You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Perkembangan hadits dalam dunia intelektual Islam memiliki sejarah yang panjang.
Dimulai dari masa hidup Rasulullah Saw, hadits terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Para pakar mambagi periodesasi penulisan hadits menjadi tujuh. Dari perkembangan sejarah ini,
dapat diketahui kondisi perkembangan hadits dari masa ke masa. Perkembangan hadits ini sangat
penting diketahui, khususnya bagi para civitas akademik yang konsen di bidang kajian hadits.
Hal ini tidak lain dikarenakan hadits menempati posisi yang sangat strategis sebagai sumber
rujukan hukum setelah Al-Quran.
Al-Mustadrak sebagai salah satu klasifakasi kitab hadits memiliki masa dan periode
sendiri. Kitab ini juga memiliki karakteristik tersendiri dalam penulisannya. Kitab Al-Mustadrak
ala Shahihain atau yang lebih dikenal dengan Al-Mustadrak Al-Hakim merupakan salah satu
kitab Mustadrak yang paling menonjol. Secara garis besar, kitab ini berisikan hadits-hadits
shahih yang tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Kajian terhadap kitab ini dirasa perlu, karena masih banyak hadits yang tidak diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Hadits-hadits yang terdapat di dalam kitab ini merupakan
kumpulan hadits-hadits shahih menurut syarat dan kriteria yang ditentukan
oleh Syaikhani (Bukhari-Muslim), meskipun didalamnya juga terdapat hadits-hadits shahih
berdasarkan kriteria Imam Hakim sendiri.
Kitab yang dikaji merupakan kitab keluaran Darul Haramain li Ath-thbaah wa At-tauzi,
dan telah dilengkapi oleh pemaparan-pemaparan Imam Adz-dzahabi mengenai Al-Hakim dan
karyanya ini. Kajian terhadap kitab Al-Mustadrak ini juga akan menambahkan wawasan menenai
perkembangan penulisan hadits secara parallel, setelah sebelumnya dibahas mengenai kitab-kitab
sebelum Al-Mustadrak
2.

Rumusan Masalah

Untuk menindaklanjuti latar belakang penulisan di atas, maka perlu disusun rumusan
masalah yang dapar mempermudah kajian dan penulisan secara sistematis. Adapun rumusan
masalah dari makalah ini ialah:
A.
Bagaimana Biografi Imam Al-Hakim?
B.

Bagaimanakah isi Kitab Al-Mustadrak ala Shahihain?

3.

Tujuan Penulisan

Sealur dengan rumusan masalah yang telah ditentukan di atas, maka penulisan makalah ini
bertujuan:
A.
Mendeskripsikan biografi Imam Hakim

B.

Mendeskripsikan kitab Al-Mustadrak ala shahihain.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Imam Al-Hakim Al-Naisaburi
1. Biografi Al-Hakim
Nama lengkap al Hakim adalah al-Hafizh Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Hamdun bin Hakam bin Nu'aim bin al-Bayyi'[1]. Beliau dilahirkan di Naisabur
pada hari senin 12 Rabiul awal 321 H, dan wafat pada tahun 405 H, Beliau sering disebut dengan
Abu Abdullah al-Hakim al-Naisaburi atau Ibn al-Bayyi' atau al-Hakim Abu Abdullah, Ayah alHakim, Abdullah bin Hammad bin Hamdun adalah seorang pejuang yang dermawan dan ahli
ibadah yang sangat loyal terhadap penguasa bani Saman yang menguasai daerah Samaniyyah[2].
Dalam catatan sejarah daerah Samaniyah pada abad ke 3 telah melahirkan ahli hadits
ternama diantaranya Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasa'I, dan ibn
Majah, Di tempat inilah al-Hakim dilahirkan dan dibesarkan, Kondisi sosiokultural ini yang
mempengaruhi al-Hakim sebagai seorang pakar hadits abad 4 H, Pada usia 13 tahun (334 H), ia
berguru pada ahli hadits Abu Hatim Ibn Hibban dan ulama-ulama yang lainnya, Al Hakim
melakukan pengembaraan ilmiah ke berbagai wilayah, seperti Iraq, Khurasan, Transosiana, dan
hijaz, Rihlah ilmiah yang dilakukannya untuk mendapat sanad yang bernilai 'ali (tinggi),
nampakknya al-Hakim ingin menerapkan pandangan al-Bukhari, Al-Hakim telah mensyaratkan
tatap muka dengan guru dalam penerimaan riwayat hadits, meski hanya sekali, Dalam perjalanan
hidupnya yang berlangsung selama 84 tahun, al Hakim telah melakukan banyak kontribusi dalam
bidang hadis melalui karya fonumentalnya al Mustadrak ala Sahihainnamun sebelum
menuntaskan kajiannya, beliau yelah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa pada tanggal 3 bulan
Safar tahun 405 H[3].
2. Guru-guru, Murid-murid, Dan Karya-karyanya
Diperkirakan jumlah guru al-Hakim mencapai kurang lebih 1000 orang, diantaranya selain
ayahnya sendiri al-Mudzakkir, al-Asham, al-Syaibani, ar-Razi, al-Masarjisi, al-Hirri, Ibnu
Hibban, al-Daruquthni dan Abu Ali al-Naisaburi, al-Jallab, Ali as-Suturi, Ali al-Hakim, dll[4],
Murid di sini bisa diartikan sekaligus sebagai pengagum dan atau mitra dialognya, seperti
al-Daraquthni, al-Fawari, al-Wasithi, al-Hiwari, Abu al-Falah al-Fawari, Abu al-Ala al-Washiti,
Muammal al-Walid, Abu Yala al-Khalili, Abu Bakr al-Baihaqi dan al-Atsram, Al-Hakim tidak
secara transparan mencontoh al-Daruquthni (mitra diskusinya) dan Ibnu Hibban (gurunya), justru

