Professional Documents
Culture Documents
NAMA MAHASISWA
NOMOR INDUK
UNIVERSITAS
Universitas Trisakti
JUDUL
PENGUJI
RUMAH SAKIT
PERIODE
STATUS PSIKIATRI
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
No. Rekam medis
Jenis kelamin
Tanggal lahir
Usia
Agama
Status perwakinan
Suku bangsa/negara
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. A
0.29.58.42
Perempuan
Bogor, 17 Mei 1974
41 tahun
Islam
Cerai
Jawa/Indonesia
Tidak bekerja
SD/SLB (tidak selesai)
Perum Bumi Insani Blok B5/13 RT/RW 05/04 Tonjong,
Utari
II.
RIWAYAT PSKIATRI
- Autoanamnesis dilakukan di Ruang Utari pada tanggal 30 Juli 2015 (17.00), 31 Juli
2015 (13.00),
- Alloanamnesis dilakukan pada bapak pasien (Tn. H, 71 tahun), ibu pasien (Ny. M, 65
tahun) pada saat kunjungan rumah tanggal 2 Agustus 2015 (11.00).
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS Dr Marzoeki Mahdi dibawa oleh ayah (Tn.H, 71
tahun) dan adik iparnya (Ny.I, 35tahun) dengan keluhan berperilaku aneh seperti
berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-marah dan menyirami orang lain dengan
air sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Dr Mazoeki Mahdi pada hari Selasa tanggal 28 Juli
2015 diantar oleh ayah dan adik iparnya dengan keluhan berperilaku aneh seperti
berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-marah dan menyirami orang lain dengan
air sejak 1 bulan SMRS. Berdasarkan keterangan keluarga, 2 minggu SMRS ia
menjadi lebih diam, tidak mau makan, tidak mau tidur dan tidak mau melakukan
aktivitas sehari-hari seperti membantu pekerjaan rumah. Hal tersebut terjadi karena
ia merasa sedih ibunya masuk RS akibat stroke. Ia dan ibunya sangat dekat dan
ibunya yang selalu mengingatkannya untuk minum obatnya. Menurut pasien, ia
2
bisa tidur akan timbul. Perilaku aneh dan sulit tidur timbul akibat tidak minum
obat selama 1 tahun karena sedang menjalani pengobatan alternatif. Keluarga
kembali membawanya berobat ke RSMM dan dirawat selama 1 bulan. Menurut
pasien, saat itu ia berperilaku aneh dan sulit tidur akibat tidak minum obat. ia
tidak suka dengan pengobatan alternatif karena terasa sakit. Ia juga masih sering
merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
1994
Medik
tepatnya
dirumah
dibantu
oleh
paraji
(dukun
beranak).
Masa Dewasa
o Riwayat Pekerjaan
Menurut pasien, ia tidak pernah bekerja karena merasa tidak bisa
bekerja dan mengatakan Saya mah lulus SD aja ngga, gimana mau
kerja. Keluarga mengatakan, ia tidak diperbolehkan kerja diluar karena
untuk melakukan perkejaan rumah saja tidak selalu bisa, kadang ia mau
dan kadang tidak.
o Aktivitas Sosial
Pasien mengatakan orang disekitarnya, yaitu orang tua dan
saudaranya semua baik. Keluarga mengatakan, pasien tidak pernah
keluar rumah kecuali untuk membantu ibunya berbelanja dengan catatan
8
Meurut keluarga dan pasien, tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
serupa dengan pasien.
Genogram Keluarga
keterangan :
: laki-laki
: cerai
: Wanita
: Pasien
: Tinggal dirumah
: orang yang dibicarakan
F. Situasi Sosial Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan anaknya yang ke-2. Ibu dan
ayahnya membuka warung dirumah untuk membiayai kehidupan mereka.
G. Persepsi (tanggapan) Pasien Terhadap Dirinya dan Kehidupannya
Impian
Pasien ingin segera pulang untuk bertemu dengan anaknya.
