You are on page 1of 23

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT
JUNI 2015

OSTEOPETROSIS

Oleh :
Waode Milfin sari
105420 224 10
Pembimbing :
dr. Ramlah Massing, M.Kes, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama

: Waode Milfin Sari

NIM

: 10542021610

Judul Referat

: Osteopetrosis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juni 2015


Pembimbing

dr. Ramlah Massing, M. Kes, Sp.Rad

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap
kesulitan hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan referat ini
dengan judul Osteopetrosis.Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian ilmu Radiologi.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas referat
ini.Namun berkat bantuan, saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing
serta teman-teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis

sampaikan

rasa

hormat

dan

terima

kasih

banyak

kepada dr. Ramlah Massing, M.Kes, Sp.Rad selaku pembimbing yang


telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan
tugas ini hingga selesai.
Penulis

menyadari

bahwa

referat

ini

masih

jauh

dari

yang

diharapkan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang
menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.
Semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
secara khusus.

Makassar, Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
A. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ............................................................................................3
C. DEFINISI.............................................................................................................................8
D. PATOMEKANISME...........................................................................................................9
E. KLASIFIKASI ....................................................................................................................11
F. DIAGNOSIS........................................................................................................................14
G. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS...........................................................................................15
H. TATALAKSANA................................................................................................................16
I. PROGNOSIS.......................................................................................................................18
J. KAJIAN ISLAM ..18
DAFTARPUSTAKA

OSTEOPETROSIS
(Waode MilfinSari, Ramlah Massing)
A. Pendahuluan
Osteopetrosis merupakan suatu penyakit tulang dimana terjadi peningkatan densitas
tulang abnormal dan mudah mengalami fraktur. Para peneliti telah mengklasifikasikan
osteopetrosis kedalam beberapa kelompok besar, yang dapat dibedakan berdasarkan
keturunan: autosomal dominant dan autosomal recessive. Selain itu juga dapat dibedakan
berdasarkan tanda dan gejala dari masing masing tipe tersebut.1
Autosomal dominant osteopetrosis (ADO), yang juga disebut Albers-Schnberg
disease, merupakan jenis yang paling ringan. Beberapa orang yang menderita penyakit ini
tidak menunjukan adanya gejala. Pada pasien dengan jenis ini, kelainan densitas biasanya
ditemukan secara kebetulan ketika pasien melakukan x-ray dengan alasan lain. pada pasien
yang terdapat tanda dan gejala, manifestasi utama pada tipe ini berupa fraktur multiple
tulang, abnormal kurvatura spinalis (skoliosis) atau abnormalitas spinal lain, arthritis pada
pinggul, dan infeksi tulang(osteomyelitis). Masalah masalah ini biasanya muncul dimasa
anak anak akhir atau di masa remaja.1
Autosomal recessive osteopetrosis (ARO) tipe yang lebih berat yang gejalanya
muncul diawal masa pertumbuhan. Individu yang menderetia jenis ini memiliki resiko tinggi
terjadinya fraktur yang hanya diakibatkan oleh benturan kecil atau terjatuh. Abnormalitas
pada densitas tulang tengkorak mereka menyebabkan terjepitnya persarafan yang ada di
kepala dan wajah (Nervus Cranialis), yang sering menyebabkan hilangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, dan paralisis otot fasialis. Peningkatan densitas tulang ini juga dapat
mengganggu fungsi dari sumsum tulang, yang menghambat pembentukan sel darah baru dan
sistem imun. Akibatnya, pasien dengan osteopetrosis berat memiliki resiko perdarahan
abnormal, anemia, dan infeksi berulang. Pada kasus kasus berat, kelainan sumsum tulang
ini dapat menjadi kasus yang mengancam jiwa pada masa awal pertumbuhan atau dimasa
awal anak anak.1
Manifestasi lain dari autosomal recessive osteopetrosis bisa berupa terhambatnya
pertumbuhan dan proporsi tubuh yang pendek, abnormalitas gigi, dan hepatosplenomegali.

