You are on page 1of 14

KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI

the inspiration comes from notes


KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI
I. Fraktur
II. Laserasi mukosa
III. Komplikasi pd injeksi
IV. Lesi pd nervus
V. Luksasi TMJ
VI. Perdarahan
VII. Perforasi sinus maksilaris
VIII. Komplikasi pd penyembuhan
I. FRAKTUR
1) Fraktur dari gigi
2) Fraktur dari alveolus
3) Fraktur dari tulang rahang
Etiologi fraktur :
1. Tehnik pencabutan gigi kurang sempurna
2. Keadaan gigi itu sendiri :
- Gigi rapuh karena karies besar
- Gigi mengalami kalsifikasi
- Karies servikal
- Akar abnormal
3. Tulang alveolus sangat tebal
1) FRAKTUR DARI GIGI
- Fraktur pd mahkota saja
- Fraktur dari akar
a. Fraktur 1 akar
b. Fraktur 2 akar
c. Fraktur semua akar
Metode pengambilan fraktur :
metode terbuka
metode tertutup
2) FRAKTUR PROC.ALVEOLARIS

- Hipersementose
- Sering pd pencabutan gigi caninus dan molar yg letaknya bukoversi
- Pd pencabutan molar maksila bagian distobukal turut tercabut
Perawatan :
- menghaluskan tulang yg tajam dengan bur atau knabel tang
3) FRAKTUR RAHANG
Sering pd pencabutan molar tiga rahang bawah, sering terjadi fraktur
pd angulus atau ramus
II. LASERASI MUKOSA
Yaitu sobekan pd mukosa, disebakan karena mukosa atau gingiva
terjepit oleh tang pd waktu manipulasi pencabutan gigi
III. LESI DARI NERVUS
- Nervus dpt terluka pd waktu pencabutan
- Nervus terluka pd waktu pemberian anestesi lokal krn terkena jarum
tumpul, dpt menyebabkan Prolonged anesthesis
- Waktu penyuntikan ada sisa alkohol masuk ke dalam jaringan
sampai ke nervus dpt menyebabkan nekrose dan parastesi
IV. LUKSASIO SENDI RAHANG
Yaitu suatu keadaan dimana prosessus kondiloideus dng diskus
artikularisnya keluar dari fossa artikularis dan berada di depan
tuberkulum artikularis
Luksasio TMJ ada 2 macam :
- Habitual
Dlm keadaan menguap saja dpt tjd luksasio ok kapsul artikularisnya
kendor.
- Non habitual
Membuka mulut terlalu lebar
Luksasi bilateral
dagu menonjol ke depan, pasien tdk dpt menutup mulut
luksasi unilateral
dagu miring ke arah yg sehat, pasien tdk dpt menutup mulut
Perawatan : Reposisi
V. PERDARAHAN
Yaitu keluarnya darah yg tdk dpt berhenti sendiri tanpa sesuatu

perawatan
Macam-macam perdarahan :
1. Menurut waktunya
a. Primer
Terjadinya pendarahan sewaktu tindakan pembedahan dilakukan krn
banyaknya pembuluh darah yg terpotong. Misalnya pd operasi kista,
reseksi rahang
b. Intermedier
Yaitu pendarahan yg terjadi 6 12 jam sesudah tindakan pembedahan.
Penyebab :
Terlepasnya koagulum darah yg menyumbat pembuluh darah yg
terputus.
Sesudah pembedahan penderita terlalu aktif
c. Sekunder
Yaitu keluarnya darah 12 jam hingga beberapa hari sesudah tindakan
pembedahan.
Infeksi sekunder
Keadaan pasien yg lemah sekali
2. Menurut kausanya
a. Pendarahan krn trauma
Kecelakaan
Berkelahi
Tindakan pembedahan
Pencabutan gigi
b. Pendarahan krn non trauma
Disebabkan krn penyakit sistemik misalnya : anemia, leukemia,
hemofilia, radang pembuluh darah, hipovitaminosis C
3. Menurut pembuluh darah yg terkena
a. Pendarahan arterial
Tandanya : keluar darah yg berwarna terang dan memancar seperti air
mancur yg sesuai dg denyut nadi.
Dpt tjd pd pengambilan gigi impaksi, waktu pemboran tulang dpt
menembus kanalis mandibularis & mengenai arteri alveolaris inferior
b. Pendarahan vena
Yg terputus adalah vena, ditandai dg :
Darah yg keluar berwarna merah tua

