You are on page 1of 7

BAB I

LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Masalah diabetes melitus di negara-negara berkembang tidak pernah
mendapat perhatian para ahli diabetes di negara-negara barat sampai dengan Kongres
International Diabetes Federation (IDF) ke IX tahun 1973 di Brussel. Baru pada tahun 1976,
ketika kongres IDF di New Delhi India, diadakan acara khusus yang membahas diabetes
melitus di daerah tropis. Setelah itu banyak sekali penelitian yang telah dilakukan di Negara
berkembang dan data terakhir dari WHO menunjukan justru peningkatan tertinggi jumlah
pasien diabetes malah di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia,
kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%, kecuali di dua tempat yaitu
di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang, 2,3% dan di Manado 6%.
Suatu penelitian yang dilakukan di Jakarta tahun 1993, kekerapan DM di daerah
urban yaitu di kelurahan Kayuputih adalah 5,69% sedangkan di daerah rural di suatu daerah
di Jawa Barat tahun 1995, angka itu hanya 1,1%. Di sini jelas ada perbedaan antara
prevalensi di daerah urban dengan daerah rural. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup
mempengaruhi kejadian diabetes. Tetapi di Jawa Timur angka itu tidak berbeda yaitu 1,43%
di daerah urban dan 1,47% di daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan tingginya prevalensi
Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM) atau yang sekarang disebut diabetes tipe lain di
daerah rural di Jawa Timur, yaitu sebesar 21,2% dari seluruh diabetes di daerah itu.
Pada tahun 2006, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia bekerja sama dengan Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan
melakukan Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular di Jakarta yang melibatkan
1591 subyek, terdiri dari 640 laki-laki dan 951 wanita. Survei tersebut melaporkan prevalensi
DM di lima wilayah DKI Jakarta sebesar 12,1% dengan DM yang terdeteksi sebesar 3,8%
dan DM yang tidak terdeteksi sebesar 11,2%. Berdasarkan data ini diketahui bahwa kejadian
DM yang belum terdiagnosis masih cukup tinggi, hampir 3x lipat dari jumlah kasus DM yang
sudah terdeteksi.

BAB II
PERMASALAHAN
Diabetes mellitus (DM) mengacu pada sekelompok kelainan metabolik dengan gejala
hiperglikemia. Terdapat beberapa jenis DM dan disebabkan oleh interaksi antara faktor
genetik dan lingkungan. Berdasarkan etiologi yang menyebabkan DM, faktor yang ikut
berperan dalam terjadinya hiperglikemia adalah berkurangnya sekresi insulin, pengurangan
kemampuan menggunakan glukosa, dan peningkatan produksi glukosa. Kelainan metabolik
yang menyertai DM dapat menyebabkan perubahan patofisiologik sekunder pada berbagai
sistem organ. Di US, DM adalah penyebab utama terjadinya End-Stage Renal Disease
(ESRD), amputasi ekstremitas bawah non-trauma, kebutaan pada orang dewasa. DM juga
merupakan faktor predisposisi terjadinya kelainan kardiovaskular.
Diabetes mellitus diklasifikasikan berdasarkan proses patogenik yang menyebabkan
terjadinya hipoglikemia. Secara garis besar dibagi menjadi DM tipe 1 dan tipe 2. Kedua jenis
DM ini didahului oleh fase hemostasis glukosa abnormal seiring dengan proses patogenik
berlanjut. Tipe 1 disebabkan oleh defisiensi insulin total atau mendekati total. DM tipe 2
merupakan sekelompok kelainan yang dicirikan dengan berbagai derajat resistensi insulin,
gangguan sekresi insulin, dan peningkatan produksi glukosa. Defek metabolik dan genetic
yang jelas pada fungsi/sekresi insulin merupakan penyebab hiperglikemia yang umum pada
pasien DM tipe 2, dan mempunyai peranan yang penting dalam implikasi terapi karena
sekarang sudah terdapat obat yang dapat memperbaiki gangguan metabolic secara spesifik.
DM tipe 2 didahului oleh homeostasis glukosa abnormal yang disebut sebagai impaired
fasting glucose (IFT) dan impaired glucose tolerance (IGT).
Terdapat dua perbedaan yang membedakan klasifikasi DM dahulu dengan sekarang.
Pertama, istilah Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan Noninsulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) sudah tidak digunakan lagi. Karena terdapat banyak pasien
dengan DM tipe 2 pada akhirnya memerlukan terapi insulin untuk mengatur glikemia.
Perbedaan kedua adalah umur bukan merupakan suatu kriteria klasifikasi. Walaupun pada
umumnya DM tipe 1 tampak pada usia kurang dari 30 tahun, proses autoimun penghancuran
beta-cell dapat terjadi pada usia berapa saja. Sebaliknya, DM tipe 2 lebih sering tampak
seiring dengan penambahan umur, tetapi sekarang lebih banyak didiagnosis pada anak dan
dewasa muda terutama remaja dengan obesitas.

