Professional Documents
Culture Documents
Halaman Pengesahan
Pendahuluan 2
Epidemiologi 3
Klasifikasi
Gejala Klinik 4
Diagnosis
Penatalaksanaan
Daftar Pustaka
20
atau obat-obat katabolik atau anabolik. Malnutrisi dapat akut atau kronik,
reversibel atau tidak(2).
EPIDEMIOLOGI
Malnutrisi adalah penyebab dari kematian sekitar setengah atau seluruh
kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia. Malnutrisi primer biasanya
terjadi pada negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya pendidikan dan
nutrisi yang terabaikan. Defisiensi nutrisi yang spesifik seperti zat besi masih
banyak terdapat di negara berkembang(3).
Prevalensi terjadinya malnutrisi pada pasien anak rawat inap cukup tinggi
yaitu antar 20-40% dan makin meningkat pada pasien yang dirawat di rumah
sakit lebih dari dua minggu. Penelitian pendahuluan pada 4 (empat) rumah sakit
di Indonesia menunjukkan lebih dari separuh pasien yang dirawat datang dengan
berbagai keadaan malnutrisi baik undernutrition ataupun overnutrition, dengan
status gizi kurang menempati porsi terbesar. Pada penelitian tersebut, Malnutrisi
Rumah Sakit terjadi pada 13-37% pasien(4).
KLASIFIKASI
Pada penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat
beratnya KEP, klasifikasi demikian yang sering dipakai adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi Berdasarkan Baku Median WHO-NCHS
Klasifikasi KEP
Ringan
Sedang
Berat
BB/U
70-80%
60-70%
<60%
BB/TB
80-90%
70-80%
<70%
BB/TB
80-90%
70-79%
<70%
TB/U
90-94%
85-89%
<85%
GEJALA KLINIK
1. Marasmus
Marasmus merupakan bentuk malnutrisi yang terjadi akibat
kekurangan kalori yang berat, sering pada daerah dengan makanan tidak
cukup, informasi teknik pemberian makanan yang tidak cukup atau
higiene jelek. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis
yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Marasmus disertai dengan retardasi pertumbuhan dan wasting pada otot
dan jaringan lemak subkutan,(2, 5, 6).
Gejala klinik pada marasmus berupa :
a. Wajah seperti orang tua
b. Wasting hebat (degenerasi jaringan lemak subkutan + atrofi
otot)
c. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
d.
e.
f.
g.
yang
disebabkan
oleh
kwashiorkor
+
5
Muscle wasting
+
++
Edema
+
Apati, fatigue
+
++
Iritability
+
+
Imbalans elektrolit ( hipokalemia)
+
+
Hipoalbumin
+
Anemia
+
++
Fatty liver
+
Hipotermia
+
++
Flakey pain dermatitis
+
- = tidak ada, + = ada , ++ = ada dan sering dijumpai atau khas
3. Marasmik kwashiorkor
Berdasarkan definisi kelainan gizi ini menunjukkan gejala klinis
campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Gejala klinis yang umum
adalah edema dan wasting hebat.
DIAGNOSIS
Diagnosis PEM berdasarkan dari gejala klinik, antropometri dan laboratorium.
1. Marasmus
- Antropometri
a. BB <70% dari BB baku menurut umur (tanpa edema)
b. Perbandingan BB/TB sangat menurun
- Laboratorium
a. Anemia tidak ada / ringan
b. Albumin serum normal / subnormal
2. Kwashiorkor
- Antropometri :
a. BB <60% - 80% baku menurut umur (dengan edema)
b. Perbandingan BB/TB menurun
- Laboratorium :
a. Albumin serum rendah
b. Anemia (ringan sampai berat)
3. Marasmik kwashiorkor
Pada pemeriksaan antropometri didapatkan BB <70% BB baku
menurut umur (tanpa edema) dan perbandingan BB/TB menurun dan
temuan laboratorium dengan serum albumin yang rendah.
PENATALAKSANAAN(7-11)
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama :
1. Atasi/cegah hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah yang
sangat rendah. Anak gizi buruk dianggap hipoglikemia bila kadar glukosa
darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl. Hipoglikemia biasanya juga terjadi
bersamaan dengan hipotermi. Tanda lain hipoglikemia adalah letargi, nadi
lemah, dan kehilangan kesadaran. Gejala hipoglikemia berupa berkeringat
dan pucat sangat jarang dijumpai pada anak gizi buruk.
Cara Mengatasi Hipoglikemia :
Sadar (tidak letargis )
(bolus) sebanyak 5 ml/kgBB, Berikan larutan glukosa 10% atau larutan gula
pasir 10% secara oral atau ngt (bolus) sebanyak 50 ml.