Fantasi
Pasien ingin menikah lagi agar ada yang mengurus anaknya.
Sistem Nilai
Menurut pasien ia sakit stress dan butuh untuk meminum obat.
Dorongan Kehendak
Pasien ingin segera pulang ke rumah dan bertemu dengan anaknya
Hal yang Menjadi Sumber Kemarahan atau Frustasi dan yang Membuat
Bahagia atau Senang
Pasien sedih bila mengingat suaminya tidak mencintai dirinya lagi. Ia akan
menjadi marah apabila kemauannya tidak diikuti.
III.
STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Penampilan umum
Seorang wanita berusia 41 tahun, berpenampilan fisik sesuai dengan usianya.
Kulit sawo matang, rambut hitam, kebersihan dan kerapihan diri cukup
Kesadaran
Neurologis
: Compos mentis
Psikologis
: Terganggu
10
Sosial
: Terganggu
Perilaku dan aktivitas motorik
o Sebelum wawancara pasien sedang tiduran di tempat tidur.
o Selama wawancara pasien bicara dan bercerita dengan kemampuan
berbicara untuk perluan sehari-hari, ada kontak mata dengan pemeriksa,
perilaku hipoaktif dan tidak melakukan gerakan tanpa tujuan. Pasien
2. Alam Perasaan
Mood
Afek
Skala Diferensiasi
ini.
: Sempit. Pasien mengungkapkan perasaannya dengan kalimat
Keserasian
sederhana
: Tidak serasi antara pembicaraan dengan ekspresi wajah.
3. Fungsi intelektual
Taraf pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan
o Taraf pendidikan
: SD dan SLB tidak selesai, hanya sampai kelas
1
o Pengetahuan umum
untuk berbelanja.
o Kecerdasan
: Dibawah rata-rata dengan IQ rendah.
Daya konsentrasi
Baik. Pasien tidak dapat diuji dengan seven serial test, tapi masih dapat
berbicara dan menjawab pertanyaan dengan baik.
Orientasi
Daya orientasi waktu : Baik. Pasien mengetahui pagi, siang, sore dan malam..
Daya orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dirinya berada di Rumah
Sakit
Daya orientasi personal : Baik. Pasien mengenali pemeriksa sebagai dokter
Daya ingat
- Daya Ingat Jangka Panjang
Baik. Pasien dapat mengingat nama SD tempat ia sekolah.
11
4. Persepsi
o Halusinasi
:
o Terdapat halusinasi auditorik 2nd order
: Ada.
Pasien
merasa
: Ide sedikit.
: Pasien terkadang tidak tepat dalam menjawab
pertanyaan pemeriksa karena adanya keterbatasan
Hendaya berbahasa
pemahaman pertanyaan.
: Tidak ada. Pasien tidak menggunakan bahasa yang
: Tidak ada
: Tidak ada
6. Pengendalian Impuls
Baik. Selama wawancara pasien tidak melakukan hal-hal yang mengganggu.
Saat dirumah: terganggu, pasien tidak dapat mengontrol dirinya saat sedang marah.
7. Daya Nilai
a. Daya nilai sosial
Baik. Pasien mengatakan tidak boleh menggunakan kekerasan kepada
orang lain.
b. Uji daya nilai
Baik. Pasien mengatakan bahwa apabila menemukan dompet yang jatuh
diberikan kembali ke pemiliknya.
12
c. Penilaian realita
Terganggu. Terdapat halusinasi auditorik dan perilaku aneh.
8. Tilikan
Tilikan derajat I. Pasien menyangkal atas penyakitnya
9. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya.
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
Keadaan Umum
Bentuk Badan
Kesadaran
GCS
Nadi
Napas
Suhu
Tekanan Darah
Tinggi
Berat Badan
IMT
Sistem Kardiovaskuler
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sistem Respiratorik
Sistem Gastro-intestinal
lapang paru
: Supel, bising
Ekstremitas
Kulit
hepatomegali
: Akral hangat, tidak ada edema.
