Professional Documents
Culture Documents
Muherdiyantiningsih; dkk
ABSTRACT
VITAMIN A DEFICIENCY AND ITS RELATED FACTORS IN INFANTS
IN BOGOR DISTRICT
Background: Based on clinical indicators, vitamin A deficiency in lndonesia is not a public health pmblem
because the prevalence of xerophthalmia has been decreased to 0.34%. But, this decrease has not been
followed by a decrease of marginal deficiency of vitamin A in vulnerable gmups, especially infants. Methods:
The cross-sectional baseline study was conducted at Bogor District. The aim of the study was to collect
information about the vitamin A status of the breastfed infant, and to l w k for a relationship between many factors
related to it. The samples were 183 breastfed infants aged 2 - 4 months without chronic disease, congenital
disease, severe PEM nor twins. The chi-square and the prevalence odds ratio (POR) at the 95% confidence
interval were used to measure the association between variables. Multiple logistic regression analysis was used
to measure the closest factors to infant's vitamin A status. Results: The study showed that 54.1% of breastfed
infants were at risk of vitamin A deficiency. Based on bivariate analysis, there are two significant independent
variables related to infants vitamin A status, which are maternal vitamin A status and infant infection status.
Multiple logistic regression analysis showed that infection status is the closest factor to vitamin A deficiency in
infants, followed by matemal vitamin A status and breast feeding frequency.There are no significant association
between supplementary feeding, age, nutritional status and the infant's vitamin A status. Conclusions: Marginal
vitamin A deficiency in infants aged 2-10 months is still a public health problem in the research area. The
infection status is the closest factor to vitamin A deficiency in infants, followed by matemal vitamin A status and
breast feeding frequency. [Penel Gizi Makan 2003,26(2): 2&26].
Key Words: vitamin A deficiency, breast feeding, infection, complementary feeding,infant
PENDAHULUAN
uwei nasional tahun 1993 menunjukkan
bahwa masalah KVA (Kekurangan Vitamin
A), yang diindikasikan dengan prevalensi
Bercak Bitot, bukan merupakan masalah
kesehatan masyarakat lagi. Angka Bercak Bitot
ada pada 0 3 % (1). Menurut WHO World Health
Organization), KVA merupakan masalah kesehatan
masyarakat, bila angka bercak Bitot 0,5% (2).
Walaupun tejadi penurunan KVA secara
klinis, ha1 tersebut tidak disertai dengan penurunan
KVA marginal. Dengan indikator retinol dalam
serum S 0,70 pmoln sebagai KVA marginal, maka
saat ini angka KVA masih mengkhawatirkan.
Angka KVA pada anak balita di lndonesia Bagian
Timur adalah sebesar 62,5% (3), sedangkan angka
KVA di tujuh provinsi di lndonesia adalah sebesar
50,6% (4). Kriteria terbaru yang ditetapkan WHO
yang merujuk pada nilai vitamin A dalam serum
Masalah
penting
yang
perlu
digarisbawahi adalah bahwa KVA marginal sudah
tejadi pada usia yang dini, yakni usia bayi, bahkan
kurang dari 6 bulan. Hasil temuan secara terserak
di Jawa Tengah menunjukkan bahwa KVA
marginal pada bayi yang diperiksa sebesar 3676,5% (8,9). Kondisi ini perlu diwaspadai
mengingat berbagai konsekuensi yang ditimbulkan
sebelum lejadinya xemflalmia, yakni peningkatan
infeksi berat, anemia, menurunnya ketahanan
terhadap penyakit, dan hambatan pertumbuhan.
Bila masalah KVA marginal ini dapat ditangani,
maka konsekuensi yang lebih berat dan mahal
tersebut dapat dihindari.
Jawa Barat, khususnya Kabupaten
Bogor, me~pakandaerah rawan KVA. Angka
prevalensi KVA pada ibu hamil, ibu menyusui dan
anak balita masing-masing sebesar 33,5%; 36%,
dan 52,3% (10, 11, 12).
Melihat pola menyusui bayi yang
menunjukkan masih kuatnya tradisi pemberian AS1
pada masyarakat desa, maka me~pakaninfonasi
yang bermanfaat bila dapat diketahui hubungan
status vitamin A ibu dan status vitamin A bayi.
Faktor lain yang digali hubungannya dengan KVA
pada bayi adalah umur bayi, pemberian ASI,
pemberian MP-ASI, status gizi bayi, dan status
infeksi.
Tujuan dari penulisan ini adalah
mengetahui besarnya masalah KVA pada bayi dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tejadinya
KVA marginal pada bayi.
BAHANDANCARA
Desain penelitian ini adalah cross
sectional yang memanfaatkan data hasil penelitian
pendahuluan (baseline data) dengan sampel
penelitian bayi menyusu usia 2-10
bulan.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor dengan
pertimbangan proporsi KVA marginal masih tinggi
pada beberapa kelompok rawan. Ditetapkan
Kecamatan Cibungbulang secara purposif,
kemudian dipilih Desa Situ Udik dan Desa Situ Ilir.
S e l u ~ hbayi yang ada di dua desa tersebut dan
memenuhi kriteria, diikutsertakan dalam penelitian.
Besar sampel dihitung dengan
pertimbangan bahwa proporsi KVA marginal pada
Muherdiyantiningsih; dkk
Muherdiyantiningsih; dkk
Muherdiyantiningsih; dkk
label 1
Faktor yang Berhubungandengan KV/ ada Bayi
Berdasarkan Analisis Bivaria
I
Faktor
I
Status Vitamin A Bayi
Normal
P
(2-sisi)
Crude
OR
95%CI
Ibu KVA
Ibu Normal
Umur Bayi ! 4 bulan
Umur bayi 6 4 bulan
64
Bayi KEP
Bayi Normal
Bay1infeksi
Bayi Sehat
Pemberian AS1 S 10 kali
Pemberian AS1 ! 10 kali
48
16
68
Muherdiyantiningsih;dkk
Tabel 2
Faktor yang Paling Bemubungan dengan KVA pada Bayi
FaMor
Ibu KVA
Bayi lnfeksi
AS1 S10 kali
Bayi ! 4 bulan
Bayi KEP
Tidak diberi MP-AS1
OR
95% CI OR
0,009
0,007
0,040
0,238
0,266
0,339
PEMBAHASAN
Gambaran Status Vitamin A Bayi 2-10 Bulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata kadar retinol darah bayi 0,679 i 0,216
pmolil. Muhilal di Bandung (1985) mendapatkan
angka rata-rata sebesar 0,644 i 0,336 pmolll pada
bayi usia 7-11 bulan (15). Saidin S (1987) di 60
desa di Kabupaten Bqor mendapalkan angka
rata-rata vitamin A serum sebesar 0,655 f 0,137
pmolil pada bayi usia 2 bulan dan 0,620 i 0,203
pmolll pada bayi 7 bulan (16). Bila diperhatikan
angka rata-rata vitamin A serum pada bayi
berdasarkan beberapa penelitian terserak tersebut
tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hal
ini memberi gambaran bahwa status vitamin A
pada bayi dalam keadaan marginal.
Selanjutnya diperoleh hasil bahwa ada
54,1% bayi yang rnempunyai kadar vitamin A
serum <0,70 pmolil. SlolMus di Jawa Tengah
(1993) mendapatkan proporsi bayi usia 6 bulan
yang KVA (retinol serum <0,52 pmolll) sebesar
Muherdiyantiningsih; dkk
1.
2.
RUJUKAN
1.
Muherdiyantiningsih; dkk