Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Kejadian keracunan baik yang disebabkan karena obat, makanan, pestisida ataupun
bakteri dan jamur, sering kali menjadi penyebab terjadinya kematian. Hal ini dapat terjadi
karena berbagai sebab antara lain ketidaktahuan keluarga pasien bahwa telah terjadi kasus
keracunan, keterlambatan pasien dibawa kerumah sakit, dan penatalaksanaan terapi
keracunan yang kurang tepat. Penatalaksanaan terapi keracunan yang kurang tepat ini
kemungkinan dapat terjadi karena :
strategi terapi keracunan diterapkan, utamanya bergantung pada perkiraan rentang waktu dari
saat masuknya racun, gejala-gejala toksik timbul, sampai penderita siap menjalankan terapi.
Informasi rentang waktu di atas dapat diperoleh selama proses anamnesis pada penderita (bila
mungkin) atau orang yang membawanya. Selain informasi rentang waktu, pilihan strategi
terapi juga dipertimbangkan dari hasil pemeriksaan klinik maupun laboratorik yang
diperoleh.1
Pengenalan terhadap paraquat
Nama dagangnya Gramoxone plus, Gramoxone super, Gramoxone X, Gramoxone
max. Nama kimianya 1,1-dimethyl-4,4-bipyridium dichlorida (paraquat dichlorida), Methyl
viologen dichloride, N,N-dimethyl- , -dipyridylium, 1,1-dimethyl-4,4-dichlorida.2,3,4,7
Paraquat adalah produk sintesis yang pertama kali dibuat pada tahun 19882. Oleh
Weidel dan Russo. Pada tahun 1993, Michaellis dan Hill menemukan kandungan redoks yang
disebut senyawa metal viologen. Kandungan paraquat pertama kali dijelaskan pada tahun
1958 dan mulai menjadi produk komersil paada tahun 1962.2
Sifat dari paraquat.4
hidrokarbon.
Stabil dalam larutan asam atau netral dan tidak stabil dalam senyawa alkali
Tidak aktif pada paparan ultraviolet.
Jenis paparan
Oral
Merupakan jalan masuk zat yang paling sering yang didasari adanya tujuan bunuh diri,
tertelan paraquat juga dapat terjadi secara kebetulan atau dari masuknya butiran semprotan ke
dalam faring, namun biasanya tidak menimbukan keracunan secara sistemik.6
Inhalasi
Belum ada kasus keracunan sistemik yang dilaporkan dari paraquat akibat inhalasi droplet
paraquat yang ada di udara walaupun pada penelitian hewan menunjukkan tingginya
keracuanan melalui inhalasi. Efek toksik melalui inhalasi melalui semprotan biasanya hanya
berupa iritasi pada saluran nafas atas akibat deposit paraquat pada daerah tersebut.
Kulit
Jika terjadi kontak yang lama dan lesi kulit yang luas, keracunan sistemik dapat terjadi
dan dapat menyebabkan keracunan yanng berat sampai kematian. Kontak yang lama dan
trauma dapat memperburuk kerusakan kulit, namun ini terbilang jarang.6
Mata
Konsentrat paraquat yang terpercik dapat menyebabkan iritasi mata yang berat yang jika
tidak diobati dapat menyebabkan erosi atau ulkus dari kornea dan epitel konjungtiva.
Inflamasi tersebut berkembang lebih dari 24 jam dan ulserasi yang terjadi menjadi faktor
resiko infeksi sekunder. Jika diberikan pengobatan yang adekuat, penyembuhan biasanya
sempurna walaupun memakan waktu yang lama.
Parenteral
Keracunan sistemik jarang terjadi pada kasus akibat injeksi subkutan, intraperitoneal dan
intravena dari paraquat.
