Professional Documents
Culture Documents
Waktu Pertumbuhan /
Growth Time
( detik )
> 300
150 300
80 150
< 80
a
el
Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi Kebakaran, Material dan Media Pemadam
Kebakaran di Indonesia dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
RESIK
MATERIAL
ALAT PEMADAM
O
Dry Chemichal Multiporse
Class A Kayu, kertas, kain
dan ABC soda acid
Dry Chemichal foam
( serbuk bubuk ), BCF
Bensin, Minyak
Class B
(Bromoclorodiflour
tanah, varnish
Methane), CO2, dan gas
Hallon
Bahan bahan
Class
seperti asetelin,
Dry Chemichal, CO2, gas
C
methane, propane
Hallon dan BCF
dan gas alam
Uranium,
Class
Metal x, metal guard, dry
magnesium dan
D
sand dan bubuk pryme
titanium
Ref : Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran , 2006 , Dinas
Pemadam Kebakaran , Jakarta.
Listrik
Biologis
Kimia
Ulah manusia :
sengaja
tidak sengaja
awam
( ketidakpahaman )
Radiasi ( Radiation )
atau perpindahan panas yang
bertemperatur tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila
benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan
Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan
(bubbles) yang mengapung diatas permukaan zat cair dan
mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa
tersebut maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran
kelas A dan B, terutama pada permukaan yang terbakar sangat
luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau
tipe kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun
busa mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan
kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran
kelas A.
Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara
larutan Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa
adukan dari bahan-bahan pembentuk busa yang terdiri dari
cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan
alat-alat pembentuk busa. Proses pembentukan busa adalah
sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara
dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu
adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah
busa mekanis.
Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70),
Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl
alcohol).
D. Alat Pemadam Kebakaran
Fasilitas alat pemadam kebakaran terbagi atas 3 macam, dan
dibedakan menurut konstruksinya, yaitu :
Alat pemadam api ringan.
dapat
dikendalikan
oleh
operator, sehingga
pemadaman.
gas yang tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak
mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar
listrik.
Cara-cara pemakaiannya :
Turunkan tabung CO2 dari tempatnya.
Lepaskan horn dari tempat jepitannya.
Putuskan lead seal (pen pengaman).
Pegang horn dengan tangan kiri dan arahkan keatas.
Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba
alat ditempat sebelum menuju kearah api).
Bila keadaan baik bawa ketempat kebakaran.
Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah
datangnya angin dan usahakan agar menutup keseluruhan
daerah permukaan api.
G. Apa yang dilakukan ketika kebakaran terjadi, akibat dari
hubungan arus pendek listrik ?
Seperti yang dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa penyebab
kebakaran telah dibagi menjadi empat klasifikasi. Salah satu
penyebab kebakaran adalah Arus Listrik. Mengapa arus listrik
H. Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada
tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya
sukar dikendalikan.
yaitu :
Jenis padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry
chemical)
Daftar Pustaka
http://Kebakaran/Universitas_Pembangunan_Nasional_Veteran_fil
e/.pdf
http://www.cartenzadventure.com/Pengendalian-Bahaya-
Kebakaran.html
http://fathull.wordpress.com/2007/12/17/materi-k3-tentangkebakaran/
http://alatpemadamapi.net/index.php/kelas-api
http://Langkah _Langkah_Perawatan_Alat_Pemadam_Api/Anwar
Arifin.blogspot .html
http://ekokiswantoblog.blogspot.com/2010/06/dasar-dasarpemadaman-kebakaran-.html
http://akar rumput 2/: blogspot.Com/2011/01/segitiga api dan
pemindahan panas.html
http://
metro..kompasiana.com/2010/07/02/elpiji-
bagian
dari
segitiga api.html
H.
diatas
yaitu
menghilangkan
salah
satu
unsur
dari
segitiga
api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional
masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll.
Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil
pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain
karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat
pemadam api tersebut masingmasing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
I.
a.
Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau
ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya
kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan
yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.
b.
Tepung Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut :
Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel tepung kimia
tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.
c.
Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang
paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :
Murah
Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam
air.
Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 C sampai 100
C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air
tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).
d.
Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas
permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut
maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan
yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe
kebakaran tersebut. Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa
mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga
untuk kebakaran kelas A.
1.
Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan
larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
2.
Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk
busa
yang
terdiri
dari
cairan
busa,
air
bertekanan,
dan
udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa
dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa
mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant
(AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
J.
3.
Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya
dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan
alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.
4.
Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk
kering antara lain :
Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi kimia bahan
tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).
Tidak berbahaya.
Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
5.
6.
cartrige)
maupun
tekanan
tersimpan
(Stored
Pressure).
Bila busa telah keluar dari pemancar, arahkan ketempat yang terbakar.
Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau ditembakkan kebagian dalam dinding
wadah yang terbakar.
Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan penyemprotan busanya diarahkan keluar
dari tempat yang terbakar.
7.
Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. CO2
atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau,
lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.
Pengguanaan sebagai media pemadam pada kebakaran, cairan CO 2 berubah wujudnya
menjadi gas dan mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala dan mendesak udara
keluar dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai cairan CO2 disimpan dalam silinder
dengan tekanan 1000-1200 psi.
Digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya APAR tipe
ini mempunyai corong/nozzle penyemprot yang lebar.
Sifat-sifatnya antara lain :
Cara-cara pemakaiannya :
Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alat ditempat sebelum menuju
kearah api).
Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah datangnya angin dan usahakan agar
menutup keseluruhan daerah permukaan api.
8. Racun Api Busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara
kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair,
racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik
sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.
9.
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja
sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
10.
Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B. Secara ringkas, penggunaan media racun api
berdasarkan klasifikasi bahan terbakar jadi begini :
Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan persyaratan dan cara
pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang antara lain :
Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
Api dapat dipadamkan dengan berbagai media. Media pemadam api menurutfasanya dibagi
menjadi 3 bagian yaitu:
1. Jenis padat : misalnya pasir, tanah, selimut api, tepung kimia (dry chemical).
2. Jenis cair : misalnya air, busa.
3. Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon.Beberapa jenis media
pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
1) Pasir
Pasir efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahanminyak atau
ceceran minyak. Tujuan utama berfungsi untuk membatasimenjalarnya kebakaran,
namun untuk kebakaran kecil dapat digunakanuntuk menutupi permukaan bahan
yang terbakar sehingga memisahkanudara dari proses nyala yang terjadi, sehingga
nyala padam.
2) Tepung kimiaMenurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi
menjadisebagai berikut :
1. Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).Misalnya : Purple K,
Plus 50 C, Monnex, Super K.
3) Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran, air
yang paling banyak digunakan. Hal tersebutkarena air mempunyai keuntungan sebagai
berikut :
1. Mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
2. Murah.
3. Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan.
4. Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk.
5. Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi cirri utamadari media
pemadam air.
6. Mempunyai daya menguapkan uap yang tinggi.
Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :
1. Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C.
2. Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
3. Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung.
Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis, yaitu:
1. Pendinginan
Air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserapdari 15 C sampai 100 C
adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
2. Penyelimutan
Air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam),dan uap air tersebut kemudian
mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).
