Professional Documents
Culture Documents
12:10 PM No comments
Filsafat dalam Bahasa Inggris, yaitu :philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari
Bahasa Yunani : philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
ketrampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom)
Sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang pengetahuan itu. Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa filsafat
ilmu itu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan
cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Filsafat memiliki beberapa tujuan yang juga perlu kita ketahui. Tujuan-tujuan
tersebut
antara
lain:
* Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami
sumber,
hakikat
dan
tujuan
ilmu.
* Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang, sehingga kita mendapati gambaran tentang proses ilmu kontemporer
secara
histories.
* Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan ilmiah dan nonilmiah.
* Mendorong para calon ilmuwan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami
ilmu
dan
mengembangkannya.
* Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama
tidak ada pertentangan.
Ruang Lingkup Objek Filsafat Ilmu
Ontologi: Ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup yang
menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika).
Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan
professional? (filsafat etika).
Aksiologi Ilmu
Rasa keingin tahuan manusia ternyata menjadi titik-titik perjalanan manusia yang takkan
pernah usai. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam penelitian dan hipotesa awal
manusia terhadap inti dari keanekaragaman realitas. Proses berfilsafat adalah titik awal
sejarah perkembangan pemikiran manusia dimana manusia berusaha untuk mengorek,
merinci dan melakukan pembuktian-pembuktian yang tak lepas dari kungkunga
Kemudian dirumuskanlah sebuah teori pengetahuan dimana pengetahuan menjadi
terklasifikasi menjadi beberapa bagian. Melalui pembedaan inilah kemudian lahir sebuah
konsep yang dinamakan ilmu. Pengembangan ilmu terus dilakukan, akan tetapi disisi
lain. Pemuasan dahaga manusia terhadap rasa keingintahuannya seolah tak berujung dan
menjebak manusia ke lembah kebebasan tanpa batas. Oleh sebab itulah dibutuhkan
adanya pelurusan terhadap ilmu pengetahuan agar tidak terjadi kenetralan tanpa batas
dalam ilmu. Karena kenetralan ilmu pengetahuan hanyalah sebatas metafisik keilmuan.
mengelilingi matahari.
II Pembahasan
A. Pengertian Aksiologi dan Ilmu
1. Definisi Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai
atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau
suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana
tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi
dapat terwujud.
2. Definisi Ilmu
Ilmu adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu scientia yang berarti ilmu. Atau
dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau
sains adalah pengakajian sejumlah penrnyataan-pernyataan yang terbukti dengan faktafakta dan ditinjau yang disusun secara sitematis dan terbentuk menjadi hukun-hukum
umum.
B. Perbedaan dan Fungsi Ilmu
1. Perbedan Ilmu, dan Pseudo Ilmu
Dari definisi diatas setidaknya kita bisa menarik satu kesimpulan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis, dapat diterima oleh akal melalui
pembuktian-pembuktian empiris.
Disisi lain ada sebuah kategori yaitu Pseudo Ilmu. Secara garis besar pseudo ilmu adalah
pengetahuan atau praktek-praktek metodologis yang di klaim sebagai pengetahuan.
Namun berbeda dengan ilmu, pseudo ilmu tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang
di
Keberadaaan ilmu timbul karena adanya penelitian-penelitian pada objek- objek yang
sifatnya empiris. Berbeda halnya dengan pseudo ilmu yang lahir atau timbul dari
pentelaahan objek-objek yang abstrak. Landasan dasar yang dipakai dalam pseudo ilmu
epistmologinya.
2. Fungsi Ilmu
Sebelumnya kita telah berbicara mengenai bagaimana perbedaan ilmu dan pseudo ilmu
dilihat dari karakter objek penelitiannya. Berikutnya kita akan membicarakan apa
sebenarnya fungsi dan kegunaan pegetahuan. Argumen-argumen yang dikemukakan
dalam pengetahuan kemudian menjadi satu bentuk konsep yang terangkum dalam sebuah
teori.
Menurut Ahmad Tafsir, teori mempunyai tiga fungsi dilihat dari kegunaan teori tersebut
sebagai bentuk perlawanan terhadap keangkuhan sebuah negara Adi Kuasa. Gejalanya
dapat kita lihat dari maraknya beberapa kelompok yang menamakan dirinya sebagai
kelompok anti Amerika. Al-Qaeda misalnya, sebuah oraganisasi rahasia yang menjadi
tentang keseimbangan alam yang rusak oleh perilaku manusia itu sendiri.
Ketiga, Teori sebagai Alat pengontrol. Dalam fungsi ini ilmuwan selain mampu membuat
ramalan berdasarkan eksplanasi gejala, juga dapat membuat kontrol terhadap masalah
yang terjadi. Kita bisa melihat dari solusi yang ditawarkan oleh para ilmuwan.
C. Teori tentang Nilai
1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru
karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas
pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value baound. Sekarang mana yang
lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai?
Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan ilmu
pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam melakukan
penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan maupun
terjadi sebaliknya. karena dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.
Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai ternyata
melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan pengetahuan
sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya tersebut justru
menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah carl Gustav Jung bukan lagi
Pengertian AksiologI
Okt 15
ainun abrorTak Berkategori No Comments
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya[1]. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios
yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.[2] Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya
pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.
ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh
berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara
peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan
harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis,
agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas
melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada
proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilai objektif hanya
menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif [4].
Azra Azyumardi, Integrasi Keilmuan, (Jakarta: PPJM dan UIN Jakarta Press)
Bidin Masri Elmasyar, MA, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, (Jakarta: UIN
Jakarta Press)
Salam Burhanuddin, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta,
1997), cet. Ke-1
Sumatriasumatri Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1988)
[1] Burhanuddin salam, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta,
1997), cet. Ke-1, hal. 168.[2] Jujun S.Sumatriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
(Jakarta: Sinar Harapan, 1988) hal. 234.[3] Masri Elmasyar Bidin, MA, dkk, Integrasi Ilmu
Agama dan Ilmu Hukum, (Jakarta: UIN Jakarta Press) hal. 75-77
[4] Azra, M.A, Integrasi Keilmuan,hal. 90-.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John
Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
Aksiologi Kritikal terhadap Semangat dan Ideologi Kebangsaan Indonesia dalam Arus
Globalisasi
Liht juga: http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2010/03/filsafat-ilmu_16.html
Bab I
Pendahuluan
Peryataan di sekitar batas wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan moral, nilai
yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuan telah menempatkan
aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting. Karena itu, salah stu aspek pembahasan
integrasi keilmuan ialah aksiologi ilmu.
Dalam pembahasan terdahulu sama-sama kita telah membahas tentang hakekat apa/objek
yang dikaji (ontologis), dan bagaimana cara mendapatkan (epistimologis) ilmu, baik ilmu-ilmu
agama islam maupun ilmu-ilmu umum yang dikaitkan dengan integrasikedua ilmu tersebut. Kini
sampailah pada tahap pembahasan aksiologi (nilai kegunaan dari ilmu-ilmu tersebut).
Bab II
Pembahasan
1. Aksiologi
Sebelum pembahasan lebih lanjut , terlebih dahulu perlu penjelasan arti dan defenisi arti
aksiologi. Secara harfiah , aksiologi berasal dari dua kata, aksio (yunani) yang berarti nilai dan
logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.1 Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh..2 Sedangkan Aksiologi menurut Bramel, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
pertama, moral conduct. (tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni,
etika)
2.
3.
Ketiga, socio-politikal life. (kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio
pilotok)3
Dalam Ensyclopedia of Philosophi dijelaskan, aksiologi disamakan dengan nilai dan
Beberapa definisi aksiologi diatas menunjukkan bahwa masalah utama yang menjadi
fokus aksiologi ialah nilai dan penilaian. Nilai yang dimiliki oleh sesorang merupakan karangka
untuk melakukan pertimbangan tentang suatu objek yang dinilai.4
Berkaitan dengan aksiologi, Drs. Prasetya mengatakan bahwa Aksiologi adalah study
tentang nilai, sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh
setiap insan, adapun nilai yang dimaksud, yaitu:
1. Nilai jasmani (nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna), dan
2. Nilai rohani (nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika dan nilai religi)
Dari nilai-nilai tersebut, nilai hidup merupakan nilai dasar, yaitu sesuatu yang dikejar
manusia bagi kelangsungan hidupnya. Sedangkan nilai religi adalah nilai utama, yaitu sesuatu
yang didambakan manusia untuk kemuliaan dirinya.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu,
setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara
menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara
yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang
berkembang dalam kehidupan manusia.6
Kesimpulan
PENDAHULUAN
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti
sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai
rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk
pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan
lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah
wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan
berbagaai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia
bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,
komunikasi dan lain sebagainya. Simgkatnya ilmu merupakan sarana untuk
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya,
pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan
malapetaka bagi manusia itu sendiri, seperti yang terjadi di Bali 6 tahun yang lalu
dan menciptakan senjata kuman yang dipakai sebagai alat untuk mrmbunuh
sesama manusia. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proporsional dan memihak
pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada
nilai-nilai, maka yaang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi teknologi yang
benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari
ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika
keilmuwan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang
ilmuwan harus dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab
akademis dan tanggung jawab moral.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan aksiologi, di bawah ini diuraikan
beberapa definisi tentang aksiologi, diantaranya :
1. Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti
teori tentang nilai.
2. Aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai. Salah
satu yang mendapat perhatian adalah masalah etika/kesusilaan. Dalam etika, obyek
materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan
obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak
bermoral dari suatu perilaku manusia.
3. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.
4. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian, yaitu :
a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni
etika.
b. Esthetic Expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan Keindahan
c. Sosio Political Life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat
sosio-politik.
5. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value
and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation.