shahihain (Bukhari dan Muslim-yang hidup tidak sezaman dengannya) yang secara tegas
dinyatakan sebagai contoh[5].
Karya-karya Al Hakim diantaranya: Al Arbain, Al Asma` Wa Al Kuna, Al Iklil fi Dalail
An-Nubuwwah, Amali Al Asyiyyat, Al Amali,Tarikh Naisabur,Ad-Dua, Su`alat Al Hakim li
Ad-Daraquthni fi Al Jarh wa At-Tadil, Su`alat Masud As-Sajzi li Al Hakim, Adh-Dhuafa, Ilal
Al Hadits, Fadhail Fathimah, Fawa`id Asy-Syuyukh, Ma Tafarrada bihi Kullun min Al Imamain,
Al Madkhal ila Ilmi Ash-Shahih, Al Madkhal ila Marifati Al Mustadrak, Muzakki Al Akhbar,
Mujam Asy-Syuyukh, Al Mustadrak ala Ash-Shahihain (kitab Ini), Marifah Ulum Al Hadits, Al
Marifah fi Dzikri Al Mukhadhramin, Maqtal Al Husain, Manaqib Asy-Syafi'i[6].
3. penilaian ulama terhadap al-Hakim
Dalam muqoddimah kitabnya terdapat bab tentang pujian para ulama kepada al-Hakim, di
antaranya yaitu Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa beliau ( al-Hakim) adalah seorang Imam,
orang yang hafidz, seorang kritikus, orang yang sangat alim, ulama yang ahli hadits, pengarang
kitab, Seorang perawi (pentakhrij), penjarh dan pentadil[7]. Imam Khalil Bin Abdullah berkata
beliau (al-Hakim) adalah ulama yang luas ilmunya, beliau juga seorang ulama ahli sejarah
didaerahnya terbukti dengan kitab karangannya . Kemudian Imam al-Hafidz
Abu Hazim berkata beliau adalah imam ahli hadits pada masanya. Kemudian Imam Khatib
berkata bahwa beliah termasuk ahlu al ilm, ahli marifah, ahli fadhilah, seorang yang hafidz, dan
memiliki banyak karangan dalam bidang hadits[8].
B. Kitab Al Mustadrak ala Shahihain
1. Latar Belakang Penulisan Kitab
Al Hakim tidak secara eksplisit menyebutkan tentang latar belakang penulisan kitab al
Mustadrak ala Shahihain, yang mulai disusun pada tahun 373 H (ketika beliau berusia 52 tahun).
Namun secara implisit bisa terekam nahwa inisiatif penulisan tersebut berangkat dari dua faktor,
yaitu internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah ketika al Hakim berasumsi bahwa masih
banyak hadis shahih yang berserakan, baik yang belum dicatat oleh para ulama maupun yang
sudah tercantum dalam beberapa kitab hadis yang sudah ada. Disamping penegasan dari
pengarang kitab Shahihain yaitu Bukhari dan Muslim bahwa tidak semua hadis shahih telah
terangkum dalam kitabShahih-nya. Dua hal tersebut yang mendorong al Hakim menyusun
kitabnya berdasarkan kaedah ilmu dalam menentukan keabsahan sanad dan matan.
Sementara faktor eksternalnya adalah, kitab al Mustadrak disusun karena kondisi politik,
intelektual dan ekonomi yang terjadi pada saat itu. Dari segi politik, pada abad 4 H (disebut
masa-masa disintegrasi), wilayah Islam terpecah ke dalam 3 kekuasaan besar yakni Bani
Fatimiyah di Mesir, Bani Umayah di Cordiva, dan Bani Abasiyah di Baghdad, ketiganya saling
bermusuhan. Keadaan seperti tidak ini menyebabkan para intelektual lelah untuk menghasilkan
karya. Pada saat kitab al Mustadrak ditulis, pada saat itu al Hakim berada dalam masa transisi

