You are on page 1of 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Payudara

2.1.1. Anatomi Payudara


Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar
ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan
dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae
mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi)
setelah melahirkan bayi.
1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus
dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus
(ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
a. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari
cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena
dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior.

Universitas Sumatera Utara

b. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan
aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe
dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sloane, 2004).

Gambar 2.1. Anatomi Payudara (Farrer, 2001).


2.1.2. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas
sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan
daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran
maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak
mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan
menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel
duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi
hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI
dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu
(Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Kanker Payudara

2.2.1. Definisi Kanker Payudara


Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W.,
2005).
Umur penderita kanker payudara termuda adalah 20 sampai 29 tahun,
yang tertua adalah 80 sampai 89 tahun, yang terbanyak adalah berumur 40
sampai 49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas ( Wiknjosastro,
2007).
2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
Faktor-faktor resiko tersebut adalah :
1.

Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara
daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
kanker payudara.

2.

Faktor usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap
sepuluh tahun, resiko kanker payudara meningkat dua kali lipat. Kejadian
puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.

3.

Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko
terjadinya kanker payudara.

4.

Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen
suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker
payudara adalah sebesar 80%.

Universitas Sumatera Utara

5.

Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.

6.

Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker
payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.

7.

Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan
resiko kanker payudara 3 %.

8.

Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.


Resiko

kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan

peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.


9.

Nulipara/belum pernah melahirkan


Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara
sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.

10. Tidak Menyusui


Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan
adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik
selama menyusui.
11. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol,
dan obesitas (Rasjidi, I., dan Hartanto, A., 2009).

2.2.3. Gejala Klinis


Yang termasuk tanda dan gejala kanker payudara yaitu:
1.

Nyeri pada payudara


Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan
dirasakan oleh kedua payudara. Kanker payudara dalam taraf permulaan

Universitas Sumatera Utara

tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar
sudah mulai.
2.

Adanya benjolan/massa di kelenjar payudara


Pembesaran pada kelenjar payudara yang terjadi pada pada waktu sebelum
atau pada waktu haid saja merupakan keadaan yang fisiologis.

3.

Gejala retraction
Gejala retraction merupakan penarikan ke dalam oleh puting payudara.

4.

Nipple discharge
Yang disebut sebagai Nipple discharge ialah cairan yang dikeluarkan puting
payudara secara spontan dan memberikan bekas di BH. Cairan yang keluar
berupa darah.

5.

Timbulnya kelainan kulit


Kelainan kulit berupa kemerahan pada suatu tempat di payudara, edema
kulit, peau dorange (gambaran seperti kulit jeruk). Pembesaran kelenjar
getah bening atau tanda metastasis jauh (Sjamsuhidajat, R., De Jong, W.,
2005).

2.2.4. Diagnosis
Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.

1. Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan
riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple
discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa skin
dimpling, peau dorange, ulserasi, dan perubahan warna kulit. Selain itu juga
ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe, seperti
timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun tempat
lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk
yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang,

Universitas Sumatera Utara

serta rasa penuh di ulu hati. Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien,
serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor
resiko kanker payudara pada pasien juga ditanyakan dalam anamnesis.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi.
a. Pada inspeksi dilakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara
pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna
kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran
kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting,
seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan
dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang
serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan.

b. Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan


bagian polar distal jari 2, 3 dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring
dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi
harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena
merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu
sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan
meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila
didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan
supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan
(licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan
sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada),
ukuran. Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret
dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret
tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu,
cairan jernih, bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan
untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada
payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang

Universitas Sumatera Utara

merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga


dengan palpasi pada infra dan supra klavikula (Gleadle, Jonathan, 2007).

3. Pemeriksaan Tambahan :
a. Mamografi payudara
b. CT pada payudara
c. Ultrasonografi (USG)
d. MRI payudara
e. Skrining tulang

4. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus


Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis
dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan.

5. Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase (Davey, Patrick, 2006).

