You are on page 1of 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang.3
B.

Rumusan Masalah....4

C.

Tujuan Penulisan.....4

D.

Metodologi..4

E.

Sistematika Penulisan..4
BAB II: PEMBAHASAN.5

A.

Pengertian Sistem Hukum...5

B.

Macam-Macam Sistem Hukum..6


1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)..6
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)..10

C.

Sejarah

Terjadinya

Sistem

Hukum

Eropa

Kontinental

&

Anglo

Saxon.15
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law).15
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)..18
D.

Sistem Hukum Indonesia..19


BAB III: PENUTUP22
Kesimpulan.22
DAFTAR PUSTAKA.23

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Berbicara mengenai sistem hukum, walaupun secara singkat, hendaknya harus

diketahui terlebih dahulu arti dari sistem itu. Dalam suatu sistem terdapat komponenkomponen yang saling berhubungan, saling mengalami ketergantungan dalam
keutuhan organisasi yang teratur serta terintregasi. Dalam suatu sistem yang baik
tidak boleh terdapat suatu pertentangan atau benturan antara bagian-bagian. Selain itu,
juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih di antara bagian-bagian itu.
Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam
pembentukannya. Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas
yang mendukungnya. Dengan demikian, sifat sistem itu menyeluruh dan berstruktur
yang keseluruhan komponen-komponennya bekerja sama dalam hubungan fungsional.
Jadi, hukum adalah suatu sistem. Artinya suatu susunan atau tataan teratur dari aturanaturan hidup. Keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama
lain.
Mengklasifikasikan sistem hukum yang ada di dunia menjadi tiga macam
keluarga hukum atau tradisi hukum utama telah menjadi praktik yang diakui secara
umum. Ketiga keluarga hukum tersebut adalah : civil law(eropa kontinental), common
law (anglo saxon), dan socialist law. Tradisi hukum didefinisikan sebagai sekumpulan
sikap yang telah mengakar kuat dan terkondisikan secara historis terhdap hakikat
hukum, aturan hukum dalam masyarakat dan ideologi politik, organisasi serta
penyelenggaraan sistem hukum.

B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang disebutkan tadi, dapat ditetapkan perumusan

masalah sebagai berikut:


1)

Apa yang dinamakan sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon?

2)

Sejak kapan sistem-sistem hukum tersebut muncul?

3)

Bagaimana sejarahnya?

C.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang disusun dalam bentuk makalah ini adalah untuk

memaparkan pemahaman tentang


1)

Sistem hukum kontinental

2)

Sistem hukum anglo saxon

D.

Metodologi
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
pengumpulan data & analisis. Dalam menyusun makalah ini kami membaca bukubuku mengenai sistem hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon yang kami miliki,
dan yang ada di perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kami juga mengambil beberapa bahan yang ada di internet.

E.

Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dari dari 3 bab yaitu:
Bab I

: Pendahuluan

Bab II

: Pembahasan

Bab III : Penutup

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Hukum
Istilah sistem berasal dari perkataan dan bahasa latin-yunani yaitu systema
artinya keseluruhan yang terdiri bermacam-macam bagian. Secara umum sistem
didefinisikan sekumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu di dalam lingkungan yang kompleks.
Dalam definisi tersebut ada lima unsur utama, yaitu:
1.

Elemen-elemen atau bagian-bagian

2.

Adanya interaksi antar elemen

3.

Adanya sesuatu yang mengikat antar elemen

4.

Terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir

5.

Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks


Sistem sering dijelaskan sebagai mengandung subsistem-subsistem yang
saling berinteraksi subsistem-subsistem ini dipandang juga sebagai sistem-sistem
yang lebih rendah tingkatannya yang juga memilki subsistem-subsistem sendiri yang
saling berinteraksi, dan demikian seterusnya. Jadi pengertian sistem bergantung
kepada latar belakang cara pandang orang mencoba mendefinisikannya.
Jadi yang dimaksud dengan sistem hukum adalah suatu susunan atau tatanan
yang diatur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu
sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu pemikiran, untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.[1]
B. Macam-macam Sistem Hukum
Pada dasarnya sistem hukum di dunia ada dua kelompok besar yaitu sistem
hukum Eropa Kontinental dan sistem hukum Anglo-Saxon. Selain dari dua tersebut,
sebenarnya masih ada lagi seperti sistem hukum islam dan sistem hukum adat. Akan
tetapi pada makalah ini, kami lebih menitik beratkan pada pembahasan sistem hukum
Eropa Kontinental dan sistem hukum Anglo Saxon. Adapun perincian atas kedua
sistem hukum tersebut adalah:
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)

Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri
adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara
sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir
60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.[2]
Sistem hukum ini berkembang di negara-negara eropa daratan yang sering
disebut sebagai Civil Law.
Civil law, dalam satu pengertian merujuk ke seluruh sistem hukum yang saat
ini diterapkan pada sebagian besar negara Eropa Barat, Amerika Latin, negara-negara
Timur dekat, dan sebagian wilayah Afrika, Indonesia dan Jepang. Sistem ini
diturunkan dari Romawi kuno, dan yang pertama kali diterapkan di Eropa
berdasarkan jus civile Romawi-hukum privat yang dapat diaplikasikan terhadap warga
negara dan di antara warga negara, di dalam batasan sebuah negara dalam konteks
domestik. Sistem ini juga disebut jus quiritum, sebagai lawan dari jus gentium-hukum
yang dapat diaplikasikan secara internasional, yakni antar negara. Pada waktu yang
tepat akhirnya, hukum ini dikompilasikan dan kemudian dikodifikasikan dan
banyak pengamat sering merujuk pada civil law sebagai hukum terkodifikasi yang
paling utama.[3]
Sebenarnya semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
romawi pada masa pemerintahan kaisar justinianus abad VI sebelum masehi.
Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan dari pelbagi kaidah hukum yang
ada sebelum masa justinianus yang kemudian disebut Corpus Juris Civilis atau lebih
singkatnya disebut Corpus Juris
Konten dari Corpus Juris Civilis adalah:[4]
1.

Institusi (atau Institutes) sebuah risalah sistematis yang dibuat sebagi sebuah buku
teks elementer untuk para siswa hukum tahun pertama yang didasarkan
pada Institutes karya Gaius sebelumnya.

2.

Digest atau Pandect sebuah kompilasi dari beberapa fragmen tulisan yuristik
Romawi yang telah disunting, disusun berdasarkan judul atau kategori yang diambil
dari zaman klasik, tetapi meliputi materi dari republik sebelumnya sampai dengan
abad ke-3 M. Ini adalah bagian terrpenting daricorpus juris dan nuansa tulisan-tulisan
zaman klasik masih sangat kental. (perbandingan system hukum)

3.

Codex sebuah koleksi rancangan hukum imperial termasuk maklumat dan


keputusan yudisial mulai dari zaman Hadrian yang disusun secara kronologis dalam
masing-masing judul supaya bisa dlacak evolusi hukum dari sebuah konsep dimana

fakta-fakta dalam sebuah perkara dibedakan dari fakta-fakta yang serupa dalam kasus
sebelumnya.
4.

Novels sebuah koleksi legislasi imperial yang dibuat oleh Justinian sendiri yang
didasarkan pada koleksi pribadi dan diterbitkan secara berurutan menyusul penerbitan
ketiga lainnya yang secara resmi disebarluaskan antara tahun 533 dan 544. Tak ada
edisi resmi dari novels yang diterbitkan.
Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada corpus
juris civilis itu dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara
eropa daratan, seperti Jerman, Belanda, Prancis, dan Italia, juga Amerika latin dan
Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan pemerintahan Belanda.
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum kontinental itu ialah hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang
berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau
kompilasi tertentu. Prinsip dasar ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang
merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian hukum hanya dapat
diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis. Dengan tujuan hukum itu dan
berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat leluasa mencipatkan
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi
mentepkan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewanangnya.
Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat pra pihak yang
berperkara saja (doktrins Res Ajudicata).
Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik yaitu adanya kodifikasi, hakim
tidak terikat pada preseden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang
paling utama, dan sistem peradilan yang bersifat inkuisitorial.[5]
Sumber
1.

hukum
Undang-undang

civil
dibentuk

law

antara

oleh legislatif

lain:
(Statutes).

