Professional Documents
Culture Documents
91
9. PENGUKURAN POTENSI
AIR TANAH
Nono Sutrisno, Haryono, dan Tagus Vadari
1. PENDAHULUAN
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah
pada wilayah jenuh atau semua pori-pori dan ruang antar partikel tanah
jenuh berisi air, yang terdapat pada bagian atas disebut water table dan
bagian bawah disebut ground water (Winter et al., 2005; Asdak, 1995).
Selain itu, ada terminologi lain, bahwa ground water adalah aquifer yang
menggambarkan water-bearing formations yang dapat menghasilkan air
yang cukup banyak untuk keperluan manusia (Winter et al., 2005).
Konsep lain mengatakan, bahwa air tanah terdiri atas dua zona, yaitu
zona tidak jenuh (unsaturated zone) dan zona jenuh (saturated zone) atau
ground water (Gambar 1). Pada zona tidak jenuh terdapat air tanah (soilwater) dimana tanaman dapat memanfaatkannya, tetapi bisa hilang
karena evaporasi. Di atas zona jenuh terdapat water table, dan air yang
berada pada zona tidak jenuh tidak dapat diambil (dipompa) karena
ditahan oleh gaya kapiler (Winter et al., 2005)
92
Sutrisno et al.
waktu yang lama. Pengisian kembali (recharge) air tanah berasal dari air
yang ada di permukaan tanah seperti air hujan, air sungai, air danau dan
sebagainya, selanjutnya meresap ke dalam tanah secara vertikal dan
masuk ke water table dan akhirnya masuk ke ground water. Berdasarkan
ground-water system, pergerakan vertikal tergantung kepada sebaran
energi potensial yang berada di bawah water table, dan penyebaran
energi yang dapat digunakan untuk menentukan komponen-komponen
aliran yang dekat dengan permukaan air. Air dalam ground water akan
bergerak atau mengalir secara vertikal dan lateral (Winter et al., 2005).
Potensi air tanah di dalam suatu cekungan (aquifer) sangat
tergantung kepada porositas dan kemampuan tanah untuk meloloskan
(permeability) dan meneruskan (transmissivity) air. Di Indonesia, telah
terindentifikasi 263 cekungan air tanah dengan total kandungan 522,2
-1
milyar m air tahun , 72 cekungan air tanah terletak di Pulau Jawa dan
-1
Madura dengan kandungan 43,314 milyar m air tahun . Adanya
pengambilan air tanah yang banyak dan melampaui jumlah rata-rata
tambahan akibat persaingan berbagai kepentingan dapat menyebabkan
penurunan permukaan air tanah secara kontinu dan pengurangan potensi
air tanah di dalam akuifer. Hal ini akan memicu terjadinya dampak negatif,
seperti instrusi air laut, penurunan kualitas air tanah, dan penurunan
permukaan tanah (Rejekiningrum, 2005; Winter et al., 2005). Berdasarkan
kondisi yang demikian, maka diperlukan upaya untuk mengetahui
ketersediaan air tanah yang akan digunakan untuk berbagai kepentingan,
baik untuk pertanian maupun industri. Untuk itu, perlu diketahui potensi
sumber daya air yang ada di suatu wilayah, baik air permukaan maupun
air tanah berupa sebaran, volume maupun kedalamannya.
Untuk mengetahui potensi sumber daya air suatu wilayah dapat
dilakukan dengan identifikasi dan karakterisasi potensi air tanahnya
dengan berbagai cara dan alat yang tersedia, seperti (1) tensiometer; (2)
piezometer; dan (3) terrameter.
2. TENSIOMETER
Tensiometer adalah suatu alat praktis untuk mengukur
kandungan air tanah, tinggi hidrolik, dan gradien hidrolik. Alat ini terdiri
atas cawan sarang, secara umum terbuat dari keramik yang dihubungkan
melalui tabung ke manometer, dengan seluruh bagian diisi air. Saat
cawan diletakkan di dalam tanah pada waktu pengukuran hisapan
dilaksanakan, air total di dalam cawan melakukan kontak hidrolik, dan
93
94
Sutrisno et al.
(1)
95
Pergerakan air akan terus berlanjut bila potensial matriks berbeda, dan
akan berhenti setelah tercapai keseimbangan.
2.3. Kekuatan gravitasi
Energi potensial gravitasi pada massa adalah jumlah kekuatan
yang diperlukan untuk menggerakkan satu unit massa air dari suatu
ketinggian ke titik atau tempat yang diukur. Daya tarik dari beberapa
massa adalah mengarah ke pusat bumi, merupakan fungsi dari massa,
percepatan gravitasi konstan, dan beberapa ketinggian di atas dengan
unitan yang berubah-ubah: g = gz, dimana g = percepatan gravitasi
-2
konstan (m.s ), z = tinggi di atas datum yang berubah-ubah.
