You are on page 1of 4

Industry | Update

15 June, 2012

Office of Chief Economist

Volume 12, Juni 2012


Quote of the Week

News

  
       
           

            
   

  

  

Volume ekspor ban Indonesia dalam waktu tiga bulan


berturut-turut mengalami penurunan sebagai dampak
penurunan pasar di kawasan Eropa dan AS akibat krisis
ekonomi berkepanjangan. Asosiasi Perusahaan Ban
Indonesia (APBI) menyatakan bahwa industri ban
nasional sangat mengandalkan pasar ekspor untuk
mendorong pertumbuhan. Kontribusi ekspor ban
mencapai 65%-80% dari total penjualan per tahun.
Pasar ban Indonesia cukup kuat di Spanyol, Inggris,
Italia, kawasan Timur Tengah dan Amerika Utara.
Apabila tidak ada perbaikan dari kondisi krisis di Eropa
dan AS, ekspor ban Indonesia terancam terus
menyusut. Ekspor ban pada Mei 2012 kembali turun
sebesar 3% dibandingkan dengan ekspor April 2012
dari 2,58 juta unit ban menjadi 2,5 juta unit. Jika
dibandingkan dengan ekspor pada Mei 2011 yang
masih mencapai 3,11 juta unit, ekspor ban pada Mei
2012 sudah terpangkas cukup signifikan. Ekspor ban
pada April 2012 sendiri telah mengalami penurunan
sebesar 10,5% dibandingkan posisi Maret yang sebesar
2,85 juta unit. Pada Februari 2012, ekspor ban
Indonesia bahkan masih mencapai 2,97 juta unit.

Pemerintah akhirnya membebaskan importasi mesin


untuk pengembangan mobil murah dan akrab
lingkungan (low cost and green car/LCGC). Keputusan
tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
No.76/PMK.011/2012 tertanggal 21 Mei 2012.
Permenkeu itu telah diundangkan pada 22 Mei 2012
dan berlaku 30 hari sejak tanggal diundangkan.
Pembebasan bea masuk akan diberikan untuk
pembangunan maupun pengembangan subindustri
perakitan kendaraan bermotor. Pembebasan bea
masuk akan diberikan sepanjang mesin, barang dan
bahan untuk mendukung program LCGC belum
diproduksi di dalam negeri, sudah diproduksi di dalam
negeri tapi belum memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan, atau sudah diproduksi di dalam negeri tapi
jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.

Kendala bahan baku dan pelemahan nilai tukar


diperkirakan memicu kenaikan harga kemasan di tanah
air hingga 15% pada tahun ini. Kendati demikian,
industri kemasan nasional diprediksi masih akan
tumbuh sekitar 10% dengan estimasi nilai omset
mencapai Rp.45 triliun. Berdasarkan jenisnya, kemasan
fleksible plastik mencatat pertumbuhan permintaan
paling tinggi, diikuti kemasan kertas dan kaleng.
Pertumbuhan permintaan industri kemasan tersebut
sejalan dengan tingginya konsumsi masyarakat akan
barang konsumsi sehari-hari (fast moving consumer
goods), terutama kelas menengah di perkotaan, seiring
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang masih positif.

Richard T. Spooner, Chief Market


Analyst at CMC Market, Sydney

Crude Oil Daily Price


(USD/Barrel)
120
110
100
90
80
70
60
50

6/14/11

9/14/11

12/14/11

3/14/12

6/14/12

Source: Bloomberg

Rubber Daily Price


USD cents/pound

350
300
250
200
150
100
4/19/11

7/19/11

10/19/11

Source: Bloomberg

1/19/12

4/19/12

World Palm Oil Daily Price


(USD/Ton)
1400
1200
1000
800
600
400
200
6/10/11

9/10/11

12/10/11

Source: Bloomberg

3/10/12

6/10/12

Industry Update

Volume 12, Juni 2012

Industri Plastik

Konsumsi Produk Plastik Per kapita



(Kg/Kapita/Tahun)

Saat ini plastik masih menjadi salah satu bahan utama


pembuatan berbagai barang/peralatan di samping besi,
kayu, dan kertas. Plastik dinilai mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan bahan lain, yaitu lebih ringan,
praktis, tahan lama, dan tahan air sehingga
menjadikannya banyak dipilih konsumen. Meskipun
gerakan ramah lingkungan semakin gencar dilakukan,
dalam jangka pendek hal tersebut diperkirakan belum
akan berdampak secara signifikan terhadap penurunan
pasar bahan baku ataupun barang-barang plastik
mengingat permintaan akan plastik saat ini masih
sangat besar. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
sebagai upaya untuk sejalan dengan kampanye go
green dan back to nature, saat ini produsen plastik
mulai mengembangkan bahan plastik yang lebih ramah
lingkungan.