2.2.5. Stadium Kanker Payudara


Stadium kanker dinilai berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World
Helath Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang
disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer


Staging Manual, 6th Edition
Klasifikasi
Tumor Primer (T)
Tx

Definisi
Tumor primer tidak didapatkan

T0
Tis
Tis (DCIS)
Tis (LCIS)
Tis (Paget)
T1
T1 mic
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4

Tidak ada bukti adanya tumor primer


Karsinoma In Situ
Duktal Karsinoma In Situ
Lobular Karsinoma In Situ
Pagets disease tanpa adanya tumor
Ukuran tumor < 2 cm
Mikroinvasif > 0,1 cm
Tumor > 0,1 - < 0,5 cm
Tumor > 0,5 - < 1cm
Tumor > 1 - < 2 cm
Tumor > 2 - < 5 cm
Tumor > 5 cm
Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya
perlekatan pada dinding thoraks atau kulit
Melekat pada dinding dada, tidak termasuk M.
T4a
Pectoralis Major
Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi pada
T4b
kulit
Gabungan antara T4a dan T4b
T4c
Inflamasi karsinoma
T4d
Kelenjar Limfe Regional (N)
Kelenjar limfe regional tidak didapatkan
Nx
Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
N0
Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat
N1
mobile
Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral, tidak
N2
dapat digerakkan (fixed)
Metastasis pada kelenjar limfe infraklavikular, atau
N3
mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar
limfe supraklavikular
Metastasis (M)
Metastasis jauh tidak didapatkan
Mx
Tidak ada bukti adanya metastasis
M0
Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ
M1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Stadium Klinis Berdasarkan Klasifikasi TNM Kanker Payudara


Berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual, 6th Edition

Stadium

Ukuran Tumor

0
I
IIA

Tis
T1
T0
T1
T2
IIB
T2
T3
IIIA
T0
T1
T2
T3
IIIB
T4
IIIC
T apapun
IV
T apapun
TNM : Tumor Nodus Metastasis
(Rasjidi, 2010).

Metastasis Kelenjar
Limfe
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1,N2
N apapun
N3
N apapun

Metastasis Jauh
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

2.2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara terdiri dari :
1.

Pembedahan
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal dan bedah
konservatif merupakan eksisi tumor luas. Terapi kuratif dilakukan jika tumor
terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit
mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke struktur sekitarnya.

2.

Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif
dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan.

3.

Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran
sisitemik dan sebagai terapi adjuvan. Kemoterapi adjuvan diberikan kepada

Universitas Sumatera Utara

pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi


ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar.
4.

Terapi Hormonal
Diberikan bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Biasanya
diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih
lama dan efek sampingnya kurang (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong,W,
2005).

2.2.7. Pencegahan
Kanker payudara dapat dicegah dengan melakukan beberapa tindakan
sebagai berikut:
1.

Hindari makanan berkadar lemak tinggi, dari hasil penelitian, konsumsi


makanan berkadar lemak tinggi berkorelasi dengan peningkatan kanker
payudara.

2.

Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah dan sayur segar.

3.

Berikan air susu ibu (ASI) pada anak selama mungkin, hal ini dapat
mengurangi resiko terkena kanker payudara (Purwoastuti, 2008).

2.2.8. Prognosis
Prognosis dari kanker payudara dapat dilihat dari tingkat penyebaran dan
potensi metastasis kanker payudara tersebut. Data-data prognosis harapan hidup
pada penderita kanker payudara per stadium (Sjamsuhidajat,R., dan De Jong,W.,
2005).

Tabel 2.3. Ketahanan hidup lima tahun kanker payudara (sjamsuhidajat,


R., dan De Jong,W., 2005).
Stadium
I
II
III
IV

Ketahanan hidup lima tahun (%)


85%
65%
40%
10%

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Deteksi Dini Kanker Payudara

2.3.1. Deteksi Dini


Deteksi dini kanker payudara adalah suatu usaha untuk mendeteksi dan
menentukan adanya benjolan atau kelainan seawal mungkin pada payudara.
Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui
secara cepat dengan pemeriksaan sendiri (SADARI). Ternyata 90% kanker
payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Tujuan utama SADARI adalah
menemukan kanker pada stadium dini sehingga pengobatan menjadi lebih baik
(Dalimartha, 2004).
Setiap wanita dengan usia lebih dari 20 tahun, dianjurkankan untuk
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulannya, karena
wanita yang melakukan SADARI sesuai anjuran akan menemukan penyakit
payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari atau
ditunda dengan diagnosis dini dan terapi yang cepat (Rasjidi, 2010).
Waktu terbaik untuk memeriksa payudara sendiri yaitu setelah periode
menstruasi atau pada hari ke 7 10 hari setelah menstruasi karena pada saat ini
jaringan payudara densitasnya (kepadatan jaringan) lebih rendah. Jika
pemeriksaan ini dilakukan pada saat jaringan payudara padat, maka seolah-olah
akan teraba benjolan dan hasil pemeriksaannya menjadi positif palsu. Dan apabila
periode menstruasi tidak teratur atau kadangkadang dalam sebulan tidak terjadi,
dapat dilakukan pada hari yang sama pada setiap bulan. Untuk wanita yang sudah
mengalami menopause, SADARI dilakukan secara rutin setiap bulan (Rasjidi,
2010).

