You are on page 1of 29

Refrat 1

PENGGUNAAN IMUNOMODULATOR
N-ASETILSISTEIN
DALAM KEHAMILAN
Oleh
Dr. Iman
Ruansa
Pembimbing
Dr. Abarham Martadiansyah, SpOG
Moderator
Dr. Fatmah Oktaviani, SpOG

Pembahas
Dr. Eka Handayani
Oktharina

Dr. Asrul Sani


Dr. Cordova Arrhido

PENDAHULUAN
Imunolo
gi

Cabang ilmu yang mempelajari


tentang sistem pertahanan tubuh

Kehami
lan

Dihubungkan dengan supresi


berbagai macam sel humoral dan
fungsi sel imunologi

Nasetilsiste
in

Suatu imunomodulator
imunostimulan
Efek lain yang bermanfaat seperti
efek antiinflamasi, antioksidan,
mukolitik

SISTEM IMUN
Respon
imun
nonspesifik
Pertahanan
fisik
Pertahanan
kimiawi

Respon
imun
spesifik
Respon
imun
selular
Respon
imun
humoral
Interaksi
antara selular
dan humoral

SISTEM IMUN DALAM


KEHAMILAN
Peristiwa imunologi pada masa
pembuahan
Peristiwa imunologi pada masa
kehamilan
Imunitas maternal

IMUNOMODULATOR
Imunomodulator adalah senyawa

tertentu yang dapat meningkatkan


mekanisme pertahanan tubuh baik
secara spesifik maupun non spesifik dan
terjadi induksi non spesifikbaik
mekanisme pertahanan seluler maupun
humoral

IMUNOMODULATOR

Imunostimulan
Imunosupresan
Imunorestorasi

Persyaratan imunomodulator menurut WHO

Secara
kimiawi
murni

Secara
biologik
dapat
diuraikan
dengan
cepat
Baik
secara
akut
maupun
kronis tidak
toksik

Tidak
bersifat
karsinogeni
k
Tidak
menyebabkan
stimulasi yang
terlalu
kecil/terlalu
besar

Penggunaan N-asetilsistein
sebagai imunomodulator pada
kehamilan
N-asetilsistein adalah suatu metabolit dari

asam amino sistein yang mengandung


sulfur.
Rumus molekulernya
HSCH2CH(NHCOCH3)CO2H

Penggunaan N-asetilsistein
ORAL
INTRAVEN
A
TOPIKAL

Tabel
1.
asetisistein
Kelainan

Dosis

penggunaan

N-

Dosis

klinis
Asma
Bronkitis

500 mg, 3x perhari


Akut: 600-750 mg, 3x perhari

Flu
Sinusitis
HIV
Keracunan

Kronik: 600 mg, 2x perhari


500 mg, 3x perhari
600 mg, 3x perhari
800-8000 mg perhari
140
mg/kgBB,
dilanjutkan

parasetamol dengan 17x dosis 70 mg/kgBB


tiap 4 jam
Dikutip dari Ercal N. 9

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan

Farmakokinetik
Kadar plasma
N-asetilsistein

Bervariasi setelah
pemberian secara
oral

Nasetilsistein
juga
disintesis
dari dalam
tubuh

Dilaporkan kadar
sirkulasi yang
bervariasi antara 23,3
sampai 137,7 nm
sehingga menyulitkan
perhitungan

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan
Farmakokinetik

Diperkirakan 6Bioavailabi
10%, setelah
litas oral
metabolisme
lintas pertama

Tmax

Antara 1-2 jam


setelah
pembeian oral

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan
Metabolisme

N-asetilsistein membentuk metabolit Nacetylcystine dan N3N-diacetylcystine


Berikatan dengan protein plasma dan di
deaktilasi
membentuk cysteine.

Gambar 2. Metabolisme N-asetilsistein, N-acetylcystine dan


N3N-diacetylcystine

Dikutip dari . Ercal


N.9

Gambar 3. N-asetilsistein sebagai precursor glutathion

Dikutip dari . Ercal


N.9

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan
Efek samping dan toksisitas

Secara umum N-asetilsistein aman dan


ditoleransi dengan baik.
Efek samping yang paling sering
mual, muntah, dan kelainan
gastrointestinal lainnya;
dikontraindikasikan pada pasien dengan
ulkus peptikum.

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan
Efek samping lainnya namun jarang
dijumpai adalah reaksi anafilaktik
Pada pemberian secara intravena dapat
menyebabkan reaksi alergi berupa ruam
dan angioedema, namun jarang sekali
terjadi

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan
Mekanisme kerja

N-asetilsistein memiliki beberapa


mekanisme kerja kunci dalam farmakologi,
Sehingga memegang peranan penting
dalam pengobatan.
Mekanisme kerja N-asetilsistein sebagai
imunomodulator berkaitan dengan sifatnya
sebagai antioksidan dan prekursor
glutathion serta sifat antiinflamasinya

Penggunaan N-asetilsistein sebagai


imunomodulator pada kehamilan
Penggunaan Klinis N-asetilsistein sebagai

imunomodulator pada kehamilan


beberapa penggunaan klinis dari N-asetilsistein
sebagai imunomodulator:
1. Pengobatan keracunan parasetamol (antidotum),
2. Pengobatan penyakit infeksi (influenza, HIV),
3. Pengobatan pada penyakit paru (bronchitis kronik

dan PPOK),
4. Sebagai bioprotektan (pencegahan nefropati), dan
5. Pada kelainan klinis lainnya (Sindrom Steven
Johnson).