2. Peraturan-peraturan hukum (Regulation = administrasi negara= PP, dll), 3.


Kebiasaan-kebiasaan(custom) yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh
masyarakat selama tidak bertentangan dengan undang-undang.
Berdasarkan sumber-sumber hukum itu, maka sistem hukum kontinental
penggolongannya ada dua yaitu penggolongan dalam bidang hukum publik dan
hukum privat. Hukum publik (droit public) mencakup peraturan-peraturan hukum
yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa atau negara serta hubungan-

hubungan antara masyarakat dan negara. Hukum publik mengatur lembaga-lembaga


milik negara yang memberikan layanan publik, sekolah, rumah sakit dan pemerintah
daerah, serta mengatur kedudukan hukum orang-orang yang melayani negara.
[6] Yang termasuk hukum publik ialah:
a.

Hukum tata negara

b.

Hukum administrasi negara

c.

Hukum pidana
Hukum privat (droit prive) mencakup peraturan-peraturan hukum yang
mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan
hidup demi hidupnya. Hukum Privat mengatur hak dan kewajiban dari perorangan
atau perusahan privat.[7] Yang termasuk dalam hukum privat ialah:

a.

Hukum sipil

b.

Hukum dagang
Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang
jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal itu
disebabkan faktor-faktor berkut:[8]

a.

Terjadinya proses sosialisasi didalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya
bidang-bidang kehidupan masyarakat.Hal itu pada dasarnya memperlihatkan adanya
unsur kepentingan umum atau masyarakat yang perlu dilindungi dan dijamin.
Misalnya, bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.

b.

Makin banyaknya ikut campur negara dalam bidang kehidupan yang sebelumnya
hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya, dibidang perdagangan,
perjanjian, dan sebagainya.
Sistem hukum Eropa Kontinental (common law) memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan sistem hukum ini diantaranya adalah sistem hukumnya tertulis
dan terkodifikasi. Dengan terkodifikasi tersebut tujuannya supaya ketentuan yang
berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap
terjadi peristiwa hukum (kepastian hukum yang lebih ditonjolkan). Contoh tata
hukum pidana yang sudah dikodifikasikan (KUHP), jika terjadi pelanggaran tehadap
hukum pidana maka dapat dilihat dalam KUHPidana yang sudah dikodifikasikan
tersebut.
Sedangkan kelemahannya adalah sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman karena hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang

sudah berlaku (hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan masyarakat hukum
harus dinamis.[9]
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)
Sistem hukum Anglo Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi
dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.[10] Dikatakan pula bahwa sistem hukum
Anglo Saxon merupakan hukum yg dibuat berdasarkan adat atau tradisi yg berlaku
dalam masyarakat dan keputusan hakim. Pada mulanya, sistem hukum ini tidak
tertulis.[11]
Sistem common law Inggris, yang terdiri atas beberapa karakteristik hukum,
sudah sewajarnya jika dipandang sebagai salah satu sistem hukum utama di dunia.
Meskipun bukan merupakan sistem hukum tertua yang pernah ada, sistem hukum
Inggris merupakan hukum nasional tertua yang berlaku umum di seluruh wilayah
kerajaan. Sama seperti sistem civil law, sistem hukum Inggris dilahirkan melalui
rentetan peristiwa bersejarah, serangkaian sumber hukum, ideologi, doktrin, institusi
yang berbeda dan moda pemikiran hukum yang berbeda yang secara kolektif yang
membentuk tradisi common law Inggris. Tradisi hukum ini berhasil dicangkokkan
dari Inggris ke berbagai negara di seluruh dunia yang secara kultural, juga secara
geografis dan linguistik, berbeda dengan Inggris. Tradisi tersebut di tempat-tempat
seperti Australia, Asia Tenggara, India, dan Hongkong, kemudian diformulasikan dan
dijadikan bagian dari sistem hukum yang berlaku saat itu pada yurisdiksi tertentu.
Luar biasanya sumber-sumber hukum, institusi dan hukum Inggris yang unik ini dapat
berdiri bersama dengan budaya, agama, dan hukum adat asli dari tempat-tempat
tersebut, dan seringkali muncul sistem dualistik.
Pada awalnya penerimaan terhadap hukum Inggris adalah sebagai akibat dari
kolonialiasi Inggris, misi perdagangan dan dominasi kerajaan Inggris selama periodeperiode penting dalam sejarah dunia. Tetapi beberapa bekas koloni, jauh setelah era
pasca kolonial mereka dan setelah tahap pengembangan nasionalis mereka masih
terus menggunakan pendekatan common law dan filsafat hukum Inggris dalam sistem
hukum mereka.
Sistem Hukum Inggris mempunyai dua pembidangan hukum yaitu hukum
common law dan hukum equity. Equity adalah suatu kumpulan norma-norma hukum
yang berkembang pada abad ke-13 dan diterapkan oleh badan pengadilan yang

