You are on page 1of 36

REFERAT RADIOLOGI

USG Nefrolitiasis
Oleh : Fitria Ratna Sari
08310125

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urolitiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus)
dimana saja pada sistem penyalur urine, tetapi
batu umunya tebentuk di ginjal. Urolitiasis
sering terjadi, yang di buktikan oleh
ditemukannya batu pada sekitar 1% autopsi.
Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih
terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu bulibuli, dan batu uretra, tetapi yang paling sering
ditemukan adalah di dalam ginjal.

Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan
radiologik, laboratorium dan penunjang lain
Ultrasonografi (USG) merupakan pemeriksaan
penunjang yang paling berharga untuk saluran
kemih dan merupakan pilihan utama. Pemeriksaan
ini sangat efektif dalam menilai ukuran ginjal,
pertumbuhan, massa, obstruksi ginjal, volume sisa
kandung kemih.

BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

2.1. Anatomi

2.2. Fisiologi
Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh
melalui urine, ginjal berfungsi juga dalam
a) mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron
dan ADH (anti diuretic hormone) dalam mengatur
jumlah cairan tubuh,
b) mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin
D,
c) menghasilkan beberapa hormon, antara lain :
eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel
darah merah, renin yang berperan dalam mengatur
tekanan darah, serta hormon prostalglandin.

2.3. Batu saluran kemih


Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).
Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari
batu ginjal, batu ureter, batu buli-buli, dan batu uretra,
tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalam
ginjal. Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal
disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam
kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit.

BAB III
USG NEFROLITIASIS
3.1. Nefrolitiasis
A. Definisi
Batu ginjal adalah massa padat yang
terbentuk di dalam ginjal yang
terbuat dari gabungan kristal-kristal
garam dan mineral. Satu atau lebih
batu dapat berada dalam ginjal atau
ureter pada saat yang sama.

B. Etiologi
1. Faktor intrinsik antara lain :
a) Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
b) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.
2. Faktor ekstrinsik antara lain :
a. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stonebelt.
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi.
d. Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

C. Patofisiologi
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh
bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap
berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut)
dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi
kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang
kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik
bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar.

D. Gambaran Klinis
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat.
nyeri punggung (nyeri ketok costovertebral) atau kolik
renalis (nyeri kolik yang hebat).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam
air kemih (hematuria makroskopik dan mikroskopik).
Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama
ketika batu melewati ureter, dan pernah mngeluarkan
batu ketika kencing.
Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Polos Abdomen
Secara radiologi, batu dapat radiopak
atau radiolusen.
Jenis Batu

Radioopasitas

Kalsium

Opak

MAP

Semi opak

Urat/ Sistin

Non Opak

2. Intra Vena Pielografi (IPV)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai
keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu IPV dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun batu
nonopak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos abdomen.

3. Ultrasonografi (USG)
dikerjakan bila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita
yang sedang hamil.

3.2 USG Nefrolitiasis


USG merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana
kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan
serta hubungan dengan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau
di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan Pielografi
ginjal. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis
batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran
kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan
batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertinggalnya batu.

A. Indikasi USG pada batu ginjal


untuk menentukan perubahan obstruksi
dan lokasi batu.
dikerjakan bila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan:
alergi terhadap bahan kontras,
faal ginjal yang menurun, dan
pada wanita yang sedang hamil.

B. Kontraindikasi USG pada batu ginjal


Pemeriksaan USG ginjal merupakan
pemeriksaan yang tidak invasif, tidak
bergantung pada faal ginjal, tidak
dijumpai efek samping, tanpa
kontras, tidak sakit, relatif cepat dan
mudah di kerjakan sehingga tidak
ada kontraindikasi bagi siapapun.

C. Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk
meminimalkan gas di usus yang dapat menghalangi
pemeriksaan
Puasa 6 jam sebelum pemeriksaan
Menahan buang air kecil 2 jam sebelum pemeriksaan
Setengah jam sebelum pemeriksaan dianjurkan minum air
minum sebanyak 200-400 ml.
Pasien diperiksa pada kandung kecing dalam keadaan
terisi yang optimal, dalam arti tidak dalam teregang penuh,
kecuali untuk melihat reflux vesicoureteral.

D. Persiapan Alat dan Bahan


Untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau
nyeri saat dilakukannya pemeriksaan
ultrasonografi gel ultrasound dihangatkan
Mesin Ultrasound denganColourflow
Doppler, dan Power Doppler
Transducer conveks frekuensi rendah(2,5-3,5
MHz)
Gel ultrasound transmission, dan tisu
Penutup tubuh pasien

E. Teknik Pemeriksaan USG ginjal


1. Ginjal terletak retroperitoneal terhadap dinding belakang
abdomen. Kutub bawah dan bagian tengah ginjal lebih
mudah dilihat karena letaknya jauh dibawah iga
2. Sonic window yang digunakan adalah otot perut
belakang dan postero-lateral serta celah iga. Pada ginjal
kanan, hepar digunakan juga sebagai sonic window,
sedang pada ginjal kiri lambung yang berisi air sebagai
sonic window.
3. Fokus transduser yang digunakan sekitar 5cm, 2,5-3,5
Mhz cukup memadai, pada orang kurus atau anak
digunakan transduser 5Mhz, sedang pada orang gemuk
sekali 1,5-2 Mhz mungkin lebih berguna.

5. pemeriksaan pada ginjal kanan,


penderita berbaring terlentang dan diminta untuk menahan
napas pada inspirasi dalam, dengan mengatur letak
transduser miring ke bawah lengkung iga kanan, sejajar
atau tegak lurus terhadap sumbu ginjal. Pemeriksaan
dimulai dari bagian medial sampai ke lateral secara teratur
berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini paling baik untuk menilai
parenkim ginjal.

Penderita berbaring miring ke kiri (LLD) pemeriksaan dapat


dilakukan dari permukaan posterior sampai ke axilaris
anterior. Penderita berbaring telungkup dan menahan
napas pada inspirasi dalam. Pada posisi ini ginjal dapat
diperiksa dalam penampang membujur atau melintang,
dengan meletakkan tranduser disebelah kanan lateral garis
tengah dan diatur sejajar atau tegak lurus sumbu ginjal.

6. pemeriksaan pada ginjal kiri


Gambaran ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan
pada posisi berbaring miring ke kanan ( RLD). Penampang
koronal dapat diperiksa dengan meletakkan transduser
sejajar garis aksiler posterior kiri, melalui daerah
pinggang dibawah lengkung iga atau di sudut
kostovertebra kiri pada inspirasi dalam.
Penderita berbaring telungkup, seperti memeriksa ginjal
kanan, tetapi transduser diletakkan disebelah kiri lateral
garis tengah atau axilaris posterior kiri. Posisi terlentang
tidak dianjurkan untuk memeriksa ginjal kiri karena
gambaran ginjal terganggu oleh bayangan udara di dalam
lambung dan usus, kecuali bila lambung diisi air (minum).

F. Hasil Pemeriksaan
1. Sonogram ginjal normal
Ukuran ginjal normal : untuk ginjal kanan 8-14cm, untuk
ginjal kiri: 7-12cm
Gambaran kapsul ginjal : lemak perirenal tampak sebagai
lapisan berdensitas eko tinggi mengelilingi sisi luar ginjal
Gambaran parenkim ginjal : eko parenkim ginjal relative
lebih rendah dibanding eko sinus ginjal. Eko korteks lebih
tinggi daripada eko medulla, yang relative lebih sonolusen.
Gambaran sinus ginjal : eko sinus ginjal dikenal sebagai
central pelvicaliceal echo complex, terlihat sebagai
kumpulan eko kasar bersonodensitas tinggi dibagian
tengah ginjal.