2.4. Kelemahan dan kemudahan
Selain beberapa kelemahan yang ada, tensiometer merupakan
alat yang praktis, dan tersedia secara komersial, maka jika dirawat
dengan baik oleh operator yang terlatih mampu menyediakan data yang
cukup akurat. Penggunaan tensiometer adalah dengan meletakan alat
pada suatu kedalaman tanah atau lebih, untuk menggambarkan kondisi
air pada zona perakaran, dan untuk menentukan kapan lahan
memerlukan air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Alat tersebut
biasanya ditempatkan di bawah zona perakaran, karena arah dan
pergerakan air tidak mudah ditentukan. Pada waktu menempatkan
tensiometer, yang perlu diperhatikan adalah saat memasang alat, yaitu
harus ada kontak antara cawan dan tanah, sehingga kalibrasi tidak
terganggu oleh gangguan zona kontak terhadap aliran.
3. PIEZOMETER
Piezometer adalah suatu alat yang berguna untuk mengukur
beberapa parameter penting di dalam sistem aliran hidrolik tanah. Salah
satu parameter tersebut adalah tinggi hidrolik (hydraulic head), digunakan
sebagai konsep mekanika fluida yang mengandung pengertian status
energi air di dalam sistem pergerakan aliran air. Hal ini sangat berguna
untuk menggambarkan aliran, tidak saja dalam saluran-saluran atau
dalam bentuk struktur hidrolik lainnya, tetapi juga di dalam tanah atau
media berpori lainnya.
Tinggi hidrolik dalam sistem aliran air dianalogikan sama dengan
potensial atau voltase dalam masalah-masalah aliran listrik, dan suhu
96
Sutrisno et al.
97
2
p
h v w z
2
g
(2)
g ), dan
= berat jenis air. Secara individu beberapa komponen dari persamaan itu
adalah tinggi kecepatan
p
h w z
(3)
z A atau h A w z A
pA
pA
tinggi permukaan air dari ujung pipa piezometer yang terbuka di atas garis
referensi (tinggi elevasi).
Tinggi elevasi diperlukan sebagai dasar pengukuran tinggi hidrolik
pada setiap sistem pergerakan aliran. Untuk mudahnya, dipilih beberapa
kedalaman di bawah nilai tinggi hidrolik terendah yang berlaku pada suatu
sistem pergerakan aliran. Tinggi referensi yang selalu berubah-ubah
sangat menyulitkan. Oleh karena itu, tinggi rata-rata di atas permukaan
laut sangat baik digunakan. Tinggi hidrolik dihitung positif bila arah
pengukuran ke atas dari tinggi elevasi (garis referensi).
Piezometer mempunyai respon yang signifikan dengan waktu,
karena pembacaan piezometer tidak selalu nol, karena volume air yang
masuk dan keluar dari pipa piezometer memberikan suatu perubahan
tekanan air tanah. Besarnya perubahan ini sangat tergantung pada
diameter pipa, bentuk dan ukuran lubang/rongga piezometer (cavity) pada
98
Sutrisno et al.
Permukaan tanah
pA
w
A
ZA
Garis referensi
99
100
Sutrisno et al.
4.1.
101
102
c.
Sutrisno et al.
103
Resistivitas
(m)
Air hujan
Air permukaan, di dalam area dari batuan beku gunung
berapi
Air permukaan/permukaan air, di dalam area dari
batuan sedimen (sedimentary)
Air tanah, di dalam area dari batuan beku gunung berapi
Air tanah, di dalam area dari batuan sedimen
(sedimentary)
Air laut
Air minum (maksimum tingkat keasinan 0,25%)
Air untuk irigasi dan pengair an (maksimum tingkat
keasinan 0,25%)
30-1.000
30-500
10-100
30-150
>1
0,2
> 1,8
> 0,65
104
Sutrisno et al.
keadaan geologi, dan kondisi hidrogeologinya. Dalam menentukan titiktitik pengamatan agar posisinya tepat, tidak berubah-ubah dan mudah
menelusurinya,
maka
posisi
titik-titik
pengamatan
ditetapkan
menggunakan GPS (geo positioning system). Tahap berikutnya adalah
melakukan pengamatan untuk menentukan ketahanan jenis semu
(apparent resistivity), dan kedalaman overburden serta akuifer di
lapangan. Titik yang diamati harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah
ditentukan, yaitu: (1) titik pengamatan harus terletak pada hamparan 600
m dengan topografi datar; (2) harus jauh dari kawat berduri dan besi
dalam tanah; dan (3) harus jauh dari listrik tegangan tinggi. Bila kondisi
lapangan tempat titik pengamatan ditentukan tidak terletak pada topografi
datar, misalnya berombak atau bergelombang, harus dilakukan
pendekatan-pendekatan tertentu dengan menggunakan persamaanpersamaan yang telah dimodifikasi.
