You are on page 1of 7

INFECTION RISK ASSESSMENT

RENOVASI BANGUNAN RUMAH SAKIT


NO. DOKUMEN :
KR.02.01/01.02/3200/
2012

NO. REVISI :
B

HALAMAN :
1/2

DITETAPKAN OLEH :
DIREKTUR UTAMA,

RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

TANGGAL TERBIT :
25 SEPTEMBER 2012

ABDUL KADIR
NIP 196205231989031001

PENGERTIAN

: Infection Control Risk Assesment (ICRA) adalah penilaian yang


dilakukan terhadap kontrol infeksi oleh komite PPI bila ada
rencana perbaikan, renovasi, dan pembangunan baru atau
pembangunan kembali bangunan yang ada di rumah sakit, yang
memungkinkan terjadinya infeksi bagi pasien, bekerja dan orang
yang beraktivitas di rumah sakit. Rekomendasi dari komite PPI
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
aktivitas pembangunan tersebut.

TUJUAN

: Menjadi pedoman dalam menilai resiko infeksi yang dapat terjadi


akibat debu pembangunan baru atau perbaikan gedung di rumah
sakit

KEBIJAKAN

: SK Direktur Utama Nomor: HK 02.05/01/4298A/2011, Tentang


Infection Control Risk Assesment

PROSEDUR

1. Managerial RS menginformasikan kepada Komite PPI


tentang rencana pembangunan / renovasi gedung rumah
sakit.
2. Tim menganalisa dampak pembangunan terhadap
lingkungan rumah sakit dengan menggunakan langkalangkah ICRA, terlampir
3. Telaah ICRA menghasilkan rekomendasi dari Tim PPI
kepada Tim konstruksi / renovasi bangunan
4. Bila Tim konstruksi / renovasi bangunan menyetujui
rekomendasi tim PPI maka Tim PPI, dan Tim Konstruksi
dan Renovasi menandatangani format kesepakatan
Pengendalian Infeksi Dampak Konstruksi dan Renovasi
Bangunan
5. Pembangunan dapat dilanjutkan bila Tim Konstruksi dan
Renovasi bangunan telah melaksakan Rekomendasi Tim
PPI

6. Tim PPI bersama Managemen Rumah Sakit mengawasi


jalannya pekerjaan Konstruksi / Renovasi Bangunan
7. BIla dalam pekerjaannya Tim Konstruksi / Renovasi
bangunan tidak menjalankan rekomendasi yang dianjurkan
tim PPI, maka Pihak managemen dapat meninjau kembali
izin pelaksanaan konstruksi / renovasi bangunan tersebut.

INFECTION RISK ASSESSMENT RENOVASI


BANGUNAN RUMAH SAKIT

NO. DOKUMEN :
KR.02.01/01.02/3200/
2012

NO. REVISI :
B

HALAMAN :
2/2

RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

UNIT TERKAIT

: 1. Tim PPI
2. Manajerial Rumah Sakit
3. Tim Konstruksi dan Renovasi Bangunan Rumah Sakit

LAMPIRAN

Matrix Infection Control Risk Assesment


Pengendalian Infeksi untuk Konstruksi & Renovasi
Langkah 1, identifikasi Tipe Aktifitas Konstruksi (Tipe A-D)
Tipe A

Tpe B

Tipe C

Tipe D

Aktifitas Inspeksi dan Non Invasive


Termasuk:
penggantian genteng sampai seluas 50 square feet
pengecetan
memasang wall paper, membenarkan aliran listrik, membenarkan
saluran air, dan aktifitas yang tidak menimbulkan debu
Skala Kecil, aktifitas singkat dan debu minimal
Termasuk:
instalasi telepon dan pemasangan kabel computer
access to chase spaces
memecah tembok atau atap dimana debu bisa dikendalikan
Pekerjaan yang menimbulkan debu sedang hingga tinggi atau
memerlukan pemindahan benda-benda yang ada di gedung
Termasuk:
menyemen dinding
mengganti lantai, genteng
konstruksi dinding baru
Membenahi listrik diatas atap
Mengerjakan pemasangan kabel mayor
Aktifitas yang tidak mungkin diselesaikan dalam satu kali ganti jaga (
7 jam)
Major demolition and construction projects
Termasuk:
aktifitas yang membutuhkan waktu lebih dari satu kali jaga
mengganti system kabel secara lengkap
konstruksi baru .

Langkah 2, Identifikasi Kelompok Risiko Pasien yang akan terkena dampak.


Risiko
Rendah
Area
Kantor

Risiko Sedang

Risiko Tinggi

Risiko Paling Tinggi

CCU
Any area caring for
immunocompromised
Emergency
patients
Room

Burn Unit
Labor &
Cardiac Cath Lab
Delivery
Central Sterile Supply
Laboratories
Intensive Care Units
(specimen)
Medical Unit
Newborn
Negative pressure
Nursery
isolation rooms
Outpatient

Oncology
Surgery
Operating rooms
Pediatrics
including C-section
Pharmacy
rooms
Post
Anesthesia
Care Unit
Surgical Units
Catatan : Jika lebih dari satu kelompok risiko akan terkena dampak, pilih kelompok risiko yang
lebih tinggi
Cardiology
Echocardiography
Endoscopy
Nuclear Medicine
Physical Therapy
Radiology/MRI
Respiratory
Therapy

Langkah 3. Penentuan Kelas Risio dengan menggunakan Tabel Matriks


I.

