You are on page 1of 7

ISSN No.

1978-3787

Media Bina Ilmiah15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP


KONSUMSI ZAT GIZI (ENERGI, PROTEIN) PADA BALITA GIZI KURANG
DI DESA LABUHAN LOMBOK
Oleh :
Yuli Laraeni, Reni Sofiyatin, Yuanita Rahayu
Dosen Pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Abstract: "The relationship between the level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother
against the consumption of nutrients ( energy , protein ) on infant malnutrition in the village of Labuhan
Lombok "Toddler is one segment of the population that is vulnerable to malnutrition . The energy
consumption of protein is the amount of energy and protein derived from the food eaten . Knowledge ,
attitudes and behavior is closely related to maternal nutritional status of children.The purpose of this
study was to determine the relationship level of knowledge , attitudes , and behavior of the mother against
the consumption of nutrients ( energy , protein ) in children under five malnutrition in the village of
Labuhan Lombok . This study was a cross sectional study . The population in this study were all children
of malnutrition in the village of Labuhan Lombok with a total sample of 59 children malnutrition based
indices W / A . Samples were taken with Systematic Random Sampling method .Data used in the study of
primary data include data on the identity of children malnutrition , level of knowledge , attitude and
behavior of the mother , the intake of nutrients ( energy , protein ) children malnutrition . Secondary data
collected is a general overview of Labuhan Lombok Village area . Data were analyzed with descriptive
statistics and statistical test Chi-square test to determine the relationship between variables .The
percentage level of knowledge , attitudes and behavior of respondents most is knowledge of the
respondents are as many as 46 people ( 78 % ) . good attitude as much as 45 respondents ( 76.3 % ) . the
behavior of the respondents are as many as 34 people ( 57.6 % ) . The energy consumption of samples
classified category of heavy deficit by 22 people ( 37.3 % ) . The level of protein intake above the needs
of the samples belonging to as many as 23 people ( 39 % ) . There was no association between maternal
knowledge on energy consumption and protein malnutrition in young children based on the chi-square
test for energy ( P value> , ie 0.882 > 0.05 ) and protein ( P value> , ie 0.729 > 0.05 ) . There was no
association between maternal attitudes towards the consumption of energy and protein malnutrition in
children under five years based on the chi-square test for energy ( P value> , ie 0.882 > 0.05 ) . and
protein ( P value> , ie 0.154 > 0.05 ) and there was no association between maternal behavior towards
energy consumption and protein malnutrition in children under five years with the results of chi-square
test for energy ( P value> , ie 0.306 > 0 , 05 ) and protein ( P value> , ie 0.812 > 0.05 )
Keywords: Knowledge , Attitude , Behavior , Nutrition Toddler Consumption Less
PENDAHULUAN
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan
suatu masalah gizi yang disebabkan karena
berbagai faktor, terutama faktor makanan yang
tidak memenuhi kebutuhan akan energi dan protein
serta infeksi yang berdampak dari status gizi yang
baik menjadi status gizi kurang bahkan buruk
dimana KEP tersebut terjadi dalam jangkauan
waktu yang lama. Balita merupakan salah satu
golongan penduduk yang rawan terhadap
kekurangan gizi. Menurut Sediaoetama dalam
buku gizi reproduksi pada masa balita ditandai
dengan pertumbuhan serta perkembangan yang
sangat pesat disertai dengan perubahan yang
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih
banyak dengan kualitas yang tinggi (Waryana,
2010).
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi
bilamana kondisi tubuh memperoleh kecukupan

zat gizi yang digunakan secara efesien, sehingga


memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umum pada tingkat yang setinggi mungkin.
Konsumsi energi protein merupakan banyaknya
energi dan protein yang diperoleh dari makanan
yang dimakan. Dimana tubuh akan mendapatkan
kondisi kesehatan gizi yang optimal (Sediaoetama,
2008).
Pengetahuan, sikap serta perilaku ibu erat
kaitannya dengan status gizi balita. Kurangnya
pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua,
khususnya ibu merupakan salah satu penyebab
terjadinya
kekurangan
gizi
pada
balita,
pengetahuan juga mempengaruhi konsumsi pangan
seseorang yang dimana pengetahuan gizi yang
dimiliki berpengaruh terhadap keragaman jenis dan