Tergantung perubahan dari genetik yang terlibat, pasien dengan osteopetrosis berat juga bias
mengalami abnormalitas pada otak, disabilitas intelektual, atau kejang berulang (epilepsi).1
Beberapa orang telah didiagnosa dengan intermediate autosomal osteopetrosis (IAO),
suatu bentuk gangguan yang dapat memiliki manifestasi dari jenis autosomal dominan atau
resesif autosomal. Tanda-tanda dan gejala dari kondisi ini mencolok di masa kecil dan
termasuk peningkatan risiko patah tulang serta anemia. Orang dengan gangguan jenis ini
biasanya tidak memiliki kelainan sumsum tulang yang mengancam jiwa. Namun, beberapa
individu yang terkena memiliki deposit kalsium yang abnormal (kalsifikasi) di otak, cacat
intelektual, dan bentuk penyakit ginjal yang disebut renal tubulus asidosis.1
Autosomal dominant osteopetrosis adalah bentuk paling umum, yang mempengaruhi
sekitar 1 dari 20.000 orang. Autosomal recessive osteopetrosis jarang terjadi, sekitar 1 dari
250.000 orang.1
Bentuk lain dari osteopetrosis sangat jarang. Hanya beberapa kasus intermediate
autosomal osteopetrosis dan OL-EDA-ID telah dilaporkan dalam literatur medis.1
Dalam infantil osteopetrosis, kegagalan sumsum tulang dapat terjadi. Jika tidak
diobati, infantil osteopetrosis biasanya dapat menyebabkan kematian pada dekade pertama
kehidupan karena anemia berat, perdarahan, atau infeksi. Pasien dengan kondisi ini sulit
berkembang,

memiliki

keterbelakangan

pertumbuhan,

dan

menderita

peningkatan

morbiditas.2
Untuk mendiagnosis osteopetrosis pemeriksaan radiologi yang paling penting untuk
menegakan diagnosis adalah Bone Scan.2
Prognosis dari beberapa pasien dengan infantil osteopetrosis dapat membaik setelah
dilakukan transplantasi sumsum tulang (BMT). 2

B. Anatomi dan Fisiologi Tulang

Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen yang mengandung
garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah
matriks dari serabut-serabut dan protein yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat,
dan karbonat. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui
osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek,
datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya.1
1.

Struktur tulang

Gambar 1. Struktur anatomi tulang 1


Tulang memiliki ciri-ciri berikut:1
1. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan ditemukan sebagai lapisan di
atas jaringan tulang berongga. Porositasnya bergantung pada saluran kanalikuli yang
mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran Havers.
2. Tulang berongga adalah jaringan yang tersusun dari batang-batang tulang halus dan
ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jaring-jaring
spikula tulang dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum.
3. Sebelum lahir, rongga sumsum tulang dan ruang antar trabekula dipenuhi oleh sumsum
merah. Jaringan ini membentuk korpuskulum sel darah merah dan sel darah putih
tertentu

(granulosit).

Setelah

dewasa,sumsum

merah

terdapat

di

iga,tulang

belakang,tulang dada dan tulang panggul. Radius,ulna,tibia,dan fibula mengandung


sumsum kuning pada batang dan epifisnya. Pada usia lanjut,sumsum merah di epifis
femur dan humerus mungkin tidak tampak lagi.
7

4. Diafisis (batang) tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang membungkus medulla
atau rongga sumsum sentral yang besar.
a. Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adiposa) atau sumsum merah,
bergantung usia individu.
b. Endosteum melapisi rongga sumsum. Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat areolar
vascular.
c. Periosteum membungkus diafisis.
Periosteum adalah lembaran jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan, lapisan luar
adalah jaringan ikat fibrosa rapat, lapisan dalam bersifat osteogenik (pembentuk tulang) dan
terdiri dari satu lapisan tunggal osteoblas.Serat sharpey (serat jaringan ikat) mengikat
periosteum ke tulang. Periosteum membungkus semua tulang kecuali tulang sesamoid, pada
permukaan artikular, sekitar insersi tendon, dan ligament.Fungsi periosteum antara lain:2
1. Pertumbuhan tulang dalam ukuran lebarnya, berarti pertumbuhan lapisan osteogenik
yang lebih dalam dan lebih selular.
2. Nutrisi tulang karena periosteum sangat tervaskularisasi dan merupakan jalur masuk
pembuluh darah untuk menembus tulang.
3. Regenerasi tulang setelah terjadi fraktur.
4. Sarana perlekatan untuk tendon dan ligament.
Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-rongga sumsum
dengan mudah bersambungan.Epifisis tersusun dari tulang cancellus internal, yang
diselubungi tulang kompak dan dibungkus kartilago artikular (kartilago hialin).Kartilago
artikular, yang terletak pada ujung-ujung permukaan tulang yang berartikulasi, dilumasi
dengan cairan sinovial dari rongga persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya
pergerakan sendi yang lancar.1
Tulang mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai berikut:1
1. Penunjang
Tulang menyediakan suatu kerangka bagi tempat penempelan otot dan jaringan lain.
8

2. Perlindungan
Tulang-tulang seperti tengkorak dan tulang sangkar rusuk melindungi organ-organ dalam
dari luka-luka.
3. Pergerakan
Tulang memungkinkan pergerakan tubuh dengan berfungsi sebagai tuas dan titik
penempelan otot.
4. Penyimpanan mineral
Tulang berfungsi sebagai gudang kalsium dan fosfor,mineral yang penting bagi kegiatan
sel di seluruh tubuh.
5. Produksi sel darah
Produksi sel darah atau hemotopoiesis terjadi di sumsum tulang yang berada di dalam
rongga tulang tertentu.
6. Penyimpanan energi
Lipid yang disimpan di dalam sel-sel adiposa di sumsum kuning bertindak sebagai
gudang energi.1
Tulang terdiri dari sel-sel, matriks ekstrakurikuler, dan jaringan tulang.1
1.

