You are on page 1of 33

MAKALAH MINERALOGI

CARA TERBENTUKNYA BERBAGAI MACAM SUMBER DAYA


MINERAL

KELOMPOK II

Baharuddin
Risma
Arfina
Nurul Muhlisah
Wa Ode Isra Mirani
Heryanto
Muhammad Irsul K
Rosyida Fatihah
Fadlan

H221 10 006
H221 10 008
H221 10 901
H221 11 901
H221 11 284
H221 11 272
H221 11 253
H221 11 010
H221 11 255

PROGRAM STUDI GOEFISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

KATA PENGANTAR
Pujidan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah Nyalah sehingga Makalah mineralogi dapat disusun sebaik mungkin.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada Allah SWT dan orang tua serta kepada dosen pengajar Mata Kuliah
mineralogi hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
perbaikan makalah ini agar dapat dijadikan atau digunakan sebagai pedoman
makalah berikutnya. Amin

Makassar,

oktober 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

SAMPUL MAKALAH

KATA PENGANTAR..................................................................... ..

ii

DAFTAR ISI...

iii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang ..

I.2 Rumusan Masalah.

I.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Pengertian Mineral ...............................

II.2 Proses Pembentukan Mineral.................................................

II.3 Mineral Pembentuk Batuan ......................

9.

II.4 Penyebaran Serta jenis-jenis sumber daya mineral di Indonesia

16

II.5 Manfaat Batuan & Bahan Tambang ..

20

II.6 Jenis-jenis Bahan Galian .............................

24

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan...

III.2 Saran.

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

26

LAMPIRAN ..........................................................................................

27

DAFTAR PERTANYAAN ..................................................................

29

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Mineral (menurut Barry and Masson) adalah suatu benda padat homogen yang
erdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas
batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Di alam
mineral dijumpai bermacam-macam dengan berbagai bentuk yang bervariasi,
terkadang hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal dalam
rongga-rongga atau celah batuan, tetapi umumnya mineral dijumpai sebagai
kumpulan butiran kristal yang tumbuh bersama membentuk batuan. Bentuk kristal
mineral merupakan suatu system tersendiri dimana setiap jenis mineral
mempunyai bentuk kristal sendiri. System ini di kelompokkan menjadi enam
yaitu: Isometrik, Tetragonal, Hexagonal/Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan
Triklin.

Kristalisasi dapat terjadi dari larutan, hal ini merupakan hal yang umum yaitu bila
larutan telah jenuh, selain itu juga jika temeratur larutan di turunkan. Benda padat
akan meleleh karena tigginya temperature yang membeku, membentuk kristalkristal bila mendingin. Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal,
unsure tersebut misalnya belerang, kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap
atau gas. Meskipun telah di definisiskan kristalin tetapi di anggap sebagai mineral,
tipe ini di kenal ada dua macam yaitu :
1. Metamic mineral, dimana asalnya adalah kristalin yang kemudian struktur
kristalnya hancur. Umumnya senyawa dari asm lemah seperti zirkon (ZrSiO4)
dan Thorite (ThSiO4).
2. Mineral amorf, yang terjadi karena pedinginan yang ce[at sehingga tidak
terbentuk kristal. Mineral ini yang paling umum adalah opal, mineral
lempung, hydrated iron dan alluminium oxides.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja pengertian mineral menurut para ahli ?
2. Bagaimana proses pembentukan mineral ?
3. Bagaimana keterkaikatan mineral dengan batuan ?
4. Apa saja jenis serta tempat penyebaran sumber daya mineral di Indonesia?

