You are on page 1of 14

N

R
A
A
T
S
A
A
N
R
D NA RU
P A A
I
D
S
D
G
N N T OK
I
A P
R
A
P N AW M
PE EG ELO
K
K

4 PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN JANIN


1.Perdarahan
2.Infeksi dan sepsis
3.Hipertensi dan preeklampsia/eklampsia
4.Persalinan macet (distonia)

PENYEBAB LAIN
- Emboli air ketuban
- Adanya luka bakar
- Syok anafilaktik karena obat
dan cedera akibat kecelakaan
lalu lintas

MACAM KASUS KEGAWADARURATAN


1.Kasus perdarahan
2.Kasus infeksi dan sepsis
3.Kasus hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia
4.Kasus persalinan macet
5.Kasus gawat darurat lain

PRINSIP KOMUNIKASI DAN HUBUNGAN


DOKTER-PASIEN
1. Menghormati pasien dalam proses penanganan
medis
2. Memberikan penjelasan dan melakukan
pemeriksaan pada pasien dengan kelembutan
3. Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan
pasien dengan bahasa dan kalimat tepat, mudah
dipahami dan memperhatikan norma setempat
4. Harus tetap menghormati hak-hak pasien untuk
menerima maupun menolak tindakan medis
melalui informed consent
5. Adanya pengertian dan dukungan keluarga
dalam proses pengambilan keputusan tindakan
medis

PENILAIAN AWAL KASUS


KEGAWADARURATAN OBSTETRI
1. Mengenali dan mengidentifikasi kasus kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan
kegawatdaruratan dan membutuhkan
pertolongan segera
2. Mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang
dihadapi

Fokus Utama adalah menilai apakah pasien


mengalami syok hipovolemik, syok septik, syok jenis
lain (syok kardiogenik, syok neurologik, dan
sebagainya), koma, kejang, atau koma disertai kejang
yang terjadi selama kehamilan, persalinan,
pascasalin atau masa nifas
6

PEMERIKSAAAN PADA PENILAIAN AWAL


KEGAWATAN
1. Penilaian dengan periksa pandang (inspeksi)
Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma,
kejang, dst
Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan,
banyak keringat
Menilai pernafasan : cepat, sesak
Menilai perdarahan dari kemaluan : profuse
atau tidak
2. Penilaian dengan periksa raba (palpasi)
Kulit : dingin, demam
Nadi : lemah/kuat, cepat/normal
Kaki/tungkai bawah : bengkak
3. Penilaian tanda vital (Tekanan darah, Nadi,
Suhu dan Pernafasan)

4. Pemeriksaan Klinik Lengkap


Anamnesis (keluhan, riwayat penyakit, HPHT, riwayatt
kehamilan, riwayat alergi, riwayat pembedahan)
Pemeriksaan fisik umum (keadaan umum, kesadaran,
tanda vital, kepala, leher, dada, abdomen, anggota gerak)
Pemeriksaan obstetri (pemeriksaan vulva, vagina, serviks,
rahim, adneksa, his, janin : jumlah, letak, presentasi,
posisi, anomali, taksiran berat, janin mati/hidup)
Pemeriksaan panggul (penilaian pintu atas panggul :
promontorium, teraba/tidak, ukuran konjugata diagonalis
dan vera, penilaian linea teraba berapa bagian, Penilaian
ruang tengah panggul : penilaian tulang sakrum, dinding
samping, spina iskiadika, jarak antar spina iskiadika,
Penilaian pintu bawah panggul : Arkus pubis, tulang
koksigis
Penilaian adanya tumor jalan lahir yang mempersulit
persalinan
Penilaian panggul (panggul luas, sedang, sempit,
patologik)
Penilaian tulang feto-pelvik

