Professional Documents
Culture Documents
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
15. Kepustakaan
trimetroprim/sulfametokzasol,
tetrasiklin
atau
eritromicin.
C. Obat-obat anti diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. A)
yang paling efektif adalah derivate opiad misal
loperamid. Obat antimotilitas penggunaannya
harus hati-hati pada pasien disentri yang panas
bila tanpa disertai anti mikroba karena dapat
memperlama proses penyembuhan. B). obat yang
mengeraskan tinja: ataplugit 4x2 tablet/hari.
D. Pemberian tablet seng selama 10-14 hari dengan
dosis 10mg pada usia <6 bulan dan 20 mg bila> 6
bulan.
E. Pemberian probiotik sebagai terapi supportif, lactoB.
F. Bila terdapat tanda-tanda dehidrasi berat, lakukan
resusitasi cairan dan stabili pasien lalu segera
rujuk pasien untuk penanganan lebih lanjut.
1. Monitoring tanda-tanda dehidrasi pada pasien di
rumah.
2. Jaga higienitas lingkungan dan perorangan.
Ad Vitam
: dubio ad bonam
Ad Sanationam : dubio ad bonam
Ad fungsionam : dubio ad bonam
IV
C
1. dr. Putu Santy Erawati
2. dr. A A Sg kumala Ningrat.
3. dr. I Ketut Aryawan.
4. dr. A. A. Ifan Distya Jaya.
5. dr. Ida Ayu Gede Oktarini.
6. dr. Ni Made Ayu Wulandari.
1.
2.
3.
4.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ada)
a. Inhalasi agonis 2 dosis tinggi, seperti
Salbutamol 2,5-5 mg / Terbutalin 2,5-5 mg
secara nebulisasi, dapat diulang @ 20 menit
dalam 1 jam.
b. Injeksi Adrenalin 1/1000, subcutan 0,2-0,5 cc,
dapat diulang sampai 2-3X dengan interval
30-60 menit, harus diberikan dengan sangat
hati-hati , kecuali ada kontra indikasi
terhadap obat ini ( penderita hipertensi,
hipertiroid, kelainan jantung, usia lanjut > 40
thn).
c. Aminopilin injeksi 5-6 mg / kgBB diencerkan
dalam Dext 5% sama banyak, secara
intravena, bolus perlahan dalam 10-15 mnt
atau dalam infus 100 cc DExt 5% NaCl 0,9%
dalam waktu 20 menit.
d. Antikolinergik : Ipatropium bromid dapat
digunakan sendiri atau kombinasi dengan
agonis 2 melalui inhalasi dengan nebulisasi.
Penambahan ini tidak diperlukan bila respon
dengan agonis 2 sudah cukup baik.
3. Kortikosteroid sistemik dosis tinggi harus segera
diberikan
pada serangan asma berat yaitu
Hidrokortison 200 mg iv atau metil prednisolon
injeksi / tablet 30-60 mg, atau keduanya.
4. Setelah dilakukan pengobatan awal dengan
bronkodilator dan steroid, dilakukan evaluasi @
15 menit terhadap klinis penderita. Setelah 30
menit evaluasi, jika tidak membaik, maka
penderita dirujuk ke RSU Wangaya / RSUP
Sanglah. Tapi bila membaik, penderita dapat
dipulangkan dengan pemberian obat oral
(Salbutamol 4 mg 3x1, dan metil prednisolon 4
mg 3x1).
9. Edukasi
10. Prognosis
Ad Vitam
: dubio ad bonam
Ad Sanationam : dubio ad bonam
Ad fungsionam : dubio ad bonam
IV
C
1. dr. Putu Santy Erawati
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
1.
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
1.
2.
3.
4.
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
PemeriksaanPenunjang
Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
Combustio
--A. Pertolongan pertama
- Matikan api dengan memutuskan hubungan
(suplai) dengan oksigen dengan menutup tubuh
penderita dengan selimut, handuk, sprei dan lainlain
- Lakukan pendinginan (untuk kejadian sebelum 1
jam) dengan merendam dalam air dingin (20 - 30
C) atau air yang mengalir selama 20 30 menit.