I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari mineral menurut para Ahli.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan mineral.
3. Untuk menjelaskan bagaimana keterkaikatan mineral dengan batuan.
4. Dan untuk mengetahui jenis serta tempat penyebaran sumber daya mineral
di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Mineral
Dahulunya ilmu mineralogi memiliki dua defenisi mineral, yaitu :
1. Sebelum tahun 1977
Defenisi ini disebut sebagai Defenisi Klasik, yang dipelopori oleh Whitten,
Brook, Robinson, Barry, Mason.
Mineral adalah suatu benda padat yang anorganik yang terbentuk secara alami,
homogen (tidak dapat diuraikan lagi menjadi ukuran terkecil) yang mempunyai
bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Jadi, menurut pengertian ini yang
termasuk mineral hanya berbentuk padat saja.
2. Sesudah tahun 1977
Defenisi ini disebut sebagai Defenisi Kompilasi, yang dipelopori oleh Potter
dan Robinson. Mineral adalah suatu bahan zat yang homogen, anorganik yang
terbetuk secara alami yang mempunyai sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia yang
tetap. Jadi, menurut defenisi ini yang termasuk mineral adalah juga cair daan gas
seperti

air, air raksa, gas belerang tetapi minyak bumi dan batubara tidak

termasuk mineral.

Persamaan dan perbedaan dari kedua defenisi tersebut, yaitu :


Persamaan defenisi mineral dari kedua defenisi tersebut adalah mineral
bersifat homogen yang mempunyai bentuk kristal (fisik) dan rumus kimia
yang tetap
Perbedaan kedua defenisi tersebut adalah menurut defenisi klasik mineral
adalah hanya benda padat saja, sedangkan menurut defenisi kompilasi mineral
adalah semua zat.
Jadi, dari kedua defenisi tersebut defenisi mineral adalah suatu benda padat
homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi
kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara
teratur.

Mineral dapat juga kita definisikan bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana di sekitar kita, dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa mineral
tersebut mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar,
sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral,
kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya,
sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan
sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan
demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi
yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya
bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.

Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari


bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat
dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan
mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan sphere yang berarti
selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui sekarang.
Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan unsur yang
sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari satu jenis
unsur saja yaitu Karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari
senyawa dua unsur Natrium dan Clorite dengan simbol NaCl. Setiap mineral
mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi
yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut Mineralogi,
didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang Kristal, yang merupakan unsur
utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan pengenalan mineral secara benar
sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari dasar-dasar geologi atau
Geologi Fisik, dimana batuan, yang terdiri dari mineral, merupakan topik utama

yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk
dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan yang membentuk litosfir ini,
adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut.

II.2 Proses Pembentukan Mineral


Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun
yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai
proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral
tersebut.

Mineral

yang

bersifat

ekonomis

dapat

diketahui

bagaimana

keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya


yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,
penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan
suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara
lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.

Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam
dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral. Adapun
menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas
beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai
ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.

1.

Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral

yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis
ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Early magmatis, yang terbagi atas:
Disseminated, contohnya Intan
Segregasi, contohnya Crhomite
Injeksi, Contohnya Kiruna
2) Late magmatis, yang terbagi atas:
Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)
yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600C
sampai 450C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450C, akumulasi gas mulai
membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.
Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan
samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan
yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral
pneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan
tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.
Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
1) Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.

Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi


dengan kedalaman yang besar.
Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena
dan Spalerite serta oksida besi.
Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
2) Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada
endapan hipotermal.
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat
dengan permukaan bumi.
Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering
mengalami proses penggantian antara lain berupa crustification dan
banding.
Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan
Oksida Sn.
Proses pengayaan sering terjadi.
3) Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.
Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral
gangue-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi
berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,
Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution

cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer


fillings.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)


Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang
didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan
sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan
metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol
oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur
endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang
sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara
serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineralmineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral
membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang
digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang
dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas :
Massive, Lode fissure, dan Disseminated.

6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lainlain.
Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan
eolian.
9. Supergen enrichment
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

II.3. Mineral Pembentuk Batuan


Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
II.3.1. Felsic Mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan
cerah serta mempunyai berat jenis yang kecil atau ringan.
Contoh :
Kuarsa
Sistem

: Hexagonal (Prisma, Bipyramid dan kombinasi)

Berat Jenis

: 2,65

Kekerasan

:7

Warna

: Jernih atau putih keruh bila terdapat bersama Feldspar,


sering terdapat inklusi dari gas, cairan atau mineral lain
didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan sangat
mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna
yang ditunjukkan dapat diperkirakan derajat kemurnian
dari kuarsa tersebut.

