You are on page 1of 82

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Seri Dewi Ular 46-Tara Zagita

Misteri Bocah Jelmaan


Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Jisokam
Editor : Jisokam bin Abdul Minix
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

MISTERI BOCAH JELMAAN


oleh Zagita
Serial : Dewi Ular
Cetakan pertama Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved
Convert & Edit : Abdul Minix, Pdf : Dewi KZ
MISTERI BOCAH JELMAAN
Kanda menemukan anak hilang di cafenya. Ia merawat
anak tersebut, seperti merawat anaknya sendiri. Padahal
Kanda masih bujang dan belum pernah merawat anak.
Kumala Dewi alias Dewi Ular curiga dengan Uca.
Menurutnya, gadis kecil itu bukan sembarang anak kecil.
Bahkan menurutnya, gadis kecil itu mempunyai kekuatan gaib
yang lebih besar darinya.
Kata-kata Kumala itu terbukti. Gadis itu jika malam berubah
menjadi wanita cantik yang merindukan kemesraan seorang
lelaki. Kanda terpilih sebagai pria yang diharapkan
kemesraannya.
Kumala mencoba meneropong siapa sebenarnya Uca. Tapi
akibatnya sangat parah. Kumala Dewi menjadi buta. Dalam
tiga hari tak tersembuhkan, maka ia akan buta selamalamanya. Bocah kecil itulah yang mampu menyembuhkan
kebutaan Dewi Ular. Tapi jadinya jika bocah itu ternyata
menolak menyembuhkan kebutaan Kumala? Siapa sebenarnya
gadis kecil berkekuatan gaib tinggi itu?
Simak dan ikuti kisah ini!
0o-dwkz-234-o0

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

1
GADIS kecil itu bernama Cantika, tapi lebih akrab dipanggil
Uca. Dia benar-benar gadis kecil. Segala-galanya serba kecil.
Usianya saja baru sekitar lima tahun kurang. Wajahnya
mungil, matanya berbulu lentik, bundar, bening, uuh... indah
sekali. Uca memang baby face. Rambutnya lurus, panjang
sepunggung, lembut, bagian depannya diponi. Ia gemar
menggendong boneka Panda yang ringan dan besarnya hanya
sepelukannya.
"Biar masih berusia lima tahun kurang, tapi Uca termasuk
gadis yang cerdas, lucu dan pandai bicara. Itulah sebabnya
aku suka padanya. Batinku cepat menyatu dengannya. Seolaholah dia seperti anakku sendiri."
"Sudah berapa lama ikut denganmu?"
"Baru tiga hari."
"Ooo... baru tiga hari?! Kukira udah berbulan-bulan ikut
denganmu." Yoseph manggut-manggut.
"Tapi biarpun baru tiga hari, rasa-rasanya seperti sudah
lama dia ikut denganku, Yos. Sehari nggak dengar suara
tawanya, aku merasa seperti merindukan seorang anak
kandung yang kusayangi."
"Kau memang sudah pantas menjadi seorang ayah. Kanda.
Perasaanmu itu adalah tanda-tanda bahwa di dalam hidupmu
kau sudah membutuhkan status keluarga, seorang ayah
sekaligus seorang suami. Berarti kau harus cepat-cepat kawin.
Jangan membujang terus!"
"Enak aja luh ngomong. Kawin sih mudah, tanggung
jawabnya yang susah!" Mereka tertawa sejenak. Uca masih
bermain sendiri tak jauh dari kedua lelaki itu.
"Bagaimana kalau nanti orangtuanya datang
mengambilnya? Kau ingin pertahankan Uca atau...."

dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yaah... mesti kuserahkan padanya dong. Pada


orangtuanya. Masa kupertahankan?! Memangnya seorang
kekasih?!"
"Tapi aneh juga, ya? Masa sampai tiga hari orangtuanya
nggak kemari sih? Jangan-jangan dia memang dibuang oleh
orangtuanya?"
"Itulah yang kuherankan, Yos. Hampir setiap dua jam sekali
kutelepon pihak kepolisian, tapi tetap belum ada orang yang
melapor tentang kehilangan anak. Menurut temanku yang
dinas di kepolisian sih, biar saja si Uca di sini dulu sampai
orangtuanya datang untuk mengambilnya."
Tiga hari yang lalu, Uca menjadi pusat perhatian para
pengunjung lahan per-cafe-an di sekitar Monas. Anak gadis
mungil itu menangis sendirian. la tepisah dari keluarganya,
dan mendapat predikat 'anak hilang'. Pada waktu itu, Uca
menangis mengharukan tepat di depan tenda cafenya Kanda.
Anehnya, sampai larut malam belum ada pihak orangtua
yang merasa kehilangan anaknya. Keamanan setempat sudah
membantu mengumumkan tetang anak hilang me lalui
pengeras suara, tapi belum juga ada yang datang dan
mengaku sebagai orangtua Uca. Menurut pengakuan si gadis
kecil, ia dan orangtuanya habis makan di cafenya Kanda, lalu
Uca lari-lari kecil mengejar penjual boneka yang mondarmandir ke sana-sini. Ketika ia kembali ke cafe itu, orangtuanya
sudah tidak ada.
"Uca tinggal di mana?"
"Nggak tahu."
"Uca punya nomor telepon di rumahnya?"
"Punya...."
Anak itu menyebutkan nomor telepon rumahnya. Namun
ketika dihubungi oleh petugas keamanan, ternyata nomor
telepon itu milik sebuah rumah sakit. Sekali lagi Uca

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyebutkan nomor telepon yang diyakini sebagai telepon


rumahnya. Setelah dihubungi, ternyata telepon itu milik
perusahaan rumah jenazah.
Karena saat itu gerimis segera turun, akhirnya Kanda
menyanggupi untuk merawat anak itu sementara, sampai
menunggu pihak orangtua Uca datang untuk mengambilnya.
Ternyata sampai tiga hari Uca tinggal di rumah Kanda, gadis
kecil itu belum juga dijemput orangtuanya. Padahal berita
anak hilang sudah dimuat di koran-koran dan bahkan disiarkan
melalui beberapa radio swasta.
"Aku sudah menghubungi beberapa wilayah, tapi sampai
hari ini belum ada pihak yang melaporkan tentang kehilangan
anak gadisnya. Jadi menurut saranku sih... rawat saja dulu
anak itu. Nanti begitu ada pihak yang melaporkan kehilangan
anaknya, akan kubawa ke rumahmu, Da!" ujar seorang teman
Kanda yang dinas di kepolisian.
Kanda adalah seorang pemuda lajang yang dikenal sebagai
jago trick film. Profesinya di bidang special-effect itu sangat
dikagumi banyak orang. Tapi manakala perfilman lesu, krisis
moneter berkepanjangan, Kanda pun ikut-ikutan buka usaha
sampingan. Sebuah cafe resmi didirikan beberapa bulan yang
lalu, berdampingan dengan cafe-cafe para artis dan selebritis
lainnya yang ada di sekitar Monas itu.
Pemuda lampan, gagah dan berpenampilan sedikit
eksentrik itu pernah menjadi paranormal. Tapi kekuatan
supranaturalnya yang merupakan insiden gaib itu telah
dihilangkan berkat bantuan Kumala Dewi atau yang dikenal
sebagai anak bidadari dari Kahyangan itu, (Baca serial Dewi
Ular dalam episode : "MISTERI ASMARA TUA").
"Kalau kau merasa terganggu dengan adanya anak itu,
biarlah aku yang merawatnya sampai orangtuanya datang
untuk mengambil," kata teman Kanda yang dinas di kepolisian
itu. Sang tamu memang sudah berkeluarga, dan istrinya tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keberatan jika harus rnerawat Uca. T api agaknya tawaran itu


justru merupakan sesuafu yang memberatkan di hati Kanda.
"Justru aku merasa nggak keberatan sama sekali jika Uca
lebih lama lagi tinggal bersamaku. Dia memang nakal, tapi
nakalnya seorang bocah yang selalu ingin tahu ini itu. Buatku
nggak ada masalah pun seandainya aku harus merawat
Uca selamanya."
Kanda tinggal di sebuah rumah mungil yang dibelinya dua
tahun yang lalu. Di situ ia tinggal bersama Mak Sanah dan
Rusmi, anak Sanah. Kedua pelayannya itu sudah lama
kenal Kanda, karena Mak Sanah dulu tetangga rumah Kanda
sewaktu Kanda masih SMA. Jadi segala sesuatunya sudah
dipercayakan kepada Mak Sanah yang sering dianggap
sebagai ibu angkatnya itu.
Kadang-kadang Erwan juga tinggal di rumah mungil
berkamar tiga itu. Tapi belakangan ini Erwan lebih sering
tinggal di rumah calon istrinya ketimbang pulang ke rumah
Kanda. Sebagai saudara sepupu, Kanda tidak pernah
mempermasalahkan hal itu. Cuma dia sering merasa sepi jika
pulang kerja terlalu sore, karena biasanya ia sering gunakan
waktu senggang untuk ngobrol dengan Erwan.Tapi sejak ada
Uca, rasa sepi itu hilang. Lebih-lebih sejak cafe-nya yang joint
dengan seorang teman itu menjadi laris, rasa sepi pulang
rumah itu sama sekali lenyap dari hati Kanda. Setiap buka
cafe, Uca selalu diajaknya ke sana. Siapa tahu papa dan
mama Uca muncul lagi dan bertemu dengan anaknya. Namun
sampai hari ke enam sejak ditemukannya Uca, sang orangtua
yang ditunggu belum juga muncul.
"Jangan-jangan Uca itu anak setan yang dibuang di
keramaian cafe tenda itu. "
"Kepalamu bonyok!" geram Kanda. "Seenaknya aja ngatain
Uca anak setan Elu kali yang aslinya anak iblis!"
"Gitu aja kok tersinggung sih luh?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Habis elu ngomong seenak monyong luh aja sih," Kanda


bersungut-sungut serius. la tampak tersinggung dengan canda
seperti itu. Hatinya merasa tak rela kalau Uca dikecam
sedemikian rupa, sekalipun dengan nada ber- canda. Kanda
sendiri heran, mengapa mudah tersinggung oleh kelakar
teman seperti itu; padahal biasanya ia tidak sesensitif itu
meneri- ma canda yang lebih kasar lagi.
"Mungkin karena aku semakin sayang kepada anak itu,
sehingga terlalu k perasaanku menerima ejekan canda
demikian," katanya kepada teman yang lain.
Rasa sayang Kanda kepada gadis kecil itu memang kentara
sekali. saja yang diinginkan Uca selalu dituruti oleh
Kanda. la sangat bingung dan bahkan bisa menjadi panik jika
Uca menangis. Rasa ingin membahagiakan anak itu begitu
besar di hati Kanda, sehingga nyaris seluruh perhatian Kanda
tertuju untuk si kecil Uca.
Bobby, teman yang menaruh saham separuh bagian dalam
usaha cafe itu, punya pandangan tersendiri tentang Uca.
"Anak itu kayaknya bawa rezeki cendiri. Da. Kamu ingatingat deh, sejak kamu menemukan anak hilang itu dan
merawatnya, cafe kita selalu penuh dikunjungi orang. Lebih
ramai dari biasanya, bahkan paling rame dari cafe-cafe
lainnya. Anak buahku sampai mengaku kewalahan melayani
tamu-tamu di cafe kita."
"Aku juga berpendapat begitu, Bob. Makanya diam-diam
aku semakin sayang pada Uca. Apalagi sampai dua minggu
begini dia belum diambil oleh orangtuanya, rasa-rasanya aku
ingin mengutuk si orangtua itu yang telah tega membiarknn
anaknya hilang dan nggak mau berusaha mencarinya."
"Jangan-jangan sehabis kehilangan anaknya, kedua
orangtua Uca itu tewas karena kecelakaan. Jadi dia nggak
sempat melapor atau memberitahukan kepada siapa-siapa."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wah, benar juga. Jangan-jangan begitu, ya Bob?" Kanda


mulai menampakkan ketegangannya, walau hanya melalui
pandangan mata yang menjadi tajam dan kerutan dahi agak
keras. Yang jelas, bulu kuduk Kanda jadi merinding setelah
membayangkan kemungkinan yang dikatakan Bobby tadi.
0o-dwkz-234-o0
Langit cerah di awal petang tercermin di wajah seorang
reporter INTV yang sering muncul dalam acara 'Lorong Gaib'
itu. Pemuda tampan mantan peragawan dan pernah beberapa
kali membintangi sinetron laga itu tak lain adalah Niko
Madawi. Dari dulu dia naksir Kumala Dewi, tapi tak berani
terang-terangan. Pernah ia menyatakan rasa sukanya kepada
Kumala, tapi cenderung berkesan canda, sehingga kurang
ditanggapi oleh Kumala Namun sebenarnya si anak bidadari
yang dikenal sebagai paranormal cantik itu tahu persis isi hati
Niko. Hanya saja ia tak mau menampakkan rasa simpatinya
itu, sehingga sering membuat Niko penasaran.
Tapi di awal petang kali ini, agaknya Kumala alias si Dewi
Ular itu, ingin sedikit membuka tabir kepura-puraannya.
Terbukti ia melangkah di tengah-tengah Mall sambil
menggandeng tangan Niko. Kesan mesranya seolah-olah ingin
dipamerkan kepada seluruh pengunjung Mall yang rata-rata
terkagum-kagum melihat kecantikannya.
Niko justru
berkeringat dingin menerima sikap semesra itu.
Hampir setiap orang yang ps dengan mereka
berdua selalu menyempatkan memutar kepala untuk
memandangi Kumala. Kecantikan si anak bidadari itu nyaris
tiada tandingannya. Di seluruh Mall berlantai empat itu tidak
ada wanita secantik Kumala Dewi. Bentuk tubuhnya yang
bukan hanya sekedar sexy saja, namun juga mempunyai nilai
seni keindahan tubuh paling tinggi, tidak pernah ada yang
menandinginya. Tentu saja hati Niko merasa bangga, namun
juga menyimpan ke- cemburuan; karena merasa takut ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemuda lain yang lebih tampan darinya mendapat sambutan


kedipan mata dari Kumala.
"Nik, menurutmu gaun ungu itu pantas nggak buat aku?"
sambil Kumala menuding sebuah gaun pesta berwarna ungu.
Gaun itu dipajang di etalage dalam sebuah butik.
"Menurutku sih, nggak pantas."
"Bukannya justru akan membuatku makin tampak sexy
kalau pakai gaun itu, Nik?"
"Ya. Memang kamu akan tampak sexy, bahkan terlalu sexy.
Tapi menurutku pakaian seperti itu nggak pantas untuk anak
dewa seperti dirimu. Terlalu seronok. Citramu sebagai bidadari
asli dari Kahyangan akan hilang. Orang sangka kamu wanita
nggak bener, sebab gaun itu sangat memancing perhatian
kaum lelaki."
Dewi Ular tersenyum tipis, nyaris tak kentara. Padahal
dalam hatinya tertawa geli, karena pada saat itu ia merasakan
getaran di hati Niko adalah getaran rasa cemburu. Niko tidak
suka kalau Kumala memakai gaun itu, karena takut menjadi
bahan incaran lelaki lain.
"Nik. aku kepingin memiiiki gaun itu deh. Modelnya bagus.
Kayaknya sih belum pernah ada perempuan yang pakai gaun
model itu."
"Kalau kamu ngotot, ya terserah. Beli aja! "
"Aku nggak punya duit tuh. Kamu mau belikan aku gaun
itu?"
Kumala memancing reaksi Niko, padahal dia sangat mampu
membeli gaun itu, bahkan untuk sepuluh kali lipat harga gaun
itu, ia masih sanggup membelinya.
"Beli aja sana. Kamu sendiri yang ngomong sama
pelayannya."
"Kamu ada duit nggak?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada, ada...!"
"Tapi kamu kan nggak suka kalau aku pakai gaun itu."
"Kalau kamu senang, aku akan suka. yang kamu
senangi, itu yang aku sukai. Yang penting kamu senang."
."Idih, kok gitu sih?" Dewi Ular mencibir geli, tapi ditahan
kuat-kuat dan hanya sebagian kecil rasa gelinya yang
tercermin melalui cibiran cantiknya.
"Pokoknya berapa pun harganya, beli! Aku masih sanggup
membelikan gaun yang harganya jauh lebih mahal dari yang
itu," kata Niko walau sambil memandang ke arah lain.
Dewi Ular yang rada-rada konyol itu benar- benar
mengambil gaun tersebut. Harganya ratusan ribu. Dia ingin
melihat kesungguhan Niko dalam menyenangkan hatinya.
Ternyata pemuda itu membayar tunai gaun tersebut.
Sejumlah uang diambilnya dari dalam dompet. Kumala sempat
melirik isi dompet Niko.
"Kasihan, uangnya tinggal dua-tiga lembar," pikir Kumala,
tapi ia berlagak cuek.
" lagi yang ingin kau beli?" tanya Niko saat keluar dari
butik tersebut. Sejak menjemput Kumala dari kantornya, Niko
memang sudah berjanji ingin membelikan sesuatu untuk
Kumala. Dia habis dapat bonus dari sebuah produk yang
menseponsori acaranya di teve. Sebab itulah ia berani
membawa Kumala dan mer.antammya untuk borong-borong
di Mall.
"Aku kepingin parfum deh, Nik." Kumala memaksakan diri
untuk berlagak manja.
"Untuk parfum? Tubuhmu sudah menyebarkan aroma
wangi cendana dan pandan yang amat lembut dan romantis.
masih perlu parfum segala?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku ingin merubah ciri-ciriku Biar orang tak mudah


mengenal siapa diriku sebenarnya. Karena bau wewangian
yang ada padaku adalah wewangian khas Kahyangan. "
"Ya, udah kalau begitu maumu. Kita ke counter parfum.
Tuh, di lantai atas kayaknya ada toko spesial parfum."
Niko menunjukkan sikap memanjakan Kumala. Sckalipun
sebenarnya banyak yang ber- tentangan dengan hati kecilnya,
tapi ia cenderung mengikuti keinginan gadis cantik anak Dewa
Permana dan Dewi Nagadini itu. la ingin tunjukkan kepada si
paranormal cantik itu bahwa ia punya pengertian yang cukup
besar dan pantas dibanggakan.
Sebuah parfum dengan wewangian eksklusif dipilih Kumala.
Harganya mencapai 600 ribu lebih. Kumaia bilang, ia suka
aroma parfum itu. Niko tak keberatan membelikannya.
Tapi kita harus cari ATM dulu. Uangku di dompet nggak
cukup untuk membeli parfum itu, Kumaia."
"Ah, malu-ma luin kalau harus ke ATM dulu. Nggak usah aja
deh."
Niko tak ingin mengecewakan gadis itu.
"Pakai credit card bisa, Zus?" tanya Niko kepada pelayan.
"Bisa saja," jawab si pelayan.
"Ya, udah. Kami ambil parfum yang itu tadi," sambil Niko
mengambil dompetnya untuk mengeluarkan credit card-nya. la
mendekati bagian kasir. Namun alangkah terkejut hati pemuda
itu ketika me lihat dompetnya tebal kembali. Uang yang tadi
sudah dipakai membeli gaun ternyata menjadi utuh dalam
jumlah yang sama. Padahal tadi sisa uang di dompetnya
tinggal dua-tiga lembar lima puluhan ribu. Sekarang kenapa
menjadi tebal kembali?
"Pasti dia yang bikin ulah begini, ngerjain gue!" pikirnya
sambil me lirik Kumala. Gadis itu berlagak cuek, seolah-olah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak melihat kebingungan Niko. Tapi di sudut bibirnya Niko


melihat gadis cantik jelita itu menyembunyikan senyum,
seperti sedang menertawakan keheranannya.
Akhirnya parfum itu dibayar dengan kontan. Masalah
tersebut dibicarakan setelah mereka berada di Mc Donalds,
menikmati santap malamnya dengan sesantai mungkin.
Sebelumnya, Niko dibuat tercengang lagi saat membayar di
kasir Mc Donalds, ternyata uang yang dipakai membayar
parfum juga kembali lagi. Utuh seperti semula. Seolah-olah
jumlah uang di dompet belum pernah digunakan selembar
pun.
"Kamu ngerjain aku, ya?"
menyembunyikan senyum malunya.

tegur

Niko

sambil

"Ngerjain apaan?"
"Uangku kok tetap utuh? Padahal tadi sudah kupakai bayar
gaun, parfum, dan... mungkin juga sekarang utuh lagi setelah
kupakai bayar makanan ini."
Kumaia Dewi tersenyum tipis, tidak mau menatap Niko. Ia
bahkan bersikap seakan malas mengomentari kata-kata Niko
itu. Perhatiannya tertuju pada hidangan yang sudah tersedia
di depannya.
"Uang siapa yang kau masukkan ke dalam dompetku ini,
Dewi?"
"Udahlah. Yang penting kamu nggak rugi."
"Tapi kalau kamu bawa pulang barang-barang itu,
sedangkan uangku yang kuberikan pada kasir kau ambil
secara gaib dan kau masukkan ke dalam dompetku, itu
namanya mencuri, Dewi. Barang-barang yang kau bawa itu
hasil curian, bukan hasil membeli. Sebab pihak toko merasa
dirugikan oleh tindakanmu."
"Nggak ada yang merasa dirugikan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lalu uang siapa yang kau masukkan ke dompetku ini?"