Untuk daerah wajah cukup dikompres dengan air
B. Untuk luka bakar derajat ringan, yaitu :
- Luka bakar derajat I
- Luka bakar derajat II dengan luas < 15 %
- Luka bakar derajat III dengan luas < 2 %
Dapat diterapi / dirawat sebagai berikut : bila ada
bullae dapat dipecahkan dengan membuat
sayatan tetapi tidak dibulektomi sealnjutnya
diberikan antiseptik (dermazin) dan luka ditutup
dengan verban / kain bersih dan tidak melekat
pada luka. Perawatan dirumah diberikan antiseptik
dan kalau perlu diberikan analgetik dan antibiotik
untuk mencegah infeksi. Selanjutnya pasien
dipulangkan dan bisa kontrol di Poli Kulit RS
Indera.
C. Untuk luka bakar derajat sedang dan berat dirujuk
ke RSUP Sanglah dengan tindakan Life Saving
bila diperlukan
1. Monitoring tanda-tanda nyeri dan keadaan umum
penderita pada luka bakar derajat ringan yang
dipulangkan dan dapat kontrol di Poli Kulit RS
Indera
2. Jaga higienitas lingkungan dan perorangan.
Ad Vitam
: dubio ad bonam
Ad Sanationam : dubio ad bonam
Ad fungsionam : dubio ad malam
IV
11
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1. Nyeri berkurang
2. Tidak adanya penyulit yang timbul terutama tandatanda vital
1. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong (1997), Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC, Jakarta.
15. Kepustakaan
12
1.
2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
7. Edukasi
8. Prognosis
9. Tingkat Evidens
10. Tingkat Rekomendasi
11. Penelaah Kritis
14
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
Hepatitis akut
Abses hati
15
Kiri Atas:
Perforasi lambung
Pankreasitis akut
Perforasi kolon
Infark Miokard
Pielonefritis akut
Peri Umbilikal:
Obstruksi
Apendiksitis
Pankreasitis akut
Hernia strangulasi
Divertikulitis
Kanan Bawah:
Apendiksitis
Adneksitis
Endometriosis
Divertikulitis
Perforasi caecum
Batu ureter
Hernia
Abses psoas
Kiri Bawah:
Divertikulitis
Adneksitis / Endometriosis
Batu ureter
Hernia
7. PemeriksaanPenunjang
Abses psoas
1. Pemeriksaan darah seperti Leukosit , Hb
2. Pemeriksaan urin
16
3. Pemeriksaan feses
4. Radiologi
1. Berikan anti nyeri per oral dan anti nyeri
intermuskular / anti nyeri supositori .
2. Untuk colic internal dan nyata peristaltic
meningkat bisa diberi injeksi buscopan.
3. Bila nyeri hilang berikan resep obat oral anti
nyeri dan spasmalitik
4. Evaluasi 15-30 menit bila tidak ada perubahan
penderita di rujuk ke RS Sanglah tanpa
ambulance dengan ambulance bila ada
tindakan live saving.
1. Istirahat yang cukup
2. Pertahankan lingkungan yang tenang
3. Cukup makan dan minum
4. Menjaga personal higien yang baik
Ad Vitam
: dubio ad bonam/malam
Ad Sanationam : dubio ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubio ad bonam/malam
IV
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
15. Kepustakaan
17
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan visus.
2. Pemeriksaan slit lamp, tampak adanya corpus
alienum.
4. Kriteria Diagnosis
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
1. Fluoresin test.
8. Terapi
6. Indikator Medis
7. Kepustakaan
19
Bagaimana
mata
kecepatannya
waktu
mengenai
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan visus.
2. Pemeriksaan fisik mata, meliputi:
Kornea
Pupil
20
penglihatan
4. Kriteria Diagnosis
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
Hematoma Palpebra.
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
1.
2.
3.
4.
9. Terapi
10. Edukasi
11. Prognosis
12. Tingkat Evidens
13. Tingkat Rekomendasi
14. Penelaah Kritis
Nyeri berkurang.