dinamakan court of chancery. Equity terbentuk karena common law dalam


memberikan putusannya idak dapat memuaskan para pencari keadilan, bahkan dalam
banyak hal tidak mampu untuk mengadilinya, sehingga mereka mencari kesempatan
untuk meminta keadilan kepada pihak lain dalam ini pimpinan gereja (Lord
Chancellor). Cara ini tidak bertentangan dengan rasio sistem pengadian Inggris pada
waktu itu, karena Royal Court adalah pengadilan sentral yang hakim-hakimnya
diangkat oleh raja dan mengadili atas nama raja. Sebaliknya Lord Chancellor adalah
rohaniawan. Yang dikenalnya adalah hukum gereja, sehingga putusan-putusan yang
dijatuhkan adalah berdasarkan hukum gereja (kanonik). Maka, Ditinjau dari
sejarahnya, bila dihubungkan dengan common law maka fungsi equity adalah:[12]
1.

Melengkapi kekurangan-kekurangan common law

2.

Mengadakan koreksi terhadap common law


Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru,
Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun
negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim
hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara
lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India
dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun
juga

memberlakukan

hukum

adat

dan

hukum

agama.

Sistem hukum Anglo Saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan
zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim,
dalam memutus perkara.[13]
Telah dikatakan bahwa common law sudah ada sejak zaman dahulu kala
tetapi sebetulnya baru teridentifikasi dan dikatakan dapat digunakan pada sekitar
pertengahan sampai akhir abad ke-12. Lebih jauh lagi, pada abad ke-12 sampai 13
masehi, di tengah kekhawatiran terhadap intelektualisme hukum Romawi yang
menjalari seluruh Eropa Kontinental yang terdiri atas risalah-risalah corpus juris yang
telah diakui, risalah-risalah prosedur hukum Romano-Canonical (hukum gereja
Romawi), hukum adat dan legalisasi kerajaan yang semuanya telah mengalami
absorbsi hukum Romawi yang amat besar, hukum Inggris telah mengalami era
modernisasinya. Tradisi common law Inggris dan pengadilan common lawsudah

terbentuk dan pada saat itu tahan terhadap penerimaan hukum Romawi, atau, bahkan
hukum asing yang lainnya.[14]
Sistem hukum Anglo Saxon kemudian dikenal dengan sebutan Anglo
Amerika. Sistem hukum mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang sering
disebut sebagai sistem Common Law dan sistemUnwritten Law (tidak tertulis).
Walaupun disebut sebagai sistem unwritten law, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Alasannya adalah sistem hukum ini dikenal pula adanya sumber-sumber hukum yang
tertulis (statues).
Sistem common law juga memiliki tiga karakteristik yaitu yurisprudensi
dipandang sebagai sumber hukum yang paling utama, dianutnya doktrin stare decisis,
dan adanya adversary system dalam konteks peradilan.[15]
Sumber Hukum common law antara lain:
1.

Putusanputusan hakim/putusan pengadilan atau yurisprudensi (judicial decisions).


Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka melalui putusan-putusan
hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan mengikat umum.

2.

Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan hukum tertulis yang berupa undang-undang dan


peraturan administrasi negara diakui juga, kerena pada dasarnya terbentuknya
kebiasaan dan peraturan tertulis tersebut bersumber dari putusan pengadilan.
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula
pembagian hukum publik dan hukum privat. Pengertian yang diberikan kepada
hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum
eropa kontinental. Sementara bagi hukum privat pengertian yang diberikan oleh
sistem hukum Anglo Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang
diberikan oleh sistem Eropa kontinental. Bagi sistem hukum Anglo Amerika
pengertian hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang:[16]

1.

hak milik (law of property),

2.

hukum tentang orang (law of persons),

3.

hukum perjanjian (law of contract) dan

4.

hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of tort).