Sel-sel yang terdapat dalam tulang, yaitu:


a. Osteosit adalah sel-sel matang yang mengisi lakuna dalam matriks, berbentuk pipih
dan punya penjaluran dengan kanalikuli sehinnga aliran ion dan molekul kecil antar
sel. Sel ini dibentuk oleh osteoblas.
b.
Osteoblas adalah sel pembentuk sel osteosit yang berbentuk pipih atau
kubus, yang berfungsi untuk mensintesis unsur-unsur organik tulang dan membentuk
tulang-tulang baru selama pertumbuhan, perbaikan, dan membentuk kembali tulang.
c. Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi,

2.

menghancurkan, dan membantu kembali jaringan tulang.


Matriks tulang, tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada
substansi dasar dan garam-garam anorganik seperti fosfor dan kalsium.1
a. substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama dari
kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan protein.
b.
garam-garam tulang berada dalam bentuk kalsium fosfat membentuk suatu
garam kristal ( hidroksiapatit ), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan. Kalsium merupakan zat Mineral penyusun tulang terbesar , 99 %
Kalsium terdapat dalam tulang dan 1 % nya terdapat dalam darah .Penyusun utama
tulang sesungguhnya adalah Mineral tulang yang mengandung Kalsium dan fosfor

dan Protein yang di sebut kolagen.


3.
Kedua jenis jaringan tulang, yaitu:1
a.
Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan ditemukan sebagai
lapisan di atas jaringan tulang berongga. Porositasnya bergantung pada saluran
9

kanalikuli yang mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran


Havers.
b.

Tulang berongga adalah jaringan yang tersusun dari batang-batang tulang


halus dan ireguler yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk

jarring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum.


2. Pertumbuhan dan perkembangan tulang
Gambar
2. Proses

pembentukan tulang 2
Pertumbuhan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses pembentukan tulang
dalam tubuh. Karena adannya matriks yang keras dalam tulang, maka pertumbuhan
interstisial (dari dalam), seperti yang terjadi pada kartilago, tidak mungkin terjadi dan tulang
terbentuk melalui penggantian jaringan yang sudah ada. Ada dua jenis pembentukan tulang
yaitu: osifikasi intramembranosa dan osifikasi endokondral (intrakartilago).1
1. Osifikasi intramembranosa terjadi secara langsung dalam jaringan mesenkim janin dan
melibatkan proses penggantian membran (mesenkim) yang sudah ada. Proses ini banyak
terjadi pada tulang pipih tengkorak, disebut sebagai tulang membran.1
a. Pada area tempat tulang akan terbentuk, kelompok sel mesenkim yang berbentuk
bintang berdiferensiasi menjadi osteoblast dan membentuk pusat osifikasi (pusat
paling pertama yang terbentuk pada minggu ke -8 masa kehidupan janin).
b. Osteoblast mensekresi matriks organik yang belum terkalsifikasi, disebut osteoid.
c. Kalsifikasi massa osteoid dilakukan melalui pengendapan garam-garam tulang yang
mengikuti dan menangkap osteoblast serta prosesus sel osteoblas. Jika sudah
terbungkus matriks yang terkalsifikasi, osteoblas berubah menjadi osteosit, yang
kemudian terisolasi dalam lakuna dan tidak lagi mensekresi zat intraselular. Saluran
yang ditinggalkan prosesus osteoblast menjadi kanalikuli.

10

d. Pulau-pulau

pertumbuhan

tulang

atau

spikula,

menyatu

dan

membentuk

percabangan untuk membuat jairng-jaring tulang cancellus berongga atau trabekula.