Farmakokinetik
Penelitian pada tikus dan anjing menunjukkan absorpsi paraquat yang cepat tetapi
tidak sempurna melalui traktus gastrointestinal khususnya lambung kira-kira kurang dari 5%
diabsorpsi. Informasi absorpsi paraquat melalui lambung pada manusia belum ada, tetapi bisa
diasumsikan hal itu dapat disamakan, namun masih perlu penelitian untuk mendukung hal
tersebut. Absorpsi melalui kulit yang tidak intak dapat terjadi, namun terbatas hanya sekitar
0,3% dari dosis terapan.
Paraquat yang terabsorpsi didistribusikan ke semua organ dan jaringan melalui aliran
darah. Paru-paru merupakan organ selektif tempat terkumpulnya paraquat dari plasma
melalui proses energi. Waktu paruh paraquat kira-kira 5-84 jam. Paraquat tidak
dimetabolisme tetapi direduksi menjadi radikal bebas yang tidak stabil, yang kemudian
mengalami reoksidasi untuk membentuk kation dan menghasilkan anion superoksid.
Penelitian pada hewan menunjukkan paraquat diekskresikan secara cepat oleh ginjal.
Sekitar 80-90% diekskresikan dalam waktu 6 jam dan hampir 100% dalam 24 jam. Paraquat
dapat menyebabkan nekrosis tubular akut yang dapat memperlambatkan ekskresi lebih dari
10-20 hari.
Patofisiologi
Ketika masuk ke dalam tubuh peroral dalam dosis yang adekuat, paraquat mempunyai
efek terhadap traktus gastrointestinal, ginjal, hepar, jantung dan organ lainnya. Paru-paru
merupakan target organ utama dari paraquat dan efek toksik yang dihasilkan dapat
menyebabkan kematian walaupun toksisitas melalui inhalasi terbilang jarang.1
Mekanisme utama yang terjadi adalah paraquat menimbulkan stres oksidatif melalui
siklus redoks (reduksi dan oksidasi) sehingga menimbulkan radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.2,4 Radikal bebas merupakan suatu kelompok bahan kimia
baik berupa atom atau molekul dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas. Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk
menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis di dalam tubuh. Namun oleh karena
mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan normal apabila
jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas yang terdiri atas unsur oksigen dikenal sebagai
kelompok oksigen reaktif. (reactive oxygen species/ROS), seperti anion superoksida.1
Telah ditemukan bukti bahwa reaksi redoks merupakan reaksi utama yang
bertanggungjawab terhadap toksisitas paraquat. Kation paraquat dapat direduksikan oleh
NADPH-dependent mikrosomal flavoprotein reductase menjadi bentuk radikal tereduksi.
Kemudian bereaksi dengan molekul oksigen membentuk kation paraquat dan ion superoksida
(O2-). Paraquat berlanjut ke dalam siklus dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi dengan
elektron dan oksigen. Paraquat menyebabkan kematian sel melalui lipid peroksidase atau
deplesi NADPH, seperti yang terjadi pada paru-paru.2
Edema paru akut dan kerusakan paru-paru dini dapat terjadi dalam beberapa jam
akibat paparan akut yang erat. Kerusakan lanjut berupa fibrosis paru, penyebab kematian
yang kebanyakan terjadi 7-14 hari setelah paparan. Pada pasien yang terpapar dalam
konsentrasi yang tinggi, beberapa antaranya meninggal lebih cepat (sekitar 48 jam) akibat
kegagalan sirkulasi.2,3,6
mengeksresikan paraquat melalui urin, secara efisien membersihkan racun dari dalam
darah.4,6
Nekrosis lokal dari miokardium dan otot rangka adalah kelainan akibat keracunan
dibandingkan jaringan otot lainnya. Secara khas terjadi pada fase kedua. Keracunan paraquat
yang lama memberi efek toksik pada otot lurik dan otot polos berupa miopati akibat
degenerasi fiber otot tipe I.
Toksisitas
Gejala klinis yang timbul bergantung pada dosis atau konsentrasi racun yang pada
akhirnya menjadi dasar prognosis dari kasus keracunan paraquat.