TABL MATRIX ICRA UNTUK RENOVASI BANGUNAN RUMAH SAKIT:


PATIENT /
OFFICIAL RISK

LOW

A
KELAS I

TIPE PROYEK KONSTRUKSI


B
C
KELAS II

KELAS II

D
KELAS III

MEDIUM

KELAS I

KELAS II

KELAS III

KELAS IV

TINGGI

KELAS II

KELAS II

KELAS III

KELAS IV

TERTINGGI

KELAS II

KELAS III

KELAS III

KELAS IV

KETERANGAN : Jika lebih dari satu kelompok risiko akan terkena dampak, pilih kelompok
risiko yang lebih tinggi

REKOMENDASI KOMITE PPI KEPADA PENANGGUNG JAWAB KONTRUKSI BANGUNAN


Selama Proses Konstruksi
Kelas 1

Kelas II

Kelas III

KELAS IV

1. Minimalkan debu dari konstruksi yang


dikerjakan
2. Segera ganti atap jika letaknya sudah
tidak sesuai.
1. Cegah infeksi karena udara berdebu
2. Basahi permukaan kerja dengan air
untuk mengendalikan debu saat
membongkar gedung
3. Kunci pintu-pintu yang tidak
digunakan dengan duct tape.
4. Halangi dan tutup ventilasi udara
5. Letakkan keset debu di pintu masuk
dan keluar area kerja
6. Pindahkan atau jauhkan system
HVAC dari area kerja
1. Pindahkan atau jauhkan system
HVAC dari area kerja untuk mencegah
kontaminasi sistem duktus
2. Pasang penghalang debu seperti
sheetrock,
3. plywood, plastic, untuk menutup area
kerja dengan area non kerja sebelum
melakukan konstruksi
4. Jaga tekanan udara negative dalam
area kerja dengan menggunakan
HEPA
5. Tutup limbah konstruksi sebelum
diangkut dalam wadah yang tertutup
rapat
6. Tutup troli angkutan dengan rapat
1. Jauhkan system HVAC dari area kerja

Setelah Proses Konstruksi selesai

1. Bersihkan permukaan kerja


dengan desinfektan
2. Tutup limbah konstruksi sebelum
diangkut dalam wadah yang
tertutup rapat
3. Pel basah dan atau vakum
dengan HEPA filter sebelum
meninggalkan area kerja
4. Pindahkan system HVAC dari
area kerja
1. Jangan pindahkan penghalang
debu dari area kerja sampai ada
petugas yang berwenang
melakukan inspeksi
2. Pindahkan material dengan hatihati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan debu
terkait konstruksi
3. Vacuum area kerja dengan
HEPA filter
4. Pel basah area kerja dengan
desinfektan
5. Pindahkan system HVAC dari
area kerja
1. Pindahkan material dengan hati-

2.
3.

4.

5.
6.

7.

8.

untuk mencegah kontaminasi system


duktus
Pasang penghalang debu seperti
sheetrock,
plywood, plastic, untuk menutup area
kerja dengan area non kerja sebelum
melakukan konstruksi
Jaga tekanan udara negative dalam
area kerja dengan menggunakan
HEPA
Tutup lubang-lubang, saluran, pipa,
celah dengan benar
Bangun anteroom dan minta semua
personil melewati anteroom sehingga
mereka bisa divakum menggunakan
HEPA sebelum meninggalkan area
kerja atau mereka dapat memakai
baju atau kain kertas yang menutupi
yang dapat diganti setiap mereka
meninggalkan area kerja
Semua personil yang memasuki area
kerja diminta menggunakan pelindung
sepatu. Pelindung sepatu harus
diganti setiap pekerja keluar area
kerja
Jangan pindahkan penghalang debu
dari area kerja sampai proses
konstruksi diinspeksi oleh Tim dalin

2.

3.
4.
5.
6.

hati untuk meminimalkan


penyebaran kotoran dan debu
terkait konstruksi
Tutup limbah konstruksi sebelum
diangkut dalam wadah yang
tertutup
Tutup troli angkutan dengan
rapat
Vacuum area kerja dengan
HEPA filter
Pel basah area dengan
desinfektan
Pindakan system HVAC dari
area kerja

Langkah 4. Identifikasi area sekitar proses konstruksi, ases potensial dampak


Unit di bawah

Unit di atas

Samping kiri

Samping
kanan

Belakang

Depan

Kelompok
Risiko

Kelompok
Risiko

Kelompok
Risiko

Kelompok
Risiko

Kelompok
Risiko

Kelompok
Risiko

Langkah 5. Identifikasi ruang khusus, cth ruang pasien, ruang medikasi dll
Langkah 6. Identifikasi isu terkait: ventilasi, saluran air, listrik seandainya ada gangguan
Langkah 7. Identifikasi penghalang debu apa yang digunakan. (cth, penghalang tembok) ;
apakah diperlukan HEPA filter?
(Catatan: Selama konstruksi area renovasi/konstruksi hendaknya dipisahkan dari area hunian
dan hendaknya negative dengan memperhatikan area sekitar)
Langkah 8. Pertimbangkan potensial risiko kerusakan air. Apakah ada risiko terkait
struktur bangunan (cth, tembok, atap, plafon)
Langkah 9. Jam kerja: Bisakah konstruksi dilakukan diluar jam perawatan pasien?

Langkah 10. Apakah plan membutuhkan ruangan isolasi atau aliran udara negative?
Langkah 11. Apakah plan membutuhkan tempat cuci tangan (handwashing sinks)?
Langkah 12. Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan jumlah minimal tempat cuci
tangan untuk proses ini? (lihat pedoman AIA untuk tipe dan area)
Langkah 13. Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan plan kebersihan ruangan?
Langkah 14. Plan untuk membicarakan isu berikut terkait proses Cth, alur lalu lintas,
housekeeping, menghilangkan kotoran atau debut (bagaimana dan kapan)

You might also like