Hematoma berkurang.
21
Bagaimana
mata
kecepatannya
waktu
mengenai
penglihatan
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan visus.
2. Pemeriksaan fisik mata dengan sentolop atau slit
lamp di dapatka pada konjungtiva terdapat adanya
kemerahan yang tidak hilang dengan penekanan.
3. Pemeriksaan TIO.
4. Kriteria Diagnosis
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
Subconjunctival Bleeding.
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan TIO.
2. Funduskopi.
22
8. Terapi
11. Edukasi
12. Prognosis
13. Tingkat Evidens
14. Tingkat Rekomendasi
15. Penelaah Kritis
23
1. Pemeriksaan visus.
2. Pemeriksaan fisik mata dengan sentolop atau slit
lamp.
4. Kriteria Diagnosis
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
Erosi kornea.
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
8. Terapi
1. Fluoresin test.
1. Tetes mata antibiotika murni seperti spektrum luas
neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes
mata 6x sehari 1 tetes.
2. Tetes mata penyegar 6x sehari 1 tetes.
3. Bebat mata dengan salep mata selama 6 jam.
4. Analgetik 3x sehari 1 tablet bila perlu.
5. Roboronsia
untuk
mempercepat
proses
penyembuhan 1x sehari.
6. Control poliklinik mata 3 hari setelah penanganan
awal di UGD.
1. Informasikan kepada pasien untuk tidak mengucek
mata dan menghindari mata dari debu.
7. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
Ad Vitam
: dubio ad bonam
Ad Sanationam : dubio ad bonam
Ad fungsionam : dubio ad bonam
IV
C
1. dr. Putu Santy Erawati
2. dr. A A Sg kumala Ningrat.
3. dr. I Ketut Aryawan.
24
Nyeri menghilang.
Keadaan mata membaik.
1. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet.
5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2. Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke
VI 1993
-
25
1. Pemeriksaan visus.
2. Pemeriksaan fisik mata dengan sentolop atau slit
lamp.
4. Kriteria Diagnosis
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
Erosi kornea.
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
8. Terapi
1. Fluoresin test.
1. Tetes mata antibiotika murni seperti spektrum luas
neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes
mata 6x sehari 1 tetes.
2. Tetes mata penyegar 6x sehari 1 tetes.
3. Bebat mata dengan salep mata selama 6 jam.
4. Analgetik 3x sehari 1 tablet bila perlu.
5. Roboronsia
untuk
mempercepat
proses
penyembuhan 1x sehari.
6. Control poliklinik mata 3 hari setelah penanganan
awal di UGD.
Informasikan kepada pasien untuk tidak mengucek
mata dan menghindari mata dari debu.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
Ad Vitam
: dubio ad bonam
Ad Sanationam : dubio ad bonam
Ad fungsionam : dubio ad bonam
IV
C
1. dr. Putu Santy Erawati
26
2.
3.
4.
5.
6.
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
Nyeri menghilang.
Keadaan mata membaik.
1. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet.
5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2. Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke
VI 1993
-
27
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
9. Terapi
Riwayat mual/muntah?
B (Breathing):
Perhatikan suara nafas, apakah terdapat suara
nafas tambahan atau tidak, gerak dada baik
(dinilai apakah perlu nafas buatan?)
Masker oksigen/nasal
C (Circulation):
Perhatikan Perfusi, Nadi, Tensi
Bila terdapat tanda-tanda Shock -> RL dan cari
sumber perdarahan. (Ingat luka di kepala
hampir tidak pernah menyebabkan shock).
Tensi < 90 nadi < 90 -> kemungkinn spinal
shock! Batasi cairan
Hentikan perdarahan dari luka terbuka
D (Disability):
Nilai kesadaran dengan menilai GCS.
Nilai pupil (diameter, simetris, RC)
E (Exposure):
Periksa bagian tubuh lain secara cepat (nyeri/jejas di
dada, perut, tungkai, panggul, leher)
SECONDARY SURVEY
Untuk menentukan kelainan bedah saraf
Anamnesa:
Kejadian?