Gambar ginjal normal, korteks hipoekoik


dengan tebal normal (1/2 atau 1/3 sinus
renal). Pada sinus renal yang hiperekoik
terlihat bercak-bercak anekoik dari system
kalises.

2. Gambaran Nefrolitiasis
Nefrolitiasis tampak sebagai opasitas dengan
reflektif yang tinggi di daerah sinus ginjal, yang
di sertai suatu acoustic shadow di distalnya.
Kadang-kadang terutama pada keadaan
nondistended urinary tract, eko dari batu
umumnya tidak dapat dibedakan dengan
ekogenik dari sktruktur sinus renalis.
Bila batu penyebabnya, maka dapat ditemukan
gambaran pelebaran kalises atau pelvis ginjal
(hydronefrosis) dan batu lebih mudah terlihat

Gambar Tampak batu berupa


bayangan hiperekoik dengan reflektif
yang tinggi, disertai acoustic shadow.

Gambar Tampak batu berupa bayangan hiperekoik dengan reflektif yang


tinggi, disertai acoustic shadow. Tampak pula pelebaran system kalises.
Bayangan hiperekoik muncul akibat gaung atau eko menembus batu
ginjal yang padat sehingga timbul reflektif yang tinggi dan juga timbul
acoustic shadow karena gaung tidak dapat menembus masa padat (batu
ginjal).

BAB IV
KESIMPULAN

1. Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan


keadaan tidak normal dalam ginjal dan
mengandung komponen kristal serta matriks
organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di
pelvis atau kaliks dan bila akan keluar dapat
berhenti di ureter atau di kandung kemih.
2. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).

3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan


untuk penegakkan diagnosis dan rencana terapi
antara lain Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra
Vena (PIV),Ultrasonografi, pemeriksaan
mikroskopik urin, Renogram, analisis batu,
kultur urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit
4. USG merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alatalat tubuh, dimana dapat dipelajari bentuk,
ukuran anatomis, gerakan serta hubungan
dengan jaringan sekitarnya.

5. Ultrasonografi (USG) merupakan pemeriksaan


penunjang yang paling berharga untuk saluran
kemih dan merupakan pilihan utama. Pemeriksaan
ini sangat efektif dalam menilai ukuran ginjal,
pertumbuhan, massa, obstruksi ginjal, volume sisa
kandung kemih.
6. Pemeriksaan USG ginjal merupakan pemeriksaan
yang tidak invasif, tidak bergantung pada faal ginjal,
tidak dijumpai efek samping, tanpa kontras, tidak
sakit, relatif cepat dan mudah di kerjakan. USG
dapat memberikan keterangan tentang ukuran,
bentuk, letak, dan struktur anatomi dalam ginjal.

7. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua


jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen
saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk
menentukan batu selama tindakan pembedahan
untuk mencegah tertinggalnya batu.
8. Gambaran USG Nefrolitiasis tampak sebagai
opasitas dengan reflektif yang tinggi di daerah
sinus ginjal, yang di sertai suatu acoustic shadow di
distalnya. Kadang-kadang terutama pada keadaan
nondistended urinary tract, eko dari batu umumnya
tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari
sktruktur sinus renalis.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II.EGC: Jakarta5.
Kahle, W., Leonhardt, H., Platszer W., Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia
Alat-Alat Dalam, Jilid 2, Edisi 6, Jakarta,
Purnomo, Basuki 2007.Dasar-dasar Urologi.edisi kedua. Sagung seto:Jakarta7.
Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai PenerbitFKUI:
Jakarta.
Sjamsu hidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034. EGC:
Jakarta.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. BalaiPenerbit
FKUI : Jakarta8.
http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ureter
http://radiograferatrosumbar.blogspot.com/2011/05/teknik-skening-usg-abdo
men.html
http://www.suaradokter.com/tag/hiperekoik/

terimakasih

You might also like