e. Hasil osifikasi intra membranosa secara dini adalah pembentukan vaskular, tulangtulang primitif, yang dikelilingi mesenkim terkondensasi dan kemudian akan
menjadi periosteum. Karena serat-serat kolagen tersebar ke semua arah, maka tulang
baru ini sering kali disebut tulang woven. Pada area tulang berongga primitif yang
menajdi tempat tumbuh tulang kompak, trabekula menjadi lebih tebal dan secara
bertahap menghentikan intervensi jaringan ikat. Di area tempat tulang tetap menjadi
tulang cancellus, ruang-ruang jaringan ikat diganti dengan sumsum tulang.
2. Osifikasi endokondral terjadi melalui penggantian model kartilago. Sebagian besar
tulang rangka terbentuk melalui proses ini, yang terjadi dalam model kartilago hialin
kecil pada janin.3
a. Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilagi hialin yang terbungkus
perikondrium.
b. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat batang (diafisis) model kartilago tulang
panjang.
c. Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya meningkat
(berproliferasi) dan ukurannya membesar (hipertrofi).
d. Matriks kartilago disekitarnya berkalsifikasi melalui proses pengendapan kalsium
fosfat.
e. Perikondrium yang mengelilingi diafisis dipusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik bagian dalam membentuk kolar tulang (klavikula),
dan kemudian mengelilingi kartilago terkalsifikasi.
f. Kondrosit, yang nutrisinya diputus kolar tulang dan matriks terkalsifikasi, akan
berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan matriks
kartilago.
g. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblast yang masuk ke
dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang dibentuk osteoklas pada
kolar tulang.
h. Jika kuncup mencapai pusat, osteoblas meletakkan zat-zat tulang pada spikula
kartilago terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai suatu kerangka kerja.
Pertumbuhan tulang menyebar ke dua arah menuju epifisis.
i. Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis pada kedua
ujung tulang panjang.
j. Ada dua area tulang kartilago yang tidak diganti tulang keras yaitu ujung tulang
tetap kartilago artikular dan lempeng epifisis pada kartilago terletak antara epifisis
dan diafisis.
11

k. Semua elongasi tulang yang terjadi seanjutnya adalah hasil dari pembelahan sel-sel
kartilago (melalui pertumbuhan interstisial) dalam lempang epifisis kartilago .
1). Karena tulang hanya dapat tumbuh secara aposisional, maka pertumbuhan
interstisial kartilago pada lempeng epifisis dan penjelasan diatas mengenai
proses proliferasi, pembesaran, kalsifikasi kartilago, dan penggantian dengan
tulang keras merupakan cara elongasi tulang.
2) Saat pertumbuhan penuh seseorang telah tercapai, seluruh kartilago dalam
lempeng epifisis diganti dengan tulang. Pertumbuhan tulang selanjutnya tidak
mungkin terjadi dan berhenti.
Pertumbuhan tulang dalam hal ketebalan terjadi akibat pertumbuhan aposisional dari
periosteum, bersamaan proses reorganisasi osteoklastik dari dalam.1
C. Definisi
Osteopetrosis (Albers-Schonberg disease)adalah sindrom klinis dengan karakteristik
kegagalan osteoklas dalam menyerap tulang. Akibatnya, bone modeling dan remodeling
menjadi terganggu. Tulang menjadi skeloritk dan tebal, tapi struktur abnormal yg terjadi pada
tulang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh. Selain itu defek dari tulang ini juga
dapat menyebabkan hematopoietic insufficiency, disturbed tooth eruption, nerve entrapment
syndromes, dan growth impairment.3
Angka kejadian osteopetrosis diperkirakan 1 kasus per 100,000-500,000 populasi.
Kejadian secara nyata tidak diketahui, karena studi epidemiologi belum pernah dilakukan.3
Autosomal dominant osteopetrosis kelainan yang paling sering terjadi,mengenai 1 dari
20,000 populasi. Autosomal recessive osteopetrosis merupakan jenis yang jarang, terjadi
hanya 1 dari 250,000 populasi.3
Osteopetrosis disebabkan oleh kondisi yang mengganggu produksi osteoklas dan
kemampuan mereka dalam menghancurkan tulang. Dalam sebagian besar kasus, masalah ini
terkait dengan ketidakmampuan osteoklas untuk memproduksi asam pada permukaan tulang.
Biasanya, sel-sel membentuk asam secara internal dan kemudian memindahkannya ke luar
sel, dimana dimulailah proses pencernaan tulang. Gangguan dalam produksi asam, atau
dalam proses perpindahan asam melintasi membran sel, telah terbukti mengakibatkan
terjadinya osteopetrosis.3

