Professional Documents
Culture Documents
Gusnita Aritonang
Lena Kartika Mendrofa
Inka Kristina Zalukhu
Sr. Arnolfine, KSFL
Yosi Lorenza Sinambela
Yeremia Hia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas perkuliahan dengan Sistem Persyarafan I. Adapun judul makalah ini
adalah Gangguan Susunan Saraf Kongenital: Serebral Palsy dan Spina Bipida.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran untuk menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannnya
penulis mengucapkan terimakasih.
Medan,
Desember 2014
Kelompok X
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerebral Palsy ialah Cerebral : Cerebrum (otak) Palsy : layuh, yang artinya anak yang
mengalami kelayuhan otak (kerusakan permanen) pada pusat motorik di otak sehingga anak
mengalami gangguan gerak (mobilitas) untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Cerebral Palsy
adalah Suatu sindroma dimana terdapat gangguan terutama sistem motorik, pergerakan otot
atau sikap tubuh, dengan atau tanpa keterbelakangan mental, dapat disertai gejala saraf
lainnya yang disebabkan disfungsi otak sebelum perkembangannya sempurna. Yang pertama
kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya
dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir
William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan
Sigmud Freud menyebutnya dengan istilah infantile Cerebral Paralysis. (Anonim, 2009)
Dengan meningkatnya pelayanan obstetric dan perinatologi dan rendahnya angka
kelahiran di Negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian cerebral
palsy
akan
menurun.
Namun
dinegara-negara
berkembang,
kemajuan
teknologi
kedokteranselain menurunkan angka kematian bayi risiko tingi, juga meningkatkan jumlah
anak-anak dengan gangguan perkembangan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi
insidensi penyakit ini yaitu: populasi yang diambil, cara diagnosis dan ketelitiannya.
Misalnya insidensi cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup,
Gilory memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan deficit motorik yang sesuai dengan
cerebral palsy, 50 % kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud
ringan ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat
ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai intelegensi rata-rata
(normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di bawah 70, 35 % disertai kejang,
sedangkan 50 % menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 :
1,0). (Anonim, 2009)
Spina Bipida suatu kerusakan pada sistem persarafan pada daerah columna vertebrae
yang terjadi pada masa intra uterin (masa embrional), yang dibawa sejak bayi lahir
(congenital), dengan adanya tonjolan menyerupai kantung pada daerah punggung atau
pinggang tergantung pada ruas tulang belakang bagian mana yang tetap terbuka. Spina bifida
adalah penutupan salah satu kolumna vertebralis tanpa tingkatan protusi jaringan melalui
celah tulang ( donna l.wong,2003). Penyakit spina bifida atau sering dikenal dengan sumbing
tulang belakang adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini
menyerang melalui medulla spinalis dimana ada suatu celah pada tulang belakang (vertebra).
Hal ini terjadi karena ada satu atau beberapa bagian dari vertebara gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan cacat berat pada bayi, ditambah lagi penyebab
utama dari penyakit ini masih belum jelas. Hal ini jelas akan menyebabkan gangguan pada
sistem saraf karena medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki
peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medulla spinalis mengalami
gangguan,system-sistem lain yang diatur oleh medulla spinalis pasti juga akan terpengaruh
dan akan mengalami gangguan pula. Hal ini akan semakin memperburuk kerja organ dalam
tubuh manusia , apalagi pada bayi yang system tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.