Busa Mekanik Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukandari
bahan-bahan pembentuk busa yang terdiri darai cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa inidipergunakan alat-alat pembentuk
busa. Proses pembentukan busa adalahsebagai berikut: air dicampurkan degan cairan
busa sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan
pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupanudara
maka terbentuklah busa mekanis.Bahan baku busa mekanis antaralain : Fluoro protein
(FP70),Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Lourylalcohol)
of Fire Equipment Distributor di Amerika (Bryan, hal 27), dari sejumlah 5400 kasus kebakaran
yang diteliti, sekitar 5073kasus dapat dipadamkan oleh penghuni dengan menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan. Sedangkan kasus sisanya dipadamkan dengan menggunakan system
sprinkler otomatis atau oleh regu pemadam. Oleh karena itu, NFPA menentukan bahwaAPAR
harus tetap disediakan untuk memadamkankebakaran awal. Walaupun tempat tersebut telah
dilindungi oleh sprinkler otomatis atau alat pemadam kebakaran yang lain (hidran air, dll). NFPA
memberikan batas, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah: suatu peralatanringan yang berisi
tepung, cairan atau gas yang dapat disempurnakan bertekanan, untuk tujuan pemadaman
kebakaran (NFC 10-1981, hal. 10-6).Sedangkan, menurut Peraturan MenteriTenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980, tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR,
dikemukakan bahwa APAR adalah : alat yangringan serta mudah dilayani oleh satu oranguntuk
memadamkan api pada mulanya terjadikebakaran. Dari kedua batasan diatas tampak jelas ciriciri yang memilikiAPAR, yaitu:ringan, berisi media pemadam, mempunyai tenaga dorong,
digunakan untuk memadamkankebakaran awal, dan dapat dilayani oleh satu orang saja.Untuk
memadamkan kebakaran, APAR memiliki beberapa keterbatasan, baik dalam jumlah media
pemadam, jarak jangkau serta lamanya semprotan.
Oleh karena itu APAR harus dipergunakan secara cepat dan tepat, agar tidak banyak media
pemadam yang terbuang percuma. Daya guna (efisiensi) danhasil guna (efektivitas) penggunaan
APAR tergantung pada beberapa faktor,yaitu
1. APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
2. APAR diletakan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in workingorder).
3. Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan APAR.
4. Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampumempergunakan APAR
tersebut (NFC 10-1981, hal. 10-29).
F. PEMAKAIAN ALAT PEMADAM API RINGAN
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. APAR Jenis Dry Powder (Tepung Kering)
Salah satu contoh Alat Pemadam Api Ringan(APAR) dengan media pemadam Dry
Powder adalah Model A-20 E.
Cara-cara pemakaiannyaadalah sebagai berikut:
1. Turunkan alat pemadam dari tempatnya.
2. Lepaskan selang dari jepitan.
3. Pegang horn nozzle dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan
menekan pelatuk/pemecah cartrige dengan posisi badan/muka menyamping dari fill cap
racun api.
4. Lakukan pengetesan ditempat yang aman terlebih dahulu sebelum majukesasaran api
dengan posisi nozzle keatas.
5. Bila alat tersebut baik majulah mendekati api dari arah angin datang (diatas angin) dengan memegang
nozzle sudut 45.
6. Padamkan api dengan mengarahkan semburan dry chemical 6 dimukasudut (tepi) api
dalam jarak kira-kira 2 meter (jangan terlampau dekat).Lalu majulah perlahan sambil
mengibas kekiri dan kekanan sedemikian rupa sehingga semburan dry chemical melewati
tepian api/batas bagianyang terbakar tertutup dengan sempurna.
7. Perhatikan dengan seksama apakah api benar-benar telah mati, kalautelah mati mundurlah
beberapa langkah dan jangan langsungmembelakangi api karena kemungkinan api menyala
kembali (flash back)dan akan membahayakan bagi pemakainya.
APAR Jenis Busa Kimia (Chemical Foam).
APAR jenis busa kimia mempunyai konstruksi yang berbeda-beda yaitu:
1. Jenis balik biasa (overturing )
2. Jenis kerangan (valve)
3. Jenis sekat pecah (breakable seal )
Saat menggunakan APAR jenis busa jangan digunakan langsung ke permukaan cairan
yang terbakar, tetapi harus diarahkan ke dinding vertikal permukaan yang terbakar
sehingga foam mengalir ke bawah dan membentuk lapisan selimut yang akan menyebar
di atas permukaan yang terbakar. Jenis alat pemadam ini terdiri dari gas cartrige
danstored pressure yang dioperasikan dengan posisi berdiri, tetapi jenis yang lama harus
dibalikkan pada saat mengoperasikannya . Jenis ini harusdipegang selama dioperasikan
dan akanmembantu untuk memadamkan api secara cepat, serta pada saat yang sama
nozzle harus ditekanuntuk memberikan pancaran dengan tekanan yang cukup.