12

Baru-baru ini, gen-gen yang berhubungan dengan osteopetrosis telah dapat dijelaskan.
Cacat genetik yang paling umum terlihat pada osteopetrosis yang berat adalah adanya "proton
pump" yang hanya ada dalam osteoklas, yang memindahkan asam (proton) melintasi
membran sel. Gen ini disebut ATP6i atau TCIRG1, dan cacat pada gen ini tampak pada 5060% kasus dari osteopetrosis berat.3
Gen lain yang dibutuhkan untuk memindahkan proton melintasi membran sel adalah
"chloride channel," disebut CLCN7. Ini adalah gen kedua yang paling umum terlihat pada
osteopetrosis, sekitar 15% dari kasus osteopetrosis berat. Menariknya, mutasi pada gen ini
juga memiliki peran terhadap jenis osteopetrosis lain yang ringan.3
D. Patofisiologi
1. Bone cells dan bone modeling dan remodeling
Pada 1999, secara jelas Baron mengemukakan tentang cell biology dari bone remodeling.
Osteoblas mensintesis matrix tulang, dimana secara dominan dibentuk oleh kolagen tipe I
dan ditemukan di bone-forming surface. Osteoblas berasal dari fibroblast. Extracellular
matrix mengelilingi sebagian osteoblasts, yang nantinya disebut osteosit. Mereka dipercaya
sebagai inti dari bone remodeling.3
Osteoklas merupakan derivate dari monosit/makrofag. Osteoclas mampu melekat pada
matrix tulang dengan bantuan integrin receptor untuk membentuk sealing zone, yg
merupakan kompartemen asidifikasi dan sekuester. Asidifikasi meningkatkan solubilitas
mineral tulang di dalam sealing zone, dan beberapa protease, khususnya cathepsin K, yang
mengkatalisis degradasi dari matrix protein.3
Bone modeling and remodeling berbeda dalam perubahan bentuk dari tulang dan
mencolok saat masa anak anak dan remaja. Modeling merupakan proses dimana rongga
sumsum melebar sebagaimana tulang berkembang. Kegagalan proses modeling merupakan
dasar dari kelainan hematopietic di osteopetrosis. Remodeling, melibatkan degradasi jaringan
pada tulang dari struktur tulang yang sudah ada dan menggantinya dengan tulang yang baru
disintesis. Kegagalan proses remodeling merupakan dasar dari woven bone yang menetap.3
2. Pembentukan dan maturasi Osteoklas
Untuk prekursor agar sel menjadi matur, osteoklas fungsional memerlukan aksi dua sinyal
yang berbeda. Yang pertama adalah monosit-makrofag-colony-stimulating factor (M-CSF),
yang dimediasi oleh reseptor membran spesifik dan kaskade sinyal. Yang kedua adalah
13

reseptor mengaktifkan NF-kappa B ligan (RANKL), bertindak melalui reseptor sejenis,


RANK. Sebuah soluble decoy reseptor, osteoprotegerin, dapat mengikat RANKL, membatasi
kemampuannya untuk merangsang osteoklastogenesis. Dalam model tikus, gangguan jalur
sinyal mengarah ke fenotipe osteopetrotik.4
3. Genetik dan molekular defek pada osteopetrosis
Masalah utama terhadap kelainan dalam semua jenis osteopetrosis adalah kegagalan
osteoklas untuk menyerap tulang. Sejumlah defek heterogen molekul atau genetik dapat
mengakibatkan

gangguan

fungsi

osteoklastik.

Defek

molekuler

yang

jelas

atau

tempatterjadinya sebagian mutasi ini masih belum diketahui. Defek mungkin terletak pada
proses pembentukan osteoklas sendiri atau dalam sel mesenchymal yang membentuk dan
memelihara lingkungan mikro yang diperlukan osteoklas untuk menjalankan fungsinya.3
Tidak adanya biologis aktif colony-stimulating factor (CSF-1) karena mutasi dalam
pengkodean gen menyebabkan gangguan fungsi osteoklastik di osteopetrotik (Op / Op) tikus,
gangguan produksi CSF-1 juga telah ditunjukkan oleh tikus tanpa gigi (tl) dengan
osteopetrotik.4
Penelitian telah menunjukkan bahwa sindrom klinis pada dewasa dengan osteopetrosis
tipe I bukanlah osteopetrosis yang sebenarnya, dimanapeningkatan massa tulang pada kondisi
ini merupakan hasil dari aktifasi mutasi LRP5. Mutasi ini menyebabkan peningkatan massa
tulang tapi tidak disertai adanyakelainan fungsi dari osteoklas. Sebaliknya, terdapat beberapa
hipotesis yang telah memperkirakan bahwa set point respon pada tulang terhadap beban
mekanik terganggu, sehingga terjadi gangguan keseimbangan antara resorpsi dan deposisi
tulang dalam keadaan menahan beban dan saat kontraksi otot terjadi.4
Beberapa kasus pada osteopetrosis tipe II merukan hasil dari mutasi CLCN7, tipe 7
chloride channel. Namun, pada jenis lain dengan sindrom klinis osteopetrosis tipe II pada
dewasa, telah terbukti adanya hubungan antara genom lain yang berbeda. Oleh karena itu,
sindrom klinis secara genetik bersifat heterogen.4
E. Klasifikasi
Terdapat 2 sub tipe dari osteopetrosis:3
1. Autosomal recessive osteopetrosis
2. Autosomal dominant osteopetrosis
14

Pada manusia, 3 bentuk klinis penyakit ini yaitu infantile, intermediate, dan adult. Onset
dapat diidentifikasi berdasarkan usia dan manifestasi klinis.4
Karakteristik
Inheritance