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 9, No. 1, Februari 2015

16 Media Bina Ilmiah


jumlah makanan yang dikonsumsi oleh balita
(Hayati dan Yunitasari, 2011).
Sikap ibu juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Sikap
yang kurang baik terhadap pemberian makanan
pada ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi
anak, sehingga menghasilkan anak yang kurang
gizi (Hayati, 2011). Perilaku ibu juga erat
kaitannya dengan masalah kekurangan gizi pada
anak balita dapat dilihat dari adanya kebiasaan
yang salah dari ibu terhadap gizi anak balitanya.
Kurangnya gizi pada balita dapat juga disebabkan
oleh perilaku ibu dalam memilih bahan makanan
yang tidak benar, tersedianya jumlah makanan
yang cukup dan keanekaragaman makanan yang
sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu
(Mardiana, 2006)
Tujuan Umum penelitian ini untuk
mengetahui adanya hubungan tingkat pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi
(energi, protein) pada anak balita (12-59 bulan)
gizi kurang berdasarkan indeks berat badan
menurut umur (BB/U) di Desa Labuhan Lombok
Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok
Timur
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Crossectional dimana pengamatan variabel terikat
dan variabel bebas dilakukan pada waktu yang
bersamaan yakni untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap
konsumsi zat gizi (Energi, dan Protein) pada balita
gizi kurang dengan indeks BB/U berdasarkan
rancangan penelitian yakni Observasional Analitik
Penelitian dilaksanakan di Desa Labuhan
Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten
Lombok Timur. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari-Juli 2013. Adapun Populasi dalam
penelitian ini adalah semua balita gizi kurang
berdasarkan indeks BB/U di Desa Labuhan
Lombok yakni 140 balita, jadi populasi balita yang
akan di teliti yakni sebanyak 140 balita. Sampel
merupakan bagian dari populasi yang terpilih yang
memiliki kriteria Inklusi
1. Balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U
yang ada di Desa Labuhan Lombok.
2. Balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U
dengan usia 12-59 bulan di Desa Labuhan
Lombok.
Kriteria Eksklusi balita dalam kondisi sakit,
ibu menolak mengikuti penelitian, balita tidak
berdomisili di daerah penelitian
Jenis data a)tentang identitas balita gizi kurang
berdasarkan indeks BB/U (nama balita, umur
balita, nama ibu balita, berat badan, jenis kelamin,
_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015

ISSN No. 1978-3787


pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua), b)
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
terhadap konsumsi zat gizi (Energi, Protein) balita
gizi kurang berdasarkan indeks BB/U.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.

Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku


Ibu Balita Gizi Kurang
a. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan tentang konsumsi zat
besi pada ibu terhadap konsumsi zat gizi (energi
dan protein) merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku dalam upaya
pencegahan gizi buruk pada masa pertumbuhan
dan perkembangan anak balita. Dengan
mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk karena
kurangnya konsumsi energi dan protein yang
berasal dari makanan dan mengetahui penyakit dan
komplikasi dari gizi kurang serta upaya yang
dilakukan untuk pencegahan kejadian gizi kurang,
sehingga kejadian gizi kurang pada balita dapat
dikurangi. Ibu Balita harus memiliki pengetahuan
mengenai sumber makanan yang mengandung
energi dan protein, terutama untuk pertumbuhan
balita dan pengetahuan bagaimana memilih
makanan yang dapat meningkatkan atau
menghambat penyerapan protein. Pada tabel 1,
dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan
responden yang paling banyak adalah pengetahuan
cukup sebanyak 46 orang (78%)
Tabel1. Distribusi
Responden
No
1
2
3

Tingkat

Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Pengetahuan
N
8
46
5
59

%
13,6
78
8,5
100

2.

