Professional Documents
Culture Documents
lebih baik
(Power,2003).
Pada awal menjalani hemodialisa respon pasien seolah-olah tidak menerima atas
kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian yang ada dan merasa sedih dengan kejadian
yang dialami sehingga memerlukan penyesuaian diri yang lama terhadap lingkungan yang baru
dan harus menjalani hemodialiasa dua kali seminggu.Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa
semakin lama pasien menjalani hemodialsa, semakin baik kualitas hidupnya dan pasien yang
kualitas hidupnya menurun cenderung merupakan pasien yang belum lama menjalani
hemodialisa, karena pasien sudah mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya
pendidikan dari petugaskesehatan (Kubler,1998).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
(Price,1995).Adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana
kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan (Frasser, 1988 ).
Bertentangan dengan penemuan Desita dan Yuwono(2010) menemukan bahwa kualitas hidup
perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan
atau hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini
mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas
hidup pada laki-laki dan perempuan (Frasser, 1988 ). Secara umum, kesejahteraanlaki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan
yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek
pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik ( Power, 2003).
c. Usia
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
danadanya
perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yangpenting bagi
individu( Molnar, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dalam tugas akhir Wardhani ( 2006)
bahwa dalam individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia
dewasa muda.
Adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif. Usia dan status
perkembangan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi kualitas hidup pasien,
anak-anak kadang-kadang mempunyai tingkat ketaatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
remaja, meskipun anak-anak itu mempunyai informasi yang kurang. Pada penderita yang
kualitas hidupnya baik maupun yang tidak,
mempengaruhi kepatuhan asupan cairan. Ketaatan merupakan suatu hal yang menetap dan
bersifat problematis, usia merupakan lamanya individu menjalani kehidupan. Pada usia yang
lebih tua belum tentu akan lebih mengetahui bila tidak ditunjang dengan pengetahuan dan
pengalaman yang pernah dialami ( Wardhani, 2006).
Hasil ini didukung oleh pendapat Dunbar yang menunjukkan bahwa ketaatan terhadap
aturan pengobatan pada anak-anak dan remaja merupakan persoalan yang sama dengan ketaatan
pada pasien dewasa (Niven, 2002).
d. Pendidikan
Pada penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas juga memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi
masalah yang di hadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan
mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang
apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat
membantu individu tersebut dalam membuat keputusan. Hasil penelitian ini didukung dengan
teori dimana pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
yang tidak didasari pengetahuan ( Notoatmodjo,2005).
Niven
(2002)
mengatakan
bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
subjektif.
menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat
pendidikan yang didapatkan oleh individu.
Terdapat pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak
banyak ( Wardhani, 2006 ).
e. Pekerjaan
Brunner (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk
yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau
sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja ( memiliki disablity
tertentu).
Wahl menemukan
dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita ( Brunner, 2002 ).
Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada
kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah
lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun. Pengukuran terhadap kualitas hidup
melihat persepsi subjektif individu terhadap kehidupannya. Pengukuran semacam ini sesuai
dengan definisi kualitas hidup yang dijelaskan peneliti sebelumnya, dimana sangat menekankan
pada pentingnya subjektivitas dalam mengukur kualitas hidup. Mengingat kualitas hidup
merupakan kondisi psikologis yang dihasilkan oleh persepsi individu terhadap kesenjangan
antara hal-hal yang dialami dengan hal-hal yang dinginkan individu, maka pengukuran kualitas
hidup sebaiknya dilakukan secara individual dengan metode lapor diri. Selain itu, dalam
mengukur kualitas hidup juga perlu diperhatikan aspek-aspek yang penting dalam kehidupan
individu, karena setiap individu memiliki penilaian yang berbeda akan aspek-aspek yang penting
dalam hidupnya ( fatayi, 2004).