Onset Dewasa
Autosomal

Infantile
Autosomal recessive

Intermediate
Autosomal

Bone

dominant
Tidak

Berat

recessive
Tidak

Baik
Diagnosa

Buruk
Terdiagnosa sebelum 1

Buruk
Not applicable

marrow

failure
Prognosis
Diagnosis

tanpa

sengaja

tahun

Bentuk lain yang lebih jarang telah dilaporkan (lethal, transient, postinfeksi, didapat).
Bentuk jelas dari osteopetrosis terjadi pada kasus yg berhubungan renal tubular acidosis dan
cerebral calcification akibat carbonic anhydrase isoenzyme II deficiency.4
1. Autosomal recessive osteopetrosis
Infantile autosomal recessive osteopetrosis adalah sub tipe dari osteopetrosis, penyakit
tulang dimana terjadi disfungsi osteoklas yang mengakibatkan pertumbuhan berlebih dari
tulang. Ini adalah salah satu dari dua sub tipe dan bentuk yang lebih parah yang
cenderung muncul lebih dulu. Oleh karena itu, disebut sebagai "infantile" dan
"malignant" dibandingkan dengan autosomal dominan lain.4
Gambaran klinis
Gambaran dari jenis ini, merupakan bentuk yang paling parah dari osteopetrosis, dapat
terjadi saat lahir. Tidak menutup kemungkinan, anak lahir dengan selamat. Mereka yang
berhasil bertahan hidup saat proses melahirkan akan mengangalami kegagalan umum untuk
berkembang, kegagalan sumsum tulang.4
- gagal tumbuh
cranial nerve entrapment
snuffling (kelainan arsitektur sinus hidung)
hiperkalsemia
pancytopaenia (anemia, leukopaenia dan / atau thrombocytopaenia)
hepatosplenomegali (extramedullary haemopoesis)
perdarahan intraserebral (thrombocytopaenia)
limfadenopati
karies gigi
Salah satu gambaran paling umum adalah dengan adanya gangguan okular:
15

ketidakmampuan untuk menilai fiksasi, nystagmus atau strabismus. Penyebab gejala ini
adalah adanya kompresi saraf kranial karena pertumbuhan berlebih foramen dan karenanya,
gejala cenderung tidak membaik meskipun sudah diberikan pengobatan. Saraf kranial dan
foramen lain mungkin dapat dipengaruh:5
a. pertumbuhan berlebih dari foramen saraf kranial yang mengakibatkan kompresi (secara
progresif

dapat

mempengaruhi

optik,

occulomotor,

wajah

dan

saraf

vestibulocochlear).
b. pertumbuhan berlebih dari foramen magnum (mengakibatkan hidrosefalus obstruktif).
2. Autosomal dominant osteopetrosis
Autosomal dominant osteopetrosis adalah jenis osteopetrosis yang tidak begitu berat dan
harus dipertimbangkan serta dibandingkan dengan jenis lain: osteopetrosis resesif autosomal.5
Dalam semua osteopetrosis (apakah AD atau AR) terdapatdefisiensi fungsi osteoklas dan
akibatnya tulang yang menjadi padat. Namun, arsitektur internal mereka berubah
mengakibatkan tulang menjadi lemah. Oleh karena itu, pasien memiliki tulang yang padat,
sklerotik, rapuh , dan mudah patah.5
Autosomal dominan meupakan jenis osteopetrosis yang tidak begitu parah dibandingkan
jenis lain, autosomal resesif. Oleh karena itu, juga diberi nama "benign" atau "adult" karena
pasien mampu bertahan hidup hingga dewasa (yang tidak mungkin terjadi pada jenis AR).5
Karakteristik
Skull sclerosis

Type I
Marked sclerosis mainly of the

Type II
Sclerosis mainly of the base

Spine

vault
Does not show much sclerosis

Shows

Pelvis
Transverse banding

No endobones
Absent

appearance
Shows endobones in the pelvis
May or may not be present

of metaphysic
Risk of fracture
Serum
acid

Low
Normal

High
Very high

the

rugger-jersey

phosphatase

Sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala, dan diagnosis dibuat secara kebetulan,
diagnosis sering ditegakan barau pada akhir masa remaja, karena kelainan radiologis mulai
muncul hanya dalam masa kanak-kanak. Pada pasien lain, diagnosis didasarkan pada riwayat
keluarga. Masih memungkinkan bahwa pasien mengaami osteomyelitis atau patah tulang.5

16

Beberapa pasien juga disertai

nyeri tulang. Gangguan tulang yang umum terjadi,

termasuk neuropati, merupakan akibat dari jeratan pada saraf kranial (seperti tuli, facial
palsy), carpal tunnel syndrome, dan osteoarthritis. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Sekitar 40% dari pasien mengalami patah tulang berulang. Osteomielitis dari mandibula
terjadi pada 10% pasien.5
Manifestasi lain berupa gangguan penglihatan akibat dari adanya degenerasi retina
dan retardasi psikomotor. Fungsi dari sumsung tulang pada kasus ini tidak mengalami
kelainan.5

F. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesa terhadap riwayat perjalanan
penyakin dan dapat ditegakan berdasarkan gambaran klinis yang ada. Juga perlu di
tunjang dengan pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.5
1. Laboratorium
Temuan laboratorium pada infantile osteopetrosis adalah : 4
a. Serum calcium - Umumnya mencerminkan asupan oral, hipokalsemia dapat terjadi
dan menyebabkan rakhitis jika cukup parah.
b.