Renjatan (Syok hipoglikemi)
Hipotermia dan hipoglikemia pada anak gizi buruk biasanya merupakan tanda
dari adanya infeksi sistemik yang serius. Jadi semua anak gizi buruk harus
mendapat pengobatan untuk mengatasi hipoglikemia dan infeksi. Cadangan
energi anak gizi buruk sangat terbatas, sehingga tidak mampu memproduksi
panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
Suhu tubuh 36 37,0oC , keadaan ini pada anak gizi buruk dapat dengan mudah
jatuh pada hipotermia. Cara mempertahankan agar tidak hipotermia adalah :
1. tutuplah tubuh anak termasuk kepalanya
2. hindari adanya hembusan angin di dalam ruangan perawatan
3. pertahankan suhu ruangan sekitar 25 30oC
4. usahakan agar anak tetap diselimuti pada malam hari
5. jangan membiarkan anak tanpa baju terlalu lama pada saat tindakan
pemeriksaan dan penimbangan
6. usahakan tangan dari pemberi perawatan pada saat menangani anak gizi
buruk dalam keadaan hangat
7. segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basaholeh karena air kencing
atau keringat atau sebab yang lain
8. bila anak baru saja dibersihkan tubuhnya dengan air, segera keringkan
dengan sebaik-baiknya
9. jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini untuk
menghindari bila ibu anak/pengasuh lupa membungkus botol dengan kain
akan menyebabkan kulit anak terbakar
Suhu tubuh < 36oC (hipotermia) :
3. Atasi/cegah Dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk
dengan dehidrasi adalah :
Latergis
Anak gelisah dan rewel
Tidak ada air mata
Mata cekung
Mulut dan lidah kering
Haus
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan
rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap
30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal.
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1.
10
mEq
mEq
mEq
Jadi koreksi per 8 jam = 8/24 jam x 50 mEq = 16,7 mEq = 17 mEq
-
11
=
=
15,3
9
24,3
mEq
mEq
mEq
5.
selama 2 hari dan diikuti dengan Amoksisilin oral (15mg/kgBB) setiap 8 jam
selama 5 hari.
Bila tidak membaik dalam waktu 48 jam tambahkan kloramfenikol IV atau
IM (25mg/kgBB) setiap 8 jam selama 5hari (beri setiap 6 jam jika dicurigai
meningitis).
Bila anak diduga terinfeksi cacing, berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal 125 mg/tablet.
basal
saja.
Formula
khusus
seperti
Formula
WHO
Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100
ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram
per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein
yang sama.
14
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh-kejar.
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
Formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
15
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat
atau sirup besi.
Kasih sayang
16
Ikuti nasehat pemberian makanan dan berat badan anak selalu ditimbang
setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas.
pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
Behrman, Kliegman, Arvin, Wahab S, editors. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Vol.1. 15
ed. Jakarta: EGC; 2012. p. 28-32.
2.
Barness LA, Curran JS. Malnutrisi. In: Behrman, Kliegman, Arvin, Wahab S,
editors. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Vol.1. 15 ed. Jakarta: EGC; 2012. p. 211-4.
3.
Lissauer T, Clayden G. Nutrition. In: Lissauer T, Clayden G, editors. Ilustrated
Textbook of Paediatricks. Third ed. USA: Elsevier; 2007. p. 195-6.
4.
Damayanti R. Sjarif SK, Nasar SS, Devaera Y, Tanjung CF. Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia Nutrisi dan Penyakit Metabol Asuhan Nutrisi Pediatrik
(Pediatric Nutrition Care). IDAI. 2011.
5.
M. K, Hendricks. In: Hendricks, Duggan, Walker, editors. Manual of Pediatric
Nutrition. Third ed. Chicago: American Dietetic Association; 2004. p. 47-50.
6.
Alleyne GAO, Hay, R. W., Picou, D. l., Stanfield, J. P. and Whitehead, R. G.
Protein - Energy Malnutrition. Oxford Journals. 2000.
7.
Hidajat B, Irawan R, Hidajati SN. Kurang Energi Protein (KEP). In: Hidajat B,
Irawan R, Hidajati SN, editors. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak. III ed. Surabaya: RSU dr. Soetomo; 2008. p. 34-9.
8.
Scheinfeld NS, Mokashi A. Protein-Energy Malnutrition Treatment &
Management. Medscape. 2013 15 february.
9.
Indonesia KKR. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Kemenkes RI. 2011.
10.
Veronika Scherbaum PF. New concepts on nutritional management of severe
malnutrition: the role of protein. University of Hohenheim. 2000.
11.
Direktorat Bina Gizi, KIA. Petunjuk Teknis Tatalaksana Gizi Buruk. Buku II ed.
Jakarta: DEPKES RI; 2011.
12.
Alleyne GAO, Hay, R. W., Picou, D. l., Stanfield, J. P. and Whitehead, R. G.
Protein-energy Malnutrition. Mother and Child Nutrition in the Tropics and Subtropics.
2000.
18
19