"Uangku sendiri, Bego!" geram Kumala agak jengkel, tapi
masih menahan rasa geli. "Coba kamu check aja rekentngku di
ATM, pasti sudah berkurang sejumlah harga gaun dan
parfum."
"Kenapa kamu lakukan begitu? Kau pikir aku nggak ikhlas
membelikan gaun dan parfum itu?"
"Ikhlas. Aku percaya, kamu pasti ikhlas. Tapi... aku nggak
tega kalau harus menguras isi dompetmu. Aku bukan cewek
matre!"
"Kenapa kamu tadi minta aku yang beliin?"
"Sekedar ingin tahu saja, seberapa besar kesanggupanmu
yang katanya ingin menyenangkan hatiku."
"Ooo, begitu? Lalu, kalau sudah begini. kesimpulan
yang kau peroleh dari diriku?"
"Nggak tahu. Aku belum ambil kesimpulan apa-apa,
soalnya aku lagi lapar!" jawab Kumala dengan konyol, lalu
menikmati hidangannya.
Niko ingin protes atas sikap Kumala yang tidak mau
berterus terang dengan kesimpulan hatinya, tapi niatnya
tertunda akibat kemunculan seorang pemuda yang dikenalnya.
Pemuda itu muncul bersama seorang gadis cilik yang cantik
dan memeluk boneka Panda. Kaki Niko buru-buru menyentuh
kaki
Kumala,
memberi
isyarat
agar
Kumaia
memperhatikannya.
"Lihat tuh , siapa yang baru masuk kemari."
Tepat pandangan mata Kumaia melirik ke arah pemuda itu,
si pemuda pun sedang menatap ke arahnya. Senyum lebar
penuh ke ramahan segera mekar di kedua belah pihak.
"Eeeh... kamu; Da?! Sama siapa?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Berdua saja, sama si Uca nih," ujar pemuda itu yang tak
lain adalah Kanda.
"Aduh, cantiknya. Anak siapa ini, Da?" tanya Kumaia sambil
mencubit dagu Uca.
'Anak gue dong."
"Uuhh, ngaku-ngaku anak orang!" cibir Niko, karena ia tahu
bahwa Kanda belum per- nah menikah.
"Namanya siapa, Sayang?" Kumala menghentikan
makannya, wajahnya tampak gembira sekali menyambut
kehadiran Uca dan Kanda.
"Uca, ditanya Tante Kumala tuh, namanya siapa?"
"Uca," jawab gadis kecil itu menunduk malu.
"Uca udah sekolah belum?"
"Belum," jawabnya lirih sekaii.
"Ini oom-nya Uca apa papanya Uca?" tanya Niko.
"Oom Uca." Gadis itu pun mengangkat wajah dan menatap
Kumala. la berkata lagi,. "Papa Uca nggak ada."
"Lho, kok nggak ada? Ke mana papanya?"
Uca menggeleng Kanda menjelaskan secara singkat
tentang anak temuan itu. Tapi sebelum Kumala dan Niko
membahas tentang orangtua Uca yang sampai saat ini belum
ada kabar mencarinya, Uca sudah ribut rninta dibelikan
humberger, seperti yang dimakan Niko.
"Sini, sini... beli sama Oom Niko, sini!" Niko segera
membawa Uca ke counter. Kanda duduk di bangku kosong
depan Kumala. la sempat berseru kepada Niko, minta
dibawakan ayam goreng dan kentang. Kumala mengikuti
dengan senyum ceria. Tapi setelah Kanda mengeluh
kelelahannya akibat mengikuti Uca berjalan-jalan mengelilingi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mall, tiba-tiba Kumala berkata dengan nada datar dan pelan,


pandangan matanya masih memperhatikan Uca dan Niko.
"Hati-hati dengan anak itu."
"Maksudmu...?!"
Kumala menatap Kanda, melanjutkan makannya pelanpelan.
"Ada getaran aneh pada diri anak itu. Sudah berlama lama
ikut kamu?"
"Harnpir sebulan ini. Maksudmu, getaran aneh yang
bagaimana?"
"Sulit kujelaskan. Tapi aku merasakan getaran aneh itu saat
mencubit dagunya."
"Masa' sih?" gumam Kanda ragu-ragu. seperti kurang
percaya dengan kata-kata Dewi Ular.
"Aku tahu kau sangat sayang padanya, bukan?"
"Ya, memang begitu. Aku sangat sayang dan kasihan sekali
padanya. Masa' sampai sekarang orangtuanya tidak berusaha
mencari anak itu? Padahal dia sangat membutuhkan perhatian
dan kasih sayang dari orangtua."
"Sebenarnya dari soal itu saja kamu sudah bisa ambil
kesimpulan, bahwa ada keanehan dalam diri anak itu. Kalau
dia memang bukan gadis kecil yang punya keanehan, pasti
sudah dicari oleh orangtuanya."
"Ah, kamu jangan mendramatisir nasibnya, Kumala."
"Sorry. Anggap saja itu hanya pendapatku secara pribadi.
Jangan dimasukkan hati. Siapa tahu pendapatku itu meleset,"
kata Dewi Ular buru-buru menetralisir ucapannya sendiri.
Sebab pada saat itu ia mendengar suara menggerutu dari
dalam hati Kanda. Suara gerutu tersebut segera dipahami

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebagai rasa kurang suka Kanda terhadap pandangan buruk


seseorang tentang Uca.
Sebagai seorang sahabat, Kumala berusaha untuk tidak
mengecewakan hati Kanda. Ia tidak ingin suasana
persahabatan menjadi rusak hanya karena perbedaan
pendapat yang memang tidak mudah dipaham i oleh orang
awam seperti Kanda itu.
"Yang jelas, beberapa waktu lagi kamu akan melihat
perkembangan aneh gadis itu. Mungkin lima hari lagi, atau
paling lama sepuluh hari lagi, Uca akan menampakkan
keganjilannya."
"Kamu jangan nakut-nakuti aku, Kumala," sambil Kumala
memaksakan tertawa walau terasa hambar. Tapi ia segera
ingat percakapannya dengan si kecil Uca beberapa hari yang
lalu. Percakapan itu terjadi pada saat Uca mau tidur. Kanda
menemani sambil mengusap-usap punggung gadis kecil yang
cukup manja terhadap dirinya itu.
"Uca betah nggak tinggal bersama Oom di sini?"
"Betah. Uca senang tinggal di sini bersama Oom Kanda."
"Nggak kepingin pulang?"
"Nggek, ah. Uca mau di sini aja seterusnya."
"Uca nggak kangen sama papa-mama?"
"Nggak. Papa-mama nggak kayak Oom Kanda sih."
"Maksudnya nggak kayak Oom Kanda itu bagaimana sih.
Ca?"
"Nggak sayang sama Uca., Suka marah- marah. Kalau Uca
mau tidur, disuruh tidur sendiri. Nggak diusap-usap begini,
nih...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mungkin karena papa dan mama Uca ca bekerja


seharian penuh. Tapi sebenarnya papa dan mama Uca pasti
sangat sayang sama Uca."
"Bohong. Papa dan mama Uca nggak sayang sama Uca.
Makanya, Uca nggak kepingin dijemput papa dan mama."
"Kalau ternyata papa dan mama besok-besok datang dan
ingin membawa pulang Uca, bagaimana?" pancing Kanda ingin
tahu perasaan lugu si gadis kecil itu.
"Itu nggak mungkin. Papa dan mama nggak mungkin
jemput Uca."
"Lho, kok Uca bisa tahu begitu, dari mana?"
"Nggak dari mana-mana," jawabnya polos. "Pokoknya Uca
nggak mau dijemput dan dibawa pergi sama siapa saja. Uca
mau tinggal sama Oom Kanda saja sampai Uca besar nanti."
Tersentuh perasaan Kanda, seolah-olah ia sedang
menerima pengaduan dan curahan hati dari anaknya sendiri.
Usapan tangannya masih dilakukan dengan penuh
kelembutan. Uca masih memunggungi oom angkatnya sambil
memeluk boneka Panda.
"Sebenarnya Uca ingat nggak sih nama papa atau mama?"
"Nggak," jawabnya pendek, sepertinya kesal diajak bicara
terus soal papa dan mamanya. Kanda semakin prihatin melihat
seorang bocah yang sudah memiliki rasa benci terhadap
orangtuanya.
"Sudah berapa kali Uca diajak papa-mama pergi ke cafe
Oom?"
"Sering. Tapi lupa, berapa kali. Pokoknya Uca sering lihat
Oom Kanda bicara-bicara sama tamu-tamu di tenda itu."
"Uca sama siapa kalau sedang lihat Oom Kanda menjamu
tamu-tamu di tenda?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sendirian."
"Sendirian? Ah, mana mungkin Uca sendirian datang ke
sana?"
"Mungkin saja. Uca kan pemberani. Oom belum tahu sih
siapa Uca sebenarnya," gadis itu berbalik, kini berhadapan
dengan Kanda. Matanya yang jernih dan indah bagaikan
menyimpan genangan air surgawi yang begitu dalam
maknanya. Kanda sempat berdebar-debar lembut menerima
tatapan mata jernih itu.
"Nanti kalau Oom Kanda sudah tahu siapa Uca, Oom pasti
percaya dengan omongan Uca tadi."
"Oom sudah tahu siapa sebenarnya Uca."
"Belum," gadis itu menggeleng. "Oom belum tahu siapa
Uca sebenarnya. Buktinya,Oom masih tanya-tanya sama Uca."
Kanda tertawa geli penuh rasa bangga. Uca dicium
keningnya.
"Udah, sekarang udah malam. Uca harus bobo, ya?"
"Tapi Oom harus temani Uca sampai bobo, ya?"
"lya. Oom akan temani di sini. Oom nggak pergi ke manamana kok. Kan hari ini Oom Nggak jualan di warung tenda itu.
Libur."
"Kasihan pembelinya, ya? Pada kecele. Aturan nggak usah
libur, Oom. Biar pembelinya nggak kecele. Apalagi nanti kalau
sudah 40 hari, pembelinya akan makin banyak, Oom harus
buka tenda lagi, dan... pokoknya warung Oom akan berubah.
Semuanya akan berubah. Uca juga berubah."
"Berubah bagaimana?" Kanda mulai was- was.
"Berubah lebih nakal lagi, hii, hii, hii...."
Kanda tak jadi was-was. Tapi di balik kata-kata dan tawa
kecil itu, hati nurani Kanda seperti menangkap adanya arti

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang lebih dalam dari sekedar canda seperti biasanya. Hanya


saja, hati Kanda tak bisa menerjemahkan maksud tawa Uca itu
secara jetas. Kanda hanya menangkap adanya keanehan yang
malam itu juga segera dilupakan. perlu dibahas dalam
hati.
Kini ketika bertemu dengan gadis paranorma l, Kanda
rnenangkap ada sisi keanehan yang hampir sama dengan
keanehan dari Uca pada beberapa malam yang lalu. Namun
sekali lagi, Kanda tak dapat memahami arti keanehan
tersebut.
Yang jelas, Kumala juga mempunyai prediksi tentang
sesuatu pada diri Uca yang akan tampak jelas dalam waktu
sepuluh hari lagi. Padahal waktu sepuluh hari lagi adalah
waktu 40 hari lamanya Uca menjadi anak asuh Kanda. Apakah
benar pada masa 10 hari lagi itu segalanya akan berubah,
seperti kata Uca sendiri? Kini hati Kanda justru penasaran,
karena ingin segera mengetahui yang terjadi setelah ia
merawat Uca selama 40 hari nanti.
0o-dwkz-234-o0

2
HARI itu Kanda harus mengerjakan title animasi sampai
selesai, sebab esok harinya akan diambil oleh pemesannya.
Sampai pukul tujuh petang Kanda masih sibuk di depan layarlayar komputernya.
Pukul delapan lewat baru selesai. Bobby meneleponnya,
mengharapkan ia datang ke cafe untuk menggantikan tugas
Bobby menyambut para tamu yang semakin memadati tenda
mereka.
Sebelum berangkat ke cafenya, Kanda menyempatkan diri
menelepon ke rumah. Rusmi yang menerima telepon saat itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rus, mana Uca?"


"Sedang nonton VCD film kartun, Tuan."
"Rewel nggak?"
"Nggak kok. Tuh, dipangku Emak."
"Coba suruh sini sebentar."
"Neng Uca, ada telepon dari Tuan nih!" terdengar Rusm i
berseru dari tempatnya. Sebentar kemudian suara Uca pun
terdengar jelas, menyiratkan kebahagiaan tersendiri di hati
Kanda.
"Uca, oom mau langsung ke warung, ya? Kali ini Uca di
rumah aja sama Mak Sanah dan Rusmi."
"Pulangnya malam nggak, Oom?"
"Oom usahakan nggak malam-malam deh. Memangnya
kenapa? Apakah Uca mau ikut ke warung tenda? Oom mesti
jemput dong."
"Nggak deh. Uca di rumah aja sama Mak Sanah. Uca lagi
nonton Mickey Mouse nih, Oom. Seru! Lucu lagi, Oom."
Terdengar suara tawa Uca yang menggelikan di hati Kanda.
"Tapi ingat, ya Ca... jangan tidur malam-malam lho. Jam
sembilan Uca harus udah tidur. Ya, Sayang?"
"lya deh. Pokoknya habis film ini Uca tidur deh."
"Suruh Mak Sanah nemenin Uca tidur, ya?"
"Nggak mau. Uca nggak mau tidur ditemenin Mak Sanah.
Kalau Oom nggak ada, Uca tidur sendirian aja deh."
"Memangnya berani tidur sendiri?"
"Berani dong!"
"Pintar...! Anak manis harus berani tidur sendiri, ya nggak?"
"Hii, hii, hii...!" Uca tertawa girang mendapat sanjungan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Telepon itu adalah telepon yang ke sekian kalihya. Hari itu


Kanda menelepon Uca dari kantor lebih dari 10 kali. Walau
hanya sebentar, tapi hati Kanda merasa lega kalau sudah tahu
keadaan Uca di rumah.
Di cafenya, Kanda juga sempat menelepon ke rumah
melalui HP, Mak Sanah yang menerima dan mengatakan
bahwa Uca sudah masuk ke kamar. Gadis kecil itu menolak
ditemani Mak Sanah maupun Rusmi.
"Non Uca ingin tidur sendiri, Tuan."
"Baguslah kalau begitu. T api pintu kamar jangan kau tutup
rapat-rapat, ya Mak Jagain aja dari depan pintu. Kan bisa
sambil nonton teve."
"Iya, Tuan. Saya sama Rusmi juga sebentar-sebentar
menengoknya dari depan teve kok."
Semakin lega hati Kanda, semakin tenang pikirannya. k
heran jika Kanda dapat meng- konsentrasikan diri kepada
tamu-tamu cafe yang boleh dikatakan membludak itu. Bobby
sempat menyewa kursi buat tambahan tempat duduk dari
tempat persewaan meja-kursi pesta. Sebelum ia pergi, ia juga
sempat berkata kepada Kanda tentang rasa heran dan
bangganya melihat cafe mereka dibanjiri pengunjung.
"Padahal kita nggak menawarkan menu istimewa, tapi kok
pengunjung justru membanjir kemari, ya?"
"Aku juga heran, Bob. Empat orang yang ada di meja
tambahan itu kan tamu langganan cafenya Jeffry, tapi kok
malam ini mereka malah kemari, ya Bob? "
"Mungkin malam ini memang malam kemujuran kita.
Mudah-mudahan aja seramai ini seterusnya."
"Dengar-dengar tenda sebelah kita ini mau dijual, ya?"
"0, iya. Benar. Aku tadi juga sudah bicara dengan pengelola
lahan: k Obbi. Katanya, kalau kita berminat, bisa saja lahan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebelah itu kita ambil juga mulai besok. Soalnya, mulai besok
cafe sebelah udah nggak buka lagi. Habis, sepi pengunjung.
Kudengar sih mau buka di Ambasador sana."
"Ambil saja deh. Siapa tahu besok malam pengunjung kita
semakin bertambah."
Bobby sangat setuju. Tapi sayang ia harus pergi,
membawakan acara sebagai MC di sebuah night club besar.
Kanda sibuk melayani para tamunya dengan keramahan yang
menyenangkan. Pada umumnya mereka yang hadir di cafe
tersebut kenal Bobby atau Kanda, sehingga Kanda terpaksa
lari sana-sini menjamu mereka, mengikat kesan indah agar
mereka betah makan di tempat tersebut.
Tiga orang tamu datang, bingung mencari tempat. Kanda
buru-buru menyambutnya dengan tawa ceria.
"Heii... Kumala Dewi nan cantik jelita, hallo...? Ha, ha,
ha...."
Semua orang berpaling memandang gadis cantik yang
amat memukau. Aroma wangi pandan dan cendana menyebar
memenuhi cafe, mengalahkan aroma nasi goreng yang sedang
dibuat oleh seorang koki. Kumala Dewi menyempatkan
singgah di cafenya Kanda, karena desakan dari Niko. Malam
itu, Kumala bukan hanya bersama Niko, namun juga bersama
Sandhi, si sopir yang sudah dianggap seperti saudara sendiri
itu.
"Gila! Rame amat, Dan," ujar Niko. "Pakai dukun dari mana
kamu, bisa jadi selaris ini?!"
"Dukunnya, siapa lagi kalau bukan cewek kita yang duduk
di sampingmu itu. , hee, hee...!"
Senyum tipis membias cantik di wajah Kumala. Lesung
pipitnya begitu memukau setiap pria yang memperhatikan ke
arahnya. Pemuda berjaket hitam yang statusnya adalah sopir