Belahan

: Tidak punya

Pecahan

: Sebagai bahan baku utama atau pelengkap


- Industri gelas
- Industri refractory
- Industri pengecoran logam
- Industri ferro silikon
- Industri glass-wool
- Industri ampelas
- Industri bangunan dan semen

Variasi

Kristal Gunung

tak berwarna/jernih

Amethyst

violet/ungu

Kuarsa Asap

hitam kabut/coklat

Kuarsa Puan

putih

Micro Kristal (Kaldeson)

Agat

Hitam butir-butir

Yaspis

Coklat hijau

Chert

Coklat

Opal (SiO2NH2O)
Opal Padi

Hitam

Opal Kayu

Berserat coklat, hijau

Pasir Kuarsa
Feldspar
Dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu :
1. Alkali Feldspar terdiri dari :
- Orthoklas
- Mikroline
- Sanidine
- Anothoklas
- Pertit
- Antipertit
2. Plagioklas terdiri dari :
- Albit
- Anorthit (Calsic)
- Oligoklas
- Andesin
- Bytownit
- Labradorit
Praktikum secara megaskopic hanya dapat membedakan Alkali Feldspar
(Didominir Orthoklas) dengan Plagioklas.
3. Orthoklas (KalSi3O8)
Merupakan Feldspar sumber utama dari unsur K yang ada dalam tanah.
Berat Jenis

: 2,6

Kekerasan

:6

Warna

: Abu-abu kemerahan atau tak berwarna

Sistem Kristal

: Monoklin, Prismatik, memanjang sejajar atau membutir


dan masif.

Kilap

: Vitreous luster dengan kenampakan transparent atau


transculent.

Penggunaan

: Karena sifatnya yang tidak stabil sering dijumpai orthoklas


yang
terkonsentrasi dalam keadaan segar, tetapi ditemukan dalam
keadaan alterasi menjadi Serisit (Muscovite) dan Kaolinyang
merupakan bahan dasar industri keramik.

3. Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Dalam penentuan antara Albit-Anortit, volume persentase An+Ab = 100%. Jadi,
antara Albit-Anortit menunjukkan anggota Isomorphus Series.
Albit lebih dikenal dengan Sodic Plagioclase (sebab banyak mengandung Na).
Sedang Anortit (Calcic) sebab mengandung Ca.
Sistem Kristal

: Triklin

Berat Jenis

: Albit = 2,26 ; Anortit = 2,76

Kekerasan

:6

Warna

: Biasanya berwarna kekuning-kuningan putih dan

merah.
Belahan

: Plagioklas punya Twining (kembaran).

Secara optik Plagioklas dapat dikelompokkan menjadi :


- Albit (NaAlSi3O8)

Alkali Plagioklas KNaAl

- Oligoklas

- Andesine
Calc Alkali Plagioklas
- Labradorit

- Bytownit

>>

Asam

- Anortit (CaAlSi3O8)

Calcic Plagioklas Ca

>>

Basa

Feldspatoid
Mineral ini disebut juga mineral penggaci Feldspar atau Feldspatoid, oleh karena
terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Dalam batuan yang
mengandung SiO2 bebas, mineral Feldspatoin tidak dapat dibentuk karena yang
akan terbentuk adalah Feldspar.
Mineral yang termasuk di dalam kelompok Feldspatoid (Foida), adalah :
Nefelin

KNaAl2Si2O4

Leusite

KAlSi2O6

Sodalite

Na4Al3Si3O12Cl

Scapolite

Ca4(Al2Si2O8)3(CO3)

Cancrinite

Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH)2

Analcite

Na(AlSi2O6)H2O

Tetapi dari keenam jenis mineral Foid hanya dua yang umum dan sering dijumpai
yaitu Nefelin dan Leucite.
Nefelin (KNaAl2Si2O4)
Sistem Kristal : Hexagonal tetapi bentuk kristalnya jarang dijumpai,
biasanya masif dan fine grain.
Berat Jenis

: 2,55-2,65

Kekerasan

: 5,5-6,0

Belahan

: Paralel permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam


kristal-

kristal besar.

Kilap

: Vitrous Luster dan sering Greassy Luster.