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam


menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk
memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa seyogyanya di laboratorium klinik yang
terpercaya. Waalupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan
darah utuh (whole blood), vena maupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria
diagnostic yang berbeda sesuai dengan pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil
pengobatan dapat diperiksa kadar glukosa kapiler.
Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan perlu adanya peyuluhan tentang penyakit
Diabetes Mellitus agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuannya tentang Diabetes
Melitus dan dapat mengetahui pencegahan dari penyakit ini.

BAB III
3

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


3.1.Perencanaan
Sasaran :
Kegiatan penyuluhan diabetes mellitus ini ditujukan pada bapak-ibu yang hadir dalam
kegiatan Prolanis di Kantor Kecamatan Punung, Desa Piton.
Waktu Kegiatan :
Kegiatan ini dilakukan pada saat kegiatan Prolanis di Desa Punung pada tanggal 23 Januari
2015
Lokasi Kegiatan
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan di Kantor Kecamatan Punung, Desa Punung.
3.2. Pemilihan Intervensi
Pemilihan intervensi berupa pemberian materi tentang penyakit Diabetes Mellitus, bagaimana
gejala DM, kriteria DM, faktor resiko dan pencegahannya melalui presentasi dengan
menggunakan alat bantu leaflet. Kemudian, dilanjutkan dengan tanya jawab dengan peserta.

BAB IV
4

PELAKSANAAN
Pada tanggal 23 Januari 2015 dilakukan Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus dalam
Kegiatan Prolanis, Desa Piton, Kecamatan Punung yang dihadiri 30 lansia, 3 kader posyandu,
dan 2 staff Puskesmas Punung.
Materi yang diberikan berupa
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian Diabetes Mellitus


Kriteria Diabetes Mellitus
Faktor resiko Diabetes Mellitus
Gejala-gejala Diabetes Mellitus
Akibat Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol
Pencegahan Diabetes Mellitus

Setelah dilakukan pemberian materi, para peserta dipersilahkan bertanya dengan narasumber.
Kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta Posyandu sebagai
evaluasi. Peserta posyandu lansia dan kader desa diharapkan dapat lebih terbuka wawasannya
dan lebih mengenal Penyakit Diabetes Mellitus dan pencegahannya.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan


berupa para lansia untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta penyuluhan terhadap materi
yang diberikan. Juga diberikan kesempatan bertanya kepada nara sumber.

Laporan Penyuluhan
Nama Peserta
Nama Pendamping

: dr. Priscilia
: dr. Soediro

Tanda tangan :
Tanda tangan :
6

Nama Wahana
Tema Penyuluhan
Tujuan Penyuluhan

: UPT Puskesmas Punung


: Kenali Diabetes Mellitus
: Meningkatkan pengetahuan peserta mengenai Diabetes Mellitus

Hari/Tanggal
Waktu
Tempat

dan berupaya melakukan pencegahan


: Jumat / 23 Januari 2015
: 09.00 WIB
: Posyandu Lansia Harapan Husada di Dusun Krajan Wetan, Desa

Jumlah Peserta

Piton
: 30 lansia, 3 kader Posyandu, 2 staff Puskesmas Punung

You might also like