: Sawo matang. Tidak terdapat tato. Tidak
usus
nomal,
tidak
ada
- Pemeriksaan funduskopi
Motorik
2.
VI.
Sensibilitas
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Tremor di kedua tangan
Stabilitas postur tubuh
Gaya berjalan dan postur tubuh
:
:
:
:
:
:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 30 Juli 2015
Hemoglobin
: 12,9 gr/dl
Leukosit
: 6,350 mm3
Trombosit
: 295.000 mm3
Hematokrit
: 38%
SGOT
: 21 U/l
SGPT
: 16 U/l
Ureum
: 26,8 mg/dl
Creatinin
: 0,61 mg/dl
Glukosa Sewaktu : 141 mg/dl
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien perempuan berusia 41 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RSMM
dengan keluhan berperilaku aneh seperti berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marahmarah dan menyirami orang lain dengan air sejak 1 bulan SMRS.
14
Dalam 1 bulan SMRS, pasien berperilaku aneh seperti, berbicara sendiri, suka
teriak-teriak, marah-marah dan menyirami orang lain dengan air. Pasien merasa
mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Pasien juga mengatakan
merasa sedih karena ibunya masuk RS dan tidak ada yang mngingatkannya untuk minum
obat. Pasien juga tidak mau makan dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari seperti
membantu pekerjaan rumah.
Menurut keluarga, ia tidak pernah berperilaku berlebihan seperti banyak
bicara, boros ataupun ingin membeli sesuatu secara berlebihan dan tidak pernah mau
untuk bersenang-senang.
Pasien mengatakan tidak menggunakan NAPZA, merokok, maupun
mengkonsumsi alkohol.
Pasien mulai mengalami gangguan pada saat ia berusia 20 tahun (tahun
1994) yaitu 21 tahun yang lalu. Pasien bercerai dengan suaminya sehingga membuat
ia tidak mau makan, tidak mau mandi, tidak mau berbicara, dan hanya berdiam
dikamar selama 3 minggu. Pasien juga melakukan tindakan percobaan bunuh diri
dengan meminum baygon yang ada dikamarnya sampai pingsan dan dibawa ke RS
Bintaro dirawat selama 5 hari. Pasien mengatakan meminum baygon karena
mendengar suara-suara untuk menyuruhnya mati dengan meminum baygon tersebut.
Pada tahun 2014, saat pasien berusia 40 tahun (tahun 2014) tepatnya 1 tahun
yang lalu, pasien dirawat di RSMM selama 1 bulan karena pasien berperilaku aneh
seperti bicara sendiri, teriak-teriak dan marah-marah. Ia juga menjadi sulit tidur dan
selalu mengatakan ingin mati saja. Pasien juga masih sering merasa mendengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
VII.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis aksis I
Berdasarkan anamnesis terdapat gejala depresif, seperti pasien merasa sedih
karena ibunya masuk RS, tidur terganggu, tidak mau makan dan tidak mau melakukan
aktivitas sehari-hari seperti membantu pekerjaan rumah. Adanya gejala psikotik yaitu,
pasien berperilaku aneh seperti berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-marah dan
menyirami orang lain dengan air dan terdapat halusinasi auditorik 2nd order, dimana
pasien merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
Berdasarkan gejala dan tanda diatas, diagnosa diberatkan pada gangguan depresif
berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik yang termasuk dalam F33.3
berdasarkan PPDGJ III, atas dasar gejala utama yaitu adanya perasaan sedih, tidur
terganggu, makan berkurang dan aktivitas menurun yang berulang setelah episode
depresif berat sebelumnya dan adanya perilaku aneh dan halusinasi auditorik 2 nd order.