Darah yg keluar banyak tapi mengalirnya lambat


c. Pendarahan kapiler
Kapiler yg terputus dan darah yg keluar merembes, tjd pd waktu
pencabutan gigi
4. Perdarahan menurut lokalisasinya
a. Pendarahan eksterna
Keluarnya darah ke permukaan tubuh mll kulit
b. Pendarahan interna
Disini darah keluar mll pembuluh darah tetapi tdk keluar mll tubuh
Faktor2 yg menyebabkan terjadinya pendarahan :
1. Faktor lokal
a. Terkena atau terpotongnya suatu pembuluh darah yg besar
b. Kausa mekanis yg dpt mempengaruhi pembekuan darah :
Koagulum larut krn terlalu banyak kumur2
Koagulum lepas krn terkena gesekan lidah atau tangan
Krn pemberian tampon kurang padat
2. Faktor umum
a. Penyakit2 hepar, terdpt ggn pengeluaran cairan empedu
b. Kelainan susunan darah
c. Kelainan pembuluh darah
Pembuluh darah mudah pecah disebabkan krn resistensinya kurang,
defisiensi vit.C
d. Pada keadaan tekanan darah meninggi
Penyakit2 yg memudahkan terjadinya pendarahan disebut dg
Haemorrhagic Diathese
Bila terdapat indikasi sistemik, dikonsultasikan ke dokter spesialis
Perawatan pendarahan secara lokal
1. Tekanan
2. Biologis
3. Kauterisasi kimia
4. Kauterisasi listrik
5. Pengikatan atau penjahitan
6. Hemostat
VI. PERFORASI SINUS MAKSILARIS

Lubang yg menghubungi antrum dg cavum oris


VII. KOMPLIKASI PD PENYEMBUHAN
Disebut Dolor Post Extractionum yaitu sakitnya makin lama makin
terasa dan tdk mau hilang setelah 2 3 hari
Sebab2 :
1. Trauma yg besar
2. Tulang alveolus yg tajam
3. Radang atau inflamasi dpt tjd pd luka bekas pencabutan krn
perawatan luka yg kurang baik, misalnya :
- Pasien memegang luka dengan jari
- Membiarkan kapas atau tampon diatas luka sehari penuh
4. Dry socket
Yaitu alveolus sesudah pencabutan gigi tdk terisi dg koagulum darah.
Gejala2nya :
- Sakitnya terus menerus dan mendalam
- Sakitnya kadang2 memancar
- Biasanya pasien dlm keadaan lemah objektif
- Adanya alveolus yg kosong sesudah pencabutan gigi dan hanya
dilapisi selapis tipis jaringan nekrotis yg berwarna abu2 dg dikelilingi
ginggiva yg berwarna merah
- Jaringan nekrotis berbau gangren
- Kadang2 terdapat pembengkakan dari luar
Etiologi :
- Larutnya koagulum darah
- Tdk tjd koagulum darah
KOMPLIKASI LOKAL ANESTESI
Kegagalan pemberian lokal anestesi :
2. Tehnik yg kurang baik
3. Kelainan struktur anatomis dari pasien
4. Psikis pasien terganggu
5. Pasien resisten terhadap anestetikum
6. Anestetikum yg terlalu lemah
7. Anestetikum sudah lewat waktunya

Komplikasi lokal anestesi terjadi karena :