Warna

: Putih, Kuning, tetapi yang masif warnanya bervariasi,


abu-abu merah.

Nefelin berupa Rock Forming Mineral yang sering dijumpai pada batuan beku
dalam bentuk Dike.
Leucit (KAlSi2O6)
Sistem Kristal : Pseudo Isometrik dalam bentuk Trapezohedron
Berat Jenis

: 2,45-2,50

Kekerasan

: 5,50-6,60

Warna

: Putih abu-abu

Leucit mempunyai bentuk halus dan kecil dan terkenal dengan nama Fine Grain
Matrix.

II.3.2. Mafic Mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan
mempunyai berat jenis yang besar atau berat.
Contoh :
Olivin (MgFe)2SiO4
Merupakan kristaal-kristal campuran antara Mg2SiO4 dengan Fe 2SiO4 dalam hal
ini Mg selalu lebih banyak daripada Fe. Olivin kadang-kadang disebut dengan
Chrysolite, adalah suatu bentuk mineral yang merupakan mineral pembentuk
batuan terutama beku berwarna gelap.
Berat Jenis

: 3,27-4,27

Kekerasan

: 5,50-7,00

Kilap

: Vitreous Luster

Umum terdapat pada batuan beku basa (Gabro, Basalt, Peridotite, Dunite).
Forsterite

Fayalite

Mg2SiO4

Fe2SiO4
Olivin

Kelompok Piroksen
Merupakan kelompok mineral Silikat yang komplek dan mempunyai hubungan
erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda yaitu Orthorombik dan Monoklin.
Secara struktur Piroksen terdiri atas mata rantai yang tidak ada habisnya dan
Tetrahedra SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg
dan Ca yang berikatan dengan Oksigen, tetapi tidak secara langsung dengan
Silikon. Sejak setiap ion Silikon berikatan dengan ion Oksigen dan setiap Oksigen
dengan Silikon lainnya atau ion logam menghasilkan ratio Si : O = 1 : 3 dan
memberi rumus kimia Piroksen MgSiO3 atau CaMg(SiO3)2 . Bentuk kristal
Piroksen adalah prismatik sedangkan belahannya spesifik. Komposisi kimia
Piroksen secara umum adalah W1-p(X3Y)1+pZ2O6 dimana simbol W X Y Z

menunjukkan unsur yang mempunyai jari-jari ion yang sama dan dapat mereplace
yang satu terhadap yang lainnya dalam struktur.
W = Na, Ca

Y = Al, Fe, Ti

X = Mg, Fe, Li, Mn

Z = Si dan Al dalam jumlah kecil

Ukuran atom dari W ke Z berkurang. Karena substitusi atom maka rumus kimia
Piroksen bervariasi. Dari rumus di atas p adalah o atau mendekati 0 untuk
Diopside Hedenbergite dan Gegirite Yodeite Series.
- p = 1 atau hampir 1 untuk Piroksen Series
- p = variasi untuk Piroksen Monoklin dan Pigionite
Unsur-unsur yang lebih lengkap dari Piroksen mungkin sebagai contoh adalah :
* Ozthopiroksen Mg, Fe+2Fe+3Al(SiAlO3)2
* Diopsiede Hedenbergite CaMgFe(SiO3)2
* Augite (CaMgFe+2) (MgFe+2AlFe+3)(SiAlO3)2
Unsur-unsur yang digarisbawahi adalah unsur penting.
Dalam tubuh batuan vulkanik Piroksen adalah Augote Calcio rendah atau
Pigionite, sedang dalam batuan Plutonik Piroksen adalah Augite Piroksen
Orthorombik, kalsium hampir bebas.
Dalam petrologi biasanya secara megaskopis disebut saja Piroksen dengan ciri
warna hijau sampai hijau kehitaman mempunyai belahan dengan sudut lebih
kurang 900.
Kelompok Amphibol
Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi lima seri, yaitu Anthopillite,
Cumingtonite-Qrunerite, Tremolite-Actinolite, Alluminian Amphibole, Sodic
Amphibole. Mereka ada hubungannya dalam sifat-sifat Kristalografi, sifat fisik
dan kimia. Struktur Amphibole adalah type Tetrahedra SiO4 dalam struktur rantai
ganda, berupa dua mata rantai tunggal dengan disela-sela Tetrahedra dihubungkan
oleh bagian dari Oksigen, memberi ratio Si : O = 4 : 11 pengganti 1: 3 sebagai
dalam mata rantai tunggal. Dalam struktur mata rantai ganda menempati sejajar
sumbu C dan diikat bersama secara lateral oleh ion logam. Kekuatan ikatan antara
rantai-rantai