Parathyroid hormone (PTH) biasanya meningkat (secondary hyperparathyroidism).

c.

Acid phosphatase meningkat akibat peningkatan pelepasan asam dari osteoklas

d.

yang mengalami gangguan.


Creatinine kinase isoform BB (CK-BB) level meningkat akibat peningkatan
pelepasan dari osteoklas yang mengalami gangguan
Temuan laboratorium pada adult osteopetrosis:4
a. Acid phosphatase and CK-BB kadar konsentrasi biasanya meningkat pada adult
osteopetrosis tipe II
b. Serum bone-specific alkaline phosphatase jumlahnya juga dapat meningat pada
beberapa varian osteopetrosis.

17

2. Radiologi
Gambaran radiologi pada osteopetrosis biasanya digunakan sebagai alat diagnostik.
Karena osteopetrosis merupakan suatu gangguan dengan gambaran heterogen, temuan pada
tiap gambaran radiologi berbeda sesuai pada varian.5
Pasien biasanya memiliki osteosclerosis yang menyeluruh. Dapat juga ditemukan
sklerotik menyeluruh pada tulang.

Gambaran tulang dapat berupa bone within bone

(endobone). Radiografi juga dapat menunjukkan adanya patah tulang atau osteomyelitis.5
Seluruh tulang kepala mengalami penebalan dan peningkatan densitas, terutama pada
bagian basis. Sinus-sinus menjadi berukuran kecil dan berisi udara. Gambaran vertebrae
menjadi sangat radiodense. Juga dapat muncul gambaran alternating bands, yang dikenal
sebagai rugger-jersey sign.5
Membedakan adult osteopetrosis tipe 1 dan 2
Dua jenis osteopetrosis pada dewasa dapat diidentifikasi berdasarkan gambaran
radiologi. Menentukan jenis penyakit pasien merupakan hal penting dalam memprediksi pola
suatu fraktur, karena pada tipe II terjadi peningkatn resiko terjadinya fraktur. Gambaran
karakteristik dari tipe I dan II dapat dilihat sebagai berikut:6
a. Tipe I - Sklerosis terutama tampak pada gambaran tulang tengkorak ditandai dengan
adanya penebalan; pada tulang belakang tidak begitu memperlihatkan adanya sklerosis.
b. Tipe II - Sklerosis paling sering ditemukan ada daerah basis tulang kepala; tulang
belakang tampak adanya rugger-jersey appearance, dan pada pelvis selalu terdapat
gambaran subkristal sklerosis; transverse banding metaphysis biasa terjadi pada pasien
dengan osteopetrosis dewasa tipe II tapi tidak pada tipe I (temuan ini merupakan indikasi
pasti tipe II, namun bila tidak ada bukan merupakan indikasi pasti jenis tipe I).

18

Gambar 3 : Neonate with typical features of autosomal recessive type of osteopetrosis.


Note widened costo-chondral junctions; typical metaphyseal lucent bands 5

Gambar 4 : Lateral radiograph of the skull reveals diffuse thickening of the calvarium, most
significant in the region of the occiput. The partially visualized upper cervical vertebrae and
maxilla are also dense and thickened.5

19

Gambar 5 : Osteopetrosis showing the classical bone within a bone on the foot
radiograph.5
G. Tatalaksana
Pengobatan untuk osteopetrosis autosomal dominan secara tradisional lebih kearah
suportif, mengatasi masalah (gangguan visiual, gigi, infeksi, patah tulang, dll) yang muncul.7
Manajemen osteopetrosis I nfantil malignan termasuk terapi yang lebih agresif seperti
berikut:7
a. Interferon gamma adalah obat yang diberikan melalui suntikan yang dapat menunda
perkembangan penyakit, dan merupakan satu-satunya terapi yang secara khusus disetujui
untuk osteopetrosis oleh US Food and Drug Administration (FDA). Ada juga bukti kuat
bahwa Interferon (Actimmune) mengurangi kemungkinan infeksi serius pada orang
dengan osteopetrosis. Namun, tidak menyembuhkan, dan pasien dapat terus berkembang
saat pengobatan.
b. Calcitriol, bentuk aktif dari vitamin D, adalah stimulator poten dari osteoklas. Ketika
dosis tinggi diberikan, calcitrol dapat membantu meningkatkan jumlah sel darah dan
jumlah ruang sumsum tulang. Sementara beberapa masalah yang disebabkan oleh
osteopetrosis dapat teteap meningkatkan, calcitriol tidak sebagai penyembuh untuk
penyakit ini, karena perubahan yang terjadi tidak permanen, dan pasien mungkin dapat
tetap memburuk walaupun calcitriol tetap dilanjutkan.
c. Prednisone adalah hormon steroid sintetis yang telah ditemukan untuk meningkatkan
20