Sinasti Samani (yang bermadzhab Syiah) ke dinasti Ghaznawi (yang bermadzhab Sunni).
Walaupun secara garis besar pada abad ke 4 H ini dunia intelektual Islam mengalami
kemerosotan dibanding pada abad ke 3 H, namun hal ini membuat al Hakim justru terpacu
semangatnya untuk menghasilkan karya.
2. Penamaan Kitab
Kitab karya al Hakim dinamakan al mustadrak yang artinya ditambahkan atau disusulkan
atas al Shahihain. Al Hakim menamakan demikian kerena berpendapat bahwa hadis-hadis yang
terdapat dalam kitabnya memenuhi kriteria yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan
Muslim, sedangkan hadis tersebut belum tercantum dalam kitab Shahih Bukhari maupun
Muslim. Dengan demikian kandungan kitab al Mustadrakdapat kita klasifikasikan menjadi 4
kemungkinan: (a). Hadis-hadis yang tercantum dalam al-Mustadrak tidak ada dalam shahihain,
baik lafal maupun makna, tetapi terdapat pada kitab lain. (b). Hadis-hadis yang terdapat
dalam al-Mustadrak lafalnya berbeda dengan hadis yang ada dalam shahihain tetapi maknanya
sama. (c). Hadis-hadis dalam al-Mustadrak melengkapi lafal hadis yang ada dalam shahihain.
(d). Hadis-hadis yang tercantum dalam al-Mustadrak menggunakan sanad yang tidak digunakan
dalamshahihain.
3. Sistematika Penulisan Kitab
Dalam kitab Al-Mustadrak Ala Shahihain karya Imam Hafidz Abi Abdillah Al-Hakim
yang telah diterbitkan oleh Darul Haramain li At-Thaba'ah wa At-Tauzi terdiri dari lima jilid. Di
setiap jilidnya terdapat beberapa kitab atau bab. Jumlah hadits yang terdapat dalam kitab ini
adalah 8864[9]. Seperti kitab hadits lainnya, kitab ini disusun berdasarkan babbab fiqhiyah. Namun demikian, dalam kitab Al-Mustadrak ini terdapat beberapa baba tau
bahasan di luar bab-bab fiqhiyah. Dimulai dari Bab Iman di juz satu, kitab ini diakhiri dengan
Bab Ahwal yang berada di juz 5. Untuk mengetahui rinciain bab yang terdapat di setiap juz, serta
jumlah haditsnya, bisa dilihat tabel-tabel berikut ini:
Juz 1