tidak sekuat ikatan Si O, ini direfleksikan dalam serta yang

berkembang baik atau keadaan prismatik dari Amphibole dan dalam belahan
prismatik. Umumnya Amphibole membentuk seri Isomorf dan replacement yang
Intensif dari suatu ion oleh ion-ion lainnya mempunyai ukuran yang sama
sehingga sangat kompleks variasi komposisi kimianya. Secara megaskopis untuk
Amphibole sebut saja Hornblende belahan membentuk sudut 540 dan 1260.
Amphibole dan Piroksen mempunyai persamaan terdapat dalam batuan beku yang
bersifat basa, dengan perbedaannya, adalah :
Amphibole : @ Komposisi kimianya mengandung O
@ Kristalnya panjang/Prismatik
@ Belahan membentuk sudut 1240
Piroksen

: @ Komposisi kimianya tidak mengandung OH


@ Kristalnya lebih Pendek
@ Belahan berdiri saling tegak lurus

Kelompok Mika
Struktur Mika adalah type Tetrahedron

dalam lembar-lembar. Tiap SiO4

mempunyai tiga Oksigen dan satu Oksigen bebas, sehingga komposisi dan
valensinya diwakili oleh (Si4O10)4-. Jumlah Oksigen dalam Mika, dua diantaranya
membentuk berupa kelompok hidroksil. F adalah unsur minor yang konstan dalam
Mika, ia mereplace OH dan mungkin sebesar 6% dan Mika Lithia. Kelompok
hidroksil diikat oleh Al, Mg atau Fe sendirian. Struktur ini membutuhkan lembarlembar ganda dengan K ion terletek diantaranya. Struktur lembar direfleksikan
oleh belahan bawah pada semua Mika adalah elastis dan bisa dibedakan Chlorite
yang brittle. Rumus umum Mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W
= K (Na dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X, Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al
Dari analisa kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur-unsur
saja yang bertanggung jawab membentuk kerak bumi. Empat orang ahli
melakukan analisa kimia sebanyak 5159 analisa batuan yaitu : Washington,
Clarke, Nigli, Daly, dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak bumi.

O = 24 %

Fe = 5 %

K = 2,5 %

Si = 27 %

Ca = 3,5 %

Mg = 2,5 %

Al = 8 %

Na = 2,5 %

Ternyata jumlahnya baru 98 % sedang yang 2 % lainnya terdiri dari unsur-unsur


yang jarang terdapat.

II.4 Penyebaran Serta jenis-jenis sumber daya mineral di Indonesia


Adapun berbagai jenis mineral di Indonesia serta tempat penyebarannya adalah
sebagai berikut :
1. Batu bara. Sebagian besar batu bara berasal dari tumbuh-tumbuhan tropis masa
prasejarah/masa karbon. Proses pembentukan batu bara ada dua yaitu :
a. Proses biokimia yaitu proses pembentukan batuan yang dilakukan oleh bakteri
anaerob sehingga sisa-sisa tumbuhanyang menjadi keras karena beratnya sendiri,
tidak ada kenaikan suhu dan tekanan.
b. Proses metamorfosis yaitu suatu proses yang terjadi karena pengaruh tekanan
dan suhu yang tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama. Batu bara terdapat
di Sumatera bagian tengah, Ombilin, Sumatera bagian selatan, Bukit Asam,
Daerah Mahakam, Kalimantan bagian tenggara di pulau Laut.
2. Emas

Mineral ini terbentuk dari konsentrasi magmatik. Emas dapat ditemui di pulau
Jawa yaitu Cikotok (Jabar) dan di daerah Rejang Lebong (Bengkulu)
3.Intan

Terbentuk karena proses magmatic, dan merupakan hasil dari pelapukan.