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pribadi Kumala itu segera menimpali dengan canda, karena ia


juga kenal dekat dengan Kanda.
"Wah, kalau memang dukunnya kamu, Mal... berarti kita
bakalan dapat makan gratis di sini!"
"O, boleh, boleh...," sahut Kanda. "Asal kamu ditinggal di
sini sebagai jaminan, boleh saja makan gratis, San. Kebetulan
aku masih butuh tenaga buat cuci piring, haa, haa, haa...."
Setelah menyebutkan pesanan masing- masing kepada
pelayan. Kumala Dewi berusaha bicara pelan kepada Kanda,
namun suaranya itu masih bisa didengar oleh Niko Madawi
dan Sandhi.
"Kamu pakai penglaris dari dukun mana sih?"
"Ah, pertanyaanmu kok aneh-aneh aja," Kanda tersipu
malu.
"Terus terang, aku merasakan getaran gaib begitu kuat di
sekeliling tendamu ini. Getaran gaib itu adalah getaran penarik
minat orang-orang, sehingga mereka datang kemari dan
bernafsu sekali menikmati hidangan di sini. Gaib pemikat dari
mana, Da."
"Sumpah mampus, aku nggak pakai dukun-dukunan segala.
Kalau memang mau pakai begituan, kenapa aku mesti lari ke
dukun lain? Minta aja padamu, masa iya nggak kamu berikan
sih?"
"Aneh," gumam Kumala sambil melirik ke sana-ini dengan
waspada. "Ada sesuatu yang menaburkan gaib di sini.
Gelombang gaib pemikat para pembeli ini sangat kuat, dan
aku yakin pasti ada tebusannya."
"Tebusan apaan?!" Kanda sempat merinding tengkuknya.
"Entahlah. Aku belum tahu tebusan yang diharapkan
oleh si penyebar gelombang gaib ini. Tapi jelas, dia pasti
minta imbalan."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Masa' sih...?" Kanda menggumam cemas.


"Jangan-jangan minta tumbal nyawa?" bisik Niko.
"Ah, ngaco aja luh!" Kanda bersungut-sungut. " benar
begitu, Kumala?"
"Nggak tahu deh. Pokoknya ada tebusan yang diharapkan
oleh si pemilik gaib ini. Dan... anehnya di s ini nggak ada orang
yang bisa kulihat sedang menaburkan gaib pemikat pembali.
Aku nggak tahu dari mana sumber gaib ini?" seraya Kumala
memandangi bagian atas tenda, lalu menatap ke sana-sini
lagi.
"Kamu harus hati-hati, Da. Terutama kalau pulang nanti,
jangan mengendarai mobil dengan ngebut," tambah Kumala.
"Yang kutakutkan, yang dikatakan Niko tadi benar. Ada
tumbal nyawa."
Semakin merinding tubuh Kanda mendengar bisikan
Kumala itu.
"Kalau memang dugaan itu bisa menjadi kenyataan, tolong
deh, kamu hilangkan saja gaib itu. Aku nggak mau ada
korban, baik dari diriku maupun dari para pelayan dan kokiku
ini!"
Dewi Ular manggut-manggut. Setelah diam sesaat, gadis
itu berkata lagi dengan nada pelan.
"Gaib ini sulit disingkirkan. Kuat sekali. Memang bisa saja
kudobrak paksa, tapi sebelum tahu siapa pemiliknya dan
tujuan- nya, aku nggak mau lakukan. Takut dikira sok jago.
Yang jelas... kalau nanti kamu pulang, ambillah garam sedikit
saja. Masukkan dalam kotak korek api atau tempat lain, dan
simpanlah dalam sakumu. Garam itu akan berguna untuk
menolak tumbal kematian."
"Apakah... apakah para pegawaiku juga perlu begitu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dewi Ular mengangguk anggun, tenang dan memancarkan


kharisma yang tetap dikagumi siapa saja yang ada di situ. Ia
menyuruh Kanda membawa tempat garam ke mejanya.
Tempat garam itu ditumpangi tangan secara sembunyisembunyi. Kanda melihat gadis itu menyala hijau bagaikan
fosfor. Tapi hanya sekejap, setelah itu padam dan menjadi
seperti semula, kemudian diserahkan kepada Kanda.
"Garam ini adalah garam penolak kematian gaib," kata
Kumala. "Siapa pun membawa garam ini, dia akan lolos dari
kematian gaib. Artinya. kematian yang dikarenakan oleh
kekuatan gaib. T api jika kematian itu adalah kematian kodrat,
nggak bisa ditolak dengan garam ini. Jadi... jangan gunakan
garam ini untuk memasak. Rugi kau!"
Kanda menganggukkan kepala sambil hatinya bertanyatanya, siapa si penyebar gaib penglaris itu? Mungkinkan Bobby
yang menyebarkannya? Tapi seingatnya, Bobby bukan orang
yang mudah percaya oleh hal-hal bersifat takhayul. Soal
dukun, ia paling pantang. Mungkinkah di antara para pelayan
atau ketiga juru masak itu yang menggunakan gaib penglaris?
Lalu, tumbal yang dikehendaki sebagai imbalan dari gaib
penglaris itu?
0o-dwkz-234-o0
Biasanya, pukul sebelas kurang pengunjung mulai sepi.
Cafe itu tutup pada pukul sebelas lewat, sekitar setengah dua
belas. Tapi agaknya malam itu adalah malam keberuntungan
besar bagi Kanda, karena pukul sebelas pengunjung masih
ramai, bahkan masih ada yang datang dan memesan
hidangan. Semakin heran hati Kanda, namun juga semakin
girang hati itu.
"O, iya... sekarang aku baru ingat," ujar Kanda dalam
hatinya. "Kalau nggak salah hari ini adalah hari ke-40 sejak
Uca ikut aku. Apakah perubahan seperti ini yang dikatakan
Uca dulu? Apakah keadaan aneh seperti ini juga yang
dikatakan Kanda tempo hari? Ah, sayang Kumala dan Niko

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah pulang. Kalau belum. bisa kutanyakan padanya


kebenaran dugaanku tadi."
Lima pelayan manis-manis sibuk melayani bcberapa tamu.
Ada tamu lagi yang datang sendirian dan langsung menempati
bangku kosong di luar tenda. Bangku tambahan itu di susun
untuk dua orang. Mejanya pun termasuk berukuran kecil. Mau
tak mau Kanda langsung menyambut dan melayani tamu itu,
supaya si tamu tidak menunggu terlalu lama.
"Hai, selamat malam, Nona cantik. Sendirian aja nih?'' sapa
Kanda dalam basa-basi keramahannya. Sikapnya yang berani
basa-basi itu menunjukkan bahwa statusnya berbeda dari
pelayan lainnya. Si nona pun tahu, bahwa pemuda tampan
yang mengenakan T-shirt rapi itu adalah bukan pelayan cafe,
melainkan orang yang lebih tinggi jabatannya dari seorang
peiayan.
"Aku lagi janjian sama teman. Mau ketermu di sini. Tapi
entah dia benar-benar mau datang atau cuma bohongin aku
aja. Yang penting sekarang aku mau minum dong. Ada orange
juice ?"
", ada. Jangan khawatir, mau yang spesial atau yang
standar?"
Gadis cantik itu tertawa geli ditutupi jari tangannya.
"Memangnya orange juice spesial itu yang bagaimana?"
"Pipet sedotannya dua.
sedotannya cuma satu."

Kalau

yang

standar,

pipet

"Ya, ampun... cuma beda di sedotan aja?"


"Tapi itu menentukan nilai keromantisan, Nona. Kalau
sedotannya dua, kan lebih romantis jika diminum bersama
pacar."
"Itu kan kalau sama pacar, kalau sendirian kayak aku gini,
perlu dua sedotan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa tahu ada orang lain yang ingin di ajak nyedot


bareng?"
"Kamu aja yang nyedot bareng aku!" tawanya
berhamburan, renyah dan sesekali bercampur desah Gadis
cantik itu ceria sekali, gayanya cuek, supel, berani bercanda
seenaknya. Kanda deg-degan menghadapi kecantikan bergaya
tomboy itu.
Dalam beberapa menit saja gadis itu sudah menjadi akrab
dengan Kanda. Ia mengaku bernama Tika, dan mengaku
sudah kenal Kanda sebagai seorang ahli trick dan animasi.
Sebab menurutnya, nama Kanda tercatat dalam buku telepon
para pengusaha production house. Sedangkan Tika mengaku
kerja di sebuah PH yang baru buka, dan baru menangani film
spot iklan.
Jantungku kok jadi nyentak-nyentak begini, ya?" pikir
Kanda. " karena berhadapan dengan wanita cantik
bertubuh tinggi, sekal dan berpinggul sexy ini? Ah, biasartya
aku nggak pernah deg-degan kalau menghadapi gadis
secantik dia. Gadis atau bukan sih? Kalau melihat kematangan
pesona cintanya sih... kayaknya dia sudah bukan perawan
lagi. Tapi melihat penampilannya yang trendy dan berkesan
anak gaul sih... kayaknya masih gadis. Usianya sebanding
dengan umurku nih. Kurasa aku nggak perlu terlalu formil
menghadapinya."
Tika berhidung mancung, mirip orang bule. Kulitnya putih.
Matanya tidak membelalak, tapi sedikit lebar dan indah.
Berbulu mata lentik. Rambutnya panjang, diikat ke belakang
sebatas punggung. Sepertinya rambut itu ditata asal-asalan,
tapi sangat sesuai dengan penampilannya yang tomboy, la
mengenakan celana jeans belel, ketat, bersepatu santai. Ada
gelang kaki yang melingkar di atas tumitnya. Ia mengenakan
blus ketat warna hitam yang dirangkapi kemeja lengan
panjang dari bahan jeans biru donker. Kemeja itu digulung

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lengannya dan tidak dikancingkan bagian depannya.


Kemontokan dadanya tampak menonjol di balik blus hitamnya.
Sebungkus rokok impor dikeluarkan dari saku kemejanya.
Cuek sekali ia menyalakan rokok itu dengan korek api gas
yang berbentuk antik serta indah. Kanda terpaksa menyimak
penampiilan tersebut dengan jelas-jelas, sebab ia harus
menenal Tika yang masih sendirian. Teman yang ditunggu
belum muncul juga walau sudah 15 menit T ika berada di cafe
tersebut .
"Pukul berapa cafemu ini tutupnya, Kanda?"
"Yaah... sekitar 30 menit lagi deh " sambil Kanda melirik
arlojinya. Tika mulai tampak gelisah.
"Brengsek tuh temanku. Dia suruh aku nunggu di sini,
ternyata sampai sekarang belum datang juga!" gerutu Tika.
"Tenang saja. Nggak usah terburu-buru. Kalau sampai
setengah dua belas nanti temanmu belum datang juga,
kutemani nunggu dia deh. Jangan khawatir, kamu nggak akan
sendirian."
"Kalau memang sampai pukul setengah dua belas nanti dia
belum datang, mendingan kutinggal jalan duluan aja. Ngapain
nunggu orang plin-plan begitu?!"
"Memangnya mau jalan ke mana sih?"
"Coin Diskotek."
"Ooo... pasti temanmu itu cowok, ya?"
"Nggak. Cewek kok. Aku mana punya teman cowok."
"Memangnya kenapa?"
"Nggak laku," sambil T ika tertawa sumbang. "Cowok-cowok
pada takut kalau kudekati. Takut dibanting. Habis, ada yang
bilang, penampilanku kayak bodyguard sih."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pasti yang bilang orang sakit gigi," timpal Kanda dalam


candanya, sehingga tawa riang mereka pun berhamburan
kembali.
Ternyata sampai pukul 23.30 teman yang ditunggu Tika
benar-benar belum datang. Pengunjung cafe sudah mulai sepi.
Tinggal dua cafe yang belum tutup. Para pelayan di cafenya
Kanda mulai berkemas-kemas untuk pulang. Kanda masih
setia menemani Tika, tapi yang ditemani menampakkan rasa
gelisahnya.
"Sayang sekali kalau nggak datang ke Coin Diskotek,
soalnya beberapa temanku sudah nunggu di sana. Kalau
sampai pukul dua belas nanti aku nggak nongol, mereka pasti
pindah tempat atau pulang!"
"Kalau gitu, datang aja ke sana tanpa temanmu itu."
"Sendirian? Uuh, males deh. Ntar disangka orang aku perek
kesiangan," katanya nyeplos seenaknya saja. Kanda geli
mendengar kata- kata seperti itu.
"Bagaimana kalau
"Keberatan nggak?"

kutemani

ke

sana

usul

Kanda.

"Keberatan sih nggak. Cuma karnu sendiri bagairnana,


repot nggak?"
"Kurasa sih... nggak. begitu repot kok "
"Kamu kan capek:"
"Nggak seberapa capek."
"Cewekmu gimana? Ntar cemburu ama gue?"
"Aku lagi bosan pacaran. Jadi nggak punya cewek."
"Sama dong. Aku juga lagi alergi pacar, jadi nggak punya
cowok. Kalau gitu, okey deh. Kita cari hiburan di Coin, yuk.
Ntar gue kenalin sama teman-teman gue. Ada yang artis, ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang foto model, ada yang.. pokoknya cantik-cantik deh. Siapa


tahu salah satu di antaranya ada yang elu naksir."
Tanpa banyak pertimbangan lagi, Kanda meluncur bersama
Tika ke Coin Diskotek. Feroza hijau itu dikemudikan dengan
santai, seolah-olah dinikmati setiap jengkal perjalanannya.
Sebab saat itu hati Kanda benar-benar seperti ditaburi bungabunga indah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Biasanya jika Kanda pergi dengan seorang gadis, rasa
senang di hatinya tidak sebegitu besar. Entah mengapa malam
ini ia merasa seperti orang yang paling-beruntung dan paling
bahagia, ter- utama sejak berada di sampingTika, si tomboy
yang punya gerak-gerik lincah dan energik itu.
Coin Diskotek adalah tempat hiburan malam yang lctaknya
di lantai dasar hotel berbintang. Terkesan ngumpet. Diskotek
itu pernah beberapa kali dikunjungi Kanda ketika ia masih
pacaran dengan Lulu, bintang iklan teve. Sejak putus dengan
Lulu, Kanda belum pernah datang lagi ke diskotek yang punya
izin buka sampai pukul enam pagi itu.
"Sudah berapa lama putus sama yang namanya Lulu itu?"
tanya Tika saat mereka berada di tempat parkir Roxan Hotel.
"Yaah, sekitar hampir setahun inilah.. ," aku Kanda dengan
jujur, tanpa ada rasa malu atau gcngsi sedikit pun.
"Terus, sejak itu kamu jarang ke sini lagi?"
"Bukan jarang, tapi belum pernah datang lagi. Baru
sekarang aku kemari lagi. Ini juga cuma sebentar lho. Kalau
kamu udah ketemu teman-temanmu, aku pulang."
"Idih, kok gitu?!" Tika bernada protes sambil menahan
pundak Kanda, hingga langkah Kanda menjadi pelan dan
bertatapan dengannya.
"Kan aku cuma nganterin kamu aja, Tik."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau cuma begitu sih, ngapain ikut kemari? Aku berani


kok datang sendiri ke sini tanpa dianterin siapa-siapa."
"Jadi harusnya bagaimana dong?" pancing Kanda sambil
tersenyum-senyum dan berdebar-debar makin indah saja .
"Aku nggak mau kalau kamu cuma sebentar. Kamu harus
keluar dari sini bersamaku. Kalau kamu cuma sebentar, aku
juga cuma sebentar."
"Kok gitu?" sambil Kanda tertawa pelan.Tika bersungutsungut seraya menuruni tangga lebar yang menuju ke lantai
bawah Roxan Hotel itu.
"Pokoknya aku nggak mau kenal kamu lagi kalau kamu
pulang nggak barengan aku. Aku...." Tika berhenti melangkah.
"Kita batalin aja deh, nggak usah masuk. Pulang aja sekarang,
gitu?"
Tawa Kanda semakin panjang, ia berani mencolek pipi T ika.
"Idih, gitu aja sewot!" lalu tangan Tika disambarnya dan
mereka masuk ke Coin Diskotek sambil saling bergenggam
tangan.
Sampai di dalam Tika kebingungan mencari temantemannya. Mereka berdua dapat tempat duduk di sudut bar,
agak gelap. Tika pamit mencari teman-temannya di sisi lain,
Kanda hanya menganggukkan kepala dan tetap berada di
tempat duduknya. Beberapa saat kemudian Tika kembali lagi
sambil goyang-goyangkan badan mengikuti irama music-house
yang menghentak-hentak itu.
Dengan suara agak ngotot supaya didengar Kanda, wanita
berusia sekitar 28 tahun itu melontarkan kedongkolannya.
"Sialan, Da! Mereka baru aja cabut dari sini, lima belas
menit yang lalu."
"Kata siapa?"
'Waitress yang ada di dekat pintu masuk tadi."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka pindah tempat atau pulang?"


