Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama
: Ny. L
Umur
: 36 th
: Islam
Status
: Kawin
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
No RMK
: 73.62.93
Alamat
2. KELUHAN UTAMA
4. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Keadaan Umum
: Tampak lemah
Keadaan sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
: TD : 90/60 mmHg
N
: 64 x/menit
RR : 20 x/menit
T
Kulit
: 36,5 oC
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Payudara
Pemeriksaan paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Batas kanan ICS II-IV LPS kanan, batas kiri ICS V LMK
kiri
: Permukaan cembung
Palpasi
Perkusi
: Redup
: (-)
Ekstremitas
Superior
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
14,7
7,6
4,77
42
139
0,63
84,4
8,3
14.0 18.0
4.0 10.5
4,50 6,00
40-50
150 450
1,0 3,0
50 70
25 40
g/dl
Ribu/ul
Juta/ul
Vol%
Ribu/ul
%
%
%
< 200
8-45
10 45
0.4 1.4
mg/dl
U/l
mg/dl
mg/dl
Kimia Darah
GDS
SGPT
Ureum
Creatinin
137
64
31
0,9
Foto thorax :
Kesan : cardiomegali dengan CTR 64%
6
CT Scan:
Kesan : infark pada arteri cerebri media
6. DIAGNOSIS SEMENTARA
Stroke Non Hemoragic + Stenosis Mitral dengan Atrial Fibrilasi
7. PROGNOSIS
Dubia ad malam
8. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 16 tpm
Inj. Neurotam 2 x 3 gr (iv)
Inj. Alinamin F 1 x 1 amp (iv)
Inj. Lasix - 0 - 0
PO: Laclo
1x1 tab
Coten
3x1 tab
Aspilet
1x1 tab
Digoxin
1x1 tab
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien bernama Ny. L (36 tahun) datang ke RSUD Ulin
Banjarmasin pada tanggal 9 Januari 2009 dengan keluhan utama tidak bisa bicara.
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, os tidak bisa bicara. Mata os tidak
bisa membuka, yang terjadi tiba-tiba pada suatu sore. Os mengeluh mengalami
kelemahan pada daerah tangan dan tungkai bagian kanan. Sebelumnya 12 hari
yang lalu pasien sempat pingsan tanpa sebab yg jelas. Berdasarkan gejala klinis
dan pemeriksaan fisik yang terdapat pada pasien mengarah kepada terjadinya
stroke. Hal ini dipertegas oleh hasil CT Scan kepala pada pasien tersebut di mana
didapatkan adanya infark pada a. cerebri media.
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada auskultasi jantung pasien ini
didapatkan adanya bising diastolik yang mengarahkan pada stenosis mitral. Di
duga penyebab terjadinya stroke pada pasien ini karena adanya emboli yang
menyumbat arteri cerebri media yang berasal dari kelainan katup mitral itu
sendiri.
Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir di otak, hal ini
disebabkan karena:
Aliran darah ke otak berasal dari arkus aorta sehingga emboli yang lepas dari
ventrikel kiri akan disebarkan melalui aliran darah ke arteri karotis komunis kiri
dan arteri brakhiosefalik.
Jaringan otak sangat sensitif terhadap obstruksi aliran darah, sehingga emboli
yang berukuran 1 mm sudah dapat menimbulkan gangguan neurologis yang berat,
emboli dengan ukuran yang sama bila masuk ke jaringan lain dapat tidak
memberikan gejala sama sekali.5
Emboli intra kranial terutama berada di hemister serebri, hal ini
disebabkan oleh karena jumlah darah yang melalui arteri karotis (300ml/menit)
jauh lebih banyak daripada yang melalui arteri vertebralis (100ml/menit), selain
itu juga disebabkan oleh karena aliran yang berkelok kelok dari arteri subklavia
untuk dapat mencapai sistem vertebralis. Emboli mempunyai predileksi pada
bifurkasio arteri terutama pada cabang a.cerebri media, bagian distal a.basilaris
dan a.cerebri posterior. Kebanyakan emboli terdapat di arteri cerebri media,
bahkan emboli ulang pun memilih arteri ini juga, hal ini disebabkan karena arteri
cerebri media merupakan percabangan langsung dari arteri karotis interna, dan
arteri cerebri media akan menerima 80% darah yang masuk ke arteri karotis
interna. Pada pasien ini didapatkan infark pada a. cerebri media.5,6
Medula spinalis jarang terserang emboli, tetapi emboli dari abdomen dan
aorta dapat menimbulkan sumbatan aliran darah ke medulla spinalis dan
menimbulkan
gejala
defisit
neurologis.
Berbeda
dengan
emboli
pada
atherosklerosis, emboli dari jantung terdiri dari gumpalan darah (klot) yang lepas
daya ikatnya dari dinding pembuluh darah atau jantung, emboli ini dapat pecah
dan pindah ke pembuluh darah yang lebih distal sehingga bila dilakukan
pemeriksaan angiografi setelah 48 jam emboli biasanya sudah tidak tampak.6
Besarnya infark kardioemboli tergantung dari 6:
Ukuran emboli
Pembuluh darah arteri yang terkena
Stabilitas dari emboli
Sirkulasi kolateralnya
tidak segera berfungsi maka akan segera timbul perubahan irreversible maka
fungsi neuron akan segera pulih.
Iritasi, yang akan menimbulkan vasospasme lokal. Vasospasme yang masih
dapat timbul sebagai respons terhadap emboli yang kecil, terutama pada orang
muda di mana belum terjadi arterosklerosis.
Emboli dapat menyumbat semua arteri tergantung dari ukuran dan bentuk emboli 7
:
Emboli yang besar umumnya adalah klot yang berasal dari jantung, dapat
menyumbat arteri ekstrakranial yang besar seperti a.brakhiosefalik, a.subclavia,
a.karotis dan a.vertebralis.
Emboli yang lebih kecil dibentuk di jantung atau proksimal arteri, dapat
menyumbat arteri intra kranial seperti a.karotis, interna, a.cerebri anterior,
a.vertebralis, a.basilaris, a.cerebri posterior dan a.cerebri media. Pada sirkulasi
anterior, predilaksi emboli yang paling sering adalah ke a.cerebri media dan
cabang cabangnya.
Emboli yang paling kecil lagi seperti pecahan trombus, kristal kolesterol,
pecahan plak atheromatosa, pecahan kalsium dari katub permukaan pembuluh
darah cendrung untuk menyumbat cabang kecil superfisial dari arteri cerebri,
arteri cerebelli, dan arteri opthalmika pada retina.
Penyakit jantung dapat menimbulkan emboli serebri. Trombus intrakardial
terbentuk bila terdapat kelainan pada katub atau dinding rongga jantung, trombus
ini terbentuk bila terjadi gangguan irama jantung sehingga terjadi keadaan yang
relatif statis pada atrium seperti pada atrial fibrilasi dan sick sinus sindroma.
10
Emboli dapat juga terbentuk dari tumor intra kardial, dan pada keadaan yang
jarang sekali dari pembuluh darah vena (pada emboli paradoxical).8
Faktor yang dapat menimbulkan emboli mungkin berbeda untuk masing-masing
kelainan jantung8:
Faktor mekanis :
Misalnya pada atrial fibrilasi, perubahan fungsi mekanik dari atrium yang timbul
setelah gangguan irama mungkin berkorelasi dengan timbulnya emboli.
Endokardium mengoptimal jantung dengan mengatur kontraksi dan relaksasi
miokardium (hal ini hanya terjadi pada endokardium yang intak), pada
endokardium yang rusak superimpose thrombus dapat menimbulkan respons
inotropik pada miokardium yang bersangkutan dan menimbulkan kontraksi yang
tidak seragam pada dinding jantung, hal ini akan menimbulkan pelepasan emboli.
Faktor aliran darah:
Tidak adanya aliran darah yang ditandai dengan tidak adanya gelombang pada
echokardiografi adalah petunjuk yang penting pada pembentukan emboli. Egeblad
menunjukkan stagnasi darah yang tampak pada echokardiografi adalah sumber
emboli pada trombus atrium kiri. Ejeksi fraksi yang rendah atau penyakit jantung
kongestif dapat menimbulkan emboli setelah atrial fibrilasi, miokard dapat
menimbulkan emboli setelah atrial fibrilasi, miokard infark, atau dilatasi
kardiomiopati
Faktor lain: yang juga penting dalam proses pembentukan emboli adalah
pemecahan trombus oleh enzim trombolitik endokardial.
Gejala klinis pada stroke kardioemboli berupa gejala utama dan gejala tambahan,
yaitu4,6,8 :
11
Gejala utama:
Awitannya yang tiba-tiba dengan defisit maksimal
Adanya penyebab emboli yang potensial dari jantung
Infark otak multipel pada korteks atau serebelum pada territorial pembuluh
darah yang multipel
Gejala tambahan:
Infark berdarah pada CT Scan
Tidak ditemukannya penyakit atherosklerotik pada angiografi
Bukti oklusi yang menghilang pada angiografi ulang
Terdapatnya emboli pada organ lain
Trombus jantung yang terbukti dengan ekhokardiografi, katerisaasi, CT jantung
atau MRI
Menurut sumber lain:
Terjadi pada usia muda
Episode yang berulang pada teritorial pembuluh darah otak yang berbeda, baik
secara klinik maupun dengan CT Scan
Awitan yang akut pada aktifitas fisik, biasanya dikatakan maximal at onset
tanpa gejala TIA sebelumnya pada teritorial arteri yang sama. Dapat juga
mempunyai pola awitan stuttering dalam beberapa menit atau hari bila
penyumbatan parsial menjadi komplit, atau bila pecahan emboli bergerak ke
arah distal sehingga terbentuk emboli yang lebih kecil maupun multipel.
Gejala neurologik yang timbul tergantung dari pembuluh darah yang tersumbat
Adanya sumber emboli dari jantung dan tidak ditemukan penyebab lain dari
strokenya
12
13
14
ikat tanpa pengapuran yang mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu
diastole lebih kecil dari normal. Berkurangnya luas efektif lubang mitral
menyebabkan berkurangnya daya alir katup mitral. Hal ini akan meningkatkan
tekanan di atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri dan
ventrikel kiri waktu diastole. Jika peningkatan tekanan ini tidak berhasil
mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka
akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan selanjutnya juga menyebabkan
bendungan vena dan kapiler paru. Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya
sembab interstitial dan kemudian mungkin terjadi sembab alveolar. Pecahnya vena
bronkialis akan menimbulkan hemoptoe.9
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonalis akan meningkat,
kemudian terjadi pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada katup tricuspid
atau pulmonal. Pada akhirnya vena-vena sistemik akan mengalami bendungan
pula, seperti pada hati, kaki, dan lain-lain. Bendungan hati yang berlangsung lama
akan menyebabkan gangguan pada fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikan curah jantung adalah dengan
takikardia. Tetapi kompensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung
karena pada tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian diastolik. Regangan
pada otot-otot atrium dapat menyebabkan gangguan elektris sehingga terjadi
fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu pengisian ventrikel dari atrium dan
memudahkan terjadinya pembentukan thrombus di atrium kiri.9
Sebagian besar penderita stenosis mitral menyangkal adanya riwayat
demam reumatik sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya demam
reumatik mungkin sudah terlalu lama (masa anak-anak), atau demam reumatiknya
15
16
katup buatan dan jaringan normal. Emboli dapat timbul segera setelah
pemasangan katup, dapat juga timbul setelah 3-5 tahun kemudian.8
Fibrilasi atrium:
Sumber emboli pada atrial fibrilasi adalah pada atrium kiri, dan dianggap
merupakan faktor resiko yang penting dalam terjadinya kardioemboli. Bila
ditemukan bersama sama RHD dapat meningkatkan resiko stroke 17 kali.8,9
Tujuan yang ingin dicapai pada penanganan fibrilasi atrium ini adalah
mengembalikan ke irama sinus, mengontrol laju irama ventrikel, dan pencegahan
komplikasi tromboemboli.
Pengembalian ke irama sinus dapat dilakukan dengan kardioversi.
Kardioversi dapat dilakukan secara elektrik atau farmakologis. Kardioversi
elektrik dilakukan untuk pasien fibrilasi atrium dengan hemodinamik yang tidak
stabil akibat laju irama ventrikel yang cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, dan
sinkop. Kardioversi elektrik dilakukan mulai dengan 200 Joule. Bila tidak berhasil
dinaikkan menjadi 300 Joule. Kardioversi farmakologis paling efektif bila
dilakukan dalam 7 hari setelah terjadinya fibrilasi atrium. Obat obat yang sering
digunakan adalah disopiramid, lidokain, flekainid, penyekat beta (propanolol),
amiodaron, dan antagonis kalsium (verapamil, diltiazem).
Obat yang sering digunakan untuk mengontrol laju irama ventrikel adalah
digoksin, antagonis kalsium (verapamil, diltiazem) dan penyekat beta. Laju irama
yang dianggap terkontrol adalah diantara 60-80 kali/menit pada saat istirahat dan
90-115 kali/menit pada saat aktivitas.
Myxoma jantung:
17
18
Prognosis pada atrial fibrilasi biasanya kurang baik (25% angka harapan
hidup) sebab dapat meningkatkan terjadinya stroke emboli. Sementara
prognosis pada stroke emboli tergantung dari seberapa besar sumbatan yang
terjadi pasien dengan major iskemik stroke (total oklusi arteri serebral
anterior ) mempunyai resiko kematian yang lebih besar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang penderita wanita Ny. L 36 tahun
yang didiagnosis Stroke Non Hemoragic + Stenosis Mitral dengan Atrial Fibrilasi
19
20