Sikap
Sikap ibu balita dalam menentukan pilihan
mengkonsumsi bahan makanan yang banyak
mengandung energi dan protein dapat merubah
pola makan yang beragam untuk menunjang
asupan energy dan protein bagi tubuh guna
mencegah gizi kurang pada masa balita dapat
menurunkan angka gizi kurang. tabel 2, dapat
dijelaskan bahwa tingkat sikap responden yang
paling banyak adalah sikap baik sebanyak 45 orang
(76,3%)
Tabel 2. Distribusi Tingkat Sikap Responden
No
1
2

Tingkat Sikap
Baik
Cukup
Jumlah

N
45
14
59

http://www.lpsdimataram.com

%
76,3
23,7
100

ISSN No. 1978-3787

Media Bina Ilmiah17

3.

Perilaku
Perilaku
sangat
berhubungan
dengan
pengetahuan, tetapi peningkatan pengetahuan tidak
selalu menyebabkan perubahan perilaku. Perilaku
kesehatan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
perilaku dan faktor nonperilaku. Pendidikan
merupakan bagian yang tidak terpisah dalam
menentukan cara terbaik untuk memulai proses
perubahan perilaku. Tabel 3, dapat dijelaskan
bahwa tingkat perilaku responden yang paling
banyak adalah perilaku cukup sebanyak 34 orang
(57,6%)
Tabel 3. Distribusi Tingkat Perilaku Ibu Sampel
No
1
2

b.

Tingkat Perilaku
Baik
Cukup
Jumlah

n
25
34
59

%
42,4
57,6
100

penting bagi tubuh karena selain sebagai sumber


energi, protein berfungsi sebagai zat pembangun
tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh. Pada tabel
5, dapat dijelaskan bahwa tingkat konsumsi protein
anak balita yang paling banyak tergolong kategori
diatas kebutuhan sebanyak 23 orang (39%)
c.

Hubungan Antar Varibel

1.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan


Konsumsi Energi
Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
energi masih dalam kategori cukup yang artinya
masih belum adanya kesadaran dari ibu pentingnya
tentang konsumsi energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan anaknya di masa balita
Tabel6. Hubungan
Pengetahuan
konsumsi energi

terhadap

Tingkat Konsumsi Zat Gizi

1.

Konsumsi Energi
Tingkat konsumsi energi balita apabila sudah
mengalami defisit akan mempengaruhi kondisi dan
status gizi anak balita, energi dibutuhkan anak
balita untuk masa pertumbuhan dan beraktivitas
sesuai dengan usianya. Berdasarkan tabel 4, dapat
dijelaskan bahwa tingkat konsumsi energi anak
balita yang paling banyak tergolong kategori
defisit berat sebanyak 22 orang (37,3%)

Tabel4. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi


Sampel
No
1
2
3
4
5

2.

Tingkat Konsumsi Energi


Defisit Berat
Defisit Ringan
Defisit Sedang
Diatas Kebutuhan
Normal
Jumlah

n
22
4
15
8
10
59

%
37,3
6,8
25,4
13,6
16,9
100

Konsumsi Protein

Tabel5. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein


Sampel
No
1
2
3
4
5

Tingkat Konsumsi
Protein
Defisit Berat
Defisit Ringan
Defisit Sedang
Diatas Kebutuhan
Normal
Jumlah

7
11
8
23
10
59

11,9
18,6
13,6
39
16,9
100

Konsumsi
energi
protein
merupakan
banyaknya protein yang diperoleh dari makanan
yang dimakanProtein merupakan zat yang sangat