"Kata waitress itu tadi, mereka ribut-ribut ngomongin soal
pindah tempat, Tapi nggak ta- hu ke mana mereka
pindahnya:"
"Mau susul mereka?"
"Nggak usah deh. Atau... gimana ntar aja. Gue minum
Honey Moon, boleh nggak?"
"Minuman itu?" sambil Kanda manggut-manggut
mengikuti irama rriusik yang penuh energik itu.
"Honey Moon itu campuran Brandy, Honey sama Cointreau.
Belum pernah, ya?"
Kanda menggeleng.
"Boleh nggak aku minum itu?"
"Asal jangan sampai mabuk."
"Nggak deh. Gue bisa kontrol diri kok." Lalu, gadis itu pun
memesan minuman tersebut kepada seorang bartender..
Diam-diam Kanda merasa salut dengan Tika. Bukan hanya
supel dan cuek, tapi gadis itu juga punya pergaulan yang luas
dan gaya hidup yang cenderung high class. Mungkin saja Tika
terlahir sebagai jetset sudah tidak asing lagi dengan berbagai
macam jenis minuman beralkohol.
Ada rasa bangga tersendiri di hati Kanda manakala Tika
meminta izin padanya lebih dulu sebelum memesan minuman
Honey Moon itu. Sikap tersebut menimbulkan kesan seolaholah Tika sangat menghormati kawan barunya, dan tidak ingin
dikecam negatif. Permintaan izin minum itu juga membuat
suasana hati Kanda semakin ceria, hubungannya terasa kian
akrab lagi, sehingga Kanda pun tidak ingin membuat gadis. itu
kecewa oleh keputusannya.
"Kamu mau minum whisky, Kanda?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nggak ah. Takut mabuk. Aku minum bir hitam aja."


"Tapi jangan banyak-banyak, ya? Nanti perutmu buncit!"
sambil tangan Tika menepuk perut Kanda seenaknya, tanpa
sungkan-sungkan. Gadis itu tampak semakin riang dan lebih
lincah lagi ketimbang sebelum masuk diskotek.
"Turun, yuk?" Tika mengajak Kanda bergoyang disko di
arena.
"Nanti aja. Badanku belum panas."
"Ambil korek, bakar! Nanti kan panas," canda Tika. "Aku
turun ke sana sendiri boleh nggak?"
"Kalau mau goyang di s ini aja, jangan ke depan sana. Ntar
digangguin cowok-cowok kurang ajar."
"Okey, Boss," katanya sambil turun dari bangku tinggi, dan
ia bergoyang-goyang di samping Kanda. Benar-benar tak mau
ke arena, seakan sangat menghargai keputusan Kanda. Hal itu
membuat Kanda bertambah bahagia berada di samping si
tomboy doyan disko. Lama-lama Kanda merasa kasihan,
seolah- olah ia telah membatasi kebebasan T ika. ia pun
segera turun dan gadis itu dibawanya ke arena. Mereka
bergoyang disko di sana dengan penuh semangat dan hati
berbunga-bu- nga indah sekali.
Ketika mereka kembali ke tempat duduk semula, Kanda
menawarkan pengertian khusus untuk menyenangkan hati
Tika.
"Mau nyusul teman-temanmu sekarang? Mumpung masih
pukul satu lewat sedikit."
"Nggak, ah. Aku suka di sini aja."
"Tapi kamu nggak punya teman. Mereka...."
"Kan ada kamu?" sahutnya sambil tersenyum dan napasnya
masih agak ngos-ngosan karena bergoyang disko tadi. Tika

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meneguk minumannya. Ia juga memesan bir putih untuk


dirinya sendiri.
"Di sini aku sudah bisa merasakan kebahagiaan
bersamamu, buat nyusul teman-temanku. Nanti di sana
kamu malah dijadikan rebutan mereka, uuh... nggak happy
lagi deh hatiku."
" benar aku bisa membuatmu bahagia?"
"Aku senang sekali dapat teman seperti kamu. Nggak tahu
kenapa perasaanku malam ini jadi gembira dan bahagia sekali.
Aku seperti mendapat semangat baru, sehingga gairah
hidupku yang nyaris pudar ini menjadi berkobar kembali."
"Kenapa hidupmu nyaris pudar? Memangnya kamu punya
masalah sih? Boleh tahu nggak?"
"Boleh. Tapi bukan di sini tempatnya. Brisik. Aku bisa
kehabisan suara untuk menjelaskannya. Habis, meski pakai
ngotot sih."
"Lalu, mesti di
menjelaskannya?"

mana

tempat

yang

untuk

"Ntar gue kasih tahu. Sekarang aku mau turun lagi, ahl"
"Nggak usah ke arena. Di sini aja, ya?"
"Iya. Nggak ke sana kok."
"Biar kalau haus mudah ambil m inum."
Tika mengangguk, lalu bergoyang kalem namun penuh
keceriaan sama dengan yang tadi. Kanda tersenyum-senyum
memandanginya sambil manggut-manggut di atas bangku
tingginya. Sebentar-sebentar Tika mendekat, berbisik, lalu
bergoyang lagi.
"Aku belum punya kartu namamu. Boleh minta kartu
namamu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kanda memberikannya. Tika bergoyang lagi, lalu mendekat


kembali dengan tangan bergelayutan di pundak Kanda.
"Nanti kamu mau antarkan aku pulang sampai rumahku?"
Kanda mengangguk sambil mengikuti irama musik.
"Atau kita nggak usah pulang aja?"
"Terserah," seru Kanda mengimbangi suara musik Tika
mencibir lucu, lalu tertawa sendiri.
Tawanya itu menimbulkan kesan bahwa kata-katanya tadi
hanya sekedar kelakar belaka. Kanda pun tidak mencernanya
dalam hati; dan melupakan tawaran tadi. Ia biarkan gctdis itu
b'erjingkrak-jingkrak dalam batas- batas yang wajar. Tidak
berkesan norak Namun agaknya Tika sangat menikmati
suasana happy itu, sampai akhirnya tampak bercucuran
keringat.
Kanda
mengangkat
gelas
minuman
Tika,
lalu
menyodorkannya. Tika berhenti bergoyang dan meneguk
minumannya sesaat. Kanda mengambil kcrtas tissue dan
mengeringkan keringat di kening Tika. Gadis itu bagaikan tak
menghiraukan sikap kelembutan Kanda yang berkesan
romantis tersebut.
"Kamu benar-benar bisa pulang pagi?" tanya Tika.
"Memangnya kenapa?"
"Aku mau pulang pagi. Habis, asyik sekali sih ada di sini
bersamamu. Cuma... kamu nggak punya tanggungan di
rumah?"
"Aku harus telepon ke rumah dulu. Soalnya aku punya
anak."
"Oh, ya...?!" Tika terbelalak geli. "Anak apaan? Anak
kandung atau anak... "

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak asuh. Kalau dia tidurnya nyenyak sih, bisa aja aku
pulang pagi. Tapi kalau ia rewel, aku nggak tega pulang pagi.
Kasihan dia. Kapan-kapan kuceritakan soal anak itu."
Tiba-tiba Kanda ingat Uca sehingga ia harus keluar
sebentar dan menelepon ke rumah. k Sanah yang
menerima telepon tersebut. Nada suaranya tampak tegang.
"Tuan, ooh... cepat Tuan pulang dong Saya takut nih."
"Takut ada , k?" Kanda jadi ikut-ikutan tegang. "Uca
bagaimana? Masih tidur?"
"Justru itu, T uan...," suara k Sanah semakin gemetar.
"Ada dengan Uca, k?!"
"Non Uca hilang, Tuan."
"Hahh...?!" Kanda mendelik kaget. Saat itu Tika menyusul
keluar ruangan, mendekati Kanda dengan hati-hati.
"Maksudmu hilang bagaimana?!" bentak Kanda mulai panik.
"Saya dan Rusmi nggak tahu perginya. Sekitar dua puluh
menit yang lalu saya tengok ke dalam kamar, ternyata Non
Uca nggak ada di tempat tidur, T uan."
"Di kamar mandi, kali?!"
"juga nggak ada! Kami sudah mencarinya ke mana-mana,
tetap nggak menemukan Non Uca."
"Kenapa bisa qitu sih? Bodoh amat kalian ini!" Kanda mulai
marah. "Pintu depan dikunci nggak?"
"Semua pintu dan jendela dalam keadaan terkunci rapat,
Tuan. Saya sendiri heran dan nggak tahu, lewat mana Non
Uca pergi ke luar rumah. Hmm eeh... sebaiknya T uan segera
pulang deh."
"Dasar tolol! Menjaga anak tidur aja nggak bisa, gimana sih
kamu ini, k?! Ya, udah.!. aku segera pulang!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tika tak berani menegur Kanda, karena di wajah tampan


itu kelihatan sedang memendam kemarahan besar. Mereka
beradu pandartg sejenak, sementara tangan Kanda
memasukkan HP ke dalam sakunya.
"Sorry, Tik... aku harus pulang sekarang juga."
"Ada sebenarnya?"
"Anak asuhku hilang. Nggak tahu pergi ke mana anak itu.
Tapi aku benar-benar sedih dan kecewa sekali kalau sampai
Uca benar- benar hilang tanpa kuketahui rimbanya."
"Apakah kamu nggak bisa suruh pelayanmu mencarinya?"
"Aku nggak percaya dengan mereka. Harus aku sendiri
yang mencari. Aku sayang sekali pada anak itu, Tika. Aku
harus pulang!"
Tika manggut-manggut. "Ya, aku bisa memahami
perasaanmu. Karnu pulang aja. Biar aku nanti naik taksi
pulang sendiri."
"Bagaimana kalau kau kuantar pulang lebih dulu, baru aku
kembali ke rumah?"
Tika menggeleng. "Kamu akan semakin nggak tenang lagi
kalau harus mengantarku pulang. Lebih baik aku pulang
sendiri. Toh lain waktu kita bisa bertemu dan kau bisa antar
aku pulang."
"Thank's atas pengertianmu, Tika, " Kanda rnenepuk kedua
pundak Tika. Gadis itu me- nyunggingkan senyum tipis yang
hambar sekali.
"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, Da, " bisik T ika.
Pada saat itu juga Kanda ingat pesan Dewi Ular. Ia sangat
kecewa karena lupa membawa garam, seperti pesan Kumala
tadi.
0o-dwkz-234-o0

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

3
SETELAH jam makan siang, Kanda meluncur ke kantornya
Dewi Ular. Gadis cantik anak bidadari asli itu sejak ditemukan
Pramuda di jalan tol, ia bukan saja dijadikan saudara angkat
Pramuda, tapi juga dipercaya untuk duduk sebagai konsultan
di perusahaan tersebut. Sama halnya dengan Kanda,
perusahaan Pramuda menjadi berkembang pesat dan kini
sedang di atas angin sejak Pramuda menjadikan Kumala Dewi
sebagai saudara angkatnya, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode perdana : "ROH PEMBURU CINTA").
Kedatangan Kanda di s iang itu ke kantornya Kumala bukan
untuk membicarakan tentang sejarah turunya Kumala ke bumi
yang pertama kali, juga bukan untuk membicarakan
keuntungan gaib seseorang yang telah menjadikan orang lain
sebagai saudara angkat, melainkan untuk membicarakan
misteri hilangnya Uca. Ada peristiwa ganjil yang perlu
ditanyakan Kanda kepada Kumala, dan ia sangat
mengharapkan jawaban yang pasti dari si paranormal cantik
itu.
"Bukankah sudah kubilang padamu bahwa bocah itu
sepertinya bukan bocah sembarangan. Kau perlu hati-hati dan
waspada sekali terhadap kemungilannya yang terus terang
bikin hatiku sendiri gemas-gemas suka padanya."
"Ya, aku ingat. Beberapa waktu yang lalu kau bilang, gadis
itu akan mempunyai perkembangan aneh setelah 40 hari ikut
bersamaku. Apakah hilangnya Uca adalah perkembangan aneh
yang kau maksud tempo hari itu, Kumala?"
"Mungkin bukan hanya itu saja. Mungkin masih ada
perkembangan aneh lainnya yang akan kau jumpai. Barangkali
juga termasuk membanjirnya tamu di cafe tendamu itu adalah
perkembangan aneh yang kumaksud kala itu, Kanda."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda berambut panjang ke belakang dan bergelombang


itu manggut-manggut. Wajahnya penuh keseriusan. Agaknya
misteri hilangnya Uca merupakan kasus yang harus ditanggapi
secara serius, dan ia tak pernah punya selera bercanda dalam
menanganinya.
"Sekarang anak itu ada di mana?" tanya Kumala.
"Di rumah. Kusuruh k Sanah dan Rusmi menjaganya
baik-baik. Tidur pun harus dijaga, tak kuizinkan mereka
meninggalannya walau sejenak. Aku takut peristiwa semalam
terulang kembali."
"Jadi, semalam saat kau datang, Uca masih hilang?"
"Nggak. Dia sudah ada di kamar. Dalam posisi tidur
nyenyak. Pakaian dan kakinya nggak kotor sedikit pun."
"Kau menjaganya sampai pagi?"
"Benar. Aku menjaganya sampai pukul lima pagi. Dan dia
nggak pernah hilang seperti yang dikatakan Mak Sanah dan
Rusmi. Makanya aku jadi sangsi pada pengakuan mereka.
Jangan-jangan Sanah dan Rusmi sepakat bikin cerita
bohong-bohongan tentang hilangnya Uca dari tempat tidur."
Kanda mengisahkan peristiwa semalam. Ketika ia tiba di
rumah, ia disambut ketegangan wajah k Sanah. Wajah
perempuan itu pucat pasi. Bahkan Rusmi sempat menangis
karena ketakutan. Takut kena marah besar dari tuannya,
sebab Uca hilang dari kamar. k Sanah sendiri tampak sudah
pasrah atas hukuman yang akan ditimpakan padanya akibat
hilangnya Uca.
"Kenapa sampai terjadi peristiwa seburuk ini sih, k?!"
sambil Kanda bergegas memeriksa kamamya. "Pasti kamu dan
Rusmi ketiduran dan...."
Kata-kata itu terhenti seketika bersama berhentinya
langkah kaki Kanda di pintu kamar tidurnya. Matanya melebar
tak berkedip, karena ia melihat jelas-jelas Uca tertidur

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nyenyak di ranjang sambil memeluk boneka Panda. Hati


Kanda menggeram jengkel sekali. Ia merasa dikerjain oleh
kedua pelayannya.
"k Sanah!" ia sedikit menyentak, tak berani keras karena
takut membangunkan Uca. Dia pun menghampiri k Sanah
yang berdiri di depan teve dengan kepala tertunduk,
sementara Rusmi di belakangnya menahan tangis ketakutan.
"Sebenarnya maksudmu ngerjain aku s ih, k?" Kanda
bertolak pinggang, menahan dongkol dan kdegaan hati.
. "Sa... saya... saya tidak ngerjain Tuan. Saya mengatakan
yang sebenarnya, bahwa... bahwa saya dan Rusmi nggak tahu
ke mana perginya Non Uca, Tuan. Sumpah. Kami...."
"Yang bilang Uca pergi itu siapa?!" hardik Kanda. "Lihat
tuh, siapa yang tidur di ranjangku itu!"
k Sanah sempat berkerut dahi mendengar kata-kata
Kanda. Ia pun segera maju beberapa langkah dan
memandang ke dalam kamar.
"Astaga...?!!" ia nyaris tepekik dengan bulu kuduk
meremang merinding. "Lho, it... itu... itu Non Uca Tuan?!"
"Memang dia Uca!"
Rusmi ikut memandang kaget dengan bibir gemetar. "Lho,
itu... itu dia Non Uca, k...?! It... itu dia anaknya!"
Tertegun bengong k Sanah bagaikan patung tak bisa
bergerak untuk beberapa detik. Akhirnya ia dekati anak itu
bersama Rusmi. Ia perhatikan baik-baik keadaan pakaian Uca
dan posisi tidurnya. Semakin melongong Mak Sanah setelah ia
memcgang kaki Uca tetap hangat, pertanda tidak pernah
dipakai keluar rumah sejak tadi.
"Benar. Ini benar-benar Non Uca, Rus."
"Ooh, Tuhan... syukurlah kalau Non Uca tcrnyata masih ada
di s ini. Tap... tapi kenapa kita tadi tidak melihatnya, ya k?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kanda menyahut, "Tidak melihat bagai mana?! Masa' anak


sebesar ini nggak bisa dilihat kalian sih?"
"Sungguh, Tuan. Tadi kami menemukan tempat tidur ini
kosong. Saya meraba seprainya, tidak sedikit pun menyentuh
tubuh Non Uca. Rusmi juga tidak melihatnya, Tuan. Bahkan di
mana-mana kami memeriksanya, tapi tidak ada Non Uca.
Lalu... lalu tiba-tiba sekarang gadis ini sudah ada di s ini, kami
juga nggak tahu, Tuan."
"Waktu mobil Tuan membunyikan klakson tadi," kata
Rusmi. "Saya masih menangis di dalam kamar ini mencari Non
Uca, Tuan. Lalu, saya disuruh Emak membukakan pintu pagar,
saya pun berlari keluar. Membukakan pintu pagar untuk mobil
Tuan. Saat itu saya masih belum melihat Non Uca, Tuan.
Surnpah. Di ranjang ini masih kosong. Yang ada cuma
selimutnya Non Uca. Bonekanya juga nggak ada, Tuan!"
Saat itu Kanda langsung tertegun, terheran-heran dan
kebingungan. Ia yakin, kedua pelayannya menuturkan
pengakuan yang sungguh-sungguh. Bukan sekedar bermain
sandiwara. Bahkan kedua pelayannya tadi benar-benar melihat
ranjang dalam keadaan kosong, sehingga merasa kehilangan
Uca. Tapi sekarang, begitu Kanda tiba di rumah, mereka
melihat jelas posisi Uca tidur miring memeluk bonekanya.
"Berarti telah terjadi suatu keajaiban terhadap anak ini,"
pikir Kanda waktu itu. "Dia menghilang pada saat aku tidak
ada di rumah, dan muncul lagi pada saat aku tiba di rumah.
Hmm... apakah benar begitu kesimpulannya? Jangan-jangan
aku terpedaya oleh permainan k Sanah dengah Rusmi itu?!"
Sampai pukul lima pagi Kanda menunggui tidurnya Uca.
k terjadi kemisteriusan apa- apa. Sampai akhirnya k
Sanah menggantikan posisinya, sementara ia ganti tidur
dengan nyenyak karena sudah tak kuat lagi menahan kantuk
terlalu lama.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kanda terbangun dari tidurnya karena keusilan Uca. Gadis


kecil itu membunyikan jam beker berkali-kali di dekat telinga
Kanda sambil tertawa cekikikan. Ketika Kanda terbangun, Uca
mengingatkan saat itu sudah pukul sepuluh lebih .
"Oom Kanda nggak pergi ke kantor? Kalau nggak pergi ke
kantor, ajak Uca mainan ke Time Zone dong, Oom."
Akhirnya untuk menyenangkan hati anak itu, sekaligus
untuk memuaskan kelegaan hatinya bahwa Uca tak jadi
hilang, Kanda pun membawa anak itu bermain di pusat
permainan di sebuah Ma ll yang bernama Time Zone. Di sana
Uca dimanjakan hingga bermain sepuas-puasnya. Saat diajak
makan siang, Kanda sempat memancing pengakuan dari anak
itu dengan berlagak mengajaknya ngobrol.
"Uca semalam tidur dari jam berapa?"
"Nggak tahu. Pokoknya habis nonton film Mickey Mouse,
langsung aja Uca tidur. Nggak dikelonin Rusm i, nggak
ditungguin k Sanah, Uca berani tidur sendiri."
"Bagus, bagus. Itu baru anak yang cantik bak bidadari."
Uca tersenyum-senyum bangga.
"Terus, waktu tidur Uca bangun nggak? "
"Bangun? Tidur kok bangun? Tidur ya tidur, bangun ya
bangun."
Kanda tertawa sendiri. Merasa jadi bodoh
pertanyaan yang dijawab polos oleh gadis kecil itu.

dengan

"Maksud, Oom... sewaktu Uca tidur, sempat bangun nggak?