15
Diagnosis banding pada pasien adalah skizoafektif tipe depresif yang termasuk dalam
F25.1 berdasarkan PPDGJ III, atas dasar adanya halusinasi auditorik 2 nd order, parasaan
sedih, tidur terganggu, makan berkurang dan aktivitas menurun.
Diagnosis aksis II
Retardasi mental ringan dimana pada pasien terdapat penurunan tingkat
kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap
tuntutan lingkungan sosial biasa sehari-hari. Kemampuan dalam mengurus diri juga
mengalami keterlambatan. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.
Diagnosis aksis III
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, tidak
ditemukan adanya gangguan kondisi medis umum.
Diagnosis aksis IV
Masalah dengan keluarga
sosial di lingkungannya.
: Ada. Pasien menderita retardasi mental ringan
dengan nilai IQ rendah sehingga tidak bisa
Masalah pekerjaan
tangga.
Masalah ekonomi
: Tidak ada
Masalah akses ke pelayanan : Tidak ada
kesehatan
Diagnosis aksis V
Skala GAF
o GAF HLPY
: 50 (gejala sedang, disabilitas sedang)
Fungsi psikologi
:
Pasien memiliki perilaku aneh
jarang
berkomunikasi
Fungsi psikologi
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
psikotik
: F70 Retardasi mental ringan
: Tidak terdapat gangguan Aksis III
: Masalah dengan pendidikan, karena pasien menderita retardasi
mental ringan dengan IQ rendah sehingga tidak dapat membaca dan
Aksis V
menulis..
: GAF HLPY 70
GAF Current 50
IX.
X.
DIAGNOSIS BANDING
F25.1 Skizoafektif tipe depresif
RENCANA TERAPI
PSIKOFARMAKA
Risperidone 2 x 2 mg
Chlorpromazin 1 x 100 mg
Fluoksetin 1x20mg
PSIKOTERAPI
Kepada pasien
Memberikan edukasi kepada pasien cara untuk menahan emosi
o Tarik napas yang dalam kemudian buang
o Selalu berfikiran hal yang baik
Mengedukasi pasien untuk bercerita bila ada masalah agar orang lain dapat
membantu mencarikan solusi untuk permasalahan yang dihadapi pasien.
Mengedukasi kepada pasien bahwa bunuh diri bukan merupakan suatu penyelesaian
masalah dan hanya merugikan diri sendiri.
Memberikan motivasi kepada pasien bahwa
masih banyak
orang yang
menyayanginya disekelilingnya.
Mengedukasi pasien agar mau kembali membantu ibu melakukan pekerjaan rumah.
17
Meyakinkan pasien bahwa pasien pasti bisa dalam mengendalikan emosinya dan
bisa menjadi orang yang baik dan memberikan manfaat bagi keluarga dan orang lain
Kepada keluarga
Mengedukasi keluarga pasien agar memahami kondisi pasien, selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada pasien, dan mengikutsertakan pasien dalam kegiatan
di RS Marzoeki Mahdi.
Mengedukasi keluarga untuk membantu pasien dalam pendalaman agama.
Mambantu pasien untuk selalu mengerjakan hal-hal yang positif.
Membantu pasien untuk menjernihkan pikirannya dan menahan perilaku agresifnya.
Meminta keluarga untuk mengawasi pasien bila terjadi efek samping obat seperti
tremor di kedua tangan, air liur berlebihan, jalan seperti robot, harus segera dibawa
ke dokter
Meminta keluarga pasien untuk lebih memperhatikan pasien dalam hal minum obat
XI.
secara teratur.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
Quo ad sanationam
: dubia
Faktor yang memperingan
o Kondisi pasien yang secara umum baik dan dapat melakukan perawatan
diri yang baik
o Pasien mendapat dukungan dari keluarga.
o Keinginan pasien untuk segera pulang dan bertemu dengan anaknya.
o Tidak terdapat faktor herediter
18