- Psikis penderita
- Anestetikum
Komplikasi lokal anestesi :
1. Kolaps
Keadaan pasien :
- Pucat
- Pusing
- Penglihatan gelap
- Keluar peluh dingin
- Denyut nadi menjadi kecil kadang2 disertai vomitus
Pertolongan :
- Pasien ditidurkan dg kepala lebih rendah dari badan
- Pakaian yg menekan harus dilonggarkan
- Berikan ventilasi yg cukup
- Bila pasien masih bisa mendengarkan, dpt ditenangkan dg
perawatan mental
- Diciumkan amonia atau minyak colonge
2. Efek toksis dalam penggunaan anestesi lokal
Keracunan ringan :
- Nausea, vomitus
- Denyut nadi cepat sekali
- Gelisah
- Mengigau
- Sukar dalam bernafas
Keracunan berat :
- Kolaps
- Kejang2
- Depresi jantung
- Serebral anemi
- Kulit dingin
- Kadang pingsan
- Tremor dan spasme
- Otot bergetar
- Pasien tidak tenang

- Terasa sakit dlm perut


- Mual samapi muntah
- Jika paralise atau depresi pd alat pernapasan berakhir dgn kematian
Bahan vasokonstriksi yg ditambahkan pd bahan anestetikum dpt
menyebabkan :
- Waktu anestesi lebih panjang
- Menahan absorpsi yg cepat dari susunan anestesi yg toksis
- Kurangnya perdarahan pd daerah operasi
3. Rasa sakit
Dpt tjd krn :
- Injeksi dalam : muskulus, kelenjar parotis, TMJ
- Rasa sakit pada injeksi krn : ujung jarum tumpul, mengeluarkan
anestetikum terlalu cepat, anestetikum tdk isotonis, infeksi pda tempat
penyuntikan krn alat suntik tdk steril, kontaminasi, anestetikum,
mikroorganisme msk ke dlm jaringan
4. Alergi
5. Pemucatan jaringan
6. Kebutaan sementara
Tjd kalau cairan anestetikum sampai pada nervus optikus
7. Juling
Bila teranestesi N.Nasopalatinus sebelah kiri anterior, medius dan
posterior
8. Terkelupas atau lecet
9. Trismus
Bila masuk ke dlm otot2 pengunyahan
10. Luka (ulcers)
11. Komplikasi pd tehnik pemberian anestesi
- Tuber anestesi menyebabkan hematom
- Mandibular anestesi : jarum putus, paralise xerostomia
- N. palatinus anterior. Anestesi menyebabkan :
Disfagia
Gaging
eccymosis
12. Prolonged Anestesi
Penyebab :
1. Alkohol ketinggalan dlm jarum masuk ke dlm jaringan dekat
nervus

Terapi : neuroterapi, fisioterapi, pembedahan


2. Nervus yg terluka krn ujung jarum bengkok
by Seiri Hanako
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

KOMPLIKASI SETELAH PENCABUTAN GIGI


Pencabutan gigi merupakan tindakan bedah yang lazim
dilakukan dalam praktek kedokteran gigi. Setelah
tindakan tersebut selesai dilakukan oleh seorang dokter
gigi maka ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi
diantaranya ;
1. Perdarahan
Sedikit perdarahan setelah dilakukan pencabutan gigi
merupakan keadaan yang normal. Perdarahan yang
masih terjadi setelah 30-60 menit dilakukan penekanan
dengan menggigit tampon perlu perawatan lanjut hal
ini disebut sebagai perdarahan primer ( primary
hemorrhage
).
Dapat pula terjadi perdarahan setelah beberapa hari
dilakukan pencabutan disebut perdarahan sekunder
( secondary hemorrhage ).
Terapi :
Membersihkan Blood clot
Irigasi pada socket dengan isotonik salin
Perdarahan dari gusi diatasi dengan penjahitan
Perdarahan dari tulang dapat diatasi dengan penjahitan
rapat dan ditambahkan diberi pack
Gigit tampon selama 15-30 menit
Diberikan obat-obatan coagulan.
2. Echymosis dan hematoma