Sistem hukum Anglo Saxon juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Diantara kelebihannya adalah hakim diberi wewenang untuk melakukan penciptaan
hukum melalui yurisprudensi (judge made law). Berdasarkan keyakinan hati nurani
dan akal sehatnya keputusannya lebih dinamis dan up to datekarena senantiasa
memperlihatkan keadaan dan perkembangan masyarakat.

Sedangkan Kelemahannya adalah tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika


hakim diberi kebebasan untuk melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur
subjektifnya. Kecuali hakim tersebut sudah dibekali dengan integritas dan rasa
keadilan yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang tingkat korupsinya
tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang tepat dianut.[17]

C. Sejarah Terjadinya Sistem Hukum Kontinental (Civil Law) dan Anglo Saxon
(Common Law)
Sejak awal abad pertengahan sampai pertengahan abad XII, hukum Inggris
dan hukum Eropa kontinental masuk ke dalam sistem hukum yang sama yaitu hukum
Jerman. Satu abad kemudian terjadi perubahan situasi. Hukum romawi yang
merupakan hukum materiil dan hukum kanonik yang merupakan hukum acara dalam
merubah kehidupan di Eropa Kontinental. Sedangkan di Inggris terluput dari
pengaruh tersebut. Di negeri itu masih berlaku hukum asli rakyat Inggris.
1. Sejarah Terjadinya Sistem Hukum Kontinental (Civil Law)
Sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan
atas hukum Romawi disebut sebagai sistem civil law, disebut demikian karena hukum
Romawi pada mulanya bersumber pada karya agung Kaisar Justinianus yaitu corpus
juris civilis. Sedangkan sistem yang dikembangkan di Inggris karena didasarkan atas
hukum asli rakyat Ingris maka disebut sistem common law. Civil law dianut oleh
negara-negara Eropa Kontinental sehingga kerap disebut juga sistem kontinental.
Civil law sebuah sistem hukum otonom lahir dan berkembang di Eropa Kontinental
dan pengaruh kolonialisasi, perkembangan ilmu hukum, dan berbagi kodifikasi kunci,
khususnya yang terjadi pada abad ke-19, telah memainkan peranan dalam
pembentukan jenis hukum ini.
Selain itu sistem ini telah berevolusi selama lebih dari seribu tahun yang sudah
pasti mengalami berbagai perubahan signifikan dalam hal konten dan prosedur
substansifnya, dan yang dalam fase perkembangan awalnya, selama lima abad
didominasi oleh tulisan-tulisan para ahli hukum zaman klasik. Karya ilmiah yang luar
biasa ini mengalami pengkajian kembali pada abad ke-11 dan 12 di beberapa
universitas ketika studi tentang hukum Romawi kembali menarik perhatian, dan
dalam hal ini kembali terulang pada abad ke-17 dan 18 ketika aliran hukum alam

memaksakan pengaruh filosofinya. Oleh sebab itu bukan suatu kebetulan apabila
tulisan-tulisan doktrinal memainkan sebuah peranan yang signifikan, bahkan hingga
saat ini di negara-negara seperti Prancis dan Jerman, kerena para ahli hukum zaman
klasik sebenarnya sudah menciptakan struktur yang didalamnya praktik hukum
diciptakan dan dikembangkan.[18]
Dalam sejarah dunia, hukum Romawi telah mengalami dua periode
perkembangan. Pertama, periode yang dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi yang
berakhir dengan kompilasi yang dilakukan oleh Kaisar Justinian, yang diantaranya
adalah Codex dan Digest, yang satu menanggung warisan imperialis dan yang lainnya
adalah buah dari yuristik Romawi seperti yang terdapat pada era pra-Justinian. Kedua,
(kadang-kadang dirujuk sebagai zaman kebangkitan atau Renaissance or Roman
Lawatau Kehidupan Kedua Hukum Romawi), periode yang dimulai dengan studi
terhadap karya-karya Justinian di beberapa universitas di Italia pada akhir abad ke-11
M. popularitas para intelektual ini terus menyebar ke seluruh daratn Eropa dan sampai
batasan tertentu bahkan sampai ke Inggris zaman pertengahan yang menyisakan kesan
abadi pada terminologi yuristik dan pemikiran hukum dan juga pada struktur sistem
hukum Eropa yang terus berlanjut sampai zaman kodifikasi besar-besaran pada
abad ke-19.[19]
Selama abad ke-11 dan 12, dalam rangka mensejajarkan diri dengan
renaissance di bidang filsafat,canon law (hukum Gereja) dan teologi, studi hukum
Romawi mengalami kelahiran dan kebangkitan kembali, atau dalam kalimat Nicholas
mengalami Kehidupan Kedua. Ada berbagai alasan yang bisa ditemukan yang telah
menyebabkan kesuksesan dan popularitas hukum Romawi saat itu[20]:
1.