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian
yang lebih sempit seperti, baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian
yang lebih luas mencakupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran
dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas, merupakan kata benda asli untuk
seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra sebagai lawan dari suatu yang
lain dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika.
Lewis menyebutkan sebagai alat untuk mencapai beberapa tujuan, sebagai nilai
instrumental atau menjadi baik atau sesuatu yang menarik, sebagai nilai inheren
atau kebaikan seperti estetis dari sebuah karya seni, sebagai nilai intrinsik atau
menjadi baik dalam dirinya sendiri, sebagai nilai kontributor atau nilai yang
merupakan pengalaman yang memberikan kontribusi.
b. Nilai sebuah kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau
nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti
nilainya, nilai dia dan system nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang
memiliki nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak
dianggap baik atau bernilai.
c. Nilai juga dikatakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan
dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif
digunakan untuk menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.
B. NILAI ILMU DAN MORAL
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan
jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, yaitu:
1. Etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Seperti ungkapan saya pernah belajar
etika.
2. Merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatanperbuatan, atau manusia yang lain.seperti ungkapan ia bersifat etis atau ia
seorang yang jujur atau pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan
bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik
dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang
melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimilki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya.
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan
yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat
berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya, atau
eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang
melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun
fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan
hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau
tidak senang. Misalnya, seorang melihat matahari yang sedang terbenam di sore
hari. Akibat yang dimunculkannya adalah menimbulkan rasa senang karena melihat
betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakan nilai yang subjektif dari
seseorang dengan orang lain akan memiliki kulitas yang berbeda.
Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme.
Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, sesuatu yang memilki kadar secara realitas benar-benar ada. Misalnya,
kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan pada objektivitas
fakta, kebenaran tidak diperkuat atau diperlemah oleh prosedur-prosedur. Demikian
juga dengan nilai. Orang yang berselera rendah tidak mengurangi keindahan
sebuah karya seni.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalahmasalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (14731543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa
bumi yang berputar mengelilingii matahari dan bukan sebaliknya seperti apa
yang dinyatakan dalam ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan
moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara
metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan dipihak
lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan
(nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran ajaran diluar bidang keilmuwan
diantaranya agama.
Dalam kurun ini para ilmuwan berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan
penafsiran alam sebagaimana adanya dengan semboyan: Ilmu yang Bebas Nilai!
Dihadapkan dengan masalah moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat
merusak, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat, yaitu:
1. Golongan pertama berpendapat bahwa ilmu harus berifat netral terhadap
Nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis.
Dalam hal ini ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada
orang lain untuk mempergunakannya, apakah akan dipergunakan untuk tujuan
yang baik ataukah untuk tujuan yang buruk. Golongaan ingin melanjutkan tradisi
kenetralan ilmu secara total, seperti pada waktu era Galileo.
2. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaanya haruslah
berlandaskan nilai-nilai moral.
Golongan kedua mendasarkan pendapatnyaa pada beberapa hal, yakni:
a. Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia, yang
dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologiteknologi keilmuwan.
b. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makim esoteric hingga kaum ilmuwan
lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi
penyalahgunaan.
c. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa di mana terdapat kemungkinan bahwa
ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada
kasus revolusi genetika dan teknik perbuatan sosial.
Berdasarkan ketiga hal di atas, maka golongaan kedua berpendapat bahwa ilmu
secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan
martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Etika keilmuwan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsipetis
yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam
ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuwan adalah agar seorang ilmuwan dapat
menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang
buruk ke dalam perilaku kailmuwannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang
mempertanggungjawabkan perilaku ilmiahnya.
Etika normatif menetapakan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian
terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang
seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan dengan yang
seharusnya terjadi.
Nlai dan norma yang harus berada pada etika keilmuwan adalah nilai dan norma
moral. Lalu apa yang menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai moral
tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia berada pada atau menjadi milik seseorang, ia
akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, budaya dan
sebagainya. Yang paling utama dalam nilai moral adalah yang terkait dengan
tanggung jawab seseorang. Norma moral menentukan apakah seseorang berlaku
baik ataukah buruk dari sudut etis. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral
yang dimilikinya akan menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang
baik atau belum.
Penetapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu
berupa teknologi, maupun teori-teori emansipasi masyarakat dan sebagainya itu,
mestilah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat dan
sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan tersebut sudah tidak bebas nilai. Karena
ilmu sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas dan masyarakat akan
mengujinya.
Di tengah situasi di mana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuwan
harus tampil ke depan. Pengetahuan yang dimilkinya merupakan kekuatan yang
akan memberinya keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat
yang sedang membangun, seorang ilmuwan harus bersikap sebagai seorang
pendidik dengan memberikan contoh yang baik.
Kemudian bagaimana solusi bagi ilmu yang terikat dengan nilai-nilai? Ilmu
pengetahuan harus terbuka pada konteksnya, dan agamalah yang menjadi