Jumlah Hadits

287

157

230

350

60

29

34

50

12

12

17

173

103

79

240

230

110

Jumlah Hadits

Juz II

248

210

60

28

122

49

18

13

1119

265

Jumlah Hadits

Juz III

40

108

2088

Jumlah Hadits

Juz IV

69

129

40

112

68

97

54

31

78

121

37

104

76

149

31

50

27

378

Juz V

Jumlah Hadits

125

Selain itu, Kitab Al-Mustadrak ala Shahihain ini juga dilengkapi dengan fahras athraf alhadits. Fahras ini memudahkan pembaca untuk mencari hadits sesuai dengan abjad awal hadits
yang ingin dicarinya.[10]
4. Metode Penulisan Kitab
Seperti yang tertera dalam judul kitab, kitab Al-Mustadrak Ala Shahihain ini merupakan
kitab yang berisikan hadits-hadits yang perawinya memnuhi kriteriasyaikhani, Imam Bukhari
dan Imam Muslim. Imam Dzahabi berpendapat bahwa kitab ini banyak diisi oleh hadits-hadits
yang yang memenuhi kriteria Syaikhani (Bukhari-Muslim), memenuhi syarat Bukhari saja, atau
memenuhi syarat Muslim saja.[11]
Dalam menentukan atau menukil hadits-hadits yang kemudian dibukukan dalam kitab AlMustadrak ala Shahihain, Imam Al-Hakim Al-Naisaburi menggunakan ijtihadnya sendiri. Hal
ini dapat terlihat dari pernyataan beliau yang tercantum dalam kitab tersebut.
Aku memohon perlindungan kepada Allah Swt dalam mentakhrij hadits-hadits yang
perawinya tsiqat. Hal ini telah dilakukan oleh Syaikhani (Bukhari-Muslim), atau salah satunya
untuk berhujah dengan menggunakan para perawi tersebut. Ini adalah syarat hadits shahih yang
telah disepakati oleh ulama fiqh, bahwa menambahkan sanad atau matan yang tsiqah dapat
diterima.[12]
Secara garis besar, hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Al-mustadrak ini dapat
diklasifikasikan menjadi lima bagian:
a) Hadits yang memenuhi kriteria Bukhari dan Muslim

Hadits ini biasanya akan diberikan penjelas di akhir matan hadits dengan kutipan, hadza
hadits shahihlam yakhruj fi shahihain. (Hadits ini shahih, akan tetapi tidak dikeluarkan oleh
Bukhari dan Muslim). Contoh dari hadits ini ialah:


( ) :
[13]
Adapun redaksi lain yang digunakan Al-Hakim untuk mengindikasikan hadits yang
memenuhi syarat syaikhani adalah hadza hadits shahih ala syarthi syaikhani wa lam
yakhrujahu[14].
b) Hadits yang memenuhi kriteria Bukhari saja
Al-Hakim Al-Naisaburi menjelaskan hadits yang memenuhi kriteria bukhari saja dengan
ungkapan hadza hadits shahih ala syarthi bukhari wa lam yakhrujahu,(Hadits ini shahih
berdasarkan kriteria Bukhari, tetapi Imam Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya). Contoh
dari hadits ini:



)) :
((
[15]
c) Hadits yang memenuhi kriteria Muslim saja
Hadits yang terdapat dalam kitab Al-Mustadrak ini juga mencantumkan hadit shahih
berdasarkan kriteria Imam Muslim saja. Redaksi yang digunakan untuk mengindikasikan hadits
ini ialah, hadza hadits shahih ala syarthi muslim wa lam yakhrujahu, (hadits ini shahih
berdasarkan kriteria Imam Muslim, tetapi tidak diriwayatkan olehnya dan Bukhari). Contoh dari
hadits ini ialah:


: , :
)) : : : ,
((
[16]
d) Hadits yang memenuhi kriteria Al-Hakim
Selain ketiga jenis hadits yang telah disebutkan sebelumnya, Al-Hakim juga melengkapi
kitabnya dengan hadits-hadits yang menurutnya shahih. Redaksi yang mengindikasikan hal
tersebut, hadza hadits shahihul isnd wa lam yakhrujahu (hadits ini shahih sanadnya, tetapi
tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Contoh dari hadits ini:



