Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sejak menurunnya angka kejadian poliomyelitis,
maka Sindroma Guillain Barre menjadi penyebab terbanyak
penyakit Acute Neuromuscular Paralysis yang lebih dikenal
sebagai Acute Flaccid Paralysis (AFP) (1).
Sindroma Guillain Barre yang disebut juga Acute
Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP)
atau Post Infections Polyneuritis yang dapat diartikan
sebagai suatu kelainan akut dan difus dari sistim saraf yang
mengenai radiks spinalis, saraf perifer, dan kadang-kadang
saraf kranialis setelah suatu infeksi (2,3).
Dahulu sindrom ini diduga disebabkan oleh infeksi
virus, tetapi akhir-akhir ini terungkap bahwa ternyata virus
bukan sebagai penyebab. Teori yang dianut sekarang ialah
suatu kelainan imunobiologis baik secara primary immune
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No.2, Agustus 2005
Korespondensi: Masdar Muid; Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak
FK. Unibraw / RSU dr. Saiful Anwar; Jl. Jaksa Agung Suprapto
2 Malang; Telp.: 0341 343343; Fax.: 0341 369393;
Hp.: 08123316234
90
Jumlah
18
13
7
38
%
47,36
34,21
18,42
100
Jumlah
22
16
38
%
57,9
42.1
100
%
84,21
5,26
2,63
2,63
2,63
2,63
100
Jumlah
2
11
22
2
1
38
%
5,26
28,94
57,89
5,26
2,63
100
Sel :
Darah tepi :
Hemoglobin
Lekosit
Jumlah
17
17
4
38
%
44,73
44,73
10,52
100
Jumlah
0
23
15
0
60,52
39,47
5
33
13,15
86,84
1
0
37
2,63
0
97,36
2,63
Hasil
Jumlah
20 45 mg/dl
46 100 mg/dl
101 200 mgdl
7
25
6
18,42
65,78
15,78
0 per mm3
1 5 per mm3
19
19
50
50
< 10 g/dl
10 15 g/dl
> 15 g/dl
8
30
0
21,05
78,94
0
4000/mm3
4000 10.000/mm3
10.000/mm3
3
28
7
7,89
73,68
18,42
27
8
71,05
21,05
10 20 mm/jam
21 50 mm/jam
6
0
0
0
0
0
0
5
1
0
0
0
0
0
0
0
0
4
31
37
38
Keterangan:
MRS: Masuk Rumah Sakit
DISKUSI
Sindroma Guillain Barre pada umumnya mudah
diidentifikasi dengan manifestasi klinis yang spesifik dan
kelemahan progresif dalam beberapa hari (17).
Manifestasi klinis dari Sindroma Guillain Barre yang
terpenting adalah adanya kelemahan motoris yang progresif
yang mengenai lebih dari satu anggota gerak dan adanya
reflek yang menurun atau menghilang (8).
Angka kejadian Sindroma Guillain Barre adalah
sekitar 1 sampai 3 per 100.000 penduduk sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Eropa, USA dan Australia.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur dengan
puncaknya pada dewasa muda dan dewasa (18).
Laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan.
Tidak ada variasi yang konsisten mengenai geografi, namun
demikian ada variasi yang sesuai dengan musim (10).
Data epidemiologis mengenai Sindroma Guillain
Barre di Indonesia belum didapatkan. Perbandingan antara
penderita laki-laki dan perempuan yang terkena Sindroma
Guillain Barre sekitar 1,3 sampai 1,5 dibanding 1(6,18).
Pada penelitian ini perbandingan penderita laki-laki dan
perempuan adalah 57,9% dibanding 42,1%.
Dilaporkan bahwa di China Selatan Sindroma
Guillain Barre predominan terjadi pada anak dibawah umur
7 tahun sebanyak 33%, sedangkan di Taiwan 21% terjadi
pada anak dibawah umur 10 tahun (19). Pada penelitian ini
didapatkan umur penderita yang terkena Sindroma Guillain
Barre : 0 sampai 5 tahun 18 penderita (47,36%), > 5 10
tahun 13 penderita (34,21%) dan > 10 sampai 15 tahun
sebanyak 7 penderita (18,42%).
Sekitar 70 persen kasus Sindroma Guillain Barre ada
hubungannya dengan infeksi sebelumnya. Biasanya
Sindroma Guillain Barre terjadi 2 sampai 3 minggu setelah
infeksi saluran pernafasan dan pencernaan (18,20,21).