Sebagai antidotum keracunan parasetamol

Peneliti

Parameter

Desain
Penelitian
Acak,
buta
ganda,
kelompok
kontrol
Cross
sectional

Keays
(2008)

Terapi
keracunan
parasetamol

50

Prescott
(2008)

Terapi
keracunan
parasetamol

62

Rumack,
dkk. (2008)

Terapi
keracunan
parasetamol

662 Cross
sectional

Dikutip dari Dodd S.6

Hasil
Angka
kesembuhan lebih
baik dibandingkan
dextrose 5%
Dapat mencegah
kerusakan
hati
bila
diberikan
pada
10
jam
pasca keracunan
Efektif digunakan
16
jam
pasca
keracunan

Sebagai pengobatan penyakit infeksi


Peneliti

Parameter

De rosa, Terapi HIV


dkk.
(2000)

81

Spada,
dkk.
(2002)

Terapi HIV
kombinasi
antiretroviral

20

Terapi infeksi
hepatitis C
kronik
kombinasi
dengan 3 MU
interferon-
6
Dikutip
S.sepsis
Emetdari Dodd
Terapi

14
7

Grant,
dkk.
(2000)

72

Desain
Penelitian
Acak,
buta
ganda,
kelompok
kontrol
Acak,
buta
ganda,
kelompok
kontrol

Hasil

Dapat
meningkatkan
glutathion dan sel
T
N-asetilsistein lebih
superior
dibandingkan
plasebo (stabilitas
hematokrit dan sel
CD 4)
Acak,
buta Tidak ada
ganda,
perbedaan
kelompok
bermakna
kontrol

Acak,

buta Tidak

ada

Sebagai pengobatan pada penyakit paru

Peneliti

Parameter

Grandjea Terapi
n,
dkk. bronkitis
(2000)
kronik
Rapine,
dkk.
(1997)

Terapi
PPOK

Dikutip dari Dodd S.6

N
14
7

pada 15
6

Desain
Penelitian
Acak,
buta
ganda,
kelompok
kontrol
Acak,
buta
ganda,
kelompok
kontrol

Hasil
Efektif digunakan
pada
terapi
bronkitis kronik
Efektif digunakan
pada terapi PPOK

Sebagai Bioprotektan
Peneliti

Parameter

Bagshaw, Pencegahan
dkk
nefropati
(2006)
pada
pemberian
kontras
Dikutip dari Dodd S.6

Desain
Hasil
Penelitian
34 Acak,
buta Efektif
ganda,
mencegah
kelompok
nefropati
kontrol
N

Pengobatan kelainan klinis


lainnya
N-asetilsistein pernah digunakan dalam
pengobatan sindrom Steven Johnson pada ibu
hamil sebagai terapi pengganti kortikosteroid.
N-asetilsistein berefek terapetik pada SSJ dan
relatif aman pada kehamilan.
Niemeijer, dkk. (2009) melaporkan satu kasus
SSJ pada wanita hamil G3P2A0 usia 33 tahun
yang dirawat di bagian Kebidanan dan Penyakit
Kandungan St Fransiscus Gasthius Netherlands.
hasilnya pasien mengalami perbaikan klinis
dan keadaan umum.

Penelitian terbaru tahun 2012 telah

melaporkan kasus SSJ pada wanita hamil


G2P0A1 (12-13 minggu), usia 19 tahun.
Pasien ini mendapat terapi Nasetilsistein 4x2 gram/hari selama 15
hari dan hasil akhir pasien mengalami
perbaikan klinis.

Ringkasan
Imunologi merupakan cabang ilmu yang

mempelajari tentang sistem pertahanan tubuh.


Sistem imun terdiri dari respon imun spesifik dan
respon imun nonspesifik. Respon imun non
spesifik memiliki beberapa komponen seperti
pertahanan fisik dan kimiawi, sedangkan respon
imun spesifik terbagi menjadi tiga golongan yaitu
imunitas selular, humoral dan interaksi keduanya.
Kehamilan dihubungkan dengan supresi berbagai
macam sel humoral dan fungsi sel imunologi.
Walaupun tidak mengalami immunocompromised
secara luas,

Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang

dapat meningkatkan mekanisme pertahanan


tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik
yang secara alamiah akan membantu tubuh
dalam memperbaiki sistem kekebalan tubuh.
N-asetilsistein merupakan suatu
imunomodulator terpilih yang dapat digunakan
karena selain memiliki fungsi imunostimulan
yang berkaitan dengan efek antioksidannya
juga memiliki banyak efek lain yang
bermanfaat seperti efek antiinflamasi,
mukolitik, dll.

TERIMAKASI
H

You might also like