Survei geolistrik pada dasarnya ditujukan untuk menduga kondisi
geologi bawah permukaan, terutama kondisi macam dan sifat batuan
berdasarkan sifat-sifat kelistrikan batuan. Selanjutnya, masing-masing
dikelompokkan dan ditafsirkan dengan mempertimbangkan data kondisi
geologi setempat. Perbedaan sifat kelistrikan batuan, antara lain
disebabkan oleh perbedaan macam mineral penyusun, porositas dan
permeabilitas batuan, kandungan air, suhu, dan sebagainya. Dengan
mempertimbangkan beberapa faktor di atas, dapat diintepretasikan
kondisi air bawah tanah di suatu daerah, yaitu dengan melokalisir lapisan
batuan berpotensi air bawah tanah.
Pengukuran besarnya tahanan jenis batuan di bawah permukaan
tanah dengan menggunakan metode vertical electrical sounding (VES)
dilakukan untuk mengetahui susunan lapisan batuan bawah tanah secara
vertikal, yaitu dengan cara memberikan arus listrik ke dalam tanah dan
mencatat perbedaan potensial terukur. Nilai tahanan jenis batuan yang
diukur langsung di lapangan adalah nilai tahanan jenis semu (apparent
resistivity). Dengan demikian nilai tahanan jenis di lapangan harus
dihitung dan dianalisis untuk mendapatkan nilai tahanan jenis sebenarnya
(true resistivity) dengan metode Schlumberger.
4.4. Pengukuran resistivitas dengan metode Schlumberger
Penetapan potensi air tanah secara langsung dilakukan dengan
cara mengukur resistivitas, yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan
menembakkan arus listrik yang mempunyai kuat arus di kabel AB dan
105
106
Sutrisno et al.
107
108
Sutrisno et al.
Model
Data
Titik2 Pengamatan
Ketebalan
Rho
Kedalaman
Altitude
Gambar 8. Hasil analisis resistivitas nyata menggunakan software IPI2WIN areal Desa Suka Makmur, Kecamatan
Suka Makmur, Kabupaten Bogor
109
Keterangan:
A. Kisaran nilai /Rho (nilai = litologi= stratigrafi):
a. Clay, sandstone wheathered, hard = OVERBURDEN, yaitu
lapisan di atas akuifer dan bersifat kurang dan tidak lolos air yang
resistivitasnya berkisar <45 ohm-meter
b. Sandstone, hard dan fractured = AKUIFER, yaitu bersifat lolos air
dan mempunyai resistivitas <45 350 ohm-meter
c. >350 ohm-meter adalah sandstone hard dan compact atau
BEDROCK
B. Kedalaman 5 m dianggap masih lapisan tanah = SOIL
Gambar 9.
110
Sutrisno et al.
5. DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press. Cetakan pertama. PO Box 14,
Bulaksumur, Yogyakarta.
Boonstra, J. 1989. SATEM: Selected Aquifer Test Evaluating Methods
A Micro Computer Program International Institute for
Reclamation and Improvement. Publication 48. PO Box 45,
Wageningen, The Netherlands.
Manual Terrameter SAS 4000/SAS 1000, 1999. Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Papendick, R. I., and Campbell, G. S. 1981. Theory and measurement of
water potential. pp. 1-22. In Water Potential Relations in Soil
Microbiology. SSSA Special Publication No. 9. J.F. Parr, W.R.
Gardner and L. F. Elliott (Eds.). Soil Science Society of America:
Madison, Wis. USA.
Reeve, R. C. 1986. Water Potential: Piezometry. p. 545-561. In Method
of Soil Analysis, Part I. Physical and Mineralogical Method
Agronomy Monograph No. 9. (Ed: Klute, A.). Second Edition.
Rejekiningrum. P., Y. Apriyana, dan F. Ramadani. 2005. Pendayagunaan
Sumberdaya Air untuk Pengembangan Kapas di Sulawesi
Selatan. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sutrisno, N., Haryono, dan Sawijo. 2005. Penataan Lahan dan Penerapan
Konservasi Tanah dan Air. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Winter, T. C., J. W. Harvey, O. L. Franke, and W. M. Alley. 2005.
Concepts of Ground Water, Water Table, and Flow Systems. U.S.
Department of the Interior, U.S. Geological Survey.
http://ga.water.usgs.gov/edu/watercyclegwdischarge.