Misalnya pergi ke kamar mandi atau ke dapur cari makanan,
gitu?"
"Hmmm... nggak tuh. Eeh... nggak tahu deh. Pokoknya
waktu Uca bangun, Oom Kanda udah ada di samping Uca. Uca
senang sekali. Tapi Uca nggak tahu kapan Oom Kanda
pulangnya. Pasti lewat dari jam dua belas malam, ya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, nggak. Oom sampai rumah pukul sepuluh malam kok.


Kata k Sanah, Uca baru aja tidur."
"Terus, kok nggak bawa oleh-oleh buat Uca?"
"O, iya. Oom Kanda lupa. Habis buru-buru mau sampai
rumah sih. Jadi lupa beli martabak manis deh."
"Awas, ya. Besok lagi kalau Oom lupa, Uca suruh balik
lagl!" ancam anak itu dengan lugu.
Kanda menertawakan lagak sok tuanya.
Percakapan itu pun dituturkan kembali di depan Dewi Ular.
Kanda mendesak agar Dewi Ular dapat memberikan analisa
yang positif tentang misteri hilangnya Uca itu.
"Pertama-tama aku ingin tahu, apakah Uca benar-benar
hilang dari ranjang pada malam sebelum aku tidur di rumah?"
Kumala diam sebentar. Tidak mernejamk mata, namun
pandangannya lurus ke permukaan meja. Kekuatan
supranaturalnya digunakan urituk melongok masa yang telah
berlalu, yaitu masa ketika k Sanah dgn Rusmi kebingungan
mencari Uca.
Beberapa saat kemudian Kumala menganggukkan kepala.
"Ya. yang dikatakan pekayanmu itu memang benar.
Uca hilang dari penglihatan- nya. Dia muncul lagi saat kau tiba
di depan pintu gerbang, lalu gadis muda berusia 18 tahun
membukakan pintu itu."
"Rusmi," gumam Kanda, lalu benaknya disibukkan oleh
kebingungan yang tidak ada hentinya. Detak-detak jantung
menjadi cepat, timbul rasa cemas dan sedih membayangkan
keadaan Uca sebenarnya. Pernyataan Kumala menurutnya
merupakan suatu kenyataan yang harus dipercayai
kebenarannya, karena ia tahu. Kumala tak mungkin
menipunya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika benar begitu, lalu ke mana perginya Uca pada malam


itu? yang membuatnya menghilang secara gaib begitu?"
"Ke mana perginya, aku nggak tahu. Saat ini aku belum
melacaknya. Karena melacak persoalan begitu butuh waktu
tersendiri bagiku. Tapi yang membuatnya bisa lenyap dari
pandangan mata kedua pelayanmu, mungkin bisa kujelaskan
bahwa hal itu dikarenakan adanya kekuatan gaib hitam pada
diri anak itu."
"Gaib hitam?!" Kanda makin tegang, makin membelalakkan
mata.
Kumala buru-buru menetralisir
menyinggung perasaan Kanda.

agar

tak

terlalu

"Sebaiknya bawalah anak itu kemari. Temukan dia padaku,


supaya aku bisa lebih mudah menelusuri siapa dirinya
sebenarnya."
"Bagaimana kalau nanti sore kubawa padamu?"
"Aku ada di rumah setelah pukul enam petang. Pintuku
terbuka untukmu di atas pukul enam."
Rasa penasaran Kanda membuatnya tak ingin menunda
kesempatan membawa Uca kepada Dewi Ular. k sejak
sebelum magrib tiba, ia sudah mempersiapkan diri dengan
mengikut sertakan Rusmi. Ia akan membawa Uca yang
didampingi Rusmi menjadi pelayan khusus keperluan gadis
kecilnya itu.
"Kita mau pergi ke mana, Oom?" tanya Uca dengan polos.
"Kita akan bermain di rumah Tante Kumala. Uca masih
ingat dengan Tante Kumala yang ketemu, kita di Mc Donalds
dulu?"
Wajah mungil manis itu mulai tampak murung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yaah, kirain Uca mau di bawa jalan-jalan ke Sogo. Katanya


Oom Kanda mau belikan sepatu Uca yang Uca lihat dulu,
waktu kita jalan-jalan di Sogo?"
"Pulang dari rumah Tante Kumala, kita bisa langsung ke
Sogo."
"Kenapa mesti ke sana segala sih. Oom."
"Memangnya Uca nggak suka ketemu tante cantik itu?"
"Uca kan malu!" gerutu anak itu sambil bersungut-sungut.
"Kenapa mesti malu?"
"Habis, tante cantik itu suka pandangi Uca nggak kedipkedip sih. Uca kan jadi malu, Oom. Memangnya Uca boneka
dari kayu, kok dipandangi terus nggak kedip-kedip."
Kanda tertawa sambil mengusap-usap kepala gadis kecil itu
dengan penuh kasih sayang. Salah pengertian bocah itu bukan
penghalang yang patut dipertimbangkan. Kanda tetap
menyuruh Rusmi bersiap-siap ikut mendampingi Uca.
Tapi di luar dugaan, Feroza Hijau itu ternyata mogok.
Mesinnya ngadat. Entah bagian yang mana yang rusak.
Jelasnya, mobil itu tak bisa hidup waktu distarter berkali-kali.
"Sialan! Tumben banget mobil ini mogok? Biasanya nggak
pernah begini kok!" gerutu Kanda sambil memeriksa accu
mobil. Ternyata semua bagian yang rawan kemogokan dalam
kondisi baik. Tapi toh mesin mobil masih tetap tidak bisa
dihidupkan. Waktu itu, petang sudah menunjukkan hampir
pukul tujuh. Kanda terpaksa kutak-katik lagi mesin mobilnya
dengan rasa penasaran.
Tiba-tiba HP-nya berdering. Bobby meneleponnya.
"Ada , Bob?"
"Elu datang ke cafe agak sorean dikit deh. Tenda sebelah
jadi kita pakai, Da. Gue butuh bantuanmu."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yaah... gue lagi mau ada urusan penting nih."


"Soalnya kalau tenda sebelah nggak buru-buru kita
tempati, katanya sih mau dipakai oleh cafenya Zus Merry
malam ini juga."
"Ya, udah kalau gitu langsung saja kita tempati, Bob."
"lya, tapi hitung-hitungannya aku nggak tahu nih. Elu dong
yang susun perhitungan sama pihak pengelola. Makanya elu
mesti buru-buru kemari, Da."
"Mobil gue lagi mogok nih, Bob. Coba ntar kalau mobil ini
bisa gue akalin jadi hidup, gue ke sana deh."
"Ya, udah. Gue taruh barang kita dulu aja, ya? Ntar hitunghitungannya biar elu yang beresin!"
0o-dwkz-234-o0
Kanda makin mendesah jengkel. Bobby bersifat
mendesaknya agar datang ke cafe. Pasti urusan itu memakan
waktu lama. k mungkin hanya satu jam. Kalau harus
membawa Uca, terlalu malam nantinya. Lagi pula gadis kecil
itu sejak tadi sudah menguap berkali-kali. Sambil duduk di
sofa panjang depan teve, Uca yang sudah berpakaian rapi itu
menunggu keputusan Kanda.
"Tuan, Non Uca kayaknya udah ngantuk tuh," kata Rusmi.
Kanda mendesah lagi. Serba salah jadinya."Ya, udah... suruh
tidur aja deh. Besok aja perginya," kata Kanda. Meski Rusmi
sudah menyuruh Uca tidur, tapi gadis itu belum mau beranjak
dari sofa. Terpaksa Kanda yang membujuknya, barulah Uca
mau pindah ke ranjang.
"Oom Kanda mau ke rumah Tante Kumala sendiri?"
"Nggak. Kita tunda besok aja rencana pergi ke rumah Tante
Kumala. Oom harus ke warung tenda, ada yang harus

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diselesaikan malam ini,Uca. Makanya, Uca nggak usah ikut,


ya? Udah ngantuk dan mata Uca udah merah tuh."
"Uca di rumah aja deh, Oom. T api jangan lupa pulangnya
bawa martabak manis yang banyak coklatnya, ya?"
"lya. Oom akan bawakan martabak, asal Uca nggak ke
mana-mana."
"He'eh!" Uca mengangguk, lalu menguap lagi.
"k," kata Kanda kepada pelayannya. "Tungguin anak ini
sampai aku kembali. Jangan ada yang tidur. Kalau perlu,
nonton teve pakai teve dalam kamarku aja sana. Ngerti?"
"Mengerti, Tuan," jawab Sanah dengan patuh.
Kanda bermaksud pergi ke cafenya meng- gunakan taksi.
Tapi ketika dia coba sekali lagi untuk menstarter mobilnya,
ternyata mesin mobil dapat hidup dengan mudah, seperti tidak
mengalami kerusakan sedikit pun, Kanda jadi menggerutu
sendiri.
"Brengsek! T adi nggak mau hidup, sekarang giliran mau ke
cafe bisa hidup dengan mudah. Dasar mesin brengsek!"
Feroza Hijau itu pun me luncur ke arah monas. Dalam
perjalanan itu Kanda sempat menghubungi Kumala melalui
HP-nya.
"Sorry, aku nggak jadi datang malam ini, besok malam aja
deh."
"Kenapa? Diganggu olehnya, ya?"
"Ada yang harus kuselesaikan di cafe sekarang juga."
"Goo... kirain kamu diganggu oleh si kecil Uca itu."
Terperanjat Kanda mendengar kata-kata itu. Sadar akan
kemungkinan tersebut. Tapi ia tak berani memastikan diri
bahwa ngadatnya mobil tadi adalah gangguan halus dari Uca.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau ingat kata-kata Kumala, bahwa Uca bukan bocah


sembarangan, dan punya kekuatan,gaib hitam pada dirinya,
memang bisa saja ia membuat mobil ini nggak bisa hidup
mesinnya lantaran gangguan kecil darinya. Uca mengganggu
dengan begitu, karena ia kurang setuju diajak bertemu
Kumala. Hrnmm, tapi benar begitu kenyataan yang ada?"
Bergidik merinding tengkuk Kanda membayangkan hal itu.
Menurutnya, jika Uca benar-benar bisa mengganggu dengan
cara seperti tadi, maka besar kemungkinan bocah itu akan
melakukan gangguan gaib yang lebih parah lagi dari yang tadi.
Mungkin saja bisa membuat mobil Feroza Hijau itu me ledak
sewaktu-waktu.
"Ah, itu hanya khayalan buruk aja!" Kanda menetralisir diri
sendiri. Pikirannya segera difo- kuskan pada cafe begitu ia
memasuki area! Taman Monas. Ia sempat terperanjat melihat
banyak mobil yang diparkir tak jauh dari cafe tendanya. Dari
kejauhan pun dapat dilihat banyak pengunjung yang
memadati cafenya, sementara di cafe-cafe tenda lainnya
tampak sepi. Hanya dua-tiga pengunjung yang ada di sana.
"Menyolok sekali. Bisa menimbulkan kecemburuan kalau
begini caranya. Orang sangka aku dan Bobby pakai dukun dari
Gunung Kawi. Pasti issue nggak sedap mulai menyebar di
kalangan pemilik cafe."
Celoteh hati Kanda berhenti begitu mobilnya diparkir di
tempat biasa. Saat ia turun dari mobil, seseorang segera
memanggilnya dari balik pohon.
"Kanda...!" Orang itu bergegas menghampirinya.
"Hei, Tika...?! Kau sudah ada di sini sejak tadi, ya?"
"Nggak. Hampir barengan dengan mobilmu masuk sini
tadi."
"Sama siapa kamu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sama temanku. Tapi dia nggak mampir ke sini, dia mau


langsung ke rumah pamannya. Mungkin nanti ma lam-malam
baru bisa kemari menjemputku. Kalau nggak dijemput, ya
pulang sendiri."
Tika diperkenalkan kepada Bobby. Dalam pembicaraan
masalah tempat baru, Tika tidak ikut ambil bagian. Ia duduk
menyudut sendirian, di belakang counter makanan. Sesekali
membantu pelayan menunjuktan tamu yang butuh pelayanan.
Setelah urusan cafe baru bisa diselesa ikan, Kanda kembali
menghampiri Tika yang dengan sabar dan penuh pengertian
menunggu selesainya kesibukan Kanda.
"Kok nggak pesan makanan atau minuman? Ayo dong...!
Mau makan kamu, Tik?"
"Nggak usah. Aku cuma mau sedikit ngerepotin kamu kalau
kamu sudah nggak sibuk."
"Ngerepotin apaan?"
"Mau antar aku nggak?"
"Ke mana?"
"Ke Roxan Hotel."
"Maksudmu ke Coin Diskotek lagi?"
"Itu sih soal nanti. Kalau mood ke sana, ya ke sanalah kita.
Kalau lagi nggak mood ya nggak usah ke sana. Yang penting,
ada teman lamaku baru datang dari Canberra. Dia bermalam
di Roxan Hotel. Tadi kutelepon, dia bilang nggak bisa keluar
karena sedang lakukan urusan bisnis dengan kliennya. Aku
dimintanya datang ke sana malam ini. Kamu mau nggak
temani aku ke sana?"
"Boleh aja," sambil Kanda manggut-manggut dengan
senyum ceria mekar di bibir. Hati pun berdesir-desir, kembali
ditaburi bunga indah seperti kemarin malam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi selesaikan dulu kesibukanmu di sini, Kanda. Kalau


udah ngak sibuk, baru kita ke sana."
"Okey, aku bicara dulu sama Bobby deh."
Ketika Bobby mendengar penjelasan dari Kanda, ia
mencibir dalam canda. "Kamu pasti mau check-in sama cewek
itu!"
"Sumpah! Dia minta ditemani karena mau menemui
temannya yang baru datang dari Canberra!" Kanda agak
ngotot. Akhirnya Bobby merasa tidak keberatan ditinggal
Kanda. Tika pun meluncur ke Roxan Hotel dengan didampingi Kanda.
Tika mengeluarkan handphone dari jaket hitam yang
malam itu dikenakannya dan menambah penampilannya
semakin tomboy lagi. Ia bicara dengan temannya yang dari
Canberra itu memakai bahasa Inggris dengan lancar dan fasih
sekali. Kanda menyimpulkan bahwa Tika pasti pernah tinggal
di luar negeri cukup lama. Percakapan dalam bahasa Inggris
sama sekali mirip percakapan orang bule asli.
"Yaah, dia sedang keluar dengan kliennya tuh. K ita disuruh
menunggunya. Gimana nih?" kata Tika selesai bicara melalui
HP.
"Yaah, terserah kamu. Kalau harus menunggu, terlalu lama
nggak waktu menunggunya?"
"Dia cuma bilang beberapa saat, gitu. Tapi dia suruh kita
menunggu di salah satu kamar. Oia sudah buka kamar khusus
buat kita menunggu "
"Kamar...?" gumam hati Kanda semakin berdcbar-debar.
Terbayang olehnya banyak hal yang dapat dilakukan dua
pasang manusia bcrlaimn jenis dalam satu kamar hotel.
Mungkinkah dirinya dapat melakukan sesuatu yang lebih indah
dari pertemuan malam kemarin?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bingung juga Kanda memutuskan sikapnya. Haruskah ia


menjaga sikap dengan berlagak sopan, supaya tidak dikecam
sebagai cowok hidung belang? Atau... harus terus terang
terhadap pun yang dikehendaki hati kecil- nya?
"Bagaimana kalau di dalam kamar itu nanti aku bergairah
padanya? Ntar dia sangka aku cowok kurang ajar, nggak bisa
menghargai nilai sebuah persahabatan sejati?!" pikir Kanda
dengan gelisah.
0o-dwkz-234-o0