Tabel 6 dapat digambarkan bahwa 46 orang


ibu balita gizi kurang yang memiliki pengetahuan
tergolong cukup, tingkat konsumsi energi anak
balita gizi kurangnya tergolong defisit berat yakni
sebanyak 16 orang (27,1%).
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa P
value lebih besar dari , yaitu 0,882 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu terhadap konsumsi energi pada
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu
balita dengan tingkat konsumsi energi balita.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Anisya Nurul (2012) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi asupan makan yaitu pengetahuan
dan keadaan sosial ekonomi (pendapatan) yang
mempengaruhi pemilihan jenis serta jumlah
makanan yang akan dikonsumsi.
Faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor
ekonomi (pendapatan) ibu anak balita gizi kurang.
Faktor ekonomi yang kurang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari, untuk menyediakan
makanan yang bersumber zat gizi energi masih
kurang karena tidak mampu menyediakan
makanan yang yang mengandung zat gizi berupa
energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak
balita makanan berupa snack ringan, yang dimana
snack memiliki kandungan energi yang tidak

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 9, No. 1, Februari 2015

18 Media Bina Ilmiah

ISSN No. 1978-3787

terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi


anak balita gizi kurang.
2.

Tabel 8. Hubungan Sikap terhadap konsumsi


energi

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan


Konsumsi Protein

Tabel7. Hubungan
Pengetahuan
konsumsi Protein

terhadap

Berdasarkan Tabel 7 dapat digambarkan


bahwa 46 orang ibu balita gizi kurang yang
memiliki pengetahuan tergolong cukup, tingkat
konsumsi protein anak balita gizi kurangnya
tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 18
orang (30,6%).
Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
P value lebih besar dari , yaitu 0,729 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu terhadap konsumsi protein pada
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu
balita dengan tingkat konsumsi protein balita.
Anak balita gizi kurang rata rata konsumsi
sumber protein tergolong diatas kebutuhan Hal ini
disebabkan oleh ketersediaan pangan yang terdapat
pada daerah penelitian yang merupakan daerah
pesisir pantai yang kaya akan sumber laut berupa
ikan, selain itu pemberian susu yang diberikan oleh
ibu kepada anak balitanya. Oleh karena ituanak
balita lebih banyak makan makanan sumber
protein dibandingkan dengan makanan yang
mengandung sumber karbohidrat.
Selain itu terdapat pula faktor infeksi yang
mempengaruhi konsumsi zat gizi anak balita gizi
kurang, yang dimana konsumsi protein pada anak
balita gizi kurang tergolong diatas kebutuhan,
sedangkan konsumsi energi tergolong defisit
berat, hal ini disebabkan tidak lain dari pada
penyakit infeksi yang bisa dialami oleh anak balita
gizi kurang seperti ISPA maupun diare.
Hubungan Tingkat Sikap Ibu dengan
Konsumsi Energi
Pada Tabel 8 dapat digambarkan bahwa 45
orang ibu balita gizi kurang yang memiliki sikap
tergolong baik, tingkat konsumsi energi anak balita
gizi kurangnya tergolong defisit berat yakni
sebanyak 18 orang (30,6%).

Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa


P value lebih besar dari , yaitu 0,882 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
sikap ibu terhadap konsumsi energi pada anak
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Anisya Nurul (2012) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara sikap dengan tingkat
konsumsi zat gizi energi.
Faktor yang mempengaruhi sikap ibu balita
gizi kurang disini diantaranya pengalaman dan
faktor ekonomi (pendapatan). Ibu balita gizi
kurang memiliki sikap gizi yang tergolong baik
berdasarkan
pengalamannya
dalam
mempersiapkan makanan untuk anak balita
tergolong baik, sedangkan untuk konsumsi energi
pada anak balita yang tergolong defisit berat
dipengaruhi oleh faktor ekonomi (pendapatan)
yang dimana masih kurang dalam menyediakan
makanan yang bersumber zat gizi energi masih
kurang karena tidak mampu menyediakan
makanan yang yang mengandung zat gizi berupa
energi. Ibu anak balita biasanya membelikan anak
balita makanan berupa snack ringan, yang dimana
snack memiliki kandungan energi yang tidak
terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan energi
anak balita gizi kurang.
4.

Hubungan Tingkat
Konsumsi Protein

Tabel9. Hubungan
Protein

Sikap

Sikap

Ibu

terhadap

dengan
konsumsi

3.