4. Kuarsa

Terbentuk dari proses kontak metasomatisme

5. Perak

Proses pembentukannya berasal dari proses konsentrasi magmatik


6. Tembaga

Proses terbentuknya yaitu dari proses sublimasi

7. Nikel

Pembentukannya berasal dari Proses konsentrasi magmatic dan sebagian kecil ada
yang berasal dari pelapukan

8. Besi

Proses pembentukannya berasal dari proses konsentrasi magmatic dan proses


pembentukannya dalam jumlah yang sangat kecil juga dengan sublimasi .
9. Mangan

Mangan terbentuk dari proses sedimentasi


II.5 Manfaat Batuan & Bahan Tambang
II.4.1 Manfaat Batuan
Tak semua batuan beku mempunyai nilai ekonomis, hal ini tergantung pada sifa,
komposisi mineral, kekeutan fisik, daya tahan, cara penggalianya, dan lain-lain.
Tiap jenis mineral mempunyai sifat dan komposisi mineral tertentu, tidak semua
jenis batuan dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan. Batuan mempunyai
kegunaan sendiri tergantung sifatnya, misalnya :
1. Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk
keperluan pekerjaan di laut.

2. Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam, baik untuk digunakan didaerah
industri.
3. Batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai untuk
digunakan sebagai fondasi bangunan pengeras jalan juga bahan lantai.
4. Batuan yang berwarna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk pelapis
dinding atau lantai.
5. Batuan yang umumnya mempunyai berat jenis 2,6, baik untuk digunakan
sebagai bahan pekerjaan teknik berat.
II.4.2 Manfaat Bahan Tambang
-

Minyak Bumi, setelah diolah dapat menghasilkan minyak gas, (avigas), bensol
(avtur), gasoline (bensin, premium, dan super 98), karosin (minyak tanah dan
minyak lampu), minyak solar, diesel, dan minyak baker, vaselin, paraffin (untuk
industri batik dan korek api), dan aspal. Hasil olahan tersebut dapat digunakan
untuk penerangan rumah, tenaga penggerak mesin pabrik, bahan kendaraan
bermotor, bahan baker pesawat terbang dan lainnya.

Gas alam, dapat digunakan untuk bahan baker rumah tangga dan keperluan
industri.

Batu Bara, digunakan sebagai bahan bakar pemberi tenaga dan bahan mentah cat,
obat-obatan, wangi-wangian, dan bahan dasar peledak.

Kaolin, sebagai bahan membuat porselin

Batugamping, digunakan sebagai bahan perekat bangunan, bahan pembuat semen


dan pengapur dinding.

Pasir Kuarsa, sebagai bahan pembuat kaca.

Pasir Besi, sebagai bahan pembuat besi ruang.

Timah, sebagai bahan untuk membuat pipa ledeng, logam patri, dan kawat
telepon.

Nikel, digunakan untuk bahan campuran dalam industri besi baja agar kuat dan
tahan karat.

Tembaga, digunakan untuk bahan kabel dan industri barang-barang perunggu dan
kuningan.

Bentonit adalah suatu lempung plastis yang mempunyai banyak pengunaan dalam
industri. Salah satu penggunaannya yang terpenting adalah sebagai bahan
pembilas pada pemboran minyak. Demikian pula bahan tersebut merupakan bahan
penjernih warna baik pada pembuatan minyak pelumas yang berasal dari minyak
bumi ataupun minyak goreng yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Di samping itu
bentonit merupakan bahan yang juga cukup penting artinya dalam pengilangan
minyak bumi.

Granit adalah batuan beku dalam yang mempunyai kristal-kristal kasar dengan
komposisi mineral dari kwarsa, feldspar, plagioklas sodium dan mineral lainnya.
Sifat fisik batuan granit umumnya kompak, keras, warna bervariasi putih abu-abu,
merah muda, kekuning-kuningan dan kerap kali kehijauan dipakai untuk
bangunan-bangunan

rumah

(dinding,

tembok,

dll),

monomen-monumen,

bangunan air, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi).


