Professional Documents
Culture Documents
Arhata
NIM
:
55614120009
Nama : Ahadiano
Arhata
NIM
:
55614120009
dengan memilih investasi yang mengoptimalkan tingkat
pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal; EVA
menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijaksanaan
struktur modal, karena secara eksplisit memperhitungkan biaya
modal atas ekuitas; EVA juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya.
2. SOAL II: Perusahaan A berencana untuk melakukan merger dengan
perusahaan B. perusahaan A akan membayar kepada pemegang saham
B pada nilai sekarang dan harga saham perusahaan A sesuai dengan
nilai bukunya. Nilai sekarang masing-masing perusahaan adalah sbb :
EPS
Price
P/E
Shares
Earnings
Total value
COMPANY A
$ 1,19
$ 18,00
COMPANY B
$ 1,04
$ 16,00
$ 38,000
$ 55,200
$ 839,000
$ 21,000
$ 33,800
$ 621,000
Berapa jumlah saham beredar earnings per share, value of the firm,
value per share, price-earnings (P/E) ratio yang dimiliki perusahaan
setelah merger?
Saham Perush. Merger
of B/price of a stock)
= 38.000 + (621.000 / 18)
= 38.000 + 34.500
= 72.500
Earnings Per Share
Nama : Ahadiano
Arhata
NIM
:
55614120009
Price-Earnings Ratio = (price per share / earnings per share)
= (18 / 1.22)
= 14.75
3. SOAL III: PT ABC menghasilkan suatu produk dengan harga jual Rp
95.000/unit, biaya produksi/unit adalah Rp 72.000 dengan komposisi
biaya bahan baku Rp 32.000 biaya upah langsung Rp 25.000 dan
overhead Rp 15.000 kebijakan perusahaan
a. Rencana penjualan 121.000 unit/tahun
b. Persediaan bahan baku harus tersedia untuk keperluan 40 hari
c.
d.
e.
f.
g.
produksi
Persediaan barang jadi harus tersedia untuk 55 hari
Biaya administrasi penjualan Rp 280 jt
Penjualan dilakukan dengan kredit, maksimum 50 hari
Kebijakan kas minimum dapat memenuhi kebutuhan 31 hari kerja
Bahan baku didapat dengan kredit selama 38 hari
Kebutuhan kas
= 750.200.000 + 260.000.000
= 1.010.200.000
-
Kredit / hutang
Nama : Ahadiano
Arhata
NIM
:
55614120009
4. SOAL IV: Jelaskan tentang financial distress dan jelaskan model-model
dalam memprediksi kondisi financial distress tersebut
Menurut Ross dan Westerfield (1996:808) Financial Distress adalah
suatu kondisi dimana cash flow perusahaan tidak mampu menutupi
atau mencukupi kewajiban saat ini, dan dapat membawa suatu
perusahaan mengalami kegagalan (corporate failure) pada kontraknya
yang akhirnya dapat dilakukan restrukturisasi finansial antara
perusahaan, kreditor dan investor.
Model-model yang memprediksi kondisi financial distress antara lain:
a. Model Altman (Z-Score)
Altman merupakan orang pertama yang menerapkan Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Persamaan Linear yang dibuat Altman
ini sebagai penyempurnaan atas penelitian yang dilakukan oleh
Beaver (1968). Pada saat itu penelitian Beaver menghasilkan
persamaan yang hanya bisa memprediksi kebangkrutan pada suatu
perusahaan tertentu dengan menggunakan rasio-rasio akuntansi
pada saat itu saja sehingga tidak bisa diaplikasikan secara umum
b. Model Altman Revisi (1983)
Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang
dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk
perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat
diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta.
c. Model Altman Modifikasi (1995)
Altman memodifikasi modelnya agar dapat diterapkan pada semua
perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan
penerbit obligasi di negara berkembang.
d. Model Zmijewski (X-Score)
Model Zmijewski memperluas prediksi kebangkrutan dengan
menambah validitas rasio keuangan sebagai alat deteksi kegagalan
keuangan perusahaan.
e. Model Ohlson (Y-Score)
Nama : Ahadiano
Arhata
NIM
:
55614120009
Ohlson Menggunakan analisis logistik untuk menghindari masalah
tentang asumsi-asumsi pada model MDA yang dilakukan Altman,
yaitu data yang diuji memerlukan normalitas data. Model ini
memasukkan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel
penelitian.
5. SOAL V: Jelaskan tentang call option dan put option dan berikan contoh
kapan sebaiknya melakukan opsi call dan opsi put.
Opsi beli, atau dikenal juga dengan Call Options adalah opsi saham
(Stock Options) yang memberi kekuasaan (power), bukan kewajiban
(obligation) pada pemegangnya, untuk membeli saham pokok pada
harga tetap sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan. Call
options sebaiknya dilakukan pada saat harga saham sedang menurun,
namun diperkirakan akan meningkat kembali.
Opsi jual, atau dikenal juga dengan put option, adalah opsi saham
(Stock Options) yang memberi kekuasaan (power), bukan kewajiban
(obligation) pada pemegangnya, untuk menjual saham pokok pada
harga tetap sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan. Put
options sebaiknya dilakukan pada saat titik tertinggi harga saham yang
sudah mulai jenuh dan diperkirakan akan harga saham kembali
menurun.