_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015

Berdasarkan Tabel 9 dapat digambarkan


bahwa 45 orang ibu anak balita gizi kurang yang
memiliki sikap tergolong baik, tingkat konsumsi
protein anak balita gizi buruknya tergolong diatas
kebutuhan yakni sebanyak 18 orang (30,6%).
http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787


Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
P value lebih besar dari , yaitu 0,154 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
sikap ibu terhadap konsumsi protein pada anak
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara sikap gizi ibu balita
dengan tingkat konsumsi protein balita.
Balita gizi kurang memiliki rata rata
konsumsi sumber protein tergolong diatas
kebutuhan Hal ini disebabkan oleh ketersediaan
pangan yang terdapat pada daerah penelitian yang
merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan
sumber laut berupa ikan, selain itu pemberian susu
yang diberikan oleh ibu kepada anak balitanya oleh
karena itu anak balita lebih banyak makan
makanan sumber protein dibandingkan dengan
makanan yang mengandung sumber karbohidrat.
5.

Media Bina Ilmiah19


masih kurang dalam menyediakan makanan yang
bersumber zat gizi energi masih kurang karena
tidak mampu menyediakan makanan yang yang
mengandung zat gizi berupa energi. Ibu anak balita
biasanya membelikan anak balita makanan berupa
snack
ringan, yang dimana snack memiliki
kandungan energi yang tidak terlalu banyak untuk
mencukupi kebutuhan energi balita gizi kurang.
6.

Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan


Konsumsi Protein

Tabel 11. Hubungan Perilaku terhadap konsumsi


Protein

Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan


Konsumsi Energi

Tabel 10. Hubungan Perilaku terhadap konsumsi


energi

Berdasarkan Tabel 10 dapat digambarkan


bahwa 25 orang ibu balita gizi kurang yang
memiliki perilaku tergolong baik, tingkat konsumsi
energi anak balita gizi buruknya tergolong defisit
berat yakni sebanyak 12 orang (20,3%).
Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
P value lebih besar dari , yaitu 0,306 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
perilaku ibu terhadap konsumsi energi pada anak
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara perilaku gizi ibu balita
dengan tingkat konsumsi energi balita.
Menurut Pranadji (1988) dalam penelitian
Rena Ningsih (2008),mengemukakan pengetahuan
gizi, sikap terhadap gizi, dan keterampilan gizi
secara bersama-sama akan menentukan perilaku
gizi.
Untuk konsumsi energi pada anak balita yang
tergolong
defisit
berat
faktor
yang
mempengaruhinya
yaitu
faktor
ekonomi
(pendapatan) ibu balita gizi kurang yang dimana

Berdasarkan Tabel 11 dapat digambarkan


bahwa 25 orang ibu anak balita gizi kurang yang
memiliki perilaku tergolong cukup tingkat
konsumsi protein anak balita gizi buruknya
tergolong diatas kebutuhan yakni sebanyak 14
orang (23,8%). Hal ini menunjukkan perilaku ibu
tidak mempengaruhi konsumsi protein pada balita
gizi kurang.
Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
P value lebih besar dari , yaitu 0,812 lebih besar
dari 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara
perilaku ibu terhadap konsumsi protein pada anak
balita gizi kurang dengan indeks BB/U. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Rena Ningsih (2008) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara perilaku gizi ibu balita
dengan tingkat konsumsi protein balita.
Perilaku ibu tergolong cukup. Hal ini
disebabkan pengetahuan dan sikap ibu balita gizi
kurang dalam mengetahui dan menyajikan
makanan untuk balita gizi kurang.
Untuk
konsumsi protein tergolong diatas kebutuhan, hal
ini disebabkan oleh ketersediaan pangan yang
terdapat pada daerah penelitian yang merupakan
daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber laut
berupa ikan, selain itu pemberian susu yang
diberikan oleh ibu kepada anak balitanyayang
menyebabkan anak balita lebih banyak makan
makanan sumber protein dibandingkan dengan
makanan yang mengandung sumber karbohidrat.
Selain faktor ketersedian pangan, faktor
infeksi juga mempengaruhi konsumsi zat gizi anak
balita gizi kurang, dimana berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan konsumsi protein pada anak