-

Endapan feldspar terjadi karena proses diagnosa dari sedimen piroklastik halus
bersifat asam (riolitik) dan terendapkan dalam lingkungan air lakustrin. Di
samping itu juga dijumpai bersamaan dengan terbentuknya batuan beku dan
umumnya berasosiasi dengan batuan asam seperti pegmatit, granit dan aplit. Sifat
fisik mineral feldspar bervariasi antara lain : Kekerasan 6 6,5 ; berat jenis 2,4
2,8 ; titik lebur 1100 1500 oC. Kegunaan feldspar terutama sebagai flux dalam
industri keramik, gelas dan kaca.

Zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali yang merupakan
kelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis (species). Endapan zeolit
biasanya terdapat dalam batuan sedimen piroklastik berbutir halus dengan
komposisi riolitik. Kegunaan zeolit sangat luas seperti untuk bahan bangunan dan
ornamen, semen puzzolan, bahan agregat ringan, bahan pengembang dan pengisi,
tapal gigi, bahan penjernih air limbah dalam kolam ikan, makanan ternak,
pemurni gas methan, gas alam dan gas bumi, penyerap zat (logam) racun dan lainlain.

Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan mempunyai
struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di
dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir atau
bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada silika, alumina, soda,
besi oksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-merahan,
kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu kering dapat terapung
diatas air. Batu Apung umumnya digunakan sebagai bahan penggosok, bahan
bangunan konstruksi ringan dan tahan api, bahan ringan (non reaction), pengisi,
isolator temperatur tinggi, rendah dan akustik, pembawa (carrier penyerap dan
saringan / filter).

Dalam istilah dagang (umum), marmer adalah segala jenis batuan yang apabila
digosok (dipoles) menjadi mengkilat, batuannya bisa berupa batu gamping,
marmer, basal, granit dan sebagainya. Marmer dalam istilah geologi adalah batu
gamping atau dolomit yang mengalami metamorfosa kontak ataupun regional.
Batu gamping atau dolomit bila diterobos oleh batuan beku maka akan terjadi
perubahan fisik yang berupa penghabluran mineral kalsit atau dolomit. Mineralmineral lain sebagai pengikat atau pengotor antara lain : kuarsa, grafit, hematit,
limonit, pirit, mika, klorit, tremolit, wolastonit, diopsit dan hornblende, meskipun
dalam jumlah kecil (dapat mempengaruhi warna dan mutu marmer). Pada
umumnya marmer murni berwarna putih mengkilap, sedangkan warna-warna lain
tergantung pada mineral pengotor yang terkandung di dalamnya, seperti : abu-abu
muda sampai hitam karena adanya mineral grafit, hijau karena adanya mineral
khlorit, merah muda sampai merah karena adanya limonit atau mangan. Kegunaan
marmer yang utama adalah untuk bangunan seperti ubin lantai, dinding (interior
maupun eksterior), papan nama, dekorasi atau hiasan, monumen, perabot rumah
tangga seperti meja, kap lampu dan sebagainya.

Trass adalah sejenis tuff yang berwarna putih kekuning-kuningan telah


mengalami tingkat pelapukan lanjut, sifat-sifat yang disukai adalah karena adanya
silika keadaan basah. Trass ini dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan
sebagai semen alam (hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan air, setelah
itu mengeras yang tak tembus air (pembuatan batako). Endapan trass di daerah ini

berwarna putih hingga putih kekuningan, berbutir halus hingga kasar, unsur
pengotor cukup kecil.
II.6 Jenis-jenis Bahan Galian
Secara garis besar digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Bahan Galian Logam
a. Logam Mulia ( Au, Ag, Pt dan Hg )
b. Logam Besi ( Fe, Ni, Mn, Cr,Wo dan Mo )
c. Logam Bukan Besi ( Sn, Al, Cu, Pb, Zn, Bi, Sb dan Ti )
d. Mineral Jarang (Cr, Co, Mg)
2. Bahan Galian Bukan Logam
a. Mineral Industri
b. Batu Mulia
3. Bahan Galian BATUAN / Konstruksi
4. Bahan Galian RADIO AKTIF
a. Uranium
b. Rhadium, Thorium dll

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Mineral adalah suatu benda padat yang anorganik yang terbentuk secara alami,
homogen (tidak dapat diuraikan lagi menjadi ukuran terkecil) yang mempunyai
bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Proses pembentukan mineral-mineral
baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat
perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta
pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat
diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan
asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses
eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa
keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat
berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek
biologis dan fisika.

