You are on page 1of 19

TRI WIRATNO

FSSR, Universitas Sebelas Maret

Lokakarya Pembuatan Bahan Kebijakan Pengawasan Proses


Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks di Sekolah
Jakarta, 15-18 Desember 2013

1. PERISTILAHAN
Pembelajaran bahasa berbasis teks juga disebut

pembelajaran bahasa berbasis genre.


Apakah teks (text) sama dengan genre?
Apabila teks disejajarkan dengan wacana

(discourse),
apakah teks juga sama dengan wacana?

1.1 Teks
Definisi:

Teks adalah satuan bahasa yang dimediakan secara tulis


atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk
mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula.
(Wiratno, 2003: 3-4)

Satuan bahasa makna konteks

Ciri-Ciri Teks:
- Secara konkret, teks merupakan sebuah objek fisik,

tetapi secara abstrak, teks merupakan satuan bahasa


di dalam wilayah bahasa sebagai sistem;
- teks mempunyai tata organisasi yang kohesif;
- teks mengungkapkan makna;
- teks tercipta pada sebuah konteks;
- teks dapat dimediakan secara tulis atau lisan
(Wiratno, 2009: 77)

1.2 Genre
Genre dapat dipandang sebagai proses sosial (secara

luas) dan sebagai jenis teks (secara sempit).


Secara luas, yaitu latar belakang sosial dan budaya yang

mendasari terciptanya teks.


Secara sempit, yaitu jenis teks dalam bentuk instantiasi.

1.3 Genre versus Teks


Sebagai Proses Sosial

Pembelajaran
Berbasis Genre

GENRE

Pembelajaran
Berbasis Teks

Sebagai Teks

1.3.1 Genre sebagai Proses Sosial


Genre: proses sosial yang berorientasi kepada tujuan

yang dicapai secara bertahap (Martin, 1985b; 1992).


Sosial: karena orang menggunakan genre untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Berorientasi kepada tujuan: karena orang menggunakan
genre untuk mencapai tujuan komunikasi.
Bertahap: karena untuk mencapai tujuan tersebut,
biasanya dibutuhkan beberapa tahap melalui
pembabakan di dalam genre.
(Martin & Rose, 2003: 7-8)

1.3.2 Genre sebagai Jenis-Jenis Teks (File lain)

1.4 Teks versus Wacana


Teks belum disertai konteks, wacana sudah meliputi

konteks.
Teks dimediakan secara tulis, wacana secara lisan.
Teks dilihat sebagai produk yang terjadi pada suatu
waktu dan wacana dilihat sebagai proses yang sedang
berlangsung dalam waktu. (Matthiessen, Teruya, & Lam, 2010: 218219)

Teks mengacu secara formal kepada bentuk fisik dari

peristiwa komunikasi, sedangkan wacana mengacu


secara fungsional kepada makna sebagai hasil dari
interpretasi terhadap peristiwa komunikasi tersebut dalam
konteks. (Cf. Nunan, 1993: 5-7)

2. TEORI KEBAHASAAN SEBAGAI


DASAR
PEMBELAJARAN
BAHASA
2.1 Tiga
Teori Utama: Struktural, Fungsional,
Interaksionis
o Struktural: pembelajaran bahasa dilihat sebagai penguasaan
unsur-unsur struktural (termasuk fonologi, bentuk-bentuk
gramatika, unsur-unsur leksikal, dan sebagainya)
o Fungsional: pembelajaran bahasa menitikberatkan kandungan
bahasa yang lebih didasarkan pada fungsi komunikatif dan
makna ketimbang pada elemen-elemen struktural dan
gramatikal.
o Interaksionis: pembelajaran diarahkan kepada bahasa sebagai
alat untuk merealisasikan hubungan antarmanusia. Bahasa
dilihat sebagai perwujudan usaha yang dilakukan oleh
penggunanya untuk melangsungkan interaksi sosial.

2.2 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF)

o Pendekatan Berbasis Genre (Genre-based Approach)


(Martin, 1985; MEDSP, 1985; Martin, 1997;
Martin, 2009; Christie & Martin, Eds., 1997;
Martin & Rose, 2008; Martin & Rose, 2012)

o Pada teori ini, bahasa selalu digunakan dalam wujud teks yang
dilingkupi oleh konteks situasi dan konteks budaya.
o Mengajarkan bahasa berarti mengajarkan cara menggunakan
bentuk-bentuk bahasa untuk mengungkapkan diri sendiri, dunia
di sekitar, pengalaman, serta nilai-nilai sosial atau nilai-nilai
budaya.