1. Dosis rendah ( < 20 mg/kgBB = 7,5 ml dalam konsentrasi 20%) tidak memberikan
gejala atau hanya gejala gastrointestinal yang muncul seperti muntah dan diare.
2. Dosis sedang ( 20 - 40 mg/kgBB = 7,5-15 ml dalam konsentrasi 20%) ) menyebabkan
fibrosis paru yang masif dan bermanifestasi sebagai sesak nafas yang progresif yang
dapat menyebabkan kematian antara 2-4 minggu setelah masuknya racun. Gangguan
ginjal dan hati dapat ditemukan. Sesak nafas dapat muncul setelah beberapa hari pada
beberapa kasus berat. Fungsi ginjal bisanya dapat kembali ke normal.
3. Dosis besar ( > 40 mg/kgBB = > 15 ml dalam konsentrasi 20%) akan menyebabkan
kerusakan multiorgan dan lebih progresif. Gejala gastrointestinal sama seperti pada
konsumsi racun dengan dosis yang lebih rendah namun gejalanya lebih berat akibat
dehidrasi. Gagal ginjal, aritmia jatung, koma, kejang, perforasi esofagus dan diakhiri
dengan kematian yang dapat terjadi dalam 24 - 48 jam akibat gagal multi organ.2,6
Tertelan paraquat dengan dosis yang sedang dapat menyebabkan kelainan morbiditas yang
terdiri dari 3 tingkat ;
Stage 1 : 1-5 hari. Efek korosif lokal seperti hemoptisis, ulserasi membran mukosa, mual,
diare dan oligouria.
Stage 2 : dalam 2 - 8 hari didapatkan tanda-tanda kerusakan hati, ginjal dan jantung berupa
ikterus, demam, takikardi, mikarditis, gangguan pernafasan, sianosis, peningkatan BUN,
kreatinin, alkali fosfatase, bilirubin dan rendahnya protrombin.
Stage 3 : dalam 3 - 14 hari terjadi fibrosis paru. Batuk, dispnea, takipnea, edema, efusi pleura,
atelektasis, penurunan tekanan O2 arteri yang menunjukkan hipoksemia, peningkatan gradien
tekanan O2 alveoli dan kegagalan pernafasan.
Gejala klinis
Gejala yang timbul bergantung pada jalur masuknya paparan dan konsentrasi
paraquat. Pada kasus tertelan paraquat yang massif dapat bermanifestasi sebagai muntah,
nyeri abdomen, diare, gagal ginjal, hati dan jantung yang berkembang dalam 24 jam pertama.
Kadang-kadang diakhiri dengan kematian akibat gagal jantung akut.
Gejala dan tanda dini dari keracunan melalui pencernaan di antaranya rasa terbakar
pada mulut, kerongkongan, dada, perut atas akibat efek korosif paraquat terhaap mukosa.
Diare yang kadang-kadang dengan darah juga dapat terjadi. Muntah dan diare dapat berujung
hiovolemia. Pusing, sakit kepala, demam, mialgia, letargi dan koma adalah contoh lain dari
gejala sistemik dan susunan saraf pusat. Pankretitis dapat menyebabkan nyeri abdomen berat.
Proteinuria, hematuria, pyuria dan azitemia menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Oligouria
atau anuria menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Oligouria atau anuria mengindikasikan
adaanya nekrosis tubular akut.
Oleh karena ginjal merupakan organ yang mengeliminasi paraquat dari jaringan
tubuh, agar ginjal dapat terjadi akibat terbentuknya konsentrasi tinggi, termasuk paru-paru.
Kelainan patologik ini dapat terjadi dalam beberapa jam pertama setelah masuknya paraquat
yang melalui pencernaan. Asidosis metabolik dan hiperkalemia dapat terjadi akibat gagal
ginjal. Sebelum diberikan terapi untuk membatasi absorpsi dan efeknya, terjadi suatu reaksi
dari konsentrasi tersebut pada jaringan paru-paru. Hal ini menjadi alasan mengapa metode
terapi untuk mengeliminasi paraquat beberapa jam setelah tertelan dapat menurunkan angka
mortalitas.