(Rizqi, 2010)
Fakta mengatakan dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di
indonesia yaitu ensefalus,anensefali, dan spina bifida. sebanyak 65% bayi baru lahir terkena
spina bifida. sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang lahir di belanda
menderita penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya. Bayi - bayi tersebut butuh
perawatan medis yang intensif sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh
kaki, dan dimasa kanak-kanak harus dioperasi berulang kali. (Rizqi, 2010)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gangguan sususnan saraf kongenital: Serebral Palsy dan Spina
Bipida
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu mengidentifikasi konsep medis dari Serebral Palsy dan Spina
Bipida
b) Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses keperawatan pada pasien Serebral Palsy
dan Spina Bipida meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.Konsep Medis
2.1.1. Pengertian
Serebral palsy adalah penyakit kelumpuhan neuromuscular paling sering pada anak
terdiri dari beberapa gangguan neuromuskular akibat kerusakan sistem saraf pusat (SSP)
pranatal,perinatal ,atau pascanatal (wolter kluwer,2011)
Spina bipida adalah merupakan suatu kelainan bawaan berupa dek pada arkus
posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemem saraf dari kanalis spinalis pada
perkembangan awal dari embrio. (Arif Mutaqin,2008)
2.1.2. Etiologi
a.) Etiologi Serebral palsy
1. Penyebab prenatal yaitu ketidakcocokan factor Rh,Ketidakcocokan golongan darah
ABO,infeksi
ibu
(khususnya
rubella
pada
trisemester
pertama),diabetes
1. Spastik (tipe kaku-kaku) dialami sat penderita terlalu lemah atau terlalu kaku. Jenis
ini adalah jenis yang paling sering muncul. Sekitar 65 persen penderita lumpuh otak
masuk dalam tipe ini.
2. Atetoid terjadi dimana penderita yang tidak bisa mengontrol gerak ototnya, biasanya
mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang aneh.
3. Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid.
4. Hipotonis terjadi pada anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehinga seluruh
tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang menjadi spastic atau athetoid.
b.)Spinal Bifida
1. Spina bifida okulta Menunjukan suatu cacat yang lengkung-lengkung vertebranya
dibungkus oleh kulit yang biasanya tidak mengenai jaringan saraf yang ada di
bawahnya. Cacat ini terjadi di daerah lumbosakral ( L4 S1 ) dan biasanya ditandai
dengan plak rambut yang yang menutupi daerah yang cacat. Kecacatan ini disebabkan
karena tidak menyatunya lengkung-lengkung vertebra ( defek terjadi hanya pada
kolumna vertebrali) dan terjadi pada sekitar 10% kelahiran.
2. Spina bifida kistika Adalah suatu defek neural tube berat dimana jaringan saraf dan
atau meningens menonjol melewati sebuah cacat lengkung vertebra dan kulit sehinga
membentuk sebuah kantong mirip kista. Kebanyakan terletak di daerah lumbosakral
dan mengakibatkan ganguan neurologis, tetapi biasanya tidak disertai dengan
keterbelakangan mental. - Spina bifida dengan meningokel Pada beberapa kasus hanya
meningens saja yang berisi cairan saja yang menonjol melalui daerah cacat.
Meningokel merupakan bentuk spina bifida dimana cairan yang ada di kantong terlihat
dari luar (daerah belakang ), tetapi kantong tersebut tidak berisi spinal cord atau saraf.
3. Spina bifida dengan meningomielokel Merupakan bentuk spina bifida dimana jaringan
saraf ikut di dalam kantong tersebut. Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di
bagian bawah.
4. Spina bifida dengan mielokisis atau rakiskisis Merupakan bentuk spina bifida berat
dimana lipatan-lipatan saraf gagal naik di sepanjang daerah torakal bawah dan
lumbosakral dan tetap sebagai masa jaringan saraf yang pipih.
2.1.4. Manifestasi Klinis
a.) Cerebral Palsy
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan refleks
babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun
penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu
gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecenderungan terjadi
kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan
dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang ditelapak
tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam fleski
plantar dan telapak kaki berputar kedalam. Tonic neck reflex dan reflek neonatal
menghilang pada waktunya.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan
berbaring
seperti
kodok
terlentang
sehingga
tampak
seperti
kelainan
ada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot
dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flesid dan sikapnya seperti
kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau diperiksa otot tonusnya berubah menjadi
spastis. Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah
refleks neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak dibelakang
otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau uterus. Golongan ini meliputi 10-20%
dari kasus cerebral palsy.
3. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya. Pada 6 bulan pertama tampak bayi flaksid, tetapi sesudah itu barulah
muncul kelainan tersebut. Refleks neunatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus
otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia basal
disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus. Golongan ini
meliputi 5-15% kasus dari cerebral palsy.
4.Ataksia
Adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan
menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila
mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan
kaku. Kerusakan terlatak dicerebelum. Terdapat kira-kira 5% dari kasus cerebral palsy.
5.Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa kelainan neurogen
terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada
golongan koreo atetosis.
6.Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi
dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut
sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7. Gangguan mata
Biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada keadaan asfiksia yang
berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% pasien cerebral palsy menderita kelainan mata.
b.)Spinal Bifida
Akibat spina bifida, terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit dan saluran
genitourinari akibat spina bifida, tetapi tergantung pada bagian medulla spinalis yang terkena.
Dapat ditemukan penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya,kelumpuhan/kelemahan pada
pinggul, tungkai atau kaki,penurunan sensasi untuk merasakan rabaan. Deformitas pada
tulang belakang, panggul, dan kaki sering terjadi akibat ketidakseimbangan kekuatan otot dan
fungsi dan Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelaksasikan otot
(sphincter) sehingga menahan urine pada bladder dan feses pada rectum.
2.1.5. Pathway
a.) Cerebral Palsy
Prenatal
-
Portunisi(persalinan)
Pasca natal
- Infeksi sporti
dan ensefalitis
- Keracunan
- Asffiksia
- Trauma
Serebral Palsy
Kerusakan Motorik
Hipoksia
Kerusakan nervus
IX dan X
Gangguan
Pertukaran Gas
Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Kelainan Kongenital
Spina Bifida
Peningkatan TIK
Kelainan sitem
saraf
Disfungsi rangka
Paralisis sensorik
terdapat
Dx:
Nyeri Akut
Dx : Hambatan Mobilitas
Fisik
3. Pemeriksaan EEG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik
yang disertai kejang maupun tidak.
4. Foto rontgent kepala.
5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental
b.)Spinal Bifida
Pemeriksaan dapat dilakukan pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan, pada ibu
hamil, dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
screen yang terdiri dari pemeriksaan AFP, ultrasound dan cairan amnion.
2. Pada evaluasi anak dengan spina bifida, dilakukan analisis melalui riwayat medik,
riwayat medik keluarga dan riwayat kehamilan dan saat melahirkan. Tes ini
merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan
lainnya.
Pemeriksaan
fisik
dipusatkan
pada
defisit
neurologi,
deformitas
muskuloskeletal dan evaluasi psikologis. Pada anak yang lebih besar dilakukan
asesmen tumbuh kembang, sosial dan gangguan belajar.
3. Pemeriksaan x-ray digunakan untuk mendeteksi kelainan tulang belakang, skoliosis,
deformitas hip, fraktur pathologis dan abnormalitas tulang lainnya.
4. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun
vertebra dan lokasi fraktur patologis.
5. CT scan kepala untuk mengevaluasi hidrosepalus dan MRI tulang belakang untuk
memberikan informasi pada kelainan spinal cord dan akar saraf.
6. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida atau defek neural tube, akan
memiliki kadar serum alfa fetoprotein (MSAP atau AFP) yang tinggi. Tes ini memiliki
angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya
dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa
cairan ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra
3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan.
2.1.7 Penatalaksanaan
2. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun
selama diruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan pada orang tua atau
ibunya jika melihat sikap bayi yang tidak normal supaya segera dibawa konsultasi
kedokter.
b.)Spinal Bifida
1. Urologi
Dalam bidang urologi, terapi pada disfungsi bladder dimulai saat periode neonatal
sampai sepanjang hidup. Tujuan utamanya adalah :
-Mengontrol inkotinensia
-Mencegah dan mengontrol infeksi
-Mempertahankan fungsi ginjal
2. Intermiten kateterisasi dapat dimulai pada residual urin > 20 cc dan kebanyakan anak
umur 5 - 6 tahun dapat melakukan clean intermittent catheterization (CIC) dengan
mandiri. Bila terapi konservatif gagal mengontrol inkontinensia, prosedur bedah dapat
dipertimbangkan. Untuk mencegah refluk dapat dilakukan ureteral reimplantasi,
bladder augmentation, atau suprapubic vesicostomy.