(( )) :

e) Hadits yang tidak dinilai Al-Hakim
Menurut Al-Sanani sebagaimana yang dikutip dari buku Studi Kitab-Kitab Hadits yang
diedit oleh M. Fatih Suryadilaga mengatakan bahwa hadits tersebut belum sempat diedit oleh AlHakim karena kematian terlebih dahulu menjemputnya.[17] Oleh karena itu, Al-Hakim belum
sempat mengemukakan komentarnya mengenai keseluruhan hadits yang terdapat dalam kitab AlMustadrak ini. Untuk itu, ada kemungkinan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab AlMustadrak karya Imam Al-Hakim tidak semuanya shahih, karena masih ada hadits-hadits yang
belum diverifikasi lebih lanjut.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nama lengkap al Hakim adalah al-Hafizh Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Hamdun bin Hakam bin Nu'aim bin al-Bayyi'. Beliau dilahirkan di Naisabur
pada hari senin 12 Rabiul awal 321 H, dan wafat pada tahun 405 H. Guru beliau mencapai 1000
guru dan beliau juga mempuyai banyak murid, karya-karya beliau juga amat banyak. Beliau
termasuk ulama ahli hadits pada masanya menurut Adz-Dzahabi.
Uraian
di
atas
menunjukkan
bahwa al-Mustadrak masih
jauh
dibanding
denganshahihain ,walaupunal-Hakim mengaplikasikan syarat syaykhayn dalam al-Mustadrak.
Hal ini disebabkan karena standar ganda yang digunakan secara konsisten oleh al-Hakim dalam
menilai hadis. Ia bersikap tasyaddud pada bidang akidah dan ibadah, tetapitasahul pada
bidang tarikh, biografi sahabat, fadha`il al-amal dan lainnya, akibatnya apa yang
dinilai shahih oleh al-Hakim bisa dinilaidhaif bahkan palsu oleh ulama lain.
Selain itu, dalam beberapa kasus, al-Hakim dinilai tidak tepat dalam mengaplikasikan
syarat syaykhayn. Alasan lainnya adalah sebagian hadis hanya dinilai berdasarkan syarat alHakim sendiri (bukan berdasarkan syarat syaykhayn) dan ada pula hadis yang belum dinilai sama
sekali. Yang lebih parah adalah dalam al-Mustadrakterdapat hadis-hadis yang tidak layak karena
sangat lemah dan palsu. Fakta ini menunjukkan bahwa kualitas al-Mustadrak tidak dapat
disejajarkan
dengan al-shahihain,
karena al-shahihain hanya
berisi
hadis
yang
berkualitas shahih. Walaupun beberapa sisi lemah ini mempengaruhi kualitas dan peringkat alMustadrak, namun jumlah hadis shahih dalam al-Mustadrak masih jauh lebih banyak dibanding

hadis yang tidak layak. Karena itu, kitab hadis ini tetap menjadi referensi hadis yang penting
sebagaimana kitab-kitab hadis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Naisaburi, Imam Hafidz Abi Abdillah Al-Hakim. Al-Mustadrak ala shahihain,
(Kairo:Darul Haramain li Ath-thbaah wa At-tauzi, 1997), Juz 1-5
Najwa, Nurun. al-Mustadrak Ala Shahihaini al-Hakim, dalam M. Fatih Suryadilaga
(ed), Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2003), cet 1.
[1]Imam Hafidz Abi Abdillah Al-Hakim Al-Naisaburi, Al-Mustadrak ala

shahihain, (Kairo:Darul Haramain li Ath-thbaah wa At-tauzi, 1997) juz 1, hal: 6


[2] Nurun Najwa, al-Mustadrak Ala Shahihaini al-Hakim, dalam M. Fatih Suryadilaga
(ed), Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2003), cet 1, hal 240
[3] http://buntexz.blogspot.com/2012/02/kajian-kitab-hadis-mustadrak-al-hakim.htmldiunduh
pada 6 mei 2014 pukul 14.00 WIB
[4] Op cit, hal 241-242
[5] Ibid, hal 242
[6] Ibid, hal 243
[7] Al-Hakim Al-Naisaburi, Al-Mustadrak ala shahihain, juz 1 hal:6
[8] Ibid hal:7
[9] Ibid, Juz 5, hal. 75.
[10] Lihat Kitab Al-Mustadrak ala Shahihain juz 5, Fahras Athraf Al-Ahadits.
[11] Al-Hakim Al-Naisaburi, Al-Mustadrak ala shahihain, juz 1, hal. 9
[12] Ibid, hal. 40
[13] Ibid, hal. 41
[14] Ibid, juz 2, hal. 5
[15] Ibid, hal. 86.
[16] Ibid, juz 3, hal. 25
[17] Nurun Najwa, al-Mustadrak Ala Shahihaini al-Hakim, dalam M. Fatih Suryadilaga
(ed), Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2003), cet 1, hal. 253.

You might also like