Konsumsi produk plastik per kapita Indonesia masih


sekitar 10 kg/kapita/tahun, relatif rendah dibandingkan
negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura,
Malaysia, dan Thailand yang telah mencapai angka di
atas
40
kg/kapita/tahun.
Potensi
peningkatan
permintaan plastik di Indonesia masih cukup besar.
Kebutuhan produk plastik nasional sekitar 4,6 juta ton
per tahun dengan pertumbuhan rata-rata 5% per tahun
dimana porsi terbesar (40%) adalah untuk plastik
kemasan. Permintaan plastik kemasan terutama
didorong oleh pertumbuhan industri makanan minuman
(60%) dan fast moving consumer good (FMCG) lainnya.
Industri pengguna plastik yang juga cukup besar adalah
industri komponen (otomotif dan elektrik/elektronik),
konstruksi (profil bangunan, pipa, kabel), dan peralatan
rumah tangga.

Omzet industri kemasan nasional tahun 2011 mencapai


Rp 40 Tn dimana 51% dari omzet tesebut berasal dari
kemasan plastik. Omzet industri kemasan tahun 2012
diperkirakan tumbuh 10%. Konsumsi plastik kemasan di
Indonesia tahun 2011 sekitar 1,8 juta ton. Sementara
dari sisi supply, utilisasi produksi plastik kemasan di
tanah air relatif stagnan di level 70%. Produksi plastik
kemasan nasional pada tahun 2011 sekitar 1,65 juta ton
dengan kapasitas produksi terpasang sekitar 2,35 juta
ton per tahun. Masih terbatasnya supply bahan baku
(biji plastik) lokal dan fluktuasi harga bahan baku
seringkali menyulitkan pelaku industri untuk melakukan
penyesuaian produksi.

Jumlah pemain industri plastik kemasan cukup banyak.


Pada tahun 2005 terdapat 837 unit perusahaan plastik
kemasan di tanah air dan meningkat menjadi sekitar
925 unit perusahaan di tahun 2011. Struktur pasar
industri plastik kemasan cenderung bersifat oligopoli
dimana dua perusahaan menguasai sekitar 47%
pangsa pasar, yaitu Dynaplast 35% dan Berlina 12%.

Bahan baku menyumbang sebagian besar (>50%)


struktur produksi industri plastik. Terdapat beberapa
jenis bahan baku yang digunakan dalam industri plastik.







 

  

 

 

Sumber: Inaplas

Konsumsi Plastik Menurut Produk


&()25
&2#8
;2(
16'$ 9(.
/!
:!

7!


 !

0'.
123
4!
&'()$

*+,
-..
/!

"#"$

%!

Sumber: CIC

Kapasitas dan Produksi Plastik Kemasan Nasional


(Juta Ton/Tahun)
<=?
C<E
<=@?
<=@?
<=>? CDE
CDE
<

ACE

>=A<

>=B?

>=B?

>=?

ABE
AFE
A<E

>
ADE

ADE

ADE

BCE

D=?

BBE
D

<DD?
GHIHJKLHJ= MNJ

<DDC
OPQRSTJK= MNJ

Sumber: Departemen Perindustrian

<D>>

BFE

ULKMKJHJK= PNJ

hal 2

Industry Update

Volume 12, Juni 2012


Struktur Biaya Produksi PT Berlina Tbk.
(%)





Berdasarkan
komposisi
penggunaannya,
polypropylene (PP) dan polyethylene (PE) mendominasi
sekitar 63% bahan baku plastik. Permintaan bahan
baku plastik di dalam negeri semakin meningkat seiring
dengan tumbuhnya industri plastik. Permintaan PP
selama periode tahun 2005-2011 tumbuh rata-rata
sebesar 8,1% per tahun, sedangkan permintaan PE
untuk periode yang sama tumbuh rata-rata sebesar
6,8% per tahun. Jika dilihat dari sumber bahan baku
naphta hingga PP dan PE, ketergantungan impor bahan
baku plastik Indonesia saat ini masih cukup besar.
Proporsi impor bahan baku plastik (PP dan PE)
Indonesia selama tujuh tahun terakhir rata-rata sekitar
30%. Sebagian besar bahan baku plastik Indonesia
diimpor dari Asia, khususnya Asia Tenggara dan Timur
Tengah.




 


 



 
 






 
  



   

  



Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan 2011

Tingginya impor tidak hanya terjadi pada industri hulu


bahan baku plastik, namun juga terjadi pada produk
barang jadi plastik. Volume impor barang jadi plastik
Indonesia tumbuh rata-rata 11,7% per tahun. Volume
impor barang jadi plastik pada tahun 2007 sebesar
259.902 ton dan meningkat menjadi 405.181 ton di
tahun 2011. Sementara itu, nilai impor barang jadi
plastik Indonesia tumbuh rata-rata 23,7% per tahun,
dari USD473,1 juta pada tahun 2007 menjadi
USD1.107,8 juta di tahun 2011. Tingginya impor barang
jadi plastik antara lain terjadi akibat diberlakukannya
perdagangan bebas. Kekhawatiran banyak pihak
terhadap pemberlakuan ACFTA mulai terbukti dimana
51,5% dari total impor plastik berasal dari negara
ASEAN dan China. Hal tersebut menjadikan persaingan
dengan produk plastik dalam negeri semakin ketat. Di
samping itu, perlambatan ekonomi Eropa dan AS
berpotensi meningkatkan membanjirnya impor barang
jadi plastik akibat pengalihan produk ke pasar Asia,
termasuk Indonesia. Pemberlakuan SNI pada 32
produk hilir plastik khususnya kemasan diharapkan
mampu memberikan safety net bagi produk plastik
dalam negeri terhadap derasnya produk impor.