3. Orthopedi
Tujuan terapi ortopedi adalah memelihara stabilitas spine dengan koreksi yang
terbaik dan mencapai anatomi alignment yang baik pada sendi ekstremitas bawah.
Dislokasi hip dan pelvic obliquity sering bersama-sama dengan skoliosis paralitik.
Terapi skoliosis dapat dengan pemberian ortesa body jacket atau Milwaukee brace.
Fusi spinal dan fiksasi internal juga dapat dilakukan untuk memperbaiki deformitas
tulang belakang. Imbalans gaya mekanik antara hip fleksi dan adduksi dengan
kelemahan abduktor dan fungsi ekstensor menghasilkan fetal coxa valga dan
acetabulum yang displastik, dangkal dan parsial. Hip abduction splint atau Pavlik
harness digunakan 2 tahun pertama untuk counter gaya mekaniknya.
4. Pemanjangan tendon Achilles untuk deformitas equinus, flexor tenodesis atau transfer
dan plantar fasciotomi untuk deformitas claw toe dan pes cavus yang berat. Subtalar
fusion, epiphysiodesis, triple arthrodesis atau talectomi dilakukan bila operasi pada
jaringan lunak tidak memberikan hasil yang memuaskan.
5. Sistem Muskuloskeletal
Latihan luas gerak sendi pasif pada semua sendi sejak bayi baru lahir dilakukan
seterusnya untuk mencegah deformitas muskuloskeletal. Latihan penguatan dilakukan
pada otot yang lemah, otot partial inervation atau setelah prosedur tendon transfer.
6. Perkembangan Motorik
Stimulasi motorik sedini mungkin dilakukan dengan memperhatikan tingkat dari
defisit neurologis.
7. Ambulasi
Alat bantu untuk berdiri dapat dimulai diberikan pada umur 12 18 bulan. Spinal
brace diberikan pada kasus-kasus dengan skoliosis. Reciprocal gait orthosis (RGO)
atau Isocentric Reciprocal gait orthosis (IRGO) sangat efektif digunakan bila hip
dapat fleksi dengan aktif. HKAFO digunakan untuk mengkompensasi instabilitas hip
disertai gangguan aligment lutut. KAFO untuk mengoreksi fleksi lutut agar mampu ke
posisi berdiri tegak. Penggunaan kursi roda dapat dimulai saat tahun kedua terutama
pada anak yang tidak dapat diharapkan melakukan ambulasi.
8. Bowel training
Diet tinggi serat dan cairan yang cukup membantu feses lebih lunak dan
berbentuk sehingga mudah dikeluarkan. Pengeluaran feses dilakukan 30 menit setelah
makan dengan menggunakan reflek gastrokolik. Crede manuver dilakukan saat anak
duduk di toilet untuk menambah kekuatan mengeluarkan dan mengosongkan feses
Stimulasi digital atau supositoria rektal digunakan untuk merangsang kontraksi rektal
sigmoid. Fekal softener digunakan bila stimulasi digital tidak berhasil.
9. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup
kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai akibat
eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena permukaan
absorpsi CSS yang berkurang. Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke28 gestasi, atau kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero
dengan pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam
serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan
sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi;
terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi SSP
disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata. Posisi tengkurap
mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih
sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian
makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya
dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang
rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering
dilembabkan karena efek pengering dari panas yang dipancarkan. Sebelum
pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril,
lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab yang dilakukan
adalah salin normal steril. Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan
sakus tersebut diamati dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tandatanda infeksi. Sakus tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau
terkontaminasi. Kadang-kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada
sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram pusat.
10. Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur,
dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan tetapi latihan ini
dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila sendi panggul tidak
stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor,
mempererat kecenderungan subluksasi.
11. Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang menderita keadaan
ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan seksualnya, penguasaan social,
hubungan kelompok remaja sebaya, dan kematangan serta daya tariknya. Beratnya
ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan persepsi diri terhadap
kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang sebenarnya ada pada remaja itu.
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a.) Biodata
-
Identifikasi anak yang mempunyai resiko (Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak).
b.) Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan factor prenatal, natal dan post natal
serta keadaan sekitar kelahiran yang mempredisposisikan anoksia janin.
-
c.) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan, perkembangan yang terlambat
dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang
persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
d.) Monitor respon bermain anak
e.) Kaji fungsi intelektual
f.) Tidak koordinasi otot ketika melakukan pergerakan (kehilangan keseimbangan), Otot
kaku dan refleks yang berlebihan (spasticas)
g.) Kesulitan mengunyah, menelan dan menghisap serta kesulitan berbicara
h.) Badan gemetar, Kesukaran bergerak dengan tepat seperti menulis atau menekan tombol
i.) Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mempunyai permasalahan tambahan,
termasuk yang berikut: kejang, masalah dengan penglihatan dan pendengaran serta dalam
bersuara, terdapat kesulitan belajar dan gangguan perilaku, keterlambatan mental, masalah
yang berhubungan dengan masalah pernafasan, permasalahan dalam buang air besar dan
buang air kecil, serta terdapat abnormalitas bentuk ulang seperti scoliosis.
j.) Pemeriksaan Fisik
Muskuluskeletal : spastisitas, ataksia
Neurosensory
: gangguan
menangkap
suara
tinggi, gangguan
bicara, anak
berliur, bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya,strabismus konvergen dan
kelainan refraksi
Eliminasi
: konstipasi
Nutrisi
Analisa kromosom
Biopsi otot
Penilaian psikologik
b.
c.
d.
aktivitas
Hambatan Mobilitas fisik berhubungan penurunan kekuatan otot ditandai dengan
paralisis otot.
e.
2.2.3
Rencana Keperawatan
berhubungan
Aktivitas:
penurunan
ditandai
keperawatan
1. Monitoring
vital
sign
selama.gangguan
tujuan
dari
peningkatan mobilitas
2. Memverbalisasikan
perasaan
dalam
meningkatkan kekuatan
dan
kemampuan
berpindah
Memperagakan penggunaan
alat
Bantu
untuk
mobilisasi (walker)
aktif,
demikian
juga
fisik/okupasi
spesialis vokasional.
6. Latih
pasien
ahli
dan
dalam
mandiri
sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien
saat
mobilisasi
dan
bantu
bagaimana
indikasi:
antireumatik,
garam
agen
emas,
steroid.
2.ketidakseimbangan nutrisi NOC: Nutrisional Status
Nutrition management (1100)
(1004)
kurang dari kebutuhan tubuh
Aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan factor keperawatan selama 3x24 jam Menentukan jumlah kalori yang
diharapkan perbaikan pada
biologis
diperlukan (kolaborasi dengan
indikator:
ahli diet)
- Pemasukan
nutrisi
Mendorong
adanya
Definisi :
adekuat
pemasukkan kalori sesuai
Intake
nutrisi
tidak - Tidak terjadi mal nutrisi
- Pemasukan cairan
dengan kebutuhan
mencukupi metabolik.