3. PENDEKATAN, METODE, TEKNIK


3.1 Pendekatan
Secara aksiomatis, pendekatan membentangkan peta

tentang apa yang akan diajarkan kepada pembelajar.


(Anthony, 1963: 64)

Pendekatan berkenaan dengan filsafat atau teori

kebahasaan yang mendasari pengajaran yang akan


dilaksanakan di depan kelas.
Pendekatan Mengajar Berbasis Teks dilandasi oleh LSF

yang dirintis oleh M.A.K. Halliday, dan lebih khusus lagi


teori genre yang dikemukakan oleh J.R. Martin.

3.2 Metode
Metode ialah tata cara penyajian materi yang bersifat

prosedural. (Anthony, 1963: 65)


Apabila di satu sisi pendekatan berkenaan dengan teori

tertentu yang digunakan sebagai pijakan untuk


melaksanakan kegiatan belajar mengajar, di sisi lain,
metode berkenaan dengan penerapan teori tadi sesuai
dengan tataran kebahasaan yang dipilih, tujuan yang
akan dicapai, penentuan ketrampilan berbahasa yang
dirpioritaskan, isi materi yang akan diajarkan, dan
susunan (urutan) yang ditentukan untuk menyampaikan
isi materi itu.

3.2 Teknik
Teknik berurusan dengan cara, strategi, atau taktik

pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas


(Anthony, 1963: 66) untuk mencapai tujuan pengajaran
yang telah ditentukan.
Berbagai teknik dapat diterapkan di kelas, misalnya

ceramah, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja


kelompok, kerja berpasangan, bercerita, permainan,
penerjemahan, role play, dan teknik apa pun yang sesuai
dengan perkembangan situasi di kelas.

4. PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS


TEKS/GENRE
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks didasarkan pada prinsip:
(1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata
kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan,
(2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk
kebahasaan untuk mengungkapkan makna,
(3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa tidak pernah
dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan
itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya,
(4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir
manusia, dan cara berpikir seperti itu direalisasikan melalui struktur
teks.
(Prawacana, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013)

Metode pembelajaran pada Pendekatan Berbasis Teks dilaksanakan

dengan empat tahap yang berlangsung secara siklus:


o
o
o
o

Pembangunan Konteks
Pemodelan
Pembangunan Teks secara Bersama
Pembangunan Teks secara Mandiri.

(MEDSP, 1985; Rose & Martin, 2012)

Guru dapat memulai dari tahap mana pun, meskipun pada umumnya

tahap-tahap itu ditempuh secara urut.


Selain itu, apabila kegiatan belajar-mengajar mengalami kesulitan

pada tahap tertentu, misalnya pembuatan teks secara bersamasama, guru boleh mengarahkan siswa untuk kembali kepada tahaptahap sebelumnya, misalnya pemodelan.

5. PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS DAN


BUKU BAHASA INDONESIA SMP/SMA

Kegiatan Belajar 3:
Pembangunan Teks
Mandiri

Buku BI
SMP
SMA

Kegiatan Belajar 2:
Pembangunan Teks Bersama

Kegiatan Belajar 1:
Pembangunan Konteks
dan Pemodelan

Setiap pelajaran pada buku siswa Bahasa Indonesia untuk SMP dan

SMA terdapat tiga kegiatan belajar yang terpadu.


Kegiatan Belajar 1 berkenaan dengan tahap pembanguan konteks

yang dilanjutkan dengan pemodelan.


Pembangunan konteks dimaksudkan sebagai langkah-langkah awal
yang dilakukan oleh guru bersama siswa untuk mengarahkan
pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada setiap
pelajaran.
Tahap pemodelan adalah tahap yang berisi tentang pembahasan
teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan
diarahkan kepada semua aspek kebahasaan yang membentuk teks
itu secara keseluruhan.

Kegiatan Belajar 2 berisi tentang Tahap Pembangunan Teks secara

Bersama.
Pada tahap ini siswa bersama-sama siswa lain dan guru sebagai
fasilitator menyusun kembali teks seperti yang ditunjukkan pada
model.
Tugas-tugas yang diberikan berupa semua aspek kebahasaan yang
sesuai dengan ciri-ciri yang dituntut pada jenis teks yang dimaksud.
Kegiatan Belajar 3 diharapkan merupakan kegiatan belajar mandiri.

Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat mengaktualisasikan diri


dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti
yang ditunjukkan pada model.
(Prawacana, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013)

You might also like