Dapat terjadi sedikit echymosis setelah pencabutan gigi


terutama pada penderita usia lanjut
Bila terdapat echymosis dan hematoma dapat diatasi
dengan kompres es pada hari pertama dan selanjutnya
dengan terapi panas.
3. Pembengkakan
Biasa terjadi setelah trauma, bila keadaan berlanjut
biasanya terdapat infeksi dan perlu diatasi dengan
pemberian antibiotika.
Kadangkala bila terjadi infeksi disertai pula keadaan
kesulitan membuka mulut ( trismus ), bilamana hal ini
terjadi maka perlu diberikan latihan untuk membuka
mulut serta diberikan terapi panas. Bila trismus
berkelanjutan perlu pemberian terapi diatermi dan
latihan membuka mulut.
4. Drysocket
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit
yang berkepanjangan setelah pencabutan gigi.
Drysocket ditandai dengan hilangnya rusaknya blood
clot pada socket, dimulai dengan adanya blood clod
yang keabu-abuan dan diikuti rusaknya blood clot
sehingga socket terlihat kering.
Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl,
iodoform
5. Fraktur akar
Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan
tang, pada gigi yang mati oleh karena rapuh, akar gigi
yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila
akar yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh
terbenam dalam tulang dapat dibiarkan dengan catatan
penderita diberitahu keadaan tersebut.
6. Fraktur tulang alveolar

Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar.


Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar
sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari
tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.
7. Fraktur dari tuberositas maxilaris
Terjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang
atas. Perlu dihindari oleh karena tuberositas diperlukan
sebagai retensi pada pembuatan gIgi palsu.
8. Perforasi Sinus Maxilaris
Terjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar
rahang atas. Keadaan ini lebih mudah terjadi pada gigi
dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena
tulang antara akar dan sinus terlibat keradangan kronis
sehingga rusak.
Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang
keluar melalui hidung bilamana penderita kumur atau
minum, kadang kala saat pencabutan tidak diketahui
baik oleh dokter ataupun penderita kalau terjadi
perforasi.
Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket
dengan jahitan yang rapat bila perlu tulang bagian
bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada
mukosa dari bukal untuk menutup.
Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang
lebih selama satu minggu, jangan kumur terlalu keras.
9. Terdorongnya akar pada Sinus Maxillaris
Bila terjadi, dapat dicoba untuk mengambil bagian
tersebut dengan jalan :
Penderita disuruh meniup dengan lubang hidung
ditutup
Diambil dengan ujung alat penghisap ( suction tip )
pada socket )
Bila
tidak
berhasil
perlu
dilakukan
tindakan
pembedahan dengan merujuk penderita ke dokter ahli.
10. Perdarahan

Kadang kala dapat terjadi pada saat dilakukan


pencabutan, hal ini diatasi dengan pemberian tekanan
pada daerah tersebut.
11. Subcutan emphysema
Jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan
udara yang masuk jaringan ikat atau spacia pada
wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan
udara tinggi.
Terjadi amat cepat, terdapat pembengkakan, akan
sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan.
komplikasi setelah pencabutan gigi: DRY SOCKET
dry soket yang oleh dokter gigi disebut juga dengan
alveolar osteitis merupakan komplikasi yang paling umum
yang menyertai pencabutan gigi.
Sementara itu patogenesa dari DS ini masih belum diketahui
dengan sempurna, keadaan kelainan ini disebabkan salah
satunya oleh karena tidak adanya bloth cloth atau bekuan
darah yang seharusnya menempati ruangan dimana akar gigi
tersebut berada.Jadi proses penyembuhan dari keadaan dry
soket ini menjadi tertunda.
Gejala dari dry soket (DS) adalah nyeri, rasa bau yang tidak
enak dan nyeri yang berasal dari bekas pencabutan
gigi.DAerah yang terkena nampak terlihat sedikit tulang
rahang dan luka bekas cabut nampak kotor dengan sedikit
bekuan darah yang terda[at disana.
uniknya gejala ini tidak nampak beberapa hari setelah
dilakukan pencabutan gigi.
Beberapa penelitian telah dilakukan dan ditemukan
beberapa hal yang bisa menyebabkan DS ini, bila dokter dan
pasien bisa meminimalkan keadaaan ini, maka insiden dari
DS ini kemungkin bisa dihindari.