Kondisi ekonomi dan politik saat itu kondusif bagi studi bidang hukum dan ada
penerimaan yang cukup baik terhadap karya-karya, seperti Digest. Dalam bidang
politis ada kebutuhan yang amat besar terhadap sebuah system hukum yang dapat
menyatukan dan mengorganisasikan kondisi saat itu. Kekuasaan pemerintahan
membutuhkan sentralisasi untuk mencegah terjadinya perpecahan. Secara ekonomi,
sebuah masyarakat yang melihat kemunculan pusat-pusat perdagangan dan industri
membutuhkan sebuah hukum yang dapat menangani perubahan bidang perdagangan
komersial yang cepat.

2.

Digest memiliki suatu kesan otoritas karena dibuat dalam bentuk sebuah buku
ditulis dalam bahasa latin dan merupakan sebuah relik dari imperium romanum lama.

Roma pada masa jayanya, dengan semua penaklukan, kegemilangan dan supremasi
serta sebagai simbol kesatuan, menawarkan sebuah harapan bagi adanya sebuah
kesatuan hukum.
3.

Corpus Juris juga merupakan produk dari Justinian yang oleh banyak kalangan
dianggap sebagai kaisar Romawi yang suci, dan oleh sebab itu karya-karyanya
mengandung otoritas dari Paus dan Kaisar, dan sungguh merupakan sebuah bentuk
legalisasi imperial. Sehingga para praktisi hukum Italia hampir selalu punya
kewajiban untuk mempelajari Digest.

4.

Digest merupakan sebuah kompilasi yang secara intelektual menantang bagi para
praktsi hukum pada Zaman Pertengahan, bahasanya sulit untuk diikuti dan tatanan
yang digunakannya dalam memperlakukan berbagi macam topik termasuk perlakuan
hukumnya yang tidak familiar yang didasarkan pada sistem ganti rugi kuno namun
seringkali hanya menawarkan beberapa contoh perkara yang telah diputuskan tanpa
disertai konsep penuntun. Pengkajian terhadapnya menarik minat orang-orang dengan
kemampuan intelektual yang tinggi yang kemudian menjadi spesialis dalam studi
tersebut dan menguasai skil professional dalam meinginterpretasikannya.

5.

Hukum Romawi yang terdapat pada Corpus Juris juga memberikan berbagai solusi
terperinci dan pendekatan terhadap permasalahan praktis. Ia juga memiliki struktur
yang secara konseptual sangat kuat dengan dengan pembedaan yang jelas yang dapat
diadopsi terhadap hampir semua situasi atau masalah dengan kesederhanaan dan
kejelasan.

6.

Yang terakhir, telah dikatakan bahwa karakter rasional dari hukum Romawi dan
kebebasannya dari relativitas terhadap suatu tempat dan waktu tertentu yang telah
menyumbangkan porsi yang sangat besar bagi keberhasilan hukum Romawi.
2. Sejarah Terjadinya Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)
Sebaliknya, Sistem common law dianut oleh suku-suku Anglika dan Saksa
yang mendiami sebagian besar Inggris sehingga disebut juga sistem Anglo-Saxon.
Suku Scott yang mendiami Skotlandia tidak menganut sistem hukum ini meskipun
berada di tanah Inggris mereka menganut system civil law. Negara-negara bekas
jajahan negara-negara kontinental juga menganut sistem civil law. Sama halnya,
negara-negara berbahasa Inggris yang merupakan bekas jajahan Inggris menganut
sistem common law.[21]
Hukum inggris yang dibawa ke amerika serikat oleh para imigran inggris pada
sekitar abad ke-16 dan 17. Setelah Negara amerika serikat merdeka, para imigran itu