Sadar sesudah kejadian?
Mabuk?
Penyakit lain: epilepsi, DM, kelainan mata,
darah, riwayat jatuh?
Pemeriksaan:
GCS
Pupil
Motorik (parese/plegi)
Sensorik / rangsang nyeri
Periksa teliti: wajah, kepala, leher, tulang
punggung
2. Observasi di RS selama 1-2 jam.
3. Bila dalam observasi di dapat tanda-tanda sebagai
berikut:
1. Orientasi baik
29
11. Prognosis
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesadaran membaik.
Tanda-tanda vital membaik
Keadaan umum membaik.
1. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong (1997), Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC, Jakarta.
-
31
Inspeksi
Perhatikan abdomen pasien untuk melihat
adanya tanda-tanda luka luar, seperti abrasi
dan atau ekimosis.
Perhatikan pola luka yang ada untuk menduga
adanya trauma intra abdominal.( lap belt
abrasions,
steering
wheelshaped
contusions).
Observasi
pernapasan
pasien,
karena
pernapasan
abdominal
mengindikasikan
adanya
trauma
pada
sistem
spinal.
Perhatikan juga adanya tanda-tanda distensi
dan perubahan warna pada daerah abdomen.
Cullen
sign
(periumbilical
ecchymosis)
mengindikasikan perdarahan retroperitoneal,
namun biasanya tanda ini tidak langsung
positif. Jika ditemukan memar dan bengkak
pada daerah panggul kita harus curiga kearah
trauma retroperitoneal.
Inspeksi daerah genitalia dan perineum untuk
melihat adanya luka, perdarahan, dan
32
4. Kriteria Diagnosis
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
8. Terapi
B. Secondary survey.
9. Edukasi
a. Disability
Nilai kesadaran dengan menilai GCS.
Nilai pupil (diameter, simetris, RC)
b. Exposure
Periksa bagian tubuh lain secara cepat
(nyeri/jejas di dada, perut, tungkai, panggul,
leher).
C. Bila kondisi pasien telah stabil, persiapkan pasien
untuk di rujuk ke RS yang memiliki fasilitas untuk
menangani kasus trauma abdomen (pemeriksaan
penunjang
maupun
manajemen
pasien
selanjutnya).
Informasikan kepada pasien dan keluarga pasien,
bahwa pada kasus trauma tumpul abdomen
membutuhkan pemeriksaan penunjang, maka dari itu
34
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
35
1.
2.
3.
4.
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.
5. Diagnosis Kerja
Glaucoma akut
6. Diagnosis Banding
1. Keratitis
2. Uveitis
3. Ulkus kornea
7. PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan funduskopi.
2. Pemeriksaan TIO.
8. Terapi
dilanjutkan 6x sehari.
6. Apabila tekanan bola mata menurun sampai 30
mmHG segera lakukan operasi filtrasi di kamar
operasi oleh dokter spesialis mata. (Perifer
iridektomi, iridenclisis, trabekulektomi).
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
37
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. PemeriksaanPenunjang
8. Terapi
Hyfema
1. Hyphema karena trauma tumpul.
2. Hyphema post operatif.
3. Hyphema dengan penyulit (glaucoma sekunder,
uveitis, hemosiderosis).
1. Slit lamp biomicroscopy
2. Tonometri
3. Opthalmoscopy
4. USG mata
5. CT-Scan Orbita
6. Pemeriksaan lapang pandang
1.
2.
3.
4.
Pasien diopname
Tirah baring dengan posisi kepala lebih tinggi 30
Istirahatkan mata dengan bebat mata
Bila perlu pada anak-anak diberikan obat
penenang
5. Antibiotika tetes mata bila ada tanda infeksi,
Acetacolamid bila terjadi peningkatan TIO.