Batuk, sesak nafas dan takipnea biasanya muncul 2-4 hari setelah tertelan paraquat,
tetapi dapat muncul setelah 14 hari. Sianosis secara progresif dan sesak nafas menunjukkan
adanya gangguan pertukaran oksigen pada paru yang rusak. Pada beberapa kasus, batuk
berdahak adalah awal manifestasi terpenting dari kerusakan paru-paru akibat paraquat.
Keracunan pada traktus gastrointestinal bermanifestasi sebagai nyeri akibat ulseratif
pada mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Pada derajat yang lebih tinggi, kerusakan
bisa terjadi pada sel-sel hati yang menyebabkan peningkatan bilirubin dan enzim-enzim hati
seperti AST, ALT dan LDH. Gejala pada kulit biasanya menyebabkan eritema, vesikel, erosi,
ulkus dan perubahan pada kuku. Walaupun absorpsi melalui kulit lambat, kulit yang erosif
akan meningkatkan tingkat absorpsinya. Pernah dilaoprkan keracunan fatal akibat
kontaminasi pada kulit yang tidak intak sehingga terjadi absorpsi ke sistemik.
Paparan lewat inhalasi dapat bergejala perdarahan hidung akibat kerusakan lokal.
Namun paparan melalui inhalasi tidak meneyebabkan keracunan sistemik karena konsentrasi
yang rendah dari paraquat. Kontaminasi pada mata menyebabkan konjugtivitis berat dan
kadang-kadang berlanjut ke kelainan kornea.
DIAGNOSIS
Diagnosis yang benar diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, evaluasi
laboratorium rutin dan toksikologi serta karakteristik klinisnya. 4,6
Anamnesis
Anamnesis harus mencakup waktu, rute, lamanya terpapar, dan ruang lingkup paparan
(lokasi, kejadian yang menyertai, tujuan); nama dan jumlah masing-masing obat, bahan kimia
atau bahan-bahan yang berada di dalamnya; onset, keadaan, dan beratnya gejala, jenis dan
waktu pertolongan pertama, dan riwayat medis serta psikiatri.
Yang mencurigakan kejadian keracunan: timbulnya penyakit yang tidak dapat
dijelaskan pada seseorang yang sebelumnya sehat, adanya riwayat psikiatrik (khususnya
depresi), perubahan keadaan kesehatan baru-baru ini, status ekonomi, dan relasi sosial; juga
onset timbulnya penyakit sewaktu bekerja dengan bahan kimia atau sehabis makan
makanan/minuman/obat-obatan tertentu. Orang yang tiba-tiba menjadi sakit setelah datang
dari suatu negara asing atau ditangkap karena alasan kriminal harus dicurigai terhadap body
packing or body stuffing (memakan/menyembunyikan obat-obat illegal dalam badannya).
Bila pada anamnesa tidak ditemukan riwayat paparan racun, karakteristik klinis dapat
menunjang ke arah keracunan. Keracunan khas terjadi secara cepat dan berubah dengan cepat
dibanding kelainan/penyakit lainnya. Gejala dan tanda-tanda keracunan akut secara
karakteristik timbul dalam hitungan jam setelah paparan, mencapai puncaknya dalam
beberapa jam, dan menghilang dalam beberapa jam berikutnya sampai beberapa hari. Namun
tidak adanya gejala-gejala dan tanda-tanda segera setelah kejadian overdosis, tidaklah begitu
saja menyingkirkan keracunan.
Pemeriksaan Fisik
Pertama-tama pemeriksaan fisik harus ditekankan pada tanda vital, sistim
kardiopulmoner, dan status neurologis. Berdasarkan nadi, tensi, frekuensi nafas, dan suhu
serta status mental, status fisiologik penderita dapat digolongkan menjadi: excited, depresi,
respon tidak sesuai, atau normal.