III.2 Saran
Adapunsaran dari penulis kepada pembaca adalah sebagai berikut :
1.

Sebaiknya makalah yang telah disusun ini dapat dimanfaatkan sebaik baiknya oleh pembaca terutama pada mata kuliah yang relevan dengan
makalah ini

2. Semoga penyusunan makalah berikutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/02/sumber-daya-mineral-dan-genesabahan.html
http://sumbardayaalamindonesia.blogspot.com/
http://esdm.sulbarprov.go.id/index.php?id=1&news=235
http://paramayati.blogspot.com/2012/03/tugas-geografi-sda-mineral-xi-ips2
aspa.html
http://gaoscity.blogspot.com/2009/03/bijih-besi.html
http://www.sentra-edukasi.com/2013/05/pengertian-penggolongan-sumber-dayaalam.html
http://dunia-atas.blogspot.com/2011/05/klasifikasi-mineral-berdasarkan-pada.html
http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/praktikum-mineralogy.html
http://dearthurjr.blogspot.com/2013/05/endapan-mineral.html
http://jojogeos.blogspot.com/2012/12/mineral-silika-dan-non-silika.html
http://tigakali-enam.blogspot.com/2011/10/genesa-mineral.html
http://geologimania.blogspot.com/2010/10/mineral-pembentuk-batuan-rockforming.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mineral
http://petroclanlaboratory.weebly.com/bowen-reaction-series.html
http://kangmujeckethnic-miningzone.blogspot.com/2013/04/krismin.html
http://dearthurjr.blogspot.com/2013/05/endapan-mineral.html
http://tigakali-enam.blogspot.com/2011/10/genesa-mineral.html

LAMPIRAN REFERENSI

DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana cara pembentukan mineral intan? Apakah harus melalui proses
magmatic dan proses pelapukan? (Wahidah)
Jawab : Proses pembentukan mineral intan yaitu melalui salah satu proses
saja yaitu magmatic atau pelapukan, jadi tidak harus kedua proses tersebut.
2. Apakah proses pembentukan emas mempengaruhi kualitas emas?
(Harjumi)
Jawab : Proses pembentukan emas tidak mempengaruhi kualitas emas
tersebut, kualitas emas hanya dipengaruhi oleh proses pengolahannya.
3. Apakah yang dimaksud kontak metasomatisme? Dan apakah perbedaanya
dengan proses alterasi? (Muh. Taufiq Rafie)
Jawab : Kontak metasomatisme adalah proses pembentukan mineral
karena terjadinya kontak antara magma dengan batuan yang dilaluinya saat
magma menerobos keluar
4. Apakah

yang

dimaksud

dengan

bahan

galian

jarang?

(Andi

Darmawansyah)
Jawab : Bahan galian jarang adalah bahan galian yang jarang ditemukan
atau langka.
5. Apakah ada zona-zona tertentu dimana mineral emas terbentuk?
(Nurfadhilah Arif)
Jawab : zona-zona mineral emas terbentuk yaitu pada zona magmatic,
zona kontak metasomatisme dan pada zona hidrotermal.
6. Apakah parameter yang digunakan sehingga mineral tersebut dikatakan
sebagai mineral industry? (Sernita Domapa)
Jawab : Parameter yang digunakan sehingga mineral disebut mineral
industry adalah jika mineral tersebut dapat dimanfaatkan sehingga
mempunyai nilai ekonomis, contohnya yaitu : Kaca.
7. Pada suhu dan kedalaman berapakah mineral intan terbentuk? ( Alexander
Yafet)
Jawab : Mineral intan terbentuk pada temperature 1000 K dan pada
kedalaman lebih dari 150 km.

You might also like