menghendaki agar sistem common law diberlakukan di Amerika Serikat.[22] Akan


tetapi Amerika Serikat sebagai bekas jajahan Inggris mengembangkan sistem yang
berbeda dari yang berlaku di Inggris meskipun masih dalam kerangka sistem common
law. Di lain pihak perkembangan politik, ekonomi, dan teknologi yang terjadi di
Amerika Serikat lebih pesat daripada yang terjadi di Inggris. Maka dari itu
perkembangan tersebut menyebabkan terjadinya transaksi dengan negara-negara lain.
Hal ini berimplikasi pada banyaknya hukum Amerika Serikat yang dijadikan acuan
atau landasan transaksi yang bersifat internasional. Oleh karena itulah sistem common
law pada saat ini lazim disebut sebagai sistem Anglo-Amerika.
Sistem hukum Anglo Amerika ini dalam perkembangannya melandasi pola
hukum positif di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada dan beberapa negara
Asia yang termasuk negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia, selain di
Amerika Serikat sendiri.
Sistem hukum anglo amerika menganut suatu doktrin yang dikenal dengan
nama the doctrine of precedent/stare decisis. Pada hakikatnya doktrin ini menyatakan
bahwa dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan
putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari
perkara sejenis sebelumnya (preseden). Dalam hal itu tidak ada putusan hakim lain
dari perkara atau putusan hakim yang telah ada sebelumnya. Kalau itu dianggap tidak
sesuai lagi dengan perkembanga zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru
berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common sense) yang
dimiliknya. Melihat kenyataan bahwa banyak prinsip-prinsip hukum yang timbul dan
berkembang dari putusan-putusan hakimuntuk suatu perkara atau kasusyang dihadapi,
sistem hukum Anglo Amerika, secara berlebihan, sering disebut sebagai Case Law.
[23]
D. Sistem Hukum Indonesia
Sistem Hukum Indonesia sebagai sebuah sistem aturan yang berlaku di negara
Indonesia adalah sistem aturan yang sedemikian rumit dan luas, yang terdiri antara
unsur-unsur hukum dimana di antara unsur hukum yang satu dengan yang lain saling
bertautan, saling pengaruh mempengaruhi serta saling mengisi. Oleh karenanya
membicarakan satu bidang atau subsistem hukum yang berlaku di Indonesia tidak bisa
dipisahkan diri yang lain sehingga mirip dengan tubuh manusia. Unsur hukum
bagaikan suatu organ yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari organ yang lain.

Istilah hukum indonesia sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk


menunjuk pada sistem norma yang berlaku dan atau diberlakukan di indonesia.
Hukum indonesia adalah hukum, sistem norma atau sistem aturan yang berlaku di
indonesia. Dengan kata lain yang juga populer digunakan, Hukum indonesia adalah
hukum positif indonesia, semua hukum yang dipositifkan atau yang sedang berlaku di
indonesia. Membicarakan sistem hukum indonesia berarti membahas hukum secara
sistematik yang berlaku di indonesia. Secara sistemik berarti hukum dilihat sebagai
suatu kesatuan yang unsur-unsur subsistem atau elemen-elemennya saling berkaitan,
saling pengaruh memengaruhi serta slaing memperkuat atau memperlemah antara satu
dengan yang lainnyatidak dapat dipisahkan.
Sistem hukum Indonesia merupakan gabungan dari sistem hukum Barat
(Eropa Kontinental dan Anglo Saxon), Hukum Islam, dan Hukum Adat. Hukum barat
masuk ke Indonesia karena para penjajah menerapkan hukum barat sebagai
perundang-undangan sebagai tata kehidupan kawasan jajahan. Hukum islam, karena
islam datang ke Indonesia sehingga hukum islam pun diterapkan. Hukum adat,
Karena hukum tersebut digunakan bangsa Indonesia sejak dulu menurut adat daerah
masing-masing kelompok atau suku.
Sebagai suatu sistem, Hukum indonesia terdiri atas subsistem atau elemenelemen hukum yang beraneka ragam, antara lain hukum tata Negara (yang bagianbagiannya terdiri dari hukum tata Negara dalam arti sempit dan hukum tata Negara
pemerintahan), hukum perdata (yang bagian-bagiannya terdiri atas hukum perdata
dalam arti sempit, hukum acara perdata dan hukum dagang atau hukum bisnis),
hukum pidana (yang bagian-bagiannya terdiri dari hukum pidana umum, hukum
pidana tentara, hukum pidana ekonomi serta hukum acara pidana), serta hukum
internasional (yang terdiri atas hukum nasional publik dan hukum perdata
internasional)
Hukum indonesia memiliki sumber hukum, antara lain:
1.