6. Tindakan
operatif
(Parasintesa)
atau
pengeluaran darah dari bilik mata depan
dikerjakan bila:
38
10. Prognosis
1. Tirah baring
2. Tidak menyentuh, menggosok, menekan mata
karena bisa terjadi infeksi
3. Jangan oleskan obat / salep mata
4. Hindari penggunaan obat Aspirin, Ibuprofen,
NSAID karena dapat mengencerkan darah.
5.
Kompres dingin untuk mengurangi sakit /
pembengkakan.
Dubius Ad Bonam
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
15. Kepustakaan
39
3. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
Hiperemi konjungtiva
Kornea keruh
Lensa keruh
Tekanan bola mata bisa meningkat
Hipotoni bila ada kerusakan pada badan silier
Mata kering akibat kerusakan kelenjar air mata
Terdapat nekrosis & iskemi ringan pada
konjungtiva dan kornea
8. Tukak kornea
9. Visus menurun
7. PemeriksaanPenunjang
1. Slit lamp
2. Opthalmoscop
3. Tonometri
8. Terapi
10. Prognosis
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
41
Characteristic
M = Migration of pain to the RLQ
A = Anorexia
N = Nausea and vomiting
T = Tenderness in RLQ
R = Rebound pain
E = Elevated temperature
L = Leukocytosis
S = Shift of WBC to the left
Total
Score
1
1
1
2
1
1
2
1
10
Interpretasi:
1. Skor >8 : Kemungkinan besar menderita
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
2. PID
3. Ulcus pepticum.
4. Dyspepsia.
7. PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Foto polos abdomen.
3. USG Abdomen.
9. Terapi
10. Edukasi
11. Prognosis
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
44
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
15. Kepustakaan
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
A. Primary Survey
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat
bicara dan bernafas dgn bebas ?
Jika ada obstruksi, lakukan :
Chin lift/ Jaw thrust
Suction
Guedel Airway
Intubasi trakea
47
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
Beri oksigen
c. Circulation
Menilai sirkulasi/peredaran darah
Hentikan perdarahan external bila ada
Segera pasang dua jalur infus dgn jarum besar
(14-16G)
Beri infus cairan.
B. Secondary survey.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
d. Disability
Nilai kesadaran dengan menilai GCS.
Nilai pupil (diameter, simetris, RC)
e. Exposure
Periksa bagian tubuh lain secara cepat (nyeri/jejas di
dada, perut, tungkai, panggul, leher).
C. Bila kondisi pasien telah stabil, persiapkan pasien untuk
di rujuk ke RS yang memiliki fasilitas untuk menangani
kasus syok hypovolemik (pemeriksaan penunjang
maupun manajemen pasien selanjutnya).
Informasikan kepada keluarga pasien bahwa keadaan syok
hypovolemeik merupakan keadaan yang emergency dan
harus segera di rujuk ke pusat pelayanan yang lebih
memadai.
Ad Vitam
: dubio ad malam
Ad Sanationam : dubio ad malam
Ad fungsionam : dubio ad malam
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PROVINSI BALI
SYOK SEPTIK (ICD 10:R57.2)
1. Pengertian (definisi)
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
6. Diagnosis Kerja
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan
Penunjang
9. Terapi
B. Secondary survey.
d. Disability
Nilai kesadaran dengan menilai GCS.
Nilai pupil (diameter, simetris, RC)
49
10. Edukasi
11. Prognosis
12. Tingkat Evidens
13. Tingkat
Rekomendasi
14. Penelaah Kritis
e. Exposure
Periksa bagian tubuh lain secara cepat (nyeri/jejas di
dada, perut, tungkai, panggul, leher).
C. Bila kondisi pasien telah stabil, persiapkan pasien untuk
di rujuk ke RS yang memiliki fasilitas untuk menangani
kasus syok septik (pemeriksaan penunjang maupun
manajemen pasien selanjutnya).
Informasikan kepada keluarga pasien bahwa keadaan syok
septik merupakan keadaan yang emergency dan harus
segera di rujuk ke pusat pelayanan yang lebih memadai.
Ad Vitam
: dubio ad malam
Ad Sanationam : dubio ad malam
Ad fungsionam : dubio ad malam
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2. Anamnesis
1.
2.
3.