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 9, No. 1, Februari 2015

20 Media Bina Ilmiah


balita gizi kurang tergolong diatas kebutuhan,
sedangkan konsumsi energi tergolong defisit
berat, hal ini bisa juga disebabkan oleh penyakit
infeksi yang bisa dialami oleh anak balita gizi
kurang terutama ISPA maupun diare.
Perilaku ibu pada penelitian ini tergolong
cukup, berbeda halnya dengan perilaku anak balita
gizi kurangnya, dimana ibu sudah membiasakan
diri sebelum memberi makan kepada anak
balitanya selalu mencuci tangan, berbeda hal
dengan anaka balita, setelah bermain dengan
temannya atau setelah bermain tanah, langsung
makan makanan yang diberikan kepadanya tanpa
mencuci tangan sebelumnya.

ISSN No. 1978-3787


6.

7.

b.
1.

PENUTUP
a.
1.

2.

3.

4.

5.

Simpulan
Tingkat pengetahuan dan perilaku ibu balita
yang tertinggi
dengan kategori cukup
terbanyak, sedangkan sikap ibu balita gizi
kurang yang tertinggi adalah sikap dengan
kategori baik
Tingkat konsumsi zat gizi energi dengan
kategori defisit berat sebanyak
Hal ini
disebabkan oleh faktor ekonomi (pendapatan)
ibu balita yang kurang untuk memenuhi
syaarat kebutuhan sehari dan menyediakan
makanan yang bersumber zat gizi, serta
kebiasaan ibu membelikan balita makanan
berupa snack ringan
Tingkat konsumsi zat gizi protein pada balita
gizi kurang yang tertinggi adalah tingkat
konsumsi dengan kategori diatas kebutuhan.
Hal ini disebabkan oleh ketersediaan pangan
yang terdapat pada daerah penelitian yang
merupakan daerah yang kaya akan sumber
laut berupa ikan serta pemberian susu kepada
anak balita.
Belum terdapat perubahan terhadap perilaku
pada ibu dalam memperbaiki konsumsi zat
gizi (Energi, Protein) anak balitanya
disebabkan ada beberapa faktor yakni
pendapatan, kebiasaan ibu yang memberikan
snack lebih banyak dibandingkan makanan
pokok kepada balita gizi kurang
Faktor lain yang menyebabkan konsumsi zat
gizi anak balita yang berbeda dimana
konsumsi energi tergolong defisit berat
sedangkan konsumsi protein tergolong diatas
kebutuhan yakni faktor penyakit infeksi,
dimana sangat mempengaruhi konsumsi zat
gizi pada anak balita, selain itu perilaku
daripada anak balita yang setelah bermain
tanah tidak mencuci tangannya langsung
makan makanan yang diberikan kepadanya

_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015

2.

3.

Tidak ada hubungan pengetahuan, sikap dan


perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi energi
pada anak balita (12-59 bulan) gizi kurang di
Desa
Labuhan
Lombok
Kecamatan
Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur
Tidak ada hubungan pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu terhadap konsumsi zat gizi
protein pada anak balita (12-59 bulan) gizi
kurang di Desa Labuhan Lombok Kecamatan
Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur
Saran
Petugas
memberikan
informasi
atau
penyuluhan kepada ibu balita gizi kurang
mengenai makanan yang bergizi dengan cara
memanfaatkan sumber daya alam dan
penganekaragaman makanan yang ada di
sekitar pada saat kegiatan posyandu
Ibu balita gizi kurang diharapkan banyak
menanyakan mengenai makanan yang bergizi
khususnya untuk kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan anak balita kepada petugas
puskesmas pada saat kegiatan posyandu
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai, infeksi, pola makan dan pola
asuh balita gizi kurang di daerah pesisir pantai

DAFTAR PUSTAKA
Aeny,

Anisya
Nurul.
2012.
Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri
Tentang
Gizi
Seimbang
Dengan
Konsumsi Zat Gizi (Energi, Protein Dan
Fe) (Study Di SMPN 14 Mataram).
Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan
Kemenkes Mataram Jurusan Gizi.
Mataram

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.


PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Azwar, Azrul. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi
Dan Tantangan Di Masa Datang.
Didalam : Pertemuan Advokasi Program
Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar
Gizi di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27
September 2004
Berg, Alan. 1986. Peranan Dalam Pembangunan
Nasional. Penerbit CV.Rajawali. Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2010. Data
Pemantauan Status Gizi
Fatimah, Sari, Ikeu Nurhidayah, dan Windy
Rakhmawati. 2008. Faktor-Faktor Yang
Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada
Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Unpad Vol 10 No.
http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787


XVIII Maret 2008 September 2008 Hal
37. Padang
Gabriel, A. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) Serta Hidup Bersih dan
Sehat Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi
Dan Kesehatan Balita Di Desa
Cikarawang Bogor. Skripsi Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya
Keluarga Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Handono, Nugroho Priyo. 2010. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi, Pola
Makan, Dan Energi Tingkat Konsumsi
Dengan Status Gizi Anak Usia Lima
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas
Selogiri
Wonogiri.
http:\\www.akpergshwng.com\upload\nas
pub_handono.pdf (Diakses pada 23
0ktober 2012 Pukul 19:25)
Hayati,

Maria
Posma.
2011.
Pengaruh
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Serta
Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap
Pemberian Makanan Pada Balita Di
Puskesmas Bandar Khalifah Kabupaten
Serdang Bedagai. Tesis Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Sumatera Utara, Medan

Khomsan, Ali. 2004. Pangan Dan Gizi Untuk


Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada.
Jakarta
Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu
Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas
Tanjung Beringin Kecamatan Hinai
Kabupaten Langkat. Skripsi Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Sumatera Utara, Medan
Munir,

Miftahul. 2012. Hubungan Antara


Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Balita (1-5 Tahun) Di
Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja
Puskesmas Jenu-Tuban. Skripsi STIKES
NU Tuban, Tuban

Ningsih, Rena. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi


Ibu
Serta
Hubungannya
Dengan
Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Balita
Di Desa Babakan Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor. Skripsi Program Studi
Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya
Keluarga Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2005.Metodelogi
Penelitian Kesehatan.PT Rineka Cipta.
Jakarta

Media Bina Ilmiah21


PERSAGI. 2009. Kamus Gizi Pelengkap
Kesehatan Keluarga. PT Kompas Media
Nusantara. Jakarta
Prakoso, Indra Bakti, Ahmad Yamin dan Raini
Diah Susanti, 2012 Hubungan Perilaku
Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi
Dan Tingkat Konsumsi Energi Dengan
Staus Gizi Balita Di Desa Cibeusi
Kecamatan
Jatinangor
Kabupaten
Sumedang. Skripsi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran,
Bandung
Puskesmas Labuhan Lombok. 2012. Hasil Pekan
Penimbangan Bulan Agustus
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2008. Ilmu Gizi.
Dian Rakyat. Jakarta
Suhardjo, dkk. 2009. Pangan, Gizi Dan Pertanian.
UI Press. Jakarta
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB
Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan Dan Gizi.
PT Bumi Aksara. Jakarta
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan
Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.
EGC. Jakarta
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama.
Yokyakarta
Wawan, A dan Dewi. M. 2010. Teori Dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika.
Yokyakarta
Widya

karya Nasional Pangan


III.1996.LIPI.Jakarta

dan

Gizi

Wirjatmadi, Bambang dan Merryana Adriani.


2012. Peranan Gizi Dalam Siklus
Kehidupan. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta
Yunitasari, W. 2011. Hubungan Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Ibu Tentang Gizi
Seimbang Terhadap Status Gizi Balita
Usia 3-4 Tahun Di Posyandu RW 21
Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan
Sukmajaya Depok. Skripsi Program
Studi Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Yokyakarta

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 9, No. 1, Februari 2015

You might also like