Pancasila

2.

Undang-undang dasar 1945

3.

Undang-undang

4.

Traktat atau trinity

5.

Doktrin atau pendapat para ahli hukum

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem hukum merupakan suatu susunan atau tatanan yang diatur, suatu
keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun
menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu pemikiran, untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri
adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya.
Sistem hukum Anglo Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi
dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.
Hukum Indonesia merupakan sistem hukum yang berlaku di negara Indonesia
yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang, Traktat, dan Doktrin.

DAFTAR PUSTAKA
De Cruz, Peter. 2010. Perbandingan Sistem Hukum Civil Law, Common Law dan Socialist
Law. Diterjemahkan dari karya Peter De Cruz, Comparative Law in a Changing
World. Bandung : Nusa Media.
Syarifin, Pipin. 1998. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : Pustaka Setia.
Djamali, Abdoel. 2010. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
Mahmud, Peter. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Prenada Media Group.
Manan, Abdul. 2009. Aspek-Aspek Pengubah Hukum. Jakarta : Prenada Media Group.
Soeroso. 2005. Pebandingan Hukum Perdata. Jakarta : Sinar Grafika.
http://slowdownthing.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-negara-hukum-anglosaxon-dan.html.
diakses pada hari Kamis, 15 Desember 2011, pukul 22.00 WIB.
http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-5-anglo-saxon-commonlaw.html. diakses pada hari Kamis, 15 Desember 2011, pukul 22.10 WIB.
http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-7-eropa-kontinental-civil.html.
diakses pada hari Jumat, 16 Desember 2011, pukul 19.00 WIB.
http://www.proz.com/kudoz/english_to_indonesian/law_general/2776619common_law.html. diakses pada hari Sabtu, 17 Desember 2011, pukul 08.30 WIB.

[1] Pipin Syarifin S.H., Pengantar Ilmu Hukum, CV Pustaka Setia, Bandung, 1998,
hlm. 161-162.
[2] http://slowdownthing.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-negara-hukum-anglosaxondan.html
[3] Peter De Cruz, Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law dan
Socialist Law, Nusa Media, Bandung, 2010, hlm. 61.
[4] Peter De Cruz, hlm. 76-77.

[5] Prof. Dr. Peter Mahmud, S.H., M.S., LL.M., Pengantar Ilmu Hukum, Prenada
Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 286.
[6] Peter De Cruz, hlm. 109.
[7] Peter De Cruz, hlm. 109.
[8] R. Abdoel Djamali, S.H., Pengantar Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,
2010, hlm. 68-70.
[9] http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-7-eropa-kontinentalcivil.html
[10] http://slowdownthing.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-negara-hukum-anglosaxondan.html
[11] http://www.proz.com/kudoz/english_to_indonesian/law_general/2776619common_law.html
[12] R. Soeroso, S.H., Pebandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005,
hlm. 90-91.
[13] http://slowdownthing.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-negara-hukum-anglosaxondan.html
[14] Peter De Cruz, hlm. 141-143.
[15] Peter Mahmud, hlm.294.
[16] http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-5-anglo-saxoncommon-law.html
[17] http://donxsaturniev.blogspot.com/2010/07/sistem-hukum-5-anglo-saxoncommon-law.html
[18] Peter De Cruz, hlm. 67.
[19] Peter De Cruz, hlm. 68.
[20] Peter De Cruz, hlm. 78-80.
[21] Peter Mahmud, hlm. 261-262.
[22] Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.Ip., M.Hum., Aspek-Aspek Pengubah Hukum,
Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 35.
[23] R. Abdoel Djamali, hlm. 70-72.

You might also like