Penggunaan analgetika atau obat penghilang nyeri baik yang


diresepkan ataupun yang tidak diresepkan, bisa mengontrol
keadaan nyeri yang ditimbulkan oleh DS ini.
Perawatan yang sempurna adalah memang anda harus ke
dokter gigi.
Dokter gigi anda akan memberikan dan memasukkan suatu
obat pada bekas tempat pencabutan tadi.
Insiden terjadinya dari DS ini adalah 1-3 % kasus. Pencbutan
pada gigi bawah terutama molar/geraham secara statistik
mempunyai potensi yang lebih besar untuk terjadinya dry
socket ini.
DS terjadi sekitar 20% kasus pada keseluruhan total
pencabutan pada gigi geraham bawah.
Beberapa keadaan yangmenyebabkan dry soket ini adalah:
1. Ketidak patuhan dari pasien. Biasanya dokter gigi akan
menyuruh pasien untuk mengigit tampon atau kapas yang
diberikan kepada pasiennya setelah cabut gigi. Biasanya
para pasien terlalu cepat untuk membuang kapas yang
digigitnya, biasanya kurang dari satu jam.
kemudian juga pasien memakan makanan yang sebaiknya
dihindari, seperti makan panas dan tajam, minum alkohol ,
merokok merupakan salah satu penyebab dari dry socket
ini.
2. Seseorang yang mempunyai riwayat terkena dry socket
pada pencabutan sebelumnya, kemungkinan mempunyai
riwayat yang sama bila ia melakukan pencabutan gigi lagi,
namun walaupun demikian hal ini tidaklah mempunyai
hubungan yang pasti dengan insiden terjadinya dry soket
sebelumnya, namun bila anda memperhatikan dengan

sungguh sungguh arahan dokter gigi anda, sepertinya


insiden terulangnya kasus ini bisa anda hindari.
3. Trauma yang berlebihan pada waktu pecabutan gigi.
Luka yang berlebihan pada waktu pencabutan gigi memicu
timbulanya dry soket ini.
Hipotesa yang umum adalah bila dilakukan pencabutan
dengan kerusakan jaringan yang banyak, maka jaringan
akan mengeluarkan suatu bahan yang bisa memecah
sesuatu elemen dari darah yang akan mencegah tubuh
untuk membuat penyembuhan luka yang sempurna.
4. Perokok mempunyai resiko terkena dry soket. Pada
perokok , oksigenasi yang dibutuhkan untuk penyembuhan
luka menjadi berkurang, akibatnya oksigen yang sangat
dibutuhkan tubuh ini menjadi tidak tercukupi pada waktu
proses penyembuhan luka. Demikian juga aksi menghisap
dari para perokok kemungkinan juga bisa membuat bekuan
darah yang terbentuk pada luka / bekas cabut gigi menjadi
terlepas, sehingga luka tidak akan terlindungi lagi oleh
bekuan darah ini.
5. Wanita yang mengkonsumsi pil KB akan mempunyai
resiko terkena dry soket , oleh karena pil KB mengandung
estrogen yang mampu untuk mengurai /disintegrasi dari
bekuan darah yang terbentuk. sebaiknya memang tidak
mengkonsumsi apapun selama dilakukan pencabutan gigi.
6. Bakteri juga memainkan peranan yang penting akan
terbentuknya dry soket ini, oleh karena itu ada beberapa
dokter yang memberikan terapi antibiotika sebelum
dilakukan pencabutan gigi, meskipun beberapa dokter
menyangkal tentang perlunya dilakukan tindakan akan
pemberian antibiotika ini.

Makanya untuk mencegah hal ini , pemberian obat kumur


dengan anti bakteria agent seperti obat kumur yang
mengandung khlorhexidine kadangkala baik untuk
diberikan,.
Untuk mencgah dry socket, biasanya dokter akan
memberikan antibiotika guna pencegahan terjadinya
insiden dry soket ini.
7. Seseorang muda usia mempunyai kecenderungan terkena
dry soket lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang
berusia lebih tua.
Hal ini oleh karena bloody supply atau aliran darah yang
menuju ke bekas luka pencabutan pada usia muda relatif
lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang berusia
lebih tua.
Untuk itu harap kiranya anda mematuhi apa yang dijelaskan
dokter gigi anda, baik pantangan dan anjuran yang harus
diindahkan selama proses penyembuhan luka anda.

You might also like