5. Pemeriksaan Laboratorium
Membantu menemukan penanganan kasus
perdarahn, infeksi, sepsi, dan
preeklampsia/eklampsia, dst.
Meliputi pemeriksaan darah (golongan darah
& cross match, darah lengkap termasuk
trombosit, pemeriksaan ureum, kreatinin,
glukosa darah, pH darah, elektrolit,
pemeriksaan koagulasi, pemeriksaan fungsi
hati, kultur darah untuk mengetahui jenis
kuman)
Pemeriksaan air seni (dilakukan pemeriksaan
Urine lengkap dan kultur urine)

PRINSIP UMUM PENANGANAN


KEGAWADARURATAN
1. Pastikan jalan nafas bebas
2. Pemberian oksigen
3. Pemberian cairan intravena
4. Pemberian transfusi darah
5. Pasang kateter kandung kemih
6. Pemberian antibiotik
7. Pemberian obat pengurang rasa nyeri
8. Penanganan masalah utama
9. Rujukan

10

1.Pastikan jalan nafas bebas


Harus dipastikan bahwa jalan nafas tidak tersumbat, jangan
memberikan cairan atau makanan dalam mulut pasien
karena dapat menyebabkan terjadinya muntah dan aspirasi,
memposisikan tubuh pasien ke samping, menaikkan posisi
kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru
2. Pemberian Oksigen
Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter/menit.
Intubasi dan ventilasi tekanan positif diberikan bila ada
indikasi
3. Pemberian cairan intravena
Pemberian cairan infus intravena dari jenis cairan,
banyaknya cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian
disesuaikan dengan kondisi kasus. Pengukuran harus tepat
dilakukan untuk menghindari terjadinya kelebihan cairan
yang dapat memicu terjadinya edema paru. Apabila muncul
tanda pembengkakan, nafas pendek, pipi bengkak
kemungkinan tanda dimana sudah terjadi kelebihan cairan.
11

4. Pemberian Transfusi Darah


Transfusi darah tidak dianjurkan diberikan pada semua kasus
kegawadaruratan karena memiliki resiko untuk menyebarkan
terjadinya infeksi virus, menimbulkan gangguan imunologik, dan
dapat memicu kelebihan cairan intravaskular. Transfusi
dianjurkan diberikan pada kasus perdarahan banyak terutama
apabila disertai syok.
5. Pasang Kateter kandung kemih
kateter kandung kemih digunakan untuk mengukur banyaknya
urin yang keluar untuk menilai fungsi ginjal dan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh. Diharapkan produksi
urine paling sedikit 100 ml/4jam atau 30ml/jam.
6. Pemberian antibiotika
Antibiotika diberikan pada kasus infeksi bakteri seperti syok
septik, cedera intraabdominal, perforasi uterus. Pada kasus syok,
antibiotika intravena diutamakan karena cepat menyebar ke
jaringan, apabila tidak dimungkinkan diberikan secara
intramuscular. Pemberian obat oral dipertimbangkan pada kasus
infeksi ringan, pasien tidak dalam kondisi syok. Antibiotik diberi
dosis tunggal, max 3 x dosis.

12

7. Pemberian obat pengurang rasa nyeri


Penggunaan antinyeri disesuaikan dengan kondisi pasien
sehingga jangan sampai mengaburkan keluhan utama pasien
yang penting untuk diagnosa klinis.Hendaknya dihindari
penggunaan sedasi berlebihan. Obat narkotika dapat
menekan pernafasan sehingga lebih dipertimbangkan
kembali untuk penggunaannya sebagai antinyeri.
8. Penanganan masalah utama
Penyebab kegawatdaruratan kasus harus ditentukan
diagnosanya dan ditangani sampai tuntas secepatnya
setelah kondisi pasien memungkinkan untuk ditindak
sehingga tidak terjadi perburukan.
9. Rujukan
Apabila fasilitas kesehatan di tempat kasus terbatas dan tidak
memungkinkan tindakan lebih lanjut dilakukan sehingga
tidak dapat dilakukan tindakan yang adekut untuk
menangani kegawatan pasien, maka kasus dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap. Sebelumnya sudah harus
dihubungi dan diberitahu lebih dulu sehingga persiapan
penanganan dan perawatan inap telah dilakukan.
13

14

You might also like