2.3.2. Langkah- Langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


SADARI terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi.
Adapun tahap dalam melakukan SADARI, yaitu :
1.

Melepaskan seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri di depan cermin


dengan posisi kedua lengan lurus di samping tubuh. Lakukan pemeriksaan di

Universitas Sumatera Utara

ruangan yang terang. Lihat dan perhatikan apakah terdapat kelainan pada
payudara berupa :
a. Bentuk dan ukuran kedua payudara simetris
b. Bentuk payudara membesar dan mengeras
c. Ada urat yang menonjol
d. Perubahan warna pada kulit payudara
e. Kulit payudara tampak menebal dengan pori-pori melebar, seperti kulit
jeruk
f. Permukaan kulit payudara tidak mulus dan tampak adanya kerutan atau
cekungan pada kulit payudara
g. Puting payudara tertarik ke dalam
h. Luka pada kulit atau puting payudara
Kemudian ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan
lurus ke atas. Setelah selesai, ulangi kembali pengamatan dengan posisi
kedua tangan di pinggang, dada dibusungkan, dan kedua siku ditarik ke
belakang. Semua pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada
atau tidaknya tumor yang terletak dekat dengan kulit (Rasjidi, 2009).

Gambar 2.2. Cara melakukan SADARI dengan inspeksi

2.

Palpasi kedua payudara dengan 3 jari, yaitu jari ke 2, 3 dan 4. Palpasi


dilakukan dengan gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting.
Setelah itu geser posisi jari sedikit ke sebelahnya, kemudian lakukan kembali
gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting susu. Lakukan
seterusnya hingga seluruh bagian payudara dan ketiak diperiksa tanpa ada

Universitas Sumatera Utara

yang terlewatkan. Gerakan memutar juga dapat dilakukan mulai dari puting
susu, melingkar semakin lebar ke arah tepi payudara; atau secara vertikal ke
atas dan ke bawah mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling kanan.

Harus diperhatikan bahwa perabaan harus dilakukan dalam tiga macam


tekanan, yaitu: tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan
kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan
payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang
melekat pada tulang iga.

Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke
puting. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu
(seharusnya, tidak ada cairan yang keluar, kecuali pada wanita yang sedang
menyusui). Kemudian ulangi palpasi dalam posisi berbaring (Rasjidi, 2009).

Gambar 2.3. Cara melakukan SADARI dengan palpasi

Jika pada tahap-tahap pemeriksaan tersebut ditemukan adanya kelainan


pada payudara dan daerah aksila (ketiak) berupa benjolan, nyeri, kemerahan,
ulkus, perubahan pada puting, dan perubahan pada kulit payudara, maka
sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan
pemeriksaan yang lebih akurat. Dengan begitu diharapkan diagnosa pasti
dapat segera diketahui dan dapat segera dilakukan langkah yang tepat untuk
pengobatan serta diharapkan prognosisnya akan lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Pengetahuan

2.4.1. Definisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.

2.4.2. Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yakni:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatau kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk materi yang dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lalu.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

Universitas Sumatera Utara

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis

mewujudkan

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru


dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian. Penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian atau dengan tingkat tersebut di atas (Notoadmodjo, 2007).

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena di pengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3. Umur

Universitas Sumatera Utara

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4
kategori yaitu pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proposi, ketiga
hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika
pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis
akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi
kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
6. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang.
7. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Notoatmodjo, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.4.4. Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
a.

Cara coba salah (trial end error)


Cara ini telah dipakai sebelum adanya
seseorang

apabila

menghadapi

peradaban. Pada waktu itu

persoalan

atau

masalah,

upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.


b.

Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan.

c.

Cara kekuasaan atau otoritas


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi- tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

d.

Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.

e.

Cara akal sehat (common sense)


Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran.

2.

Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan


Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,

logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian atau lebih populer disebut
metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

You might also like