Harga bahan baku plastik yang berfluktuasi mengikuti


pergerakan harga naphta dan minyak mentah dunia
akan sangat mempengaruhi biaya produksi industri
plastik. Untuk harga PP misalnya, harga rata-rata PP
pada tahun 2011 adalah USD1.522,1 per ton,
meningkat sebesar 28,7% dibandingkan harga rata-rata
tahun 2010. Sementara harga rata-rata PP hingga
pertengahan Juni 2012 telah mencapai USD1.479,2 per
ton. Masih terbatasnya bahan baku plastik di dalam
negeri dan fluktuasi harga bahan baku menuntut
pemain untuk melakukan strategi feedstock yang tepat
untuk mengantisipasi kemungkinan gejolak harga.
Fluktuasi nilai tukar Rupiah juga menjadi critical factor
dalam industri plastik. Hal ini penting mengingat impor
content industri plastik yang masih cukup besar
sementara orientasi produk masih dominan untuk pasar
domestik.

Permintaan Bahan Baku Utama Plastik Kemasan


(000 Ton)
 &#

PET

!

PVC

$#

PS

$%$ "

$%# "

PP

PE

 
& $

 

&

 
$&

$ $

&
#
!"
!

#!
$# $





!

" !#

# 

#  !

# $

#  $$

! $

!

#  $# '

Sumber: Inaplas

Harga Bahan Baku Plastik


(USD/Ton)
1.800

120

1.600

100

1.400
1.200

80

1.000
60
800
Polypropylene (USD/Ton)

600

40

Polyethylene (USD/Ton)

400

Minyak (USD/Barrel)

20

200

Sumber: Bloomberg

25/05/12

13/01/12

02/09/11

22/04/11

10/12/10

30/07/10

19/03/10

06/11/09

26/06/09

0
06/02/09

hal 3

Industry Update

Volume 12, Juni 2012

Commodities Price Movement


Commodities

Unit

%&' ( )*+,*+ -./01+23


%&' ( @3A B*9C -./01+23

45 6781993'
45 6781993'

F*1'
J'KG&+KG

45 67G3H9&/ H*+
45 67G3H9&/ H*+

F*MM39
@&/C3'

45 67G3H9&/ H*+
45 67G3H9&/ H*+

P&+
Q*',

45 67G3H9&/ H*+
45 67H9*R *S

T'1H&+KG
TK'M

45 67H9*R *S
45 67H*+

UK8839

45 6/3+HV7M*K+,
45 67H*+

T1'G %&'
5*R831+
F*/*1

Last Price*

MoM

97.81
83.91
88.85
1865
7420
16830
19450
1623.73
1487.6
786.03
219.05
985
13.19
2333.18

45 678KV03'
45 67G3H9&/ H*+

W F'*V&+2 ,1H3 XE7 : 7;I :;


N
5*K9/3 X Y'**G8392

Ytd

( :;<
( ::<
( :I<
(L<
(D<
( :<
( <
N
<
N
L<
L<
( <
>
( ::<
I<
I<

YoY

( :: <
=>
( :D :<
=
(;I ;<
=
(D L<
=
(; <
=N
( ?<
>=
; ?<
=
L ?<
=
E L<
=
;I E<
=
D L<
=
(D L<
=
? ;<
=
? ?<
=

( :?<
( :E<
(;D<
(; :<
( :O<
(; <
N
(;L<
<
>
(: <
>
( :I<
( :O<
(: <
N
( :<
(;;<

Composite Index Performance


Composite Index

Published by:

  

jkkble gk mnbek olg^gpbfq


Z[ \]^_ `]^abcb d Zecfecgh [i_





Zng^e r st t v wtxwwwy
u
u

 
     

z]{ r st t v wtv|x}|
u
u

  

  

Chief Economist

~efqc ~]p]]^qb

Analyst

z]bf] b^g \ec^]^ag


` be `]e^ac]

]ab] fp] ~eb


np]a in]^

b^ab Z]c]pbq]


  

      


         

 
   


      

 


Trading Day
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012
6/14/2012
6/7/2012
5/31/2012

  ! "  # $   $  




Closing Price
2130.321
2176.688
2148.905
1892.252
1975.623
2066.196
399.643
403.552
406.412
1203.41
1231.367
1187.154
1464.58
1431.935
1386.54
268.103
275.579
278.12
741.532
754.854
772.905
647.716
658.776
663.135

Disclaimer
Published by PT Bank Mandiri (Persero) which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The information
and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its accuracy or completeness and it should
not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all employees within Bank Mandiri and its group and are subject to
change without notice. No part of this document may be reproduced in any manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is
available upon request.

hal 4

You might also like