jumlah darah pada beberapa pasien dengan osteopetrosis yang mengalami anemia dan
rendahnya jumlah trombosit. Obat, yang dikonsumsi secara oral, bekerja dengan cara
memperlambat kerusakan sel darah di limpa. Namun, jika dikonsumsi dalam jangka
waktu panjang, prednison dapat meningkatkan kemungkinan infeksi.
d. Bone Marrow Transplantation (BMT) adalah prosedur penggantian osteoklas
abnormal dengan sel normal. Ini adalah satu-satunya terapi yang benar-benar dapat
menyembuhkan masalah yang berkaitan dengan darah dan kelainan tulang pada orang
dengan osteopetrosis. Sayangnya, BMT sangat berisiko. Hanya 40 sampai 70 persen
pasien yang mampu bertahan dalamjangka waktupanjang sejak prosedur dilakukan.
Untuk tingkat tertentu hasilnya bergantung pada seberapa baik pasien yang akan melalui
transplantasi dengan tissue-type matchedterhadap donor yang memungkin. Akan lebih
baik bila individu dengan osteopetrosis memiliki saudara yang "matched". Donor dari
luar keluarga yang tidak memiliki hubungan juga dapat digunakan, namun tingkat
komplikasinya yang lebih tinggi. Karena risiko transplantasi tinggi, transplantasi hanya
digunakan pada pasien dengan osteopetrosis yang berat.
e. Terapi fisik dan intelejensi . Anak-anak dengan osteopetrosis yang berat memiliki
tulang berat yang menyebabkan keterlambatan dalam pengembangan kemampuan fisik
seperti berjalan. Dampak penyakit pada penglihatan dan pendengaran juga dapat
memperlambat tingkat keterampilan lain, seperti kemampuan untuk berbicara. Terapi ini
membantu anak-anak dengan osteopetrosis untuk mengembangkan keterampilan motorik
dan lainnya.
H. Prognosis
Dalam infantil osteopetrosis, kegagalan sumsum tulang dapat terjadi. Jika tidak diobati,
infantil osteopetrosis biasanya dapat menyebabkan kematian pada dekade pertama kehidupan
karena anemia berat, perdarahan, atau infeksi. Pasien dengan kondisi ini sulit berkembang,
memiliki keterbelakangan pertumbuhan, dan menderita peningkatan morbiditas.2
Autosomal dominant osteopetrosis (ADO), yang juga disebut Albers-Schnberg disease,
merupakan jenis yang paling ringan. Beberapa orang yang menderita penyakit ini tidak
menunjukan

adanya gejala. Pada pasien dengan jenis ini, kelainan densitas biasanya

ditemukan secara kebetulan ketika pasien melakukan x-ray dengan alasan lain.2
I.

Kajian Islam

21

Hal lain yang seyogyanya diketahui oleh seorang muslim adalah tidaklah Allah
menciptakan suatu penyakit kecuali Dia juga menciptakan penawarnya. Hal ini sebagaimana
yang disabdakan Rasulullah :

Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya. (HR
Bukhari).
Kesembuhan Itu Hanya Datang dari Allah
Allah berfirman menceritakan kekasih-Nya, Ibrahim alaihissalam,


Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. [QS Asy Syuara: 80]
Di surat Al Anam (ayat: 17), Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Maka obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan, sedangkan kesembuhan hanya datang
dari Allah. Karena Dia sendiri menyatakan demikian, Dialah yang menciptakan segala
sesuatu. Semujarab apapun obat dan sesepesialis dokter itu, namun jika Allah tidak
menghendaki kesembuhan, kesembuhan itu juga tidak akan didapat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC.
2011.
2. Silverman, Fredric N. Kuhn, Jerald P. Caffeys Pediatric X-ray Diagnosis an
Integrated Imaging Aproach. 9thedition. USA : Mosby. 1993.
3. Greenspan, Adam. Orthopedic Imaging a Practical. 4th edition. USA : LWW. 2004.
4. http://ghr.nlm.nih.gov/condition/osteopetrosis.
5. http://radiopaedia.org/articles/osteopetrosis.
6. http://emedicine.medscape.com/article/123968-overview.
7. http://bmt.umn.edu/world-class-bmt-program/osteopetrosis.php.

22

23

You might also like