ratio.
* Current Ratio, yaitu perbandingan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Gunanya
untuk mengetahui kemampuaan perusahaan membayar hutang lancarnya. Perusahaan yang
bukan perusahaan kredit, bila perbandingan current rationya kurang dari 2:1, maka dianggap
kurang baik. Kenapa ? sebab bila aktiva lancarnya mengalami penurunan maka jumlah aktiva
nya tidak cukup untuk menutup hutang lancar
Rumus Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
Contoh Soal :
Dari Neraca suatu perusahaan diketahui
- Kas Rp 25.000.000,-

- Piutang Dagang Rp 75.000.000,- BArang dagangan Rp 200.000.000,- Jumlah Hutang Dagang,wesel,bunga dan pajak nya Rp 255.000.000,Hitunglah Current Ratio nya
Jawab :
Aktiva Lancar = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000
Hutang Lancar = Rp 255.000.000,Current Ratio = Aktiva Lancar
300.000.000
----------------- x 100 % = ----------------- x 100 %
Hutang Lancar
255.000.000
= 117.65 %
= 118 % ( dibulatkan )
= 1.18 x
( artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1.18 aktiva lancar )
* Acid / Quick Ratio , yaitu perbandingan antara jumlah kas, efek dan piutang dengan hutang
lancar.Perusahaan bisa dikatakan Quick jika rasio nya 1:1
Rumus Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
-------------------------------Kewajiban Lancar
Contoh soal :
Dari Neraca suatu perusahaan diketahui - Kas Rp 25.000.000,- Piutang Dagang Rp 75.000.000,- BArang dagangan Rp 200.000.000,- Jumlah Hutang Dagang,wesel,bunga dan pajak nya Rp 255.000.000,Hitunglah Quick Ratio nya
Jawab :
Aktiva Lancar = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000
Persediaan adalah barang dagangan yang tersedia untuk dijual = Rp 200.000.000,Hutang Lancar = Rp 255.000.000,Quick Ratio =
Aktiva Lancar - Persediaan
----------------------------------- x 100 %
Hutang Lancar
300.000.000 - 200.000.000
= ----------------------------------- x 100 %
255.000.000
= 39.22 %
= 0.39 x
( artinya Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva perusahaan adalah
setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0.39 aktiva lancar yang likuid atau dalam bentuk
uang bukan persediaan barang dagangan )

2. Solvabilitas Perusahaan
Solvabilitas Perusahaan itu gunanya untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka pendek.
Bagaimana jika perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya ?
maka perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Rumus Rasio Solvabilitas :
a. Rasio Modal dengan Aktiva = Modal Sendiri
----------------Total Aktiva
b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap =

Modal Sendiri
-----------------

Aktiva Tetap
c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang = Aktiva Tetap
--------------Hutang Jangka Panjang
Contoh :
Dari Neraca Perusahaan HASAN234 diketahui
- Saham Rp 420.000.000
- Laba ditahan Rp 145.000.000
- Kas Rp 25.000.000
- Piutang Dagang Rp 75.000.000
- Barang dagangan Rp 200.000.000
- Mesin Rp 250.000.000
- BAngunan Rp 350.000.000
- Tanah Rp 100.000.000
-Obligasi Rp 180.000.000
Hitunglah Solvabilitas Perusahaan dengan
a. Rasio Modal dengan Aktiva
b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Jawab
a. Rasio Modal dengan Aktiva = Modal Sendiri
----------------Total Aktiva
= 420.000.000 + 145.000.000

-----------------------------------------25jt + 75jt + 200jt +250jt +350jt +100jt


= 565.000.000
--------------1.000.000.000
= 56.5 %
= 0.565 x
Artinya Setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp 0.565 modal sendiri,
sedangkan Rp 0.435 dari pinjaman
b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap =

Modal Sendiri
----------------Aktiva Tetap
420.000.000 + 145.000.000
-------------------------------250jt +350jt +100jt

565.000.000
--------------1.000.000.000
= 80.71 %
= 0.81 x
Artinya aktiva tetap dibiayai dengan 80.71 % modal sendiri,
c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang = Aktiva Tetap
--------------Hutang Jangka Panjang
= 250jt + 350jt + 100jt
----------------------180jt
=

700.000.000
--------------180.000.000
= 388.89 %
Artinya Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan jaminan

aktiva aktiva tetap sebesar 388.89%


3. Rentabilitas Perusahaan
Apa yang dimaksud dengan Rentabilitas perusahaan ? adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Ada beberapa macam perhitungan dalam Rentabilitas Usaha
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktivitas = Laba Usaha / Total Aktiva
b. Perputaran total Aktiva = Penjualan / total Aktiva
c. Gross Margin Ratio = Laba Kotor / Penjualan
d. Net MArgin Ratio = Laba Bersih / Penjualan
e. Operating Margin Ratio = Laba Usaha / Penjualan
f. Rentabilitas Modal sendiri = Laba Bersih / Modal sendiri
Contoh Soal ,
Dari Neraca Perusahaan HASAN234 diketahui
- Saham Rp 420.000.000
- Laba ditahan Rp 145.000.000
- Kas Rp 25.000.000
- Piutang Dagang Rp 75.000.000
- Barang dagangan Rp 200.000.000
- Mesin Rp 250.000.000
- BAngunan Rp 350.000.000
- Tanah Rp 100.000.000
- Laba Usaha Rp 300.000.000
- Penjualan Rp 2.000.000.000
- Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000.000
- Laba Bersih Rp 146.000.000
Hitunglah :
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktivitas
b. Perputaran total Aktiva
c. Gross Margin Ratio
d. Net MArgin Ratio
e. Operating Margin Ratio
f. Rentabilitas Modal sendiri
Jawab :
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktivitas = Laba Usaha / Total Aktiva
= 300.000 / 1.000.000.000
= 30 %
= 0.3 x
Artinya : Setiap Rp 1 Total Aktiva , menghasilkan Laba Usaha sebesar Rp 0.3
b. Perputaran total Aktiva = Penjualan / total Aktiva
= 2.000.000.000 /1.000.000.000

= 2x
( artinya Total Aktiva telah digunakan untuk meningkatkan penjualan efisiensi sebesar 2x )
c. Gross Margin Ratio = Laba Kotor / Penjualan
= (2.000.000.000-1.000.000.000) / 2.000.000.000
= 1.000.000.000 / 2.000.000.000
= 50%
Artinya Perusahaan dapat mencapai laba kotor 50% dari penjualannya
d. Net MArgin Ratio = Laba Bersih / Penjualan
= 146.000.000 / 2.000.000.000
=. 7.3 % = 0.07
Artinya Rp 1 penjualan meenghasilkan Laba bersih sebanyak Rp 0.07
e. Operating Margin Ratio = Laba Usaha / Penjualan
= 300.000.000 / 2.000.000.000
= 1.5 % = 0.15
Artinya Setiap Rp 1 penjualan menghasilkan Rp 0.15
f. Rentabilitas Modal sendiri = Laba Bersih / Modal sendiri
= 146.000.000 / 565.000.000
= 25.84 %
= 0.2584
Artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 0.2584

You might also like