4
TANPA sepengetahuan Kanda, Dewi Ular malam itu datang
ke rumahnya. Ia hanya berdua bersama Sandhi, yang kadangkadang berfungsi sebagai asisten untuk urusan riel.
Sedangkan asisten Kumala untuk urusan gaib adalah Buron,
yaitu seorang pemuda berambut kucai jelmaan dari Jin Layon.
Tapi malam itu Buron tidak ikut. Ia ditugaskan jaga rumah,
sambil menemani k Bariah, pelayan setia Kumala untuk
urusan dapur. Hanya saja, sewaktu-waktu Kumala
rnembutuhkan dari tempat jauh, Buron dapat dipanggilnya
secara gaib. Ia akan muncul dari lapisan udara, tepat di mana
Kumala berada.
"Kalau memang tadi Kanda meneleponmu dan memberi
tahu bahwa dia nggak ada di rumah,. kenapa kamu justru
datang ke rumahnya?" tanya Sandhi dalam perjalanan itu.
"Justru aku ingin tahu yang dilakukan gadis kecilnya
apabila Kanda tidak ada di rumah."
"Menurutmu apakah gadis kecil itu memang berbahaya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yang jelas aku merasakan dia inempunyai getaran


gelombang gaib cukup besar. Aku pe- riasaran sekali ingin
tahu, siapa sih dia itu sebenarnya? Anak siapa dan mengapa
bisa mempunyai getaran gaib sebesar itu?"
" nggak bisa kamu kontrol dari rumah saja "
"Itulah kehebatan anak itu. Nggak bisa ditembus dari jauh.
Gelombang energi gaibnya agak lain dari yang lain. Hanya bisa
terdeteksi jika kita berada dalam jarak dekat dengannya.
Itulah sebabnya kemarin kukatakan pada Kanda bahwa gadis
kecil itu punya energi gaib hitam. Artinya, gaib yang sukar
diteropong dari jarak jauh."
k berapa lama BMW kuning metalik itu sampai di rumah
Kanda. Kumala Dewi langsung berkerut dahi me lihat pintu
gerbang dan pintu ruang tamu terbuka, sementara suasana di
rumah itu tampak sepi.
"Ada yang nggak beres nih, San!"
"Ada apaan?!"
"Aku ke dalam dulu deh!" sambil Kumala bergegas turun
dan melangkah lebih dulu, sementara Sandhi membetulkan
posisi parkir mobilnya. Setelah itu Sandhi pun berlari kecil
menyusul Kumala yang sudah sampai teras rumah dan
disambut oleh k Sanah.
Wajah k Sanah tampak tegang. Pasti ada sesuatu yang
terjadi dan membuatnya ketakutan. Kumala pun mendesak
k Sanah, sehingga perempuan setengah baya itu akhirnya
mengungkapkan ketegangannya dengan suara bergetar dan
bibir gemetar.
"Non Uca hilang lagi, Nona. Hmmm... Non Uca adalah...."
"Ya, aku tahu," sahut Kumala. "Di mana tempatnya
menghilang?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi.. tadi dia tidur di ranjang, tapi... tapi tahu-tahu lenyap


begitu saja saat saya dan anak saya nonton teve, Nona.
Saya... oooh, saya pasti akan kena marah oleh Tuan Kanda.
Mungkin juga saya akan diusirnya...."
Kumala tidak mendengarkan lagi keluhan k Sanah yang
dituturkan dengan sedih, melainkan langsung memeriksa
kamar tempat tidurnya Uca. Sandhi pun ikut menerobos
masuk dan berdiri sampai di pintu kamar tersebut. Kumala
berani sampai ke tepian ranjang, memandangi selimut yang
seolah-olah tetinggal, lalu meraba kasur ranjang itu. Matanya
terpejam, merasakan getaran gaib yang dapat terpantau oleh
kepekaan supranaturalnya.
"Saya sudah mencarinya ke mana-mana," kata k Sanah
kepada Sandhi. "Tapi dia tidak kami temukan. Bahkan anak
saya sekarang sedang mencari sampai ke tepi jalan raya sana.
Entah bagaimana hasilnya."
"Tenang, k. Tenang...," kata Sandhi dengan ada ikut
prihatin atas ketakutan k Sanah. "Majikanku ini orang
pintar. Mungkin k masih ingat kami berdua : aku Sandhi,
dan majikanku itu bernama Kumala Dewi. Kami teman baik
Kanda. Dulu pernah kemari kan?"
k Sanah hanya manggut-manggut. Entah ingat betul
atau tidak, yang jelas ia tampak bersikap pasrah dan
mengharap bantuan siapa saja untuk menemukan kembali si
kecil Uca.
"Dia menjauh dari sini," kata Kumala dengan nada datar,
seolah-olah tidak dituju kan kepada siapa pun. Tapi tangannya
segera bergerak mengambang, mengikuti sisa getaran gaib
yang terpantau oleh kekuatan supranaturalnya.
"Dia bergerak kemari...," sambil Kumala berjalan pelanpelan seperti dituntun oleh tangannya. Sandhi dan k Sanah
sama-sama diam dengan hati berdebar-debar dan bulu kuduk
meremang merinding.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhirnya tangan Kumala itu mepempel pada dinding dekat


pintu.
"Dia menembus dinding ini."
"Menembus dinding, oooh...?!" k Sanah semakin
ketakutan. Pada saat itu Rusmi datang dan dengan wajah
ingin menangis ia melaporkan bahwa di jalanan ia tidak
menemukan Uca. Begitu melihat Kumala Dewi sedang
berkonsentrasi dengan mata terpejam dan tangan menempel
dinding, Rusmi diam tanpa berani bicara. la mulai paham
bahwa Kumala adalah orang pintar yang dapat diha- rapkan
membantu mereka menemukan si kecil Uca.
Gerakan tangan Kumala meraba dinding dari bawah sampai
naik dalam ketinggian tertentu. Kini justru kedua tangannya
yang meraba dinding, seolah-olah mengikuti lekuk tubuh
seseorang yang menempel di dinding tersebut.
"Besar sekali? Bekas getaran gaibnya siapa
gumamnya pelan, seolah-olah bicara pada diri sendiri.

ini?!"

"Ukuran bocah itu tidak setinggi yang kau raba, Kumala."


"Ya, tapi... tapi aku merasakan ada orang kedua yang
mempunyai getaran gaib dan sisanya masih bisa kurasakan
membekas di dinding ini. Dia orang dewasa. Maksudku, bukan
anak-anak lagi. Mungkin dialah yang membawa pergi Uca
atau... atau...."
Kumala tidak metanjutkannya. Ia bergegas pergi keluar
kamar. Bermaksud mengikuti jejak getaran gaib sete lah
menembus dinding. Satu tangannya masih terangkat lurus
mengikuti daya magnetisme yang dapat dirasakan. Ia berjalan
seperti orang buta, sampai akhirnya membentur dinding kaca
ruang tamu.
"Dia menembus dinding kaca ini!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sandhi, k Sanah dan Rusmi yang mengikuti dari


kejauhan menjadi saling pandang dalam ketegangan. Sandhi
segera berseru dari tempatnya berdiri.
"h dia menembus dinding kaca itu bersama si orang
kedua?"
"Ya. Aku rasakan bekas getaran gaibnya sarna tingginya
dengan yang ada di kamar tadi."
Rusmi berbisik kepada emaknya dengan suara gemetar,
"Jangan-jangan anak itu digondol jin, k ? "
"Mudah-mudahan jangan begitu deh. Kita bisa dimampusin
sama Tuan kalau sampai Non Uca digondol jin."
Kumala Dewi keluar ke teras. Mereka menyusul secara
serempak. Tapi di teras kedua tangan Kumala terangkat
bebas, matanya terbuka, napasnya dihempaskan saat
menatap kepada Sandhi.
"Hilang...!" katanya dengan nada sedikit. kecewa. "Sampai
di sini getaran gaib itu tidak tersisa lagi. Hilang. Aku nggak
bisa melacaknya."
"Berarti dia memang keluar dari rumah ini?"
Sambil melangkah masuk kembali ke ruang tamu, Kumala
berkata, "Dia memang keluar, meninggalkan rumah ini. Ada
yang membawanya. Tapi nggak bisa dilacak siapa yang
membawanya pergi."
"Jin...?!" celetuk Rusmi pelan sekali.
"Mungkin saja jin, mungkin saja roh iblis, atau... mungkin
roh dari orang tuanya sendiri."
"Oooh, Maaak... aku takut, k...," Rusmi menangis
semakin menggigil memegangi emaknya.
"Lalu yang harus kami lakukan, Nona Kumala? Kami
pasti disalahkan oleh Tuan Kanda."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan takut. Aku akan menjelaskan segalanya pada


Kanda biar dia nggak marah- marah padamu," sambil Kumala
menepuk-nepuk pundak k Sanah, memberi ketenangan.
Tepukan itu mengandung hawa sakti yang dapat membuat
ketakutan dan kesedihan k Sanah berkurang sedikit demi
sedikit. Tepukan tangan itu pun juga diberikan kepada Rusmi,
sehingga tangis Rusmi mulai reda dan jiwanya tenang
kembali.
"Kita susul Kanda ke cafenya, San!"
"Okey," jawab Sandhi sambil manggut- manggut sangat
setuju dengan rencana itu.
"Kami di rumah saja, Nona Kumala?"
"Ya. Kalian tetap saja di rumah, dan perhatikan tempat
tidur Uca. Aku yakin sewaktu-waktu bocah itu akan muncul
lagi dalarn keadaan tidur seperti semula. Jangan lakukan kalau dia kembali. Bersikaplah biasa-biasa saja."
"Baik, Nona. Terima kasih banyak atas bantuannya."
"Kita cabut sekarang, San! " tegas gadis cantik jelita itu.
Aroma wangi yang ditinggalkan di rumah Kanda membuat
perasaan k Sanah dan Rusmi semakin tenang lagi. Seolaholah ada kedamaian dan ketenteraman di hati mereka berdua.
0o-dwkz-234-o0
Menunggu di sebuah kamar VIP dari hotel berbintang
sungguh pekerjaan yang tidak membosankan bagi Kanda.
Lebih-Iebih ditemani oleh seorang wanita muda bertubuh
sexy, cantik, dan punya pandangan mata yang memukau hati
lawan jenisnya. sungguh suasana yang amat menyenangkan
bagi pemuda berkulit putih itu.
Tika membuka jaket hitamnya la hanya mengenakan blus
tanpa lengan yang ketat badan. Bentuk dadanya terlihat
menonjol padat, dan Kanda dapat melihat sesuatu yang
menonjol kecil di balik kain blus itu. Kanda akin, sesuatu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang menonjol kecil itu adalah pucuk-pucuk bukit kemesraan


Tika.
Dengan rambut diikat ke belakang asa asalan, keberadaan
bentuk dada itu semakin terlihat jelas, juga lehernya yang
jenjang dan berkulit putili mulus bagaikan bentangan cinta
yang menantang untuk dikecup dengan lembut.
Sekalipun kedua rnata Kanda selalu memandang dengan
nakal, tapi Tika cuek saja. Seolah-olah tidak merasa
dipandang, seakan-akan tak pedulikan yang terkandung
dalam debar-debar keindahan hati Kanda. Ia duduk di sola
dengan gaya seorang lelaki gagah. Sebatang rokok diambil
dan disulutnva tanpa sungkan-sungkan lagi. Kanda yang
duduk di samping kanannya sengaja memperhatikan sejak
tadi tanpa sepatah kata pun dan diiringi senyum tipis yang
menawan hati lawan jenisnya.
"Aku boleh pesan minuman Pink Lady, nggak?"
"Boleh saja. Pokoknya yang menyenangkan hatimu,
lakukan aja. Asal jangan sampai membuatmu sakit."
Sambil mendekati telcpon kamar Tika berkata, " saja
boleh kulakukan? Wah, repot dong. Kalau yang
menyenangkan hatiku adalah tidur di pangkuanmu,
bagaimana? Harus kulakukan juga?"
"Aku nggak akan keberatan."
Tika tersenyum dengan sedikit mencibir. Ia segera bicara
dengan petugas di restorasi untuk memesan minuman Pink
Lady. Sementara itu, Kanda membuka satu kaleng bir hitam
yang tadi diambilnya dari kulkas kecil. Satu kaleng bir hitam
lagi masih belum dibuka, tapi sudah berada di meja. Waktu
Tika kembali dari menelepon pesanannya, ia langsung
membuka bir yang satunya lagi- itu.
Sepatunya dilepas. Kakinya yang bcrsih. putih mulus,
terlihat jelas karena kedua kaki itu ditumpangkan di atas sofa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

depannya. Dia benar-benar cuek, duduk sambil angkat kedua


kaki tanpa sungkan-sungkan. Dan sikap seperti itu justru
menyenangkan hati Kanda. Ia memang suka gadis yang tidak
bermain dalam kemunafikan. Waktu pelayan datang
membawakan pesanana, Tika tetap cuek, kaki tetap
ditumpangkan di sofa depannya.
"Bill-nya biar temanku yang tanggung."
"Nggak usahlah," kata Kanda sambil menyerahkan uang
kepada pelayan. Ia menanggung bill m inuman itu.
"Jam berapa temanrnu kembali ke hotel ini?"
"Nggak tahu. Ntar dia pasti telepon ke HPku kalau sudah
kembali. Memangnya kenapa sih?"
"Nggak apa-apa. Cuma tanya saja nggak boleh?"
Kanda duduk di tempat semula, sebelah kiri Tika. Gadis itu
mencari acara teve menggunakan remote control yang ada di
tangannya. Ketika ditemukan acara musik, ia berhenti
memainkan remote dan meletakkan benda itu di meja.
Minuman Pink Lady diteguknya dengan segar. Lalu duduk
kembali dengan sedikit merebah dan bersandar santai.
Kamu suka suasana terang begini atau remang-remang?"
tanya Tika seraya memandangi beberapa lampu yang menyala
terang di plapon kamar.
"Terlalu terang bagiku. Kurang romantis," pancing Kanda.
"Uuhh, maunya romantis terus!" Tika tertawa sambil
mencolek pipi Kanda. Tapi pada saat itu, tiga lampu menjadi
padam. Tinggal satu lampu yang menyala di sudut kamar.
Suasana menjadi remang-remang. Kanda heran, mengapa tiga
lampu itu bisa padam. Tapi rasa herannya itu segera
terlupakan karena Tika mengajukan pertanyaan yang butuh
jawaban secepatnya.
"Begini masih kurang romantis nggak?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cukup. Menurutmu sendiri bagaimana?"


"Aku nggak tahu yang romantis itu yang bagaimana,"
jawab Tika dalam nada berkelakar.
"Romantis itu mesra."
"Setahuku mesra itu nggak pakai baju."
Kanda tertawa lepas. Tika sendiri terkikik geli. Bahkan ia
menambahkan kelakarnya, "Jadi seekor sapi, kebo, kuda, itu
mesra semua, karena nggak pakai baju."
"Apakah kita harus seperti sapi?"
"Melepas baju? Oh, itu terserah kamu. Yang pasti, nggak
usah melepas baju pun kita berdua sudah mirip sapi dan
kebo."
Renyah ceria tawa mereka, penuh ungkapan rasa suka c ita
yang cukup dalam. Kanda ikut-ikutan melepas sepatunya dan
menumpangkan kedua kaki di atas meja. Sekaleng bir hitam
tergenggam di tangan kirinya.
"Tik, seingatku kemarin ma lam kau bilang bahwa gairah
hidupmu nyaris pudar. Dan kau berjanji akan menjelaskannya
padaku dalam situasi dan tempat yang layak. Mungkin di sini
adalah tempat yang layak untuk menjelaskan alasanmu itu.
Apakah kau masih keberatan menjelaskannya padaku?"
Tika menghembuskan napas panjang. "Kau benar-benar
ingin tahu?"
"Kurasa begitu."
" Tapi janji, kalau habis kujelaskan kamu nggak boleh pergi
meninggalkan diriku?"
"Aku tetap akan menjadi sahabatmu yang paling dekat
dengan hatimu. Swear!"
"Kamu janji juga kalau habis itu mau belikan aku makanan
kesukaanku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Makanan itu?"
"Martabak manis! Coklatnya agak banyakan. Okey?"
Kanda tertawa pelan. "Okey, itu soal mudah. Yang
kupikirkan adalah kesungguhanmu menuturkan alasan
tersebut. Aku nggak mau kalau kau mengarang-ngarang cerita
untuk menutupi kenyataan yang ada. Aku mau kau
mengatakannya dengan jujur. adanya."
"Aku nggak mungkin dapat membohongimu, Kanda."
"Aku juga nggak akan berbuat licik padamu. Kita samasama terbuka saja, supaya persahabatan kita menjadi kekal.
Kau setuju?"
"Ya, aku setuju." Tika mengubah posisi duduknya, lebih
tegak lagi. Abu rokok dijentikkan ke asbak. Ia meneguk
minumannya satu kali. Sofa panjang itu memberi peluang bagi
kakinya untuk ditekuk dan diletakkan di tempat duduknya.
Posisinya menghadap Kanda dengan tangan kiri disandarkan
di sandaran sofa.
"Kau tahu kenapa gairah hidupku nyaris pudar, itu lantaran
aku kehilangan harapan sete lah sekian lama mencari tak
menemukan sekerat hati yang kuinginkan."
"Kamu patah hati karena ditinggal pacarmu, begitu?"
"Beberapa waktu yang lalu, aku dikhianati oleh suamiku...."
"Oh, kau pernah bersuami!" potong Kanda agak terkejut.
Tika mengangguk. "Pernah. Tapi belum sampai punya
keturunan, suamiku sudah berkhianat. Lalu kutinggal pergi
dan aku tak mau bertemu dengannya lagi. Aku berkelana
mencari pengganti cinta yang kandas. Ternyata sampai sekian
lama belum ada hati yang dapat menjadi pengobat luka
jiwaku. Aku nyaris putus asa. Tapi sebelum aku benar-benar
putus asa, aku bertemu denganmu. Kau meman carkan daya
pikal yang sesuai dengan harapan hatiku. Terbukti kemarin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malam kau dapat membuatku bersemangat dan bahagia


sekali."
"Apakah kau sudah lama mengenalku?"
"Ya. Sudah beberapa waktu kupantau pribadimu. ternyata
aku suka dengan pribadimu yang sebenarnya menyimpan
sejuta kelernbutan serta kasih sayang. Kau pantas menjadi
seorang suami, sekaligus scorang ayah. Kau tipe lelaki yang
punya perhatian kepada keluarga. Dan yang utarna
kutemukan cahaya terang di malamu. Cahaya itu
menunjukkan bahwa kau bukan tipe lelaki yang suka
berkhianat kepada istri dan keluarga. Mudah-mudahan cahaya
terang itu tidak padam di kemudian hari, sehingga aku tidak
kecewa padamu."
Jantung pemuda tampan itu berdetak cepat. la merasa
tersanjung, sekaligus merasa telah menerima pernyataan
sikap dari Tika, yaitu sikap menyukaihya. Rasa-rasanya ia
telah dibukakan pintu selebar-lebar dan dipersilakan masuk ke
relung hati T ika.
"Sejak kapan kau mempelajari diriku?"
"Nanti kau akan tahu sendiri. perlu menjawab
sekarang. Hanya saja, agaknya kau perlu tahu bahwa ada satu
hal yang menyangsikan diriku dalam mempelajari dirimu."
" yang membuatmu sangsi?"
Tika diam. Mematikan rokoknya setelah dihisap panjangpanjang. Seteguk minuman pun ditelannya. Ia kembali duduk
seperti semula, menatap Kanda dengan senyurn tipis dan
pandangan mata lembut menantang gairah. Kanda jadi salah
tingkah sendiri, ikut-ikutan meneguk bir hitamnya, lalu
meletakkan kaleng bir itu di meja .
"Aku nggak bisa jelaskan secara lisan yang kusangsikan
itu. Tapi dengan perbuatan, kurasa semuanya bisa kuketahui,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apakah nantinya aku masih sangsi, atau semakin percaya


pada dirimu."
"Aku sulit menerjemahkan arti kata-katamu, Tika. yang
simpel-simpel saja deh. rnaksudnya?! "
Tika justru manggut-manggut kecil. "Sudah kuduga, kamu
nggak suka perkataan yang berbelit-belit, mendayu-dayu, atau
bertele-tele. Kau suka sesuatu yang bersifat to the point.
Begitu kan?"
"Ya. Karena hidup ini membutuhkan kejelasan yang
singkat."
"Aku sependapat denganmu. Tapi bagaimana kalau aku
benar-benar mempersingkat dan mempertegas keinginan
hatiku, apakah kau bisa menerimanya dan tidak salah persepsi
terhadap diriku?"
"Aku mencoba
seseorang."