4.
5.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran.
2. Suhu tubuh.
3. Tanda rangsang meningkat.
4. Tanda peningkatan tekanan intracranial, seperti:
kesadaran menurun, muntah proyektil, fontanel
anterior menonjol, papil edema.
5. Tanda infeksi di luar SSP misalnya otitis media akut,
tonsillitis, bronchitis, furunkulosis, dll.
1. Kejang didahului oleh febris (suhu rectal > 38oC).
2. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6
bulan-5 tahun.
3. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk
dalam kejang demam.
4. Kejang disertai demam pada bayi berumur < 1 bulan
tidak termasuk kejang demam.
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
Lamanya kejang?
Bentuk kejang?
Suhu sebelum kejang?
Riwayat kejang sebelumnya?
Riwayat keluarga yang mengalami kejang demam?
Kejang demam.
1. Epilepsy.
2. Status konvulsi.
3. Meningitis.
3. Gangguan
elektrolit
Hipoglikemi)
(Hipernatremi,
Hipokalsemi,
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
dasarnya.
d. Penanganan supportif lainnya, meliputi:
Bebaskan jalan nafas.
Pemberian oksigen.
Menjaga keseimbangan air dan elektrolit.
Pertahankan keseimbangan tekanan darah.
2. Pencagahan kejang.
a. Pencegahan berkala (intermiten).
Untuk kejang demam sederhana dengan diazepam
0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat
anak menderita penyakit yang disertai dengan
demam.
b. Pencegahan kontinu.
Utuk kejang dema, komplikata dengan asam valproat
15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis.
Informasikan kepada keluarga mengenai pencegahan kejang
dan penanganan demam pada anak di rumah.
Ad Vitam
: dubio ad bonam/malam
Ad Sanationam : dubio ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubio ad bonam/malam
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2. Anamnesis
1. Onset perdarahan.
2. Riwayat trauma local pada hidung
3. Adanya penyakit sistemik (misalnya: hipertensi, leukemia,
anemia, dll).
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
didapat
adanya
1. Pengertian
(definisi)
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
Gelisah
Sesak
stridor inspirasi
4. Kriteria Diagnosis
Gelisah
Sesak
stridor inspirasi
Retraksi supraklavikuler, interkostal, epigastrial,
supra steroal biru (sianosis)
Bila benda asing berhenti pada salah satu cabang
bronkus:
- Gerak nafas satu sisi berkurang
- Suara nafas satu sisi berkurang
- Pada fase tenang, mungkin gejala tersebut di
atas tidak ada.
55
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
1.Asma bronkial
2.Laringitis akut.
3.Trakeitis
4.Bronkitis
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
5.Pneumoni
1. X-foto toraks, hanya dikerjakan pada kasus-kasus tertentu,
karena bila masih baru dan bendanya non radio opaqe,
sering tidak tampak kelainan.
9. Edukasi
10. Prognosis
Ad Vitam
: dubio ad bonam/malam
Ad fungsionam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
: dubio ad bonam/malam
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
15. Kepustakaan
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
1. Foto cervical.
1. Ekstraksi korpal dengan menggunakan pinset bayonet.
Informasikan pada pasien untuk memperhatikan makanan yang
dimakan, terutama bila makan ikan.
Ad Vitam
: dubio ad bonam.
Ad Sanationam : dubio ad bonam.
Ad fungsionam : dubio ad bonam.
IV
C
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3. Pemeriksaan Fisik
diatas 41oC.
2. Pemeriksaan status kesadaran.
3. Pada pemeriksaan status general biasanya dalam batas
60
normal.
4. Tanda-tanda penyakit yang mendasari.
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
1. Panas menghilang.
2. Pasien merasa lebih nyaman.
1. Penanganan Terkini Hipertermia dan Hiperpireksia.Dokter
Anak Indonesia.http//www.dokteranakonline.com. Diunduh
10 Juli 2014
2. Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2009
3. Artikel Penatalaksanaan Demam Pada Anak oleh dr.Nia
Kania, Sp.A, M.Kes
61
62