Dibandingkan dengan APAR busa-mekanik, APAR jenis busa kimia memiliki beberapa
kelemahan:
1. Daya pemadamannya lebih rendah (untuk ukuran APAR yang sama).
2. Sekali digunakan tidak dapat dihentikan pancarannya, sehinggamempersulit
penggunaannya.
3. Mengandung bahan kimia yang bersifat karat.
APAR Jenis Busa Mekanik (Mechanical Foam Extinguisher)
APAR jenis ini menggunakan sistem pendorong. Tekanan dorong diperoleh dari gasCO2, baik
dengan cara tabung gas (Gas cartrige)maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure).
Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis:
1. Tipe gas Cartrige.
2. Tipe stored-pressure.
Pemakaian APAR jenis busa (inset: jenis dibalik) pada kepala bejanasering dilengkapi dengan
katup pengatur, dan pada nozzle terdapat system pengisi ventury untuk memasukkan udara
gelembung busa.
Keuntungan yang dimiliki APAR tipe ini dibandingkan dengan tipe busa kimia, adalah :
1. Daya pemadamannya tinggi.
2. Aliran busa dapat dikendalikan oleh operator, sehingga memudahkan pemadaman.
3. Sifat karat dari larutannya tidak setinggi alumunium sulfat.
Teknik atau cara penggunaan busa ke lokasi kebakaran adalah:
1. Dinginkan wadah cairan yang terbakar.
2. Selama air masih keluar dari pemancar busa jangan sekali-kali air tersebut dimasukkan ke
tempat yang terbakar.
3. Bila busa telah keluar dari pemancar, arahkan ke tempat yang terbakar.
4. Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau ditembakkan ke bagian dalam
dinding wadah yang terbakar.
5. Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan penyemprotan busanya diarahkan
keluar dari tempat yang terbakar.
APAR Jenis Gas CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak
berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggukesehatan (sementara) serta tidak
menghantar listrik.Pengguanaan sebagai media pemadam pada kebakaran, cairan CO2
Berubah wujudnya menjadi gas dan mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala dan
mendesak udara keluar dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai cairan CO
disimpan dalam silinder dengan tekanan1000-1200 psi. Digunakan terutama untuk memadamkan
kebakaran kelas Bdan C. Umumnya APAR tipe ini mempunyai corong atau nozzle
penyemprotyang lebar. APAR jenis ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
1. Bersih tanpa meninggalkan bekas pada peralaatan yang disemprotkan sehinggacocok
untuk laboratorium, percetakan, pabrik makanan.
2. Murah dan mudah diperoleh.
3. Tidak menghantar listrik.
APAR jenis ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Daya pemadaman kurang efektif (dibandingkan dengan media pemadamhalon serta dry
chemical) sehingga perlu konsentrasi yang tinggi untuk pemadamannya.
2. Mudah tersebut sehingga kurang efektif untuk tempat terbuka.
3. Tidak beracun, tetapi inert, sehingga untuk penggunaannya harusdiperhitungkan orangorang yang ada di ruangan tersebut (Ansul Fire Aid Fire Training, 1974).
Cara-cara pemakaiannya:
1. Turunkan tabung CO2 dari tempatnya.
2. Lepaskan horn dari tempat jepitannya.
3. Putuskan lead seal (pen pengaman).
4. Pegang horn dengan tangan kiri dan arahkan ke atas.
5. Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alatditempat sebelum menuju
ke arah api).
6. Bila keadaan baik bawa ke tempat kebakaran.
7. Semprotkan dengan mengarahkan horn ke arah api dari arah datangnyaangin dan
usahakan agar menutup ke seluruhan daerah permukaan api