selalu berpikir positif

dalam

menilai

"Aku percaya, walau semula masih kusangsikan. Aku hanya


khawatir kalau pikiran positifmu itu lupa nggak kamu bawa
dan tertinggal di rumah, sehingga kau akan rnenilaiku sebagai
perempuan murahan jika kukatakan keinginanku secara
singkat dan tegas."
Aku berjanji lidak akan menilaimu seburuk itu. Jadi
sekarang katakan saja keinginanmu sebervarnya?"
Tika diam, menatap tak berkedip, namun sorot pandangan
matanya itu pelan-pelan berubah sayu.
"Kanda, aku ingin kau menciumku!"
Bergetar hati Kanda mendengarnya. Kikuk ia menjawab
dan memberikan respon yang se- mestinya. T ika berkata lagi
tanpa basa-basi dan tanpa malu-malu lagi.
"Aku ingin me lihat keberanian dan kebolehanmu dalam
bercinta. Dari situ aku bisa menilaimu, apakah kau lelaki yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat memuaskan harapanku, atau hanya sekedar hiburan


selayang pandang saja."
Tantangan terang-terangan itu membuat Kanda semakin
gemetar. Secara jujur diakui dalam hatinya, bahwa ia belum
pernah menerima tantangan sejelas itu. Diakuinya, ia telah
kalah satu point dari Tika. Mentalnya sempat guncang dan
limbung menghadapi tantangan yang sangat di luar dugaan
itu.
Tika melepaskan blusnya. Cuek sekali. Blus itu dibuang ke
lantai. Temyata dugaan awal Kanda memang benar, di balik
blu itu Tika tidak mengenakan kutang. Dua bukitnya tampak
membusung sekal, kencang dan mulus sekali. Rambutnya jadi
lerlepas dari ikatannya dan kini bergerai meriap sepanjang
punggung,sebagian rambut jatuh di sekitar bukit dadanya.
Makin gemetar tubuh Kanda menerima tantangan yang
lebih seru itu. la masih diam saja, terpana memandangi
keindahan tubuh tika. Senyum wanita itu semakin menggoda.
Tangannya melepas ikat pinggang celana jeans-nya. la sempat
berdiri sambil tetap mengarahkan tatapan matanya pada
Kanda. Rupanya wanita itu nekat melepaskan celana jeansnya.
"Kanda, aku telah to the point," katanya sambil mendekat
lagi. Perutnya yang mulus dan ramping itu berada tepat di
depan mata Kanda. la berkata lagi dengan suara parau.
"Sekarang yang dapat kau lakukan padaku, Kanda?
Tunjukkan kebolehanmu agar aku tak kecewa pada harapanku
sendiri."
Kanda menelan ludahnya sendiri setelah menarik napas,
menenangkan deburan kuat dalam dadanya. la tak mau
terbengong lagi. la harus menghadapi tantangan itu dengan
keberaniannya yang didambakan oleh perempuan sepanas
Tika. k senyumnya pun melebar, kedua tangannya mulai

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengusap lembut pinggul Tika. Usapan itu menuju ke atas,


hingga kedua bukit T ika menjadi ajang kenakalan tangannya.
Tika mendesah pelan sekali, nyaris tak terdengar.Kedua
tangannya menyingkapkan rambut ke belakang, tapi kedua
tangan itu belum mau kembali ke depan atau turun. Masih
memegangi rambut di belakang kepala sehingga dada pun
tampak lapang dan lebih kencang dari sebelumnya.
"Hanya itukah yang bisa kau 1kukn, Kanda?"
"Lebih...," jawab Kanda parau. Kemudian tangannya turun
ke pinggul.
k dapat dihindari lagi, pertarungan mesra pun terjadi
pada malam itu. T ika dibaringkan di ranjang, dan Kanda mulai
mengganas. Ia tunjukkan kebolehannya dalam bercinta,
mengarungi samudera cinta di bentangan tubuh rnulus tanpa
cacat sedikit pun itu. T ika menerima keganasan Kanda dengan
hati riang dan bahagia. Semakin lama ia sendiri tak bisa
rnenahan diri, sehingga keganasan cintanya pun tercurah
keluar menyerang Kanda.
Temyata Tika bukan perempuan yang mudah mencapai
puncak keindahannya. Kanda sendiri pria yang tangguh dan
kokoh dalam pendiriannya, karena sampai sekian lama ia
masih mampu melayani keinginan Tika tanpa mencapai
puncak keindahan lebih dulu. Keduanya sama-sama tangguh,
dan sama-sama mencapai puncak kemesraan secaraan
bersama-sama.
'Ternyata kau telah mampu membuktikan harapanku
menjadi kenyataan, Kanda," tutur Kanda sambil membiarkan
peluhnya mengering sendiri. "Kau telah berhasil menghapus
kesangsianku. Kau memang pria pilihanku, yang selama ini
kucari-cari dalam pengembaraanku. Aku ingin memilikimu,
Kanda. Maukah kau memilikiku juga?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku cuma tidak ingin melepaskan dirimu, Tika. Aku suka


sekali padamu, Sayang...," sambil Kanda mencium kening
Tika.
"Kamu nggak akan kecewa menerima kenyataan yang ada
padaku?"
"Aku bersumpah tak akan melepaskan dirimu, pun
kenyataan yang ada pada dirimu. Tika sayang...," tutur Kanda
dengan lembut. Tika pun memeluk pria itu erat-erat.
"Oohh, Kanda... bahagia sekali hatiku malam ini, jauh lebih
bahagia dari sebelumnya."
"Aku lebih bahagia, T ika. Karena baru sekarang kutemukan
wanita yang... aah, yang luar biasa bagi hidupku."
"Tapi jangan lupa, Kanda...."
"Soal itu, Sayang?"
"Belikan aku martabak manis, ya?"
Kanda tertawa geli menerima kemanjaan seorang tomboy.
Hatinya gembira sekali menanggapi kemanjaan seperti itu.
Sekalipun kata-kata Tika bernada canda, tapi Kanda benarbenar punya keinginan untuk membelikan martabak manis
agar Tika semakin bahagia dan semakin suka padanya.
"Masih pukul satu kurang," pikirnya. "Aku bisa mencari
martabak manis di sekitar Pecenongan atau Mangga besar."
Ketika Kanda mengajak Tika keluar hotel, perempuan
cantik yang punya ladang kenikmatan itu menolak ikut.
"Aku capek, Kanda. Aku mau tinggal di sini aja deh. Kamu
pergi sendiri. Nggak apa-apa kan?"
"Okey-lah kalau begitu. Tapi ingat, jangan masukkan lelaki
lain lho!"
"Idih, gila luh, ya?!" Tika tertawa ceria, mencubit pipi
Kanda, lalu memagut bibir pemuda itu dengan mesra.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam perjalanan menuju Pecenongan, Kanda tersentak


dalam kesadarannya. la ingat Uca yang juga memesan
martabak manis. k itu pun buru-buru menghubungi
telepon rumahnya menggunakan HP. Hanya saja, sebelum ia
menekan nomor telepon rumahnya, tiba-tiba handphone itu
berdering lebih dulu.
"Bobby...?" guman hati Kanda saat mengenali nomor
telepon yang muncul dalam layar displaynya.
"Hallo, ada , Bob?" sapanya langsung.
"Da. buruan pulang ke rumah."
"Memangnya kenapa?"
"Gue ama Kumala sedang meluncur ke rumahmu."
"Kanda...?!"
"Anakmu hilang lagi tuh."
"Uca...?!" Kanda terbelalak.
Ia buru-buru menghubungi T ika.
"Kalau begitu, cepat kau pulang. Jangan pikirkan aku. Aku
juga mau pulang pakai taksi. Kita ketemu besok malam aja!
Atau besok siang aku meneleponmu, kta makan siang
bersama. Okey?"
Setulus itukah pengertian Tika? Pikir Kanda. Ia justru
dihinggapi perasaan sangsi terhadap sikap Tika itu. Janganjangan di balik pengertiannya, Tika merasa punya kesempatan
untuk berburu lelaki lain?
0o-dwkz-234-o0

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

BOBBY merasa penasaran juga setelah mendapat


penjelasan dari Kumala tentang keadaan di rumah Kanda.
Sementara Kanda yang ditunggu-tunggu tidak kunjung tiba di
cafe, maka Bobby memutuskan untuk menunggu Kanda di
rumahnya. Bobby sudah mencoba menghubungi HP-nya
Kanda sebelum itu, tapi HP Kanda dalam keadaan tidak
diaktifkan.
Sepuluh menit sebelum Bobby dan Kumala tiba di rumah
Kanda, handphone itu baru bisa dihubungi. Maka, mereka tiba
di rumah Kanda lebih dulu, dan Bobby melihat sendiri tempat
tidur di kamar Kanda dalam keadaan kosong.
"Aku akan melakukan jebakan untuk bocah itu," kata
Kumala, entah ditujukan kepada siapa. Yang jeias gadis cantik
itu segera keluar. Bobby dan Sandhi mengikutinya.
Kumala Dewi berdiri di halaman rumah yang tak seberapa
lebar itu. Ia menyentilkan tangannya ke langit. Claap...!
Segumpal cahaya hijiiu berkabut meluncur ke atas. Kecil
seukuran gundu. Tapi dalam ketingglan tertentu cahaya hijau
kedl itu pecah bagaikan kembang api.
Pyaaaarrrr...! Kabut hijau turun ke bawah sete lah
menyebar memayungi rumah tersebut. Cahaya hijau itu
padam, tapi aroma wangi cendana dan pandan semakin
tajam. Rupanya kabut hijau tipis yang sekarang tak kentara itu
menyebarkan wewangian lembut yang memenuhi setiap
jengka! tanah.
"Kalau roh bocah itu masih bisa menerobos masuk pagar
gaibku, berarti ilmunya lebih tinggi dariku. Dan ia patut untuk
semakin dicurigai," kata Dewi Ular kepada Sandhi.
Bobby memang belum tahu persis, siapa Kumala
sebenamya. Tapi melihat sinar hijau yang keluar dan sentilan
tangan Kumala, Bobby hanya bisa menyimpulkan bahwa
Kumala pasti orang pintar, yang mempunyai kekuatan
supranatural cukup tinggi. Mereka duduk di ruang tamu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menunggu kedatangan Kanda. k Sanah dan IRusmi di


ruang tengah, menunggu perintah. Pintu kamar tidur Kanda
dibuka lebar-lebar, supaya jika terjadi sesuatu di dalam kamar
itu, k Sanah dan Rusmi dapat mengetahuinya."Coba
hubungi Kanda, sudah sampai mana dia !" perintah Kumala
kepada Bobby. Tanpa rasa keberatam Bobby segera
mengambil HP-nya.
"Hallo, Da... seudab sampai mana kamu?"
"Hmmm... sampai Apotik Mulya. Lima menit lagi aku tiba di
rumah. Kalian sudah ada di rumahku, ?"
"Ya. Dan aku tihat sendiri, anakmu memang nggak ada.
Kata Kumala, dia akan muncul lagi setelah kau tiba di rumah."
"Kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya. Tapi tolong beri
tahu kepada Kumala agar jangan mengganggu Uca kalau dia
benar-benar kembali dalam keadaan masih tertidur seperti
kemarin."
Tiba-tiba terdengar suara ledakan sebelum percakapan
melalui handphone berakhir. Ledakan itu sangat keras,
menggelegar, mengguncangkan rumah dan sekitarnya. k
Sanah sempat terpelanting jatuh bersimpuh akibat guncangan
menyerupai gempa bumi itu. Semua orang tersentak kaget
dan menjadi tegang, termasuk Kumala Dewi. Sementara itu,
suara Kanda sempat terdengar berseru meminta balasan dari
Bobby. Pada saat itu Bobby yang sangat terkejut dan menjadi
takut itu tak sempat menjawab seruan Kanda."Bobbyyyy...!
Heei... Boob, ada tuh?! Aku mendengar suara ledakan
dahsyat! Bobby...! Halloooo... hallooo Bobbyyyy...!!"
"Kanda...!" Bobby baru sadar dan membalasnya. Tapi
hubungan telepon itu segera terputus. Gemerisik mendesis
kasar. Sepertinya jaringan komunikasi itu telah rusak, dan ada
pihak yang sengaja merusak saluran tersebut.
"Kumala, ledakan itu tadi?!" tanya Sandhi setelah
getaran bumi berhenti.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada kekuatan gaib yang menabrak pagai gaibku! Kita lihat


di luar sana, siapa yang berani coba-coba menerjang pagar
gaibku!"
Tanpa kecuali, k Sanah dan Rusmi pun ikut
berhamburan ke luar rumah. Mereka mencari-cari sesuatu di
sana. Tapi yang ada hanya suasana sepi dan kegelapan
malam dengan lampu penerang jalan serta penerang halaman
tak seberapa besar. Dewi Ular memeriksa sampai keliling
rumah sendirian, sementara yang lain hanya sampai batas
samping rumah saja.
" yang kau temukan di belakang sana?" tanya Bobby.
"Nggak ada apa-apa. T api aku yakin, pasti pagar qaihku di
terobos oleh sesuatu yang ..." Kumala diam sebentar, lalu
terperanjat kaget. Seperti ingat sesuatu yang nyaris dilupakan.
"Bocah itu?! Bocah itu pasti sudah pulang!"
Deru mobil Kanda terdengar ngebut dari kcjauhan. Tapi
mereka sudah tidak pedulikan lagi kedatangan Kanda, karena
Kumala lari ke dalam rumah untuk melihat keadaan di kamar
tidur. Hal itu menarik perhatian mereka, sehingga mereka
ikut-ikutan ingin melihat ang terjadi di kamar tidur
tersebut.
"Astaga!" Sandhi tersentak kaget Mereka semua tertegun
bengong bagaikan patung, karna mereka berlima akhirnya
melihat dengan jelas sesosok bocah cilik yang tidur miring
memeluk boneka Panda dengan nyenyak sekali. Bocah itu
dalam keadaan telah berselimut dan menimbulkan kesan
tertidur sejak tadi. Kumala Dewi mundur dua langkah. Tegang
sekali wajahnya. Sandhi belum pernah melihat Kumala
setegang itu.
"Pasti benar-benar ada bahaya yang tak bisa diremehkan
olehnya," pikir Sandhi sambil semakin berdebar-debar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kanda masuk dengan terburu-buru. Wajahnya stidah


tegang sejak dari luar. Ketika ingin masuk ke kamar,
langkahnya dicegah oleh Kumala Dewi.
"Jangan dekati dulu gadis kecil itu!"
" yang terjadi sebenarnya?!" sambil Kanda memandang
ke arah ranjang dan sedikit lega melihat Uca dalam keadaan
tertidur nyenyak. Tapi ia jadi terheran-heran sekali ketika
Kumala membawanya duduk di ruang tengah, di mebel yang
menghadap ke arah kamar tidurnya. Sandhi, Bobby, k
Sanah dan Rusmi mengelilingl mereka berdua, menyimak
pembicaraan Kumala yang dituturkan dengan nada sangat
serius.
"Anak angkatmu itu benar-benar berbahaya. Dia bisa
menerobos pagar gaibku. Padahal selama ini belum ada yang
sanggup menerobos pagar gaibku dengan selamat. Biasanya
yang nekat melakukan hal itu pasti menemui kehancuran, atau
setidak-tidaknya terpental dalam keadaan hangus."
"Tampaknya Uca sehat-sehat saja tuh?!"
"Itulah yang membuatku menganggapnya benar-benar
berbahaya! Dia bukan saja bocah misterius, tapi juga sosok
gaib yang sulit kuterka jati dirinya. Terus terang saja, Kanda...
kalau dia bisa menerobos pagar gaibku, berarti dia punya
kckuatan lebih tinggi dariku."
"Kekuatan gaib hitam, maksudmu?"
"Semacam itulah. Dan kekuatan gaib hitam hanya dimiliki
oleh Damasscus. Maksudku, kekuatan gaib hitam yang
tertinggi dan terhebat!"
"Siapa Damasscus itu?"
Sandhi menyahut, "Raja iblis!"
"Hahh...?!" Kanda memucat seketika. Ia sangat percaya
dengan jawaban itu, sebab ia yakin Sandhi punya banyak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengetahuan tentang dunia iblis, karena dia selalu bersama


Dewi Ular.
Bobby menimpali, "Kalau begitu, Uca harus disingkirkan."
"Jangan!" sergah Kanda.
"Dia akan membawa bencana sendiri bagimu, Kanda! Dia
harus dihancurkan sebelum nyawamu jadi korban!"
"Tapi selama ini dia baik padaku. Dia manja sekali padaku
dan membutuhkan kasih sayang dariku!" Kanda ngotot agak
keras.
Kumala mengangkat kedua tangan, memberi isyarat agar
keduanya berhenti berdebat. Kanda langsung bicara pada
Kumala.
"Jangan lakukan apa-apa pada anak itu, Kumala. Aku
nggak rela!"
"Tenang dulu. Tenang...!"
"Aku nggak izinkan siapa pun menyakitinya!"
"Okey, okey...! Aku nggak akan menyakitinya. Tapi kalau
benar dia adalah titisan dari si Raja Iblis, maka kau sendiri
yang akan menanggung resikonya."
Kanda diam sesaat, diliputi kebimbangan. Sebentarsebentar melirik ke arah ranjang. Gelisah sekali pemuda itu,
sehingga tampak gusar dan beremosi tinggi.
"Benarkah dia titisan Raja Iblis, Kumala?"
"Baru kemungkinan."
"Bagaimana untuk memastikannya?" desak Kanda.
"Okey, sekarang kau ingin aku memastikan siapa dia,
bukan?"
"Aku butuh kepastian buat menentukan sikapku."
"Baiklah. Sekarang izinkan aku memeriksanya dari sini."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sandhi menyahut, "Kenapa nggak dari dalam kamar saja?"