- Berat badan normal
Mendorong peningkatan zat besi
- Tingkat energi yang
sesuai kebutuhan
adekuat
Batasan karakteristik :
Memberikan makanan ringan
Berat badan dibawah
,sesuai kebutuhan.
kurang
kebutuhan
dianjurkan
Lemah
otot
menelan
dari
yang
untuk
atau
mengunyah
Penurunan berat badan
dengan intake makanan
adekuat.
v Circulation status
hanya
peka
terhadap
tidak v Tissue Prefusion : cerebral yang
panas/dingin/tajam/tumpul
efektif
b/d
kerusakan
Setelah dilakukan tindakan
neeurologis ditandai dengan
v Monitor adanya paretese
keperawatan selama ...x24
hipoksia.
jam. Diharapkan tercapaiv Instruksikan keluarga untuk
Definisi :
mengobservasi kulit jika ada lsi
Kriteria Hasil :
3.Perfusi
jaringan
atau laserasi
pemberian a.
mendemonstrasikan
oksigen dalam kegagalan status sirkulasi yang ditandaiv Gunakan sarun tangan untuk
memberi makan jaringan dengan :
proteksi
Penurunan
Tekanan
Batasan karakteristik :
dandiastole
Renal
yang diharapkan
dalam
Tidak
- Perubahan tekanan darah v
ortostatikhipertensi
di luar batas parameter
- Hematuria
peningkatan
- Oliguri/anuria
- Elevasi/penurunan
15 mmHg)
BUN/rasio kreatinin
b.
mendemonstrasikan
Gastro Intestinal
kemampuan
yang
ditandai dengan:
v
berkomunikasi
jelas
- Nausea
kognitif
dan
dengan
sesuai
dengan
kemampuan
- Distensi abdomen
menunjukkan perhatian,
v memproses informasi
v
membuat
- Edema
dengan benar
c.
- Perubahan
kulit
karakteristik
(rambut,
kuku,
air/kelembaban)
- Denyut nadi lemah atau
tidak ada
- Diskolorisasi kulit
- Perubahan suhu kulit
- Perubahan sensasi
- Kebiru-biruan
- Perubahan tekanan darah
di ekstremitas
- Bruit
- Terlambat sembuh
- Pulsasi arterial berkurang
- Warna kulit pucat pada
keputusan
menunjukkan
fungsi
tingkat
kesadaran
ekstremitas
atau paralis
- Perubahan status mental
- Perubahan
pada
respon
motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan untuk menelan
- Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan
respirasi
di
frekuensi
luar
batas
parameter
- Penggunaan
otot
pernafasan tambahan
- Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
- Abnormal gas darah arteri
-Perasaan
Impending
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada
Faktor-faktor
yang
berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri terputus
- Exchange problems
- Aliran vena terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi
mekanik
pada
transport
sebanding
antara
afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
NIC:
- Penurunan konsentrasi Hb
(3350)
- Pantau tanda-tanda vital
- Posisikan pasien untuk ventilasi
dalam darah
Respiratory
Monitoring
TTV normal
Pasien
Paint Management(1400)
Aktivitas:
mampu
Kaji
nyeri
secara
menggunakan
non
Defenisi:
analgetik(tarik
napas
dalam)
kualitas, dan factor presipitasi
Pasien mampu mencegah
Observasi
kenyamanan
nyeri
(istirahat
pasien terutama untuk komunikasi
cukup,terapi musik)
yang efektif
Pasein
mampu
Gunakan teknik komunikasi
melaporkan rasa nyeri
terapeutik untuk mengetahui
(nyeri berkurang)
pengalaman nyeri pasien
Ajarkan teknik relaksasi,terapi
akibat
kerusakan
yang
yang
jaringan
actual
atau
potensial.
Batasan karakteristik:
Perubahan
makan
Perubahan tekanan
darah
Gelisah
Selera
komprehensif
karakteristik,
termasuk
durasi,
lokasi
frekuensi,
musik
Ajarkan pasien untuk sitirahat
yang adekuat.
2.2.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
2.2.5 Evaluasi
a.Menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera, anak bebas dari cedera
b.Klien
mendapat
masukan
nutrisi
yang
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
Pertanyaan.
1.Ibu anak D mengeluh anaknya sering tremor dan jatuh.TTV yang didapat RR = 12
x/menit,Nadi = 89 x/menit.anak sering menangis dan rewel dan adanya kelemahan pada
bagian otot.
Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada kasus diatas..
a.Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoksia.
b.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri.
c.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
d.Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan neurologis
e.Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia
2.Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada soal nomor 1 adalah..
a.Melatih pergerakan pasien perlahan-lahan
b.Mengawasi pergerakan pasien
c.Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi
d.Kolaborasi dalam pemberian antipeuritik
e.Melatih pasien untuk menelan
3. An.T berusia 16 tahun dibawa ibunya ke poli bedah saraf pada tanggal 20 desember 2014
dengan keluhan benjolan di tulang belakang.Benjolan ini sudah ada sejak lahir dan
semakin membesar sejak An.T lahir.Akibat benjolan ini anak D tidak mampu melakukan
aktifitas karena nyeri yang dialami.
Kemungkinan penyebab anak D mengalami benjolan di tulang belakang sejak lahir dibawah
ini adalah..
a.Kekurangan asam folat pada masa kandungan
b.Kekurangan protein sejak dikandungan
c.Kerusakan neurologis
d.Kerusakan system pernapasan
e.Kekurangan natrium pada masa di kandungan
4.Diagnosa utama yang dapat muncul dari kasus diatas..
a.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan agens cidera
b.Nyeri akut berhubungan dengan gangguan sumsum tulang belakang
c.Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia
d.Hambatan mobilitas berhubungan dengan disfungsi rangka
e.Gangguan body image berhubungan dengan kelainan deformitas
5. An.T berusia 16 tahun dibawa ibunya ke poli bedah saraf pada tanggal 20 desember 2014
dengan keluhan benjolan di tulang belakang.Benjolan ini sudah ada sejak lahir dan semakin
membesar sejak An.T lahir.TTV didapat RR = 13x/menit,HR = 82x/menit,T = 38 derajat
celsius.
Diagnosa utama yang muncul pada kasus adalah..
a.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan agens cidera
b.Nyeri akut berhubungan dengan gangguan sumsum tulang belakang
c.Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cerebral Palsy ialah Cerebral : Cerebrum (otak) Palsy : layuh, yang artinya anak yang
mengalami kelayuhan otak (kerusakan permanen) pada pusat motorik di otak sehingga anak
mengalami gangguan gerak (mobilitas) untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Cerebral Palsy
adalah Suatu sindroma dimana terdapat gangguan terutama sistem motorik, pergerakan otot
atau sikap tubuh, dengan atau tanpa keterbelakangan mental, dapat disertai gejala saraf
lainnya yang disebabkan disfungsi otak sebelum perkembangannya sempurna
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior
tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada
perkembangan awal dari embrio. penyebab dari spina bifida belum diketahui secara
pasti,tetapi diduga akibat faktor genetik dan kekurangan asam folat pada masa
kehamilan.gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan
akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan
yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis
maupun nakar saraf yang terkena.pembedahan mielo meningokel dilakukan pada periode
neonetal untuk mencegah ruptur.perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau css
pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. pencangkokan pada kulit diperlukan
bila lesinya besar. Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk
mengobati hidrosefalus. Kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang
seringmenyertai spina bifida.
3.2 Saran
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk semua ibu yang
telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua
wanita hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Asuhan Keperawatan pada anak dengan Cerebral palsy.Jakarta:EGC
Arif Mutaqin.2008.Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta:EGC
Bulechek,G.2013.Nursing Intervention Classification.USA: Elsevier
Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. buku saku keperawatan pediatric.Jakarta:EGC
Heather,Herdman.2012.Diagnosa
keperawatan
:Definisi
dan
klasifikasi
2014.Jakarta:EGC
Rizqi Hajar Dewi. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Spina Bifida
(Http://www.scribd.com.diunduh tanggal 29 Desember 2014.pukul 20.00 wib)
Moorhead,S.2013.Nursing Outcomes Classification.USA: Elsevier
Wolter Kluwer.2011.Kapita Selekjta Penyakit.Jakarta:EGC
2012-