Pada penelitian ini dilaporkan bahwa penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) yang mendahului Sindroma
Guillain Barre sebanyak 32 penderita (84,21%), ISPA
disertai gastroenteritis sebanyak 2 penderita (5,26%),
sedangkan ISPA disertai dermatitis, morbili, parotitis,
dermatitis masing-masing 1 penderita (2,63%).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Sumner CJ. Inflammatory Neuropathies: Guillain Barre Syndrome (GBS) and Chronic Inflammatory Demyeliniting
Polyradiculoneuropathy (CIDP). Di dalam: Singer HS, Kossoff EH, Hartman AL, Crawford TO (ed). Treatment of
Pediatric Neurologic Disorder. Boca Raton, London, New York, Singapore: Taylor & Francis; 2005; 167-175.
2. Prior PF, Larrea LG, Nagendran K, Smith NJ. Neurophysiological Investigation in the Intensive Care Unit. Di dalam:
Binnie C, Cooper R, Mauguiere F, Osselton J, Prior P, Tedman B. Clinical Neurophysiology. Vol 2. Amsterdam: Elsivier;
2003; 771-775.
3. Suryakanto, Noeryanto. Manfaat Deksametasone pada Sindroma Guillain Barre. Medika 1993; 10: 25-31.
4. Harsono. Sindrome Guillain Barre: Buku Ajar Neurologi Klinis. ed pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press;
1996; 307-310.
5. Victor M, Ropper AH, Adams and Victors. Principles of Neurology. 7th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2001; 1380-1387.
6. Smith SA, Ouvrier R. Peripheal Neuropathy in Children. Di dalam: Swaiman KF, Ashwal S (ed). Pediatric Neurology.
Principles and Practice vol. 1. 3rd ed. St. Louis: Mosby; 1999; 1182-1184.
7. Lindsay KW, Bone I, Calander R. Neurology and Neurosargery Illustrated. 3th ed. New York: Churchill Livingstone;
1997; 424.
8. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005; 191-192.
9. Swaiman KF, Wright FS. Neuromuscular Disease of Infancy and Childhood. Springfield: Charles Thomas; 1970; 94-98.
10. Seneviratne U. Guillan Barre Syndrome. Postgrad Med. J. 2000; 76: 774-782
11. Newswanger DL, Warren CR. Guillain Barre Syndrome. American Family Physician 2004; 69: 2405-2410.
12. Petunjuk Teknis Surveilans Acute Flaccid Paralysis. Ed. IV. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Departemen Kesehatan RI 1999; 4.
13. Gilroy J, Meyer JS. Medical Neurology, 3rd ed. New York: Macmillan Publishing, Co., Inc.; 1979; 11: 688-690.
14. Hughes RAC. Controlled Trial of Prednisolone in Acute Polyneuropathy. Lancet 1978; 750-753.
15. Hughes RAC, Kadlubowski M, Hufschamidt A. Treatment of Acute Inflammatory Polyneuropathy. Ann Neurol 1981; 9
(suppl): 125-133.
16. Hughes RAC. Acute Inflammatory Polyneuropathy. Di dalam: Rose FC, (ed). Clinical Neuroimunology. Oxford:
Blackwell Scientific Publications; 1979; 14: 170-184.
17. Green DM, Ropper AH. Arch Neurol. 2001; 58: 1098-1101.
18. GBS Basics. Guillain Barre Syndrome. http://www.jsmarcussen.com/gbs/uk/overview.htm (Accessed 15 Agustus 2005)
19. Kuo Lyo R, Ming Tang L, Yi Cheng S, Chuin Hsu W, Tsong Chen S. Neurosurgery Psychiatry. J. Neurol 1997; 63; 494500.
20. Bahtera T. Penyakit Autoimun dan Pasca Infeksi Susunan Saraf. Di dalam: Soetomenggolo T.S, Ismael S (ed). Buku
Ajar Neurologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia 1999; 432-444.
21. Burns TM, Bradshaw DY, Kuntz NL, Jones HR. Clinical Neurophysiology of Pediatric Polyneuropathies. Di dalam:
Holmes G.L, Moshe S.L, Jones H.R (ed). Clinical Neurophysiology of Infancy, Childhood and Adolescence.
Philadelphia: Butterworth Heinemann Elsevier; 2006; 652-657.
22. Legido A, Tenembaum SN, Katsetos CD, Menkes JH. Autoimun and Postinfectious Diseases. Di dalam: Menkes J.H,
Sarnat HB, Maria BL (ed). Child Neurology 7 th. Ed.Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2006; 600-610.