"Aku nggak sanggup menahan hawa panas yang terpancar
dari tubuh bocah itu. Entah hawa panas kekuatan gaibnnya
atau hawa panas kemarahannya. Yang jelas, terlalu berbahaya
kalau aku harus melawan hawa panas itu, walau belum tentu
aku kalah. Yang jelas, aku bisa memeriksanya dari sini saja."
"Okey," Kanda mengangguk lega. "Lakukan sesuatu asal
jangan sampai menyakitinya."
Mereka menyingkir, memberi ruang pandang bagi Dewi
Ular agar bisa langsung menatap ke dalam kamar. Dari tempat
duduknya, Dewi Ular menatap Uca dengan pandangan mata
tajam tak berkedip. Semua yang ada di situ tak berani
bergerak, tak berani bersuara, namun semuanya sama-sama
merasakan merinding sekujur tubuh. Suasana hening itu
bukan saja menegangkan, tapi juga menakutkan jiwa masingmasing. Mereka seperti terbawa ke lorong kubur mendekati
neraka. k heran jika k Sanah berkeringat dingin dan
Rusmi menggigil tanpa bisa berhenti.
Beberapa saat kemudiari dari kedua mata Kumala keluar
sinar hijau berbentuk ular bermahkota. Sinar hijau itu tidak
seberapa besar, tapi panjang dan gerakannya meliuk-liuk
seperti naga terbang. Sinar tersebut melesat masuk ke dalam
kamar. Langsung menghantam tubuh Uca yang miring
menghadap ke arah pintu keluar.
Blaaaabb...!
Sekujur tubuh Uca menyala hijau terang Tapi baru sekejap
sudah berubah menjadi biru keungu-unguan. Cahaya aneh itu
pecah menyebar arah, beberapa bias cahaya ada yang
melesat kembali ke mata Dewi Ular. Wuiiizzz..
"Aaaaoow...!" Kumala terpekik dengan tubuh tersentak ke
belakang. Begitu kerasnya sentakan itu membuat Kumala
terlonjak dan jatuh di tempat duduknya kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kumalaaaa...!" seru Sandhi dengan tegang sekali. la buruburu meraih pundak. Kumala. Tapi tangannya dikibaskan.
Kumala rnenunduk dengan mendesis kesakitan. Kanda dan
Bobby jadi salah tingkah sendiri. Panik. Keduanya
memandangi Uca. Nyala sinar aneh tadi telah hilang. Uca
masih tetap tertidur nyenyak, merasa tak terganggu oleh
suara pun.
"Kumala...! Kumala, yang terjadi pada dirimu?!" Sandhi
mengguncang-guncang tubuh majikannya yang sudah
dianggap seperri saudaranya sendiri itu.
Kumala mengangkat wajah pelan-pelan, melepaskan
tangannya yang dipakai menutupi wajah. Ketika tangan itu
tersingkirkan dari wajah cantik, semua orang terkejut
memandang dengan mata lebar.
"Hahh...?! yang terjadi, Kumala!"
Wajah Kumala rusak sebagian, seperti terbakar. Kerusakan
itu diderita di sekitar kedua kelopak matanya. Seperti lilin yang
meleleh karena panas, bola mata yang jernih indah itu
tertutup kulit kelopak mata yang merah bercampur darah
beku. Napas Kumala terengah-engah, bibirnya gemetar,
namun ia tidak merintih. la hanya menggeram bagaikan
menahan sakit dan menahan amukan.
"Aku sudah tahu siapa dia. Tapi... bawa iku pulang
sekarang juga. Aku tidak bisa melihat lagi, Sandhi."
"Kumala...?! Kau... kau tidak bisa melihat? Kau buta?!"
"Jangan banyak tanya, Sandhi. Bawa aku pulang sekarang
juga, sebelum seluruh wajahku menjadi rusak parah!"
"Ba. . baik...!"
"Kumala, yang harus kulakukan dengan anak itu?"
Kanda bersuara mendesah karena dicekam perasaan takut
yang menggetarkan jiwanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan lakukan tindakan apa-apa dulu sebelum aku siap


berhadapan dengannya!" bisik Kumala, seolah-olah berusaha
agar kata-katanya tidak didengar oleh bocah yang masih
tertidur itu.
Sebenarnya Kanda ingin menjauhi Uca. Peristiwa malam itu
sempat memukul jiwanya, membuat ia was-was jika berada di
dekat Uca. Tapi ia ingat pesan Kumala yang terakhir, sebelum
gadis itu masuk ke mobilnya.
"Bersikaplah seperti
kemarahannya!"

biasa,

dan

jangan

pancing

Pesan itulah yang membuat Kanda mengendalikan dirinya


baik-baik dan berusaha untuk bersikap wajar di depan Uca. Ia
tetap berlaku lembut dan penuh kesabaran. Kasih sayang
diberikan dalam bentuk permainan akting belaka. Dalam hati
Kanda sebenarnya selalu curiga dan cepat tegang jika Uca
melakukan tindakan yang di luar dugaannya. Misalnya,
melemparkan sendok karena ngambek pada Rusmi, atau
menomplok pinggang Kanda dari belakang dalam kelakarnya.
"Oom Kanda mau pergi ke kantor, ya?"
"Nggak. Hari ini Oom Kanda sengaja libur untuk bermain
dengan Uca." .
"Asyiiik...! Kita bermain ke pantai, ya Oom?"
"Jauh amat. Kita bermain di rumah aja. Kan kemarin Uca
habis beli boneka baru. Jadi sekarang Uca punya berapa
boneka, coba?"
"Lima. Enam sama si Cucun ini," sambil Uca menunjukkan
boneka pandanya yang diberi nama si Cucun. Entah
maksudnya memberi nama Cucun, hal itu tak pernah
dipermasalahkan oleh Kanda.
Hari itu, Kanda sengaja tidak ke mana-mana Ia bermain
dengan Uca di ruang tengah. Anehnya, bocah itu
menampakkan sikap kekanak-kanakan yang wajar. Sangat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wajar. k ada kesan aneh yang sebenarnya patut dicurigai.


Bahkan kemanjaannya dan kenakalannya, adalah kemanjaan
dan kenakalan seorang bocah yang wajar. Prilaku iblis tak
terlihat sama sekali.
"
benar
bocah ini titisan
iblis?
Alangkah
menyedihkannya kalau sampai dia benar-benar titisan si Raja
Iblis, Damasscus, seperti yang dikatakan Kumala kemarin?"
Kanda berpikir dan berkecamuk sendiri dalam hatinya. Saat
itu, ia mengusap-usap punggung Uca karena malam telah tiba
dan Uca sudah mulai mengantuk. Dengan penuh kasih sayang
dan kesetiaannya yang bukan sekedar akting lagi, Kanda
memperlakukan Uca bagaikn meninabobokan nk sendiri.
Hatinya memang membendung kesedihan manakala ia ingat
kata-kata Kumala kemarin.
Semakin malam semakin hening. Kesedihan di hati Kanda
semakin terasa begitu menggores jiwa. Akhirnya sebelum
pukul dua belas tengah malam, tanpa disadari Kanda telah
tertidur dengan tangan memeluk Uca.
Entah berapa lama ia telah tertidur, yang jelas
dipertengahan kenyenyakannya itu ia terbangun. Ada sesuatu
yang menghangat di pipinya. Ketika ia terbangun dan
memandangi sesuatu yang menyentuhnya, ia sangat terkejut.
Ternyata ia te lah diciumi oleh seseorang, Bibir hangat sensual
yang menciuminya itu tak lain adalah bibirnya T ika, si tomboy
cantik.
"Hai...," sapa Tika dengan
"Terganggu tidurmu, ya?"

senyum

mengagumkan.

"Tika...?!" Kanda mendesah. Ia bangkit, duduk berhadapan


dengan T ika yang mengenakan mini set warna hitam, kontras
dengan kulitnya yang putih mulus. Rambut wanita caniik itu
disanggul asal-asalan. Ia tampak cantik sekali, dan langsung
membakar gairah Kanda.
"Dari mana kau bisa masuk kemari?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seizin pelayanmu. Sanah."


"Oh, lalu... lalu di mana anakku? Di rnana Uca?"
"Ada di kamar sebelah. Aku yang memindahkannya. Boleh
kan?"
"Tapi dia adalah...."
"Nanti akan kupindahkan kemari lagi. Malam ini aku butuh
kehangatanmu. Nggak baik akibatnya kalau sampai Uca
melihat kita sedang bercumbu."
"Memang nggak baik sih kalau dilihat dia, tapi tapi aku
nggak sangka kalau kau akan datang kemari. Kenapa nggak
telepon aku dulu, Tika?" sambil Kanda membelai rambut
wanita itu dengan penuh ungkapan kasih sayang.
"Aku sengaja ingin bikin kejutan buatmu. Biasanya dengan
memberikan kejutan seperti ini, gairah seorang lelaki akan
lebih berkobar- kobar lagi."
Kanda tertawa sumbang. la meneguk air putih yang selalu
tersedia di meja dekat ranjangnya.
"Kanda, kau kecewa aku datang kemari?"
"Nggak. Cuma kaget aja."
"Kamu lagi nggak mood untuk bercinta, ya?"
"Setelah kau datang, mood-ku pun datang juga. Tapi...
sebentar, aku mau tengok Uca dulu."
Tika bersikap tidak keberatan. Ia biarkan Kanda menengok
Uca di kamar sebelah. Kamarnya Erwan. Di sana Kanda
melihat Uca tertidur dengan nyenyak sekali. Terselimuti rapat
dengan boneka Panda ada di sampingnya. Kanda merasa lega
dan bahkan sempat bangga,
karena Tika telah
memperlakukan Uca dengan baik.
Kanda sempat merasa terperanjat dalam hati melihat ada
boneka baru di samping boneka Panda. Boneka itu lebih kecil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan warnanya ungu. Bagus sekali. Terbuat dari bulu sintetis


yang lembut dan berwajah lucu. Kanda yakin, Uca pasti akan
menyukainya. Lalu, siapa yang membelikan boneka baru itu?
"Siapa lagi kalau bukan T ika!" jawab hati Kanda sendiri.
Kembali ke kamarnya, Kanda melihat wanita itu telah
mengenakan gaun yang terbuat dari bahan tipis warna ungu
transparan. Kanda berdebar-debar melihat tubuh molek itu
tergeletak di ranjang menunggu jamahan. Senyum Kanda pun
membias lebar sambil naik ke ranjang. Ia mengusap dada Tika
dengan lembut.
" Kau yang membelikan boneka ungu itu bukan?"
"Biar anak itu semakin senang hidupnya."
"Terima kasih. Kau telah ikut menyenangkan anak itu. Aku
semakin terkesan pada pribadimu, Tika."
"Upahnya mana dong?"
Tika mcnyodorkan bibirnya. Kanda mulai mendekat dan
mengecup lembut bibir itu. Tapi Tika mcmbalas dengan
melumat bibir Kanda lebih hangat lagi. Semakin lama semakin
liar lumatan bibir itu, sehingga Kanda tak bisa menghindari
tantangan untuk bercumbu. Maka ia biarkan seluruh
pakaiannya dilepasi oleh tangan nakal Tika. Sebentuk
kehangatan dan kenikmatan diberikan untuk Tika dengan
penuh semangat dan berapi-api sekali.
Dering HP terdengar. Waktu itu jarum jam sudah
menunjukkan pukul dua dini hari. Mereka baru saja selesai
menikmati kehangatan cinta. Tika belum sempat mengenakan
pakaiannya, demikian juga halnya dengan Kanda. Namun
agaknya Kanda harus menerima telepon itu, karena di layar
display tertera nomor telepon nimahnya Kumala Dewi.
"Ada dengan Kumala?" pikir Kanda. Ia pun segera
menyapa dengan suara pelan, agak parau.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hallo...."
"Kanda, bagaimana keadaan anak itu malam ini?"
"Tidur nyenyak."
"Nggak hilang lagi?"
"Nggak. Baru saja tadi kutengok. Dia ada di kamar
sebelah."
"Di kamar sebelah? Kenapa kau taruh di sana?"
"Hmm, eeh... anu...," Kanda agak bingung menjawabnya.
Sebelum pertanyaan itu terjawab, suara Kumala sudah
terdengar lebih dulu.
"Kanda, kau tahu mataku sekarang ini masih buta. Nggak
ada yang bisa menyembuh- kan mataku kecuali anak itu."
"Uca...?! Ah, masa dia bisa sembuhkan kebutaanmu sih?"
"Dengar, Kanda... ternyata aku salah duga. Pantas saja Uca
mempunyai kekuatan besar dan mampu menerobos pagar
gaibku, ternyata dia bukan titisan Raja Iblis."
"Lalu...."
"Aku telah berkonsultasi dengan ayahku, beberapa jam
yang lalu."
"Jadi kesimpulannya?" desak Kanda tak sabar.
"Uca adalah dewa perempuan. Dia adalah Dewi Cantika,
yaitu Dewi penguasa kecantikan."
"Oh, ya...?!"
"Dalam silsilahnya, dia termasuk kakak sepupuku. k
ilmuku kalah tinggi dengannya. Jadi kumohon padamu,
bawalah anak itu kemari agar dia bisa sembuhkan
kebutaanku."
"Malam ini?! Sekarang juga?!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya. Karena kesempatan sembuhku hanya tiga hari. Jika


dalam tiga hari aku belum bisa sembuh, maka aku akan buta
selamanya."
"Oh, kalau begitu... kalau begitu aku akan ke sana
sekarang juga. Aku akan membawanya demi kesembuhanmu,
Kumala."
"Sorry, aku nggak bisa datang sendiri ke rumahmu, karena
malam ini adalah ma lam purnama, aku tak boleh ke manamana."
Kanda tidak tahu bahwa pada malam purnama, Kumala
berubah menjadi seekor ular bersisik emas tapi berkepala
manusia. Karenanya, setiap malam bulan purnama, Kumala
selalu mengurung diri dalam kamarnya, sampai esok lusa baru
keluar. Karena esok paginya,. ia telah berubah menjadi gadis
cantik lagi.
"Aku harus membawa Uca kepada Kumala malam ini juga,
Tika."
"Gila kamu, ya?! Malam-malam begini mau bawa dia
pergi?!"
"Kumala butuh bantuannya. Dia harus disembuhkan dari
kebutaannya malam ini juga, T ika!"
"Tidak. Aku tidak izinkan kau membawa anak itu."
Kanda berkerut dahi. "Kenapa kau melarangku?!"
"Karena Kumala pantas menerima hukuman atas
kelancangannya! Biar saja dia buta, supaya dia tahu bahwa
bukan hanya dia yang mempunyai kesaktian kedewaan
Apakah mentang-mentang dia anak Dewa Permana dan Dewi
Nagadini, lantas dia boleh berbuat sesukanya begitu?"
Kanda semakin terheran-heran mendengar ucapan Tika.
"Dari mana kau tahu kalau dia anak diswa?! Apakah kau kenal
dia?!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tika turun dari ranjang, mengenakan pakaiannya: mini set.


Ia memandang Kanda dengan senyum tipis.
"Aku kenal betul siapa dia. Kalau aku mau, aku bisa
menghancurkannya!"
'Si... siapa kau sebenarnya, Tika?" sambil Kanda merinding.
Aku... adalah Uca-mu," Tika mendekat dengan wajah
lembut. la mengusap pipi Kanda dengan kedua tangan. "Aku
adalah Dewi Cantika Puri, kakak sepupu Dewi Ular?"
Kanda semakin tegang, tak bisa bicara. Tiba tiba sosok
cantik Tika lenyap. Sluuub...! ia berubah menjadi Uca yang
manja dan mungil. Gadis itu tersenyum memandangi Kanda
yang terperangah tegang sekali. Sluuub...! Uca berubah lagi
menjadi T ika yang sexy dan mengairahkan.
"Puas kau sekarang, Kanda?"
Pemuda itu masih tak bisa bicara. Tika melanjutkan
ucapannya.
"Aku diizinkan oleh Sang Hyang Maha Dewa untuk turun ke
bumi, mencari obat luka hati karena dikhianati oleh suamiku :
Dewa Garda. Dalam pengelanaanku, akhirnya kutemukan
dirimu. Kucoba kasih sayangmu kepada seorang anak, dan
kurasakan betapa sayangmu kepada bocah sekecil Uca. Tanpa
kau sadari kau telah mencurahkan kasih sayangmu padaku.
Karena itu aku memilih dirimu untuk menjadi suamiku, Kanda.
Tapi aku punya resiko sendiri untuk itu, yakni tidak bisa
kembali ke Kahyangan dan tetap menjadi manusia yang
mempunyai hak kesaktian dewi separuh bagian. Kusanggupi
resiko itu demi mendapatkan kebahagiaan cinta yang sejati
darimu, Kanda...."
Setelah bungkam sekian lama, akhirnya Kanda berkata,
"Aku bersedia menjadi suamimu, tapi ada satu syarat yang
harus kau penuhi. Sembuhkan kebutaan Dewi Ular, sebab dia
tidak tahu siapa Uca yang sebenarnya."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tika menghembuskan napas. "Kau mendesakku melakukan


hal yang tak ingin kulakukan. Tapi demi kasih sayangku
padamu, tak ada masalah untuk memenuhi keinginanmu itu,
Kanda...."
Dalam sekejap mata, Tika mampu membawa Kanda berada
di rumah Kumala Dewi. Dengan wibawa yang ada, Tika
berseru memanggil adik sepupunya itu.
"Kumala Dewi, keluarlah sekarang juga! Matamu akan
kusembuhkan demi cintaku pada Kanda!"
Terdengar suara Kumala berseru dari dalam kamar.
"Kakak sepupu, maafkan aku yang telah lancang ini. Tapi
semestinya kau tahu, malam ini adalah malam purnama. Aku
tak ingin keluar kamar. Kumohon masuklah kemari, Kakak
Dewi Cantika!"
"Rese juga luh!" geramnya, tapi Tika segera menerobos
masuk ke kamar Dewi Ular dengan cara menembus pintu.
Bleeesss...!
Akhirnya keduanya menjadi rukun dan damai. Dewi Ular
dan Dewi Cantika Puri saling berhubungan akrab. Kumala
benar-benar tclah disembuhkan dari kebutaannya. Wajahnya
menjadi cantik kembali. Sementara itu, sebagai imbalannya,
Kumala bersedia merayakan pesta perkawinan Kanda dengan
Dewi Cantika Puri.
Sejak perkawinan itu, Dewi Cantika kehilangan separuh
kesaktiannya dan menjadi manusia biasa. Tapi ia sangat
bahagia karena mendapatkan seorang suami yang sangat
setia padanya, penuh kasih sayang dan selalu memanjakan
dirinya..
Ikuti serial Dewi Ular selanjutnya dalam episode :
MAKHLUK SEBERANG ZAMAN.
SELESAI

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

You might also like