Pemeriksaan mata (menilai adakah nistagmus, menilai ukuran dan reaksi pupil),
pemeriksaan abdomen (bising usus dan ukuran kandung empedu), dan pemeriksaan kulit
(untuk luka bakar, bula, warna, kehangatan, kelembaban, luka bekas tekanan dan tanda-tanda
tusukan) dapat mempersempit diagnosis.
Menentukan derajat keracunan adalah penting untuk menilai respon terapi. Penderita
juga harus diperiksa terhadap adanya riwayat trauma dan penyakit dasarnya.
Manifestasi neurologis keracunan biasanya berupa kejang nonfokal, kecuali:
keracunan yang disebabkan CO, teofilin, dan obat-obat yang menyebabkan hipoglikemi atau
hipoksia. Karenanya, penemuan manifestasi fokal harus dapat menggambarkan dengan tepat
lesi struktural pada SSP.
Bila riwayat keracunan tidak jelas, semua orifisium harus diperiksa untuk menilai
adanya luka bakar kimia dan bungkus obat. Bau nafas atau muntah dan warna kuku, kulit
atau urin dapat menunjang diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium
Kualitatif
Kuantitatif
Paraquat dapat diukur dalam cairan biologis seperti darah dan urin dengan menggunakan
spektrofotometri,
liquid
kromatografi
dan
metode
radioimmunoassay.4
Metode
3. Antioksidan
Telah dilaporkan bahwa antioksidan dapat mencegah progesivitas dari fibrosis paru
(Suntres, 2002;. Jo dkk, 2008). Obat-obatan yang umum digunakan termasuk vitamin C,
vitamin E, ambroxol, glutathione, dan n-asetilsistein (Bulan dan Chun, 2011). Meskipun
banyak penelitian yang bertujuan untuk mengurangi cedera akibat radikal bebas oksigen
dengan menggunakan antioksidan, namun terapi ini tidak memiliki manfaat yang banyak dan
tidak mampu mengurangi angka kematian (Suntres, 2002; Lee et al, 2008;.. Yang et al,
2009).2,4,6
Prognosis
Hasil dari terapi tergantung dari berat. sebagian dari penderita akan mengalami
gangguan pernafasan ringan dan pulih sempurna sementara sebagian yang lain akan
mengalami kelainan di paru yang permanen. Jika sampai diminum oleh manusia sering fatal
dan tingkat kematiannya tinggi.4,6
Daftar pustaka
1. Nurlaila, Imono Argo Donatus dan Edy Meiyanto. Evaluasi Penatalaksanaan terapi
keracunan pestisida pasien rawat inap di rumah sakit A Yogyakarta periode Januari
2001 sampai dengan Desember 2002. Diunduh dari
http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/4._16-3-2005-nurlaila.pdf
2. Case Report:Successful treatment of patients with paraquat intoxication: three case
reports and review of the literature. Diunduh dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22556181
3. Fock Kwong Ming, Chan Heng Chun, T Khoo. PARAQUAT POISONING IS NOT
ALWAYS FATAL. http://smj.sma.org.sg/2105/2105smj6.pdf
4. Czech Republic. Gramoxone herbicide. Dinduh dari
http://archive.pic.int/INCS/CRC7/k11)add2/English/CRC-7-11-Add 2_Czech
%20Rep_SHPF%20info_Paraquat.pdf
5. THE PARAQUAT CASE: Every year, Syngentas herbicide poisons ten thousands of
people. Diunduh dari http://www.paraquat.ch/data/EvB_Paraquat_Dossier_en.pdf
6. Treatment of Paraquat Poisoning by Ingestion. Diunduh dari
http://www.syngenta.com/global/corporate/en/pqmedguide/Pages/ingestion.aspx
7. PARAQUAT. Diunduh dari